• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SOSIALISASI DAN FASILITASI REFORMASI REGULASI DI DAERAH 28

V.2. Upaya yang telah dilakukan di Daerah

Upaya meningkatkan kualitas dan memperbaiki kondisi regulasi daerah demi meningkatkan kepastian hukum dan perlindungan bagi warga negara telah dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya melalui pengawasan regulasi daerah/regulasi kepala daerah oleh Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri dan melibatkan Kementerian Keuangan apabila menyangkut Perda Pajak dan Retribusi. Pasal 37 ayat (2) Regulasi Pemerintah Nomor

Laporan AkhirKoordinasiStrategisReformasiRegulasiTahun2012 32 32 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Pemerintahan Daerah

mengatur: “Pemerintah melakukan pengawasan terhadap Regulasi Daerah dan Regulasi

Kepala Daerah”; Ayat (3)-nya : “Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri”; Ayat (4) : “Regulasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau regulasi yang lebih tinggi dapat dibatalkan dengan Regulasi Presiden berdasarkan usulan Menteri”;Ayat (5) : “Regulasi Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bertentangan dengan kepentingan umum, Regulasi Daerah dan regulasi yang lebih tiaggi dapat dibatalkan dengan Regulasi Menteri”

Pengawasan adalah klarifikasi dan evaluasi terhadap regulasi daerah, regulasi kepala daerah, rancangan regulasi daerah dan rancangan regulasi kepala daerah (vide Pasal 1 angka 4 Regulasi Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Regulasi Daerah dan Regulasi Kepala Daerah). Gubernur mendapatkan delegasi wewenang untuk ikut melakukan pengawasan terhadap Perda dan Perkada berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Regulasi Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007: Bupati/walikota menyampaikan regulasi

aderah kabupaten/kota dan regulasi bupati/walikota kepada gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan untuk mendapatkan klarifikasi.

Selain pengawasan regulasi daerah/regulasi kepala daerah oleh Pemerintah, upaya memperbaiki kualitas dan kepastian hukum regulasi daerah juga dilakukan dengan judicial

review di Mahkamah Agung yaitu pengujian regulasi di bawah

Undang-Undang.Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24A ayat (1) mengatur: Mahkamah Agung berwenang mengadili

pada tingkat kasasi, menguji regulasi di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

Upaya tersebut telah berjalan baik, namun belumlah cukup untuk membenahi permasalahan regulasi daerah, hal ini disebabkan: pertama, pengawasan regulasi daerah oleh pemerintah belum bisa berjalan terlalu efektif karena terkendala beberapa faktor, diantaranya adalah: (i) terlalu banyaknya jumlah daerah otonom (Saat ini Indonesia memiliki 530 daerah otonom, terdiri atas 33 provinsi, 398 kabupaten, 93 kota) dan pembentukan regulasi daerah dan regulasi kepala daerah yang secara terus-menerus dibentuk oleh daerah otonom tidak sebanding dengan kemampuan pemerintah (melalui Menteri Dalam Negeri dan Gubernur) dalam melakukan pengawasan terhadap regulasi daerah dan regulasi kepala daerah; (ii) regulasi daerah yang telah dilakukan klarifikasi oleh Menteri Dalam Negeri dan terbukti bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau regulasi yang lebih tinggi dalam prakteknya

Laporan AkhirKoordinasiStrategisReformasiRegulasiTahun2012 33 33 tidak bisa secepatnya dibatalkan akibat proses birokrasi yang panjang untuk membentuk

Regulasi Presiden untuk membatalkan Perda bermasalah; (iii) belum adanya pola baku (metode) yang digunakan untuk mengukur apakah suatu Perda dan Perkada bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau regulasi yang lebih tinggi. Kedua,keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh lembaga peradilan dalam melakukan pengujian regulasi yaitu; (i) pemeriksaan badan peradilan terhadap suatu regulasi dilakukan secara pasif, dalam arti menunggu adanya permohonan dari pihak-pihak yang keberatan; (ii) pemeriksaan oleh badan peradilan mengenal kadaluarsa pengajuan permohonan keberatan (terutama pemeriksaan regulasi di bawah UU oleh MA yang menolak diajukannya permohonan apabila melewati jangka waktu 180 hari sejak regulasi diundangkan); (iii) Pemeriksaan oleh badan peradilan membutuhkan waktu relatif agak lama.

Selain melalui pengujian oleh badan peradilan dan pengawasan oleh pemerintah, upaya mengatasi permasalahan regulasi daerah dapat dilakukan melalui reformasi regulasi (regulatory reform). Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan (DAPP) Bappenas selama dua tahun terakhir telah mengembangkan suatu konsep reformasi regulasi yang oleh beberapa pihak baik dalam maupun luar negeri dikatakan cukup sistematis. Konsep reformasi regulasi ini telah diperkenalkan oleh DAPP pada awal dan pertengahan 2009 melalui seminar nasional ‘Melembagakan Reformasi Regulasi’ yang dihadiri oleh seluruh stake holder terkait yaitu Biro Hukum K/L, Perwakilan Pemerintah Daerah, Asosiasi Dunia Usaha, NGO, Pers, dll. Dalam sambutan seminar tersebut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menyatakan bahwa … ‘dalam kesempatan yang baik ini saya mendorong kepada seluruh pihak terkait, baik para pembuat kebijakan maupun para pelaku usaha agar secara bersama-sama mencari langkah-langkah yang tepat dalam rangka memperbaiki regulasi-regulasi yang menghambat peningkatan iklim usaha’.

Sebagai bagian dari pelaksanaan konsep reformasi regulasi, DAPP mengembangkan Model Analisa Regulasi (MAPP) dan Model Analisa Kerangka Regulasi (Makara). MAPP dikembangkan berangkat dari pemikiran bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan negara maupun pembangunan harus berlandaskan hukum. Kebijakan yang dituangkan dalam bentuk regulasi harus mampu menjaga dan mengawal kegiatan penyelenggaraan negara dan pembangunan (Existing regulation). Sedangkan Makara berangkat dari pemikiran bahwa setiap regulasi yang akan dibentuk (future regulation) harus sejalan dan selaras dengan rencana pembangunan dan kebutuhan masyarakat.

Menindaklajuti berbagai hasil seminar dan masukan dari berbagai pihak maka DAPP beserta pihak-pihak terkait terus menerus menyiapkan dan mendorong berjalannya reformasi

Laporan AkhirKoordinasiStrategisReformasiRegulasiTahun2012 34 34 regulasi di Indonesia. Secara garis besar kegiatan reformasi regulasi yang dipersiapkan oleh

DAPP (termasuk ke daerah) tidak dapat dilepaskan dari substansi inti Program Aksi Prioritas ketujuh (7) “bidang iklim investasi dan iklim usaha” Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 yang menyebutkan: Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara

bertahap di tingkat nasional dan daerah sehingga terjadi harmonisasi regulasi yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya.

Kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan regulasi di daerah diantaranya adalah: (1) sosialisasi dan kampanye kepada biro hukum pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota tentang urgensi dan strategi mewujudkan tertib regulasi (Model reformasi regulasi yang dikembangkan akan menjadi materi sosialisasi); dan (2) menfasilitasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi (analisa) regulasi yang bermasalah atau berpotensi menimbulkan masalah (bidang investasi) oleh Biro Hukum Pemda yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan upaya rencana tindak reformasi regulasi.

Dokumen terkait