• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN

2.1 Perizinan

2.1.2 Unsur-Unsur Perizinan

Berdasarkan pengertian perizinan terdapat beberapa unsur-unsur dalam perizinan, seperti : pertama, instrument yuridis; kedua, peraturan perundang-

33

46

undangan; ketiga, organ pemerintah; keempat, peristiwa konkret; kelima, prosedur dan persyaratan.34

a. Instrument Yuridis

Tugas pemerintah dalam Negara hukum modern selain melakukan penjagaan keamanan dan menjaga ketertiban tetapi juga mengupayakan adanya kesejahteraan umum (bestuurzorg). Menjaga keamanan dan ketertiban merupakan sudah menjadi tugas pokok dan umum bagi pemerintah sampai saat ini, dan untuk melaksanakan tugas tersebut maka pemerintah dibekali dengan wewenang dalam bidang pengaturan yang melahirkan instrumen-instrumen yuridis dalam bentuk keputusan. Sesuai dengan sifat dari keputusan yaitu individual konkret, sehingga merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan,35 atau sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum.36 Wujud dari keputusan adalah izin yang berdasarkan jenis-jenis keputusan, izin merupakan jenis keputusan yang bersifat konstitutif, yang berarti keputusan tersebut menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak ada bagi orang yang namanya di cantumkan dalam keputusan tersebut, atau “beschikkingen welke iets toestaan wat tevoren niet geoorloofd

was”,37 (keputusan yang memperkenankan sesuatu yang sebelumnya tidak

34

Ridwan HR, op.cit, h.201-202.

35

Sjachran Basah, op.cit, h.2.

36

Philipus M. Hadjon, et.al., 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, h.125.

47

dibolehkan).38 Izin disusun dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang berlaku bagi keputusan pada umumnya, merupakan instrumen yuridis berbentuk keputusan yang bersifat konstitutif, yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan peristiwa konkret.

b. Peraturan Perundang-undangan

Prinsip Negara hukum adalah wetmatigheid van bestuur atau pemerintahan harus berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang berarti bahwa pemerintah dalam menjalankan fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

Tindakan hukum pemerintah seperti pembuatan dan penerbitan keputusan izin, haruslah didasarkan atas wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau berdasarkan asas legalitas. Dalam penerbitan izin harus didasarkan atas wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, tanpa adanya wewenang tersebut maka penerbitan izin tersebut tidak sah.

Menurut Marcus Lukman, kewenangan pemerintah dalam bidang izin tersebut bersifat diskresionare power atau berupa kewenangan bebas, sehingga pemerintah diberi kewenangan untuk mempertimbangkan atas

37

C.J.N. Versteden, 1984, Inleiding Algemeen Bestuursrecht. Samsom H.D.Tjeenk Willink, Alphen aan den Rijn, h.69.

38

48

dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin, pertimbangan tersebut tentang :

1) Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada pemohon.

2) Bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut.

3) Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

4) Prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin.39

c. Organ Pemerintah

Menurut Sjachran Basah, berdasarkan berbagai penelusuran penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui, bahwa dari administrasi negara tertinggi yaitu presiden sampai dengan administrasi Negara terendah seperti lurah berhak untuk memberikan izin, sehingga adanya keanekaragaman dalam pemberian izin sesuai dengan jabatan yang dijabatnya baik dalam tingkat pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.40

Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, bahwa keputusan yang memberikan izin haruslah diberikan oleh organ yang berwenang, dan hampir selalu yang terkait adalah organ pemerintah atau administrasi

39

Marcus Lukman, 1996, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan Dalam Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, h.189.

40

Sjachran Basah, 1996, Sister Perizinan Sebagai Instrumen Pengendali Lingkungan, Makalah Pada Seminar Hukum Lingkungan, Diselenggarakan Oleh KLH bekerja sama dengan Legal Mandate Compliance end Enforcement Program dari BAPEDAL, Jakarta, h.189.

49

negara. Organ-organ pada tinggat pengusa nasional adalah menteri atau tingkat penguasa-penguasa daerah.41

Dalam penerbitan izin, pejabat yang berwenang sering membutuhkan waktu yang lama, seperti pengeluaran izin memakan waktu sampai berbulan-bulan dan banyak proses yang harus dipenuhi yang tidak hanya memakan waktu dan juga biaya, sedangkan dalam dunia usaha menuntuk kecepatan dalam pengeluaran izin.42 Untuk mengatasi hal tersebut maka sering dilakukan deregulasi, yaitu peniadaan berbagai peraturan perundang-undangan yang dianggap berlebihan. Peniadaan peraturan perundang-undangan yang berlebihan berarti mengurangi campur tangan pemerintah dalam kegiatan kemasyarakatan tertentu terutama dibidang ekonomi, sehingga deregulasi dapat juga di artikan sebagai debirokratisasi.43 Pelaksanaan deregulasi sangat sering ditemukan dalam pelaksanaan perizinan, namun harus ada batasan-batasan atau rambu-rambu yang ditetapkan oleh hukum.

Deregulasi dalam peraturan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mempermudah dan mempercepat proses perizinan haruslah dilakukan dengan batasan-batasan yang ditentukan sesuai dengan aturan

41

N.M.Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, op.cit, h.11.

42

Soehardjo, 1991, Hukum Administrasi Negara Pokok-Pokok Pengertian Serta Perkembangannya di Indonesia, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, h.25.

43

Bagir Manan, 1996, Bentuk-Bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran, No.3, Vol.14, Bandung, h.33.

50

hukum. pelaksanaan deregulasi dan debirokratisasi dalam perizinan harus memperhatikan hal-hal berikut :

1) Jangan sampai menghilangkan esensi dari sistem perizinan itu sendiri, terutama dalam fungsinya sebagai pengarah kegiatan tertentu.

2) Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis administratif dan financial.

3) Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan hal-hal prinsip dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar perizinan.

4) Deregulasi dan debirokratisasi harus memerhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur).44

d. Peristiwa Konkret

Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk keputusan, yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret merupakan peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, tempat tertentu, orang tertentu, dan fakta hukum tertentu. Peristiwa konkret yang beragam sejalan dengan beragamnya perkembangan masyarakat, sehingga izin pun memiliki berbagai keragaman. izin yang memiliki jenis beragam yang dibuat dalam proses yang dipengaruhi oleh kewenangan pemberi izin, macam izin dan struktur organisasi instansi yang menerbitkannya. Berbagai jenis izin dan instansi pemberi izin dapat saja berubah-ubah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku terhadap izin tersebut, namun walaupun dapat

44

51

berubah-ubah izin akan tetap ada dan digunakan dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan.

e. Prosedur dan Persyaratan

Dalam memperoleh izin harus menempuh beberapa prosedur tertentu yang ditetapkan oleh pemberi izin yang dalam hal ini adalah pemerintah. Pemohon izin selain harus memenuhi prosedur tertentu juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berbeda-beda tergantung pada jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara sepihak.

Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin bersifat konstitutif dan

kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukannya suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, artinya dalam pemberian izin ditentukan perbuatan konkret, dan apabila tidak dipenuhi maka akan dikenakan sanksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut baru dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi.45

Penentuan prosedur dan persyaratan perizinan ditentukan oleh pemerintah secara sepihak, namum pemerintah tidak dapat menentukannya secara sewenang-wenang, tetapi harus sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang menjadi dasar dari izin tersebut. pemerintah dalam menentukan prosedur dan persyaratan perizinan tidak dapat melampaui

45

52

batas tujuan yang hendak dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi dasar perizinan tersebut.46

Dokumen terkait