• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

6.2.2 Untuk Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian selanjutnya disarankan agar variabel bebas yang diteliti mencakup semua faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa menopause (pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, lingkungan dan pengetahuan tentang menopause), dan sangat perlu memperhatikan dampak kecemasan pada masa menopause.

21 BAB II TINJAUAN TEORI

2.1Menopause

2.1.1 Pengertian Menopause

Menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti “Bulan” dan “Penghentian Sementara” yang secara linguistic lebih tepat disebut dengan “Monocease”. Secara medis istilahnya Monopause yang berarti “Menocease” dan karena berdasarkan defenisinya maka menopause adalah berhentinya masa menstruasi , bukan istirahat. Menopause adalah masa akhir menstruasi dan bukan ditandai oleh berhentinya masa haid seperti yang dikatakan banyak orang (Rosettia Reitz, 1993). Sedangkan menurut Marry dkk (2006) bahwa menopause adalah akhir dari tahun Reproduksi wanita, yang ditandai dengan tidak hadirnya siklus menstruasi selama satu tahun penuh dan hal ini dapat terjadi pada usia 40 dan 58 tahun, dengan rata-rata usia kurang lebih 51 tahun.

Sedangkan menurut Setiyaningrum (2013) menopause adalah berhentinya mens secara parmanen. Prefiks men- diambil dari kata yunani, yang berarti siklus menstruasi dan –pause dari kata latin yang berarti berhentinya proses. Perimenopause adalah masa perubahan antara menopause sampai 12 bulan setelah menopause oleh karena proses berhentinya (reproduksi). Pascamenopause adalah waktu menopause sampai senium (imulai setelah bulan amenorea). Muncul keluhan klimakterik, kadar FSH, LH tinggi dan E rendah.

Menopause (klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita, dimana;

a. Ovarium (indung telur) berhenti menhasilkan sel telur b. Aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti

22

c. Pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesterone ) berkurang (Nugroho & Utama, 2014)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan menstruasi terakhir akibat menurunnya fungsi hormon indung telur disertai dengan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita.

2.1.2 Mekanisme terjadinya Menopause

Peristiwa paling penting pada masa pubertas anak gadis adalah gejala menstruasi atau haid yang menjadi pertanda biologi dari kematangan seksual. Haid adalah keluarnya darah dari uterus (rahim) melalui vagina selama 5-7 hari. Haid terjadi secara siklik setiap bulan sekitar 28-35 hari (bervariasi pada setiap wanita). Hari pertama perdarahan biasanya dihitung sebagai hari pertama haid. Adapun yang merangsang timbulnya haid adalah hormon-hormon yang disebut Follicel Stimulating Hormon (FSH), Lutenizing Hormon (LH) yang diproduksi oleh Lobus anterior Hypophise. Serta hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh sel telur yang berada di indung telur (Zuliawati,2010)

Secara normal menstruasi berlangsung kira-kira pada usia 10-14 tahun. Cepat lambatnya kematangan seksual dipengaruhi oleh Fisik, ras,suku, bangsa, iklim, cara hidup, dan meliev (lingkungan), juga termasuk badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis umpamanya bisa memperlambat tibanya menstruasi (Marmi &Margiyati, 2013).

Monopause rata-rata terjadi pada usia 50 tahun, tetapi bisa terjadi secara normal pada wanita yang berusia 40 tahun. Biasanya ketika mendekati menopause, lama dan

23

banyaknya darah yang keluar pada siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti biasanya.

Tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seseorang wanita sudah tidak mengalami siklusnya selama minimal 12 bulan (Taufan & Bobby, 2014). Pada beberapa wanita, aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi biasanya terjadi secara bertahap (baik jumlah maupun lamanya) dan jarak antara dua siklus menjadi lebih dekat atau lebih jarang ketidakteraturannya ini bisa berlangsung selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklus berhenti (Manan, 2013).

Perubahan siklus menstruasi mungkin merupaakan gambaran yang paling awal meskipun pola menstruasi ini sangat bervariasi diantara individu. Ovarium secara progresif semakin tidak berespon terhadap rangsangan gonadotropin, disertai peningkatan konsentrasi FSH yang terdeteksi pada fase falikel pada siklus mentruasi. Seiring mendekatnya periode menstruasi terakhir, bulan-bulan amonore sering diselingi dengan menstruasi reguler walaupun biasanya terjadinya pemanjangan siklus (Saroha, 2009).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami menopause (Kasdu, 2002), yaitu:

1. Usia saat haid pertama kali (menarche)

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama memasuki masa menopause

2. Faktor psikis

24

Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.

Menurut beberap penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja

3. Jumlah anak

Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause, tetapi beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause

4. Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memasuki usia menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Medical Center ini Boston mengungkapkan bahwa wanita melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan menghambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh

5. Pemakaian kontrasepsi

Pemakaian kontasepsi ini, khususnya alat kontasepsi jenis hormonal. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama memasuki usia menopause.

6. Merokok

Wanita merokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.

25 7. Sosial ekonomi

Menopause kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial ekonomi (Yatim, 2001 dalam Zuliawati, 2010)

2.1.3 Keluhan atau Gejala Menopause

a. Vasomotorik yaitu Gejolak panas, jantung berdebar-debar, sakit kpela dan keringat banyak pada malam hari

b. Psikologik yaitu ; perasaan takut, gelisah, mudah tersinggu, lekas marah, tidak konsentrasi, perubahan perilaku, depresi dan gangguan libido.

c. Urogenital yaitu; nyeri sanggama, vagina kering, keputihan, infeksi, perdarahan pasca sanggama, infeksi pada saluran kemih, gatal pada vagina, iritasi, prolaps uteri, nyeri berkemih dan inkontenensia urine.

d. Kulit yaitu; kering menipis, gatal-gatal, keriput, kuku rapuh dan bewarna kuning e. Tulang yaitu; nyeri tulang dan otot.

f. Mata yaitu; kerato konjungtivitis sicca, kesulitan menggunakan kontak lensa. g. Mulut yaitu; kering dan gigi mudah rontok.

h. Rambut yaitu; menipis dan hirsutismus.

i. Metabolism yaitu; kolesterol tinggi, HDL turun dan LDL naik.

Namun terdapat wanita yang tidak terdapat keluhan, tetapi jangka panjang akan terkena osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, stroke, demensia dan kanker usus besar (Setiyaningrum, 2013).

26

Gejala lain menopause disebabkan oleh perubahan hormon estrogen dan progesteron. Ovarium menghasilkan lebih sedikit hormone estrogen dan progesterone, sehingga tubuh memberikan reaksi karena fungsi ovarium berkurang. Adapun gejala-gejala yang ditemukan pada wanita menopause adalah :

1. Hot Flashes yang terjadi akibat peningkatan aliran darah didalam pembulu darah

wajah, leher, dada, dan punggung. Selain itu kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan. Hot Flashes dialami oleh sekitar 75% wanita menopause. Kebanyakan, hot flashes dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25-50% wanita menagalaminya sampai lebih 5 tahun. Namun, hot flashes ini hanya berlangsung singkat, yakni selama 30 detik sampai 5 menit.

2. Vagian menjadi kering karena penipisan jaringan pada dingding vagina, sehingga menimbulkan rasa nyeri pada saat melakukan hubungan seksual.

3. Gejala psikis dan emosional (misalnya kelelahan, mudah tersinggung, susuah tidur dan gelisah) bisa disebabkan berkurangnya kadar estrogen.

4. Pusing, kesemutan, dan palpitasi (jantung berdebar) 5. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (beser) 6. Peradangan kandung kemih atau vagina

7. Osteoporosis (pengeroposan tulang). Gejala menopause lainnya adalah :

a. Simbelit

Jika anda mengalami sembelit atau selama masa haid, ada kemungkinan gangguan buang air besar, juga akan muncul sekitar menopause.

27 b. Sakit Kepala

Sakit kepala sebenarnya bukanlah keunikan khas dari menopause. Sakit kepala terjadi karena pembulu darah yang menuju ke otak dan kepala mengembang atau mengerut. Satu hal yang pasti bahwa sebagian besar sakit kepala diakibatkan oleh adanya ketegangan pada otak. Jika otot dan leher terus menegang, maka akan menghambat kelancaran aliran darah menuju ke otak.

c. Bengkak

Pemebengkakan merupakan salah satu ciri menopause. Pada umumnya, wanita terbiasa dengan ini karena memang sering dialami saat menstruasi. Para ahli mengingatkan agar wanita tidak terlalu banyak mengkonsumsi garam jika ia mempunyai kecenderungan mengalami pembengkakan selama menopause. Dengan mengurangi garam, setidaknya dapat menghindari dan mengurangi penumpukan air.

d. Linu dan Rasa Nyeri

Semua orang, termasuk anda, tentu pernah mengalami rasa linu dan nyeri. Namun, tidak setiap kali rasa tidak nyaman itu muncul. Anda harus segera pergi kedokter. Berikan istirahat yang cukup bagi tubuh anda (Manan, 2013).

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Menopause

a. Faktor Fisik yaitu ; Penurunan fungsi ovarium, status gizi, menarche dan kesehatan umum.

b. Faktor Psikologik yaitu ; kematangan pribadi, pengertian dan pengalaman pekerjaan dan tanggapan wanita.

28 c. Faktor sosial

a) Golongan pesimis : wanita dikodratkan untuk melahirkan anak. Dengan datangnya menopause, dianggap tidak berguna lagi, masa sejna suram seakan hidup akan berakhir dan tidak berarti.

b) Golongan optimis : wanita harus menikmati sisa hidup, digunakan untuk hal yang lebih produktif berperan dilingkungan sosial (Erna, 2013).

2.1.5 Penyebab Menopause

Sejalan dengan pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap rangsangan LH dan FSH yang dihasilkan oleh kelenjar Hipofisa. Akibatnya, ovarium melepaskan lebih sedikit estrogen dan perogesteron, sehingga proses ovulasi berhenti.

Setidaknya ada dua Jenis menopause yang sering terjadi simasyarakat :

1. Menopause dini, yaitu menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun, kemungkinan penyebabnya adalah faktor keturunan, penyakit keturunan atau autoimun.

2. Menopause buatan, menopause ini terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurang atau berhentinya pelepasan hormone oleh ovarium. Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk mengangkat ovarium atau mengurangi aliran darah ke ovarium, serta kemoterapi atau terapi penyinaran pada panggul untuk mengobati kanker (Manan, 2013).

2.1.6 Faktor penyebab kecemasan dalam menghadapi Menopause

Purwanto (2008) dalam Zuliawati (2010) menjelaskan faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa menopause dikaitkan dengan usia senja dan kehidupan tua, menopause dikaitkan dengan berakhirnya peran istri bagi suami dan peran ibu bagi

29

anak-anaknya, menopause dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan penurunan aktivitas seksual, menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan, menopause dikaitkan dengan status kerja. Sedangkan menurut Kaheski dkk (2013) dikutip dari Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada munculnya kecemasan wanita dalam menghadapi menopause adalah pencerminan diri. Perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis, maupun seksual akan mnyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause kwatir dan cemas. Oleh sebeb itu, diperlukan kemauan untuk menerima perubahan diri secara realistis sehingga memunculkan penilaian yang positif terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh yang dimilki agar dapat terhindar dari rasa cemas. Aktivitas fisik (olahraga) pada wanita menopause memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup mereka. Hasil sebelumnya mengindikasikan bahwa peningkatan aktivitas fisik pada wanita menopause memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup. Terjadi peningkatan kualitas hidup pada kelompok wanita yang menjalani program olahraga sedangkan wanita pada kelompok kontrol (tidak menjalani program olahraga) memiliki kualitas hidup yang lebih buruk (Putri, 2014). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002) dalam Widari, (2014) Untuk mengurangi kecemasan dan dampak dari kecemasan yang dirasakan oleh sebagian wanita yang menghadapi masa menopause, salah satunya adalah dengan memberikan bimbingan yang berisi konsep dasar saat menjelang menopause . Pengetahuan mengenai menopause sangatlah diperlukan oleh wanita karena banyak wanita merasa takut mencapai masa menopause dan enggan membicarakan fase menopause, karena ada anggapan umum bahwa ini adalah pintu yang harus dilalui menuju usia tua.

30

Sudah saatnya wanita tahu tentang pengetahuan menopause yang perlu diketahui ibu saat menjelang menopause, adalah mengenai apa itu menopause, proses terjadinya menopause, gejala-gejala menopause, faktor yang mempercepat atau memperlambat usia memasuki menopause, dan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi menopause. Dengan peningkatan pengetahuan pada ibu saat menjelang menopause, diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang nantinya muncul jika menopause terjadi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif sosial dan motif seksual.

2.2 Kecemasan

2.2.1 Defenisi Cemas

Cemas merupakan emosi negative yang ditandai oleh adanya perasaan kwatir, was-was, dan disertai dengan peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh (Wibowo dikutip dari Weiberg & Gould, 1995 dalam Frans & Oktina 2001). Kecemasan adalah pengalaman manusia yang bersifat universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan, penuh kekwatiran, suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak terindentifikasi (Taylor, 1995 dalam Solehati & Kokasih, 2015). Menurut Sarafino (1994) dalam Solehati & Kokasih (2015), kecemasan merupakan suatu ketakutan terhadap ketidakberdayaan dirinya terhadap kehidupan yang hampa dan tidak berarti.

31

2.2.2 Teori Kecemasan

Konsep kecemasan pertama kali diperkenalkan oleh Freud seorang ahli kejiwaan (Shives, 1998 dalam Solehati & Kokasih, 2015).

Konsep kecemasan ini berkembang dari zaman sampai sekarang. Tiap-tiap model mengembangkan teori mengenai segi tempat dan fenomena kecemasan. Beberapa teori mengenai kecemasan menurut Kaplan dan Saddock (1996) dalam Solehati & Kokasih (2015), adalah sebagai berikut:

a. Teori Genetik

Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat hidup, dan riwayat keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku cemas. Penelitian mengenai riwayat keluarga dari anak kembar menentukan, bahwa faktor genetika ikut berperan dalam gangguan kecemasan.

b. Teori Ketekolamin

Teori ini menyatakan, bahwa reaksi cemas berkaitan dengan peningkatan kadar ketekolamin yang beredar dalam tubuh

c. Teori Psikoanalisa

Kecemasan berasal dari diri sendiri, ketakutan berpisah, kecemasan kastrasi, dan ketakutan terhadap perasan dosa yang menyiksa diri

d. Teori Sosial

Kecemasan sebagai suatu respon terhadap sensor lingkungan, seperti terhadap pengalaman-pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan dan respon terhadap kehidupan hampa yang tidak berarti.

32

Mc Mahon dalam Kurnianti (2001), dalam Ari & Febriana (2008) mendefinisikan kecemasan umum berupa ketakutan yang disertai dengan gangguan fisiologis. Hal ini diperkuat oleh Alloy yang mendefenisikan kecemasan sebagai suatu keadaan kekwatiran, kekuatan yang dapat mempengaruhi fungsi dari berbagai area ;

a. Ledakan subyektif dari ketegangan , ketakutan dan ketidakmampuan individu dalam mengatasinya

b. Respon perilaku seperti penolakan terhadap situasi yang menakutkan, gangguan bicara dan fungsi motorik, dan gangguan pada tugas-tugas motorik.

c. Respon-respon fisik termasuk ketegangan otot, peningkatan detak jantung, tekanan darah, pernafasan bertambah cepat, mulut kering, diare, sakit kepala serta pusing. Tanda dan gejala kecemasan

Secara umum, tanda dan gejala kecemasan menurut Shives (1998) dalam Solehati & Kokasih (2015) sebagai berikut :

1. Sistem fisiologis

Tanda dan gejala kecemasan yang dapat dilihat dalam sistem fisiologis antara lain meningkatanya nadi, tekanan darah, respirasi, deaporesis, tangan berkeringat, nyeri kepala, vertigo, pandangan mata kabur, insomnia atau ganggua tidur, hiperventilasi, penurunan nafsu makan, mual, muntah dan sering berkemih.

Setiap perasaan cemas akan meningkatkan syaraf simpatis. Dengan meningkatnya saraf simpatis, secara otomatis aklan meningkatkan kerja jantung yang mengakibatnya meningkatnya nadi, tekanan darah, diaphoresis, juga tangan berkeringat. Meningkatnya tekanan darah menyebabkan iritabel syaraf-syaraf dikepala sehingga menimbulkan rasa nyeri dikepala, vertigo, pandangan mata

33

kabur, insomnia atau gangguan tidur. Gangguan tidur juga dapat disebabkan pusat otak yang mengatur tidur terganggu akibat adanya kecemasan. Meningkatnya syaraf simpatis akibat kecemasan akan menyebabkan urine dalam kandung kemis seolah olah cepat penuh sehingga pasien akan sering buang air kecil.

2. Sistem psikologis

Tanda dan gejala yang muncul pada pasien yang mengalami kecemasana bila dilihat dari segi psikologis antara lain: Menarik diri, depresi, iritabel, menjadi mudah marah, apatis, dan Merasa ketakutan.

Dan juga pasien akan merasa malu dan menarik diri dari lingkungan dan tidak mau untuk bersosialisasi. Pasien akan memfokuskan dirinya pada masalah yang dialaminya. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian masalah yang memadai, kondisi ini akan berakibat pada depresi.

Pasien yang mengalami kecemasan sering merasa ketakutan akibat sesuatu yang tidak jelas. Oleh karena itu, informasi yang memadai tentang sesuatu hal pada pasien perlu diberikan sehingga kecemasan tidak bertambah berat.

3. Sistem Kognitif

Kecemasan dapat mempengaruhi kecemasan kognitif. Tanda dan gejala yang muncul antara lain: menurunnya perhatian akibat terlalu memikirkan masalah yang sedang dialami pasien, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mempengaruhi produktivitas akibat perasaan- perasaan tidak berdaya, pelupa, dan selalu terpengaruh dengan kejadian yang telah berlalu, kemudian dibandingkan masa yang akan datang.

34

2.2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi Kecemasan

Solehati & Kokasih (2015) dikutip dari McFarlan & Wasli (1997) dalam Shives (1998) mengatakan, bahwa faktor yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman pada: Konsep diri, personal security system, kepercayaan, lingkungan, fungsi peran, hubungan interpersonal, dan status kesehatan.

Solehati dan Kokasih (2015) dikutip dari Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain sebagai berikut;

a. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi hingga 18 bulan dan bergantung pada pendidikan orang tua dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh sosialnya serta pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap kedua orang tuanya daripada pengaruh keturunan.

b. Tingkat Maturasi

Tingkat maturasi Individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada bayi tingkat kecemasan biasanya diakibatkan perpisahan dan lingkungan yang tidak dikenal. Kecemasan pada orang dewasa lebih banyak disebabkan oleh perkembangan seksual.

Pada orang dewasa kecemasan lebih banyak ditimbulkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhububngan dengan kehilangan fungsi, sebagai contoh adalah wanita yang akan mengalami Monopause. Mereka akan merasa cemas akibat akan mengalami penurunan fungsi

35

reproduksi sehingga diperlukan dukungan Sosial Suami untuk mencegah kecemasan tersebut.

c. Tingkat Pengetahuan

Individu dengan tingkat akan pengetahuan lebih tinggi akan mempunyai koping (penyelesaian masalah) yang lebih adaptif terhadap kecemasan daripada individu yang tingkat penegtahuannya lebih rendah.

d. Karakteristik Stimulus: 1) Intensitas Stresor

Intensitas stimulus yang semakin besar, semakin besar pula kemungkinan respon cemas yang akan terjadi.

2) Lama Stressor

Stressor yang menetap dapat menghabiskan enegi yang akhirnya akan melemahkan sumber-sumber penyelesaian masalah yang ada.

3) Jumlah Stressor

Stresso yang lebih besar akan meningkatkan kecemasan pada individu daripada stimulus yang lebih kecil.

e. Karakteristik Individu

Karakteristik individu dipengaruhi oleh makna stressor bagi individu. Sumber yang dapat dimanfaatkan dan respon koping serta status kesehatan individu.

1) Makna stressor bagi Individu

Makna stressor bagi individu merupakan faktor utama yang mempengaruhi respon stress. Stressor yang dipandang secara negative kemungkinan besar adapat meningkatkan rasa cemas.

36

2) Sumber yang Dapat Dimanfaatkan dan Respon Koping

Seseorang yang mempunyai keterampilan dalam menggunakan koping dapat memilih tindakan-tindakan yang akan memudahkan adaptasi terhadap stressor baru. Seseorang yang berhasil menangani stressor pada masa lampau akan mempunyai keterampilan koping yang lebih baik dan dapat menanganiu secara efektif bila terjadi kritis.

3) Status Kesehatan Individu

Jika status kesehatan buruk, energy yang digunakan untuk menangani stimulus lingkungan menjadi berkurang sehingga mempengaruhi respon terhadap stressor (Solehati & Kokasih, 2015).

2.2.4 Tipe Kecemasan

Ada beberapa tipe kecemasan. Tipe kecemasan menurut Shives (1998) dalam Tetty & Cecep (2015), terbagi menjadi ;

1. Signal Axiety

Signal axiety merupakan respon kecemasan yang berfungsi untuk mengantisipasi

suatu kejadian. Contohnya adalah seorang ibu mengalami takhikardi, Insomnia, sakit kepala ketika pertama kali mengantar anaknya kesekolah karena takut terjadi sesuatu pada anaknya.

2. Anxiety Trait

Anxiety Trait merupakan komponen personalitas yang dapat dilihat dalam jangka

waktu lama dan memerlukan observasi fisiologis dan emosi dan tingkah laku. Contohnya adalah seorang sekretaris yang telah bekerja selama 25 tahun mengeluh pusing, sakit kepala, dan insomnia berhubungan dengan pekerjaannya selama ini.

37

3. Anxiety State

Anxiety state terjadi sebagai hasil dari ketegangan jiwa, yaitu seseorang akan

kehilangan control dan emosinya. Sebagai contoh adalah seorang ibu akan histeris saat anaknya mendengar masuk Emeregency (Unit Gawat Darurat) UGD karena suatu kecelakaan.

4. Free-Floating Anxiety

Free-Floating Anxiety merupakan kecemasan yang sering terjadi dan

berhubungan denga perasaan takut. Sebagai contoh adalah seorang wanita yang takut dengan kegelapan atau rumah kosong.

2.2.5 Tingkat Kecemasan

Seorang individu mengalami kecemasan yang bervariasi, mulai cemas ringan sampai dengan panic. Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam tetty &cecep (2015) kecemasan dapat digolongkan dalam beberapa tingkat, yaitu sebaga berikut :

1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan kehidupan sehari-hari. Ketegangan kehidupan sehari-hari akan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

2. Kecemasan Sedang

Kecemasan pada ini lahan persepsinya terhadap lingkungan menurun. Individu lebih menfokuskan terhadap hal-hal yang diangggapnya penting saat itu dan mengesampingkan hal-hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

Dokumen terkait