• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Kajian tentang Perkembangan Bahasa Anak TK

4. Unsur-unsur Perkembangan Bahasa

Kurikulum Taman Kanak-Kanak tentang Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di taman kanak-kanak (Kemendiknas: 2010: 17) bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Aspek perkembangan berbahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berbicara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Nurbiana Dhieni (2005: 3.14) menjabarkan perkembangan bahasa anak terdiri dari menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Proses psikologis dari menyimak dimulai dari kesadaran dan perhatian seseorang tentang suara atau pola pembicaraan (menerima), yang dilanjutkan dengan identifikasi dan pengenalan sinyal auditori spesifik (penguraian makna), dan berakhir pemahaman (mengerti), (Sharoon E. Smaldino, Deborah L. Lowther, dan James D. Russel, 2011: 381).

Menyimak melibatkan proses menginterpretasikan dan menterjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 64) menyimak pada anak TK diantaranya mampu menyimak teman sebaya dalam kelompok bermain, mampu mengembangkan perhatian yang amat panjang terhadap cerita atau dongeng, dan dapat mengingat petunjuk yang ada.

Menyimak merupakan kemampuan lisan yang bersifat reseptif, dimana terjadi proses mendengarkan secara aktif dan kreatif dalam memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan dan juga memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Bromley dalam Nurbiana Dhieni (2005: 3.16) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi

ketika anak sebagai penyimak menggunakan kesadaran akan adanya bunyi suara yang diterima telinga kemudian membedakan persamaan dan perbedaan suara tersebut kemudian menterjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui pemahaman. Jadi, sebagai penyimak aktif bukan hanya menterjemahkan pesan, namun dengan mendengarkan, mengidentifikasi arti dan suara bahasa yang disampaikan. Pada tingkat pemahaman sebagai penyimak aktif ditunjukkan anak-anak dengan dapat menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan dengan tepat yang disampaikan oleh guru.

Nurbiana Dhieni (2005: 3.17) mengatakan penyimak aktif dapat memusatkan perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara, sikap atau keadaan fisik yang ditunjukkan yaitu dengan memperhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah pembicara, dan memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan yang mereka pikirkan. Pada tingkat ini, anak- anak dikatakan menyimak apabila pandangan mata dan ekspresi wajah memperhatikan orang yang bicara, begitupun saat mendengarkan audio mereka tetap memperhatikan narator yang menyampaikan cerita.

Anak yang berkembang keterampilan menyimaknya, akan berpengaruh terhadap keterampilan berbicaranya, karena perkembangan menyimak dan berbicara berkaitan satu sama lain. Berbicara bukanlah sedekar pengucapan kata atau bunyi, namun suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, ataupun perasaan. Pengertian berbicara anak usia dini menurut

Syakir Abdul (2002: 30) adalah suatu ungkapan dan kata yang digunakan untuk merespon semua tuntutan atas dirinya, melakukan aneka tindakan, dan memberikan tanggapan yang selaras dengan perintah atau larangan. Kemudian menurut Danar Santi (2009: 55) jika anak sering terbata-bata dalam berbicara atau mengulang kata tertentu yang tidak punya arti dan cara anak berbicara anak yang terputus-putus berarti anak belum lancar dalam berbicara. Kemudian Sabarti Akbadiah (1992: 154-160) menjelaskan terdapat penunjang dalam keterampilan berbicara, diantaranya:

a. Aspek kebahasaan

1) Ketepatan bahasa. Anak harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa secara tepat dan jelas.

2) Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik dalam berbicara.

3) Penggunaan kata dan kalimat. Penggunaan kata sebaiknya dipilih

yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks kalimat.

b. Aspek Non Kebahasaan

1) Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Sikap wajar berarti

berpenampilan apa adanya, tidak dibuat-buat. Sikap tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa.

2) Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara. Hal ini dilakukan agar lawan bicara memperhatikan topik yang sedang dibicarakan serta lawan bicara merasa dihargai.

3) Ketersediaan menghargai pendapat orang lain. Belajar

menghormati pemikiran orang lain dapat dilakukan dengan menghargai pendapat orang lain.

4) Kenyaringan suara. Hal ini harus disesuaikan dengan situasi,

tempat, dan ruang dengar yang ada.

5) Kelancaran dan penalaran yaitu hal yang disampaikan memiliki

urutan yang runtut dan memiliki arti yang logis serta adanya saling keterkaitan dari hal yang disampaikan.

Sejalan dengan Sabarti Akbadiah mengenai penunjang dalam keterampilan berbicara, Nurbiana Dhieni (2005: 3.5) mengungkapkan hal yang sama yaitu faktor yang dijadikan tolak ukur kemampuan berbicara sesorang terdiri dari dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: 1) ketepatan ucapan; 2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; 3) pilihan kata; 4) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan aspek non kebahasaan meliputi: 1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat; 2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain; 3) kenyaringan suara dan

kelancaran dalam berbicara; 4) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.

Menulis diartikan sebagai suatu kegiatan membuat pola atau menghasilkan kata-kata, atau menandai dengan pena atau pensil. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Pembelajaran di TK hanya mengajarkan tentang keterampilan pada anak sebagai persiapan untuk belajar membaca. Membaca memiliki tiga tahap, yang pertama adalah suatu proses mengkonstruksikan arti dimana terdapat interaksi antara tulisan yang dibaca dengan pengalaman yang pernah didapat. Tahap kedua memastikan arti tulisan yang diprediksi sebelumnya sehingga diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya. Tahap ketiga mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya.

Perkembangan tersebut perlu diketahui karena memiliki hubungan yang berkaitan. Dalam penelitian ini tidak semua perkembangan dapat dilaksanakan karena peneliti memfokuskan pada perkembangan bahasa khususnya menyimak dan berbicara. Menyimak dan berbicara adalah dua hal yang tak terpisahkan. Kegiatan menyimak pastilah didahului kegiatan berbicara, begitu pula berbicara biasanya disertai dengan kegiatan menyimak (Henry Guntur Tarigan, 2008: 86).

Perkembangan berbahasa pada anak TK (Depdiknas, 2007: 3) menekankan pada mendengar dan berbicara, sehingga anak dapat:

a. Mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan merespon dengan tepat.

b. Berbicara dengan penuh percaya diri.

c. Menggunakan bahasa untuk mendapatkann informasi, berkomunikasi

yang efektif dan interaksi social dengan orang lain. d. Menikmati buku, cerita, dan irama.

e. Mengembangkan kesadaran bunyi.

Sedangkan perilaku yang dapat dilakukan oleh anak melalui menyimak dan berbicara antara lain:

a. Melakukan kontak mata ketika mendengar atau mulai bicara.

b. Memberi perhatian ketika mendengarkan sebuah cerita.

c. Merespon sumber bunyi atau suara.

d. Menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang.

e. Menyampaikan pesan sederhana dengan akurat.

f. Membuat pertanyaan sederhana.

g. Merespon ketika diajak berbicara atau ditanya.

h. Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana.

i. Berbicara tentang pengalaman pribadi, perasaan, dan ide.

j. Menceritakan kembali cerita dan peristiwa tertentu secara sederhana.

k. Membedakan antara bunyi suara dan irama dalam kata-kata.

Berdasarkan uraian yang disampaikan, maka dalam penelitian ini perkembangan bahasa yang diteliti yaitu menyimak dan berbicara. Menyimak dalam penelitian ini terdiri atas sikap dan pemahaman. Sikap ditunjukkan dengan pandangan mata memperhatikan orang yang berbicara dan konsentrasi dalam memahami arti informasi yang disampaikan. Kemudian melalui pemahaman dapat membedakan persamaan dan perbedan suara dengan ditunjukkan anak-anak dapat menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan secara tepat yang disampaikan oleh guru.

Sedangkan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Kebahasaan terdiri dari ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada dan intonasi, serta penggunaan kata dan kalimat. Kemudian non kebahasaan terdiri dari kenyaringan suara dan kelancaran.

Dokumen terkait