• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya. Upaya yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan kesadaran bela negara guna mencegah disintegrasi bangsa dalam rangka terwujudnya Hanneg

Dalam dokumen OPTIMALISASI KESADARAN BELA NEGARA mahasisw (Halaman 40-69)

OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN KESADARAN BELA NEGARA YANG MAMPU MENCEGAH DISINTEGRASI BANGSA DAN TERWUJUDNYA HANNEG

27. Upaya. Upaya yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan kesadaran bela negara guna mencegah disintegrasi bangsa dalam rangka terwujudnya Hanneg

dengan keadaan dan situasi saat ini adalah melalui

a. Strategi Pertama. Mewujudkan Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Bela Negara Melalui Kegiatan Edukasi Pendidikan Kewarganegaraan, Pelatihan Militer Dasar, Pengabdian Sebagai Prajurit TNI Dan Pengabdian Sesuai Profesi. Upaya yang dilakukan yaitu :

1) Pendidikan Kewarganegaraan. TNI sebagai penyelenggara kesadaran bela negara, memberikan dasar pengetahuan tentang pembekalan pengetahuan kewarganegaraan, sehingga sebagai warga negara, mengerti posisinya sebagai bagian dari suatu negara dan mengerti akan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara. Sasaran yang ingin dicapai dari pembekalan pengetahuan kewarganegaraan adalah terwujudnya warga negara yang memahami, menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai dasar negara serta kerelaan berkorban untuk negara dan bangsa sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya, antara lain :

a) Keyakinan akan kebenaran dan kesaktian Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, melalui pendalaman terhadap materi Pancasila sehingga diperoleh pemahaman yang mendasar dan benar tentang Pancasila selanjutnya akan tumbuh keyakinan akan kebenaran dan kesaktian Pancasila. Pemahaman mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi terkini yang tengah dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut mengandung arti bahwa pokok-pokok pikiran yang dijewantahkan dalam butir-butir Pancasila tersebut merupakan pandangan sekaligus visi yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia saat ini. Sehingga diharapkan Pancasila tidak hanya sekedar simbol semata akan tetapi merupakan visi atau cita-cita bagi seluruh bangsa Indonesia saat ini dan seterusnya.

b) Kesadaran berbangsa dan bernegara, dibina melalui peringatan hari-hari bersejarah nasional, penyampaian sejarah perjuangan bangsa dan membudayakan cerita-cerita rakyat yang bernuansakan kepahlawanan bangsa, pemutaran film-film perjuangan, peninjauan ke berbagai peninggalan sejarah dan museum, melakukan napak tilas terhadap route perjuangan para pahlawan pendahulu bangsa, serta pembinaan kesadaran hukum. Pemahaman sejarah ataupun pengetahuan akan sejarah sangat diperlukan untuk membentuk pemahaman jati diri bangsa. Pemahaman sejarah merupakan latar belakang dari terbentuknya suatu bangsa yang bernegara. Kesadaran berbangsa dan bernegara lahir jika setiap warga negara mengetahui dan memahami latar belakang sejarah bangsanya, oleh karenanya sangat penting bagi setiap warga negara untuk mengetahui dan memahami sejarah perjalanan bangsanya.

Upaya pemahaman sejarah tersebut diimplementasikan melalui ragam bentuk seperti yang disebut diparagraf sebelumnya. Namun poin penting yang ingin ditanamkan adalah pemahaman sejarah tersebut adalah pemahaman sejarah harus melahirkan pemahaman mengenai jati diri bangsa dan negaranya sehingga nantinya akan timbul kesadaran dalam berbangsa dan bernegara.

Oleh karenanya upaya pemahaman sejarah tidak terpaku pada hal-hal yang sifatnya tidak penting/hal-hal-hal-hal simbolis. Pengetahuan dan pemahaman sejarah pun bukan hanya sekedar proses melihat kebelakang dalam memahami kondisi saat ini, karena pendiri bangsa tersebut berjuang untuk sebuah visi masa depan mengenai bangsa. Oleh karenanya pengetahuan dan pemahaman sejarah sangat membantu dalam memahami visi dalam rangka berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pemahaman sejarah yang melahirkan pemahaman jati diri dan visi dikorelasikan dengan kondisi bangsa saat ini ditengah pengaruh global saat ini. Sehingga kesadaran berbangsa dan bernegara akan tumbuh kuat karena adanya keinginan untuk melangsungkan keberjalanan berbangsa dan bernegara yang sudah berjalan ini.

c) Kecintaan terhadap tanah air terbentuk setelah terbentuk suatu pemahaman terhadap jati diri bangsa dan visi dalam berbangsa dan bernegara. Pemahaman mengenai jati diri bangsa dan visi berbangsa dan bernegara diperoleh melalui pemahaman sejarah yang dikorelasikan dengan kondisi zaman saat ini. Upaya penting yang dilakukan untuk menanamkan kecintaan terhadap tanah air misalnya, salah satunya adalah memperlihatkan ancaman bersama yang bersumber dari luar yang mengancam bangsa dan negara.

Kesadaran untuk cinta terhadap tanah air akan muncul ketika terdapat ancaman yang bersumber dari luar. Sebagaimana yang diketahui kasus-kasus klaim wilayah yang dilakukan Malaysia telah menimbulkan kesadaran untuk cinta terhadap tanah air di kalangan masyarakat Indonesia. Taktik menciptakan ancaman bersama yang bersumber dari luar terbukti efektif dalam meningkatkan kecintaan terhadap tanah air. Bahkan untuk menangkal ancaman disintegrasi bangsa tidak mesti mengantisipasi sumber ancaman yang bersumber dari dalam secara langsung, akan tetapi cara tidak langsung seperti dengan menciptakan pemahaman bersama akan ancaman yang merupakan acaman bersama bisa dilakukan. Terutama bagi generasi muda perlu ditanamkan pemahaman

mengenai ancaman bersama tersebut melalui program-program televisi yang mendidik maupun seminar-seminar ilmiah. Salah satu bentuk ancaman bersama tersebut adalah penguasaan asing terhadap kekayaan alam Indonesia. Dimana ditekankan bahwa hal tersebut terjadi karena belum adanya pengetahuan dan teknologi yang dikuasai bangsa Indonesia dalam mengolah sendiri kekayaan alam Indonesia. Sehingga diharapkan akan memacu kesadaran kecintaan terhadap tanah air dibanyak kalangan terutama generasi muda untuk berkontribusi secara kolektif dalam membangun pengetahuan dan teknologi yang seluruhnya dikuasai oleh bangsa Indonesia.

Bentuk lainnya dari ancaman bersama adalah pengaruh budaya luar yang negatif. Upaya dilakukan dengan membuat konten-konten melalui media elektronik yang menitikberatkan kepada pengaruh negatif dari budaya luar tersebut sehingga mampu menimbulkan kesadaran terhdap cinta tanah air. Peranan media terbukti efektif dalam menyampaikan gagasan-gagasan untuk membentuk opini publik, oleh karenanya penyampaian gagasan untuk menanamkan pemahaman mengenai kecintaan terhadap tanah air bisa dilakukan dengan memanfaatkan media (media elektronik).

d) Kecintaan terhadap tanah air akan melahirkan kerelaan berkorban untuk negara. Kesadaran untuk cinta terhadap tanah air tak lepas dari pemahaman mengenai sejarah perjalanan bangsa. Terbentuknya bangsa dan negara Indonesia tak lepas dari kontribusi para pendiri bangsa yang memiliki visi jauh dari sekedar membentuk bangsa dan negara merdeka. Akan tetapi bagaimana kelangsungan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara dapat dipertahankan selama-lamanya. Pemahaman seperti itulah yang harus ada pada setiap warga negara Indonesia.Semangat untuk mempertahankan kelangsungan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara dimanifestasikan melalui kontribusi nyata yang dilakukan oleh setiap warga negara melalui semangat kerelaan dan berkorban. Kesadaran akan kelangsungan bangsa dan negara akan

menimbulkan kesadaran dalam berbuat yang berorientasi masa depan yang mengedepankan kepada nasib anak cucu bangsa. Pada tataran para penyelenggara negara, ketika pemahaman tersebut ada maka banyak kebijakan yang bermanfaat bagi bangsa, sehingga tidak ada lagi kebijakan yang hanya menguntungkan beberapa golongan saja.

Semangat kerelaan berkorban merupakan bentuk dari kesukarelaan, dalam mempertahankan kelangsungan bangsa dan negara seringkali dibutuhkan kontribusi segenap bangsa yang dilatari oleh kesukarelaan. Kemandirian bangsa dalam bidang industri misalnya, merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan bangsa. Karena ketergantungan industri kepada bangsa lain merupakan ancaman terhadap kelangsungan bangsa dan negara. Kemandirian industri akan memperkuat kekuatan teknologi dan alutsista pertahanan negara. Kemandirian industri dapat tercapai jika terdapat komitmen bersama dari semua pihak untuk berkontribusi secara kolektif dengan semangat kesukarelaan.

Para penyelenggara negara menerapkan program pendidikan maju yang berorientasi kepada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara mandiri sehingga hilang ketergantungan kepada bangsa lain. Para penyelenggara negara menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung tumbuhnya industri nasional, dengan membatasi intervensi industri asing. Penerapan kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah pun sangat berguna untuk merangsang industri lokal untuk mampu mengolah barang mentah tersebut. Menanamkan kesadaran untuk bekerja keras pada segenap warganya, membudayakan rasa malu untuk bermalas-malasan. Sehingga diharapkan hilangnya paradigma keinginan sejahtera melalui cara-cara instan tanpa kerja keras dan dengan cara yang benar yang tidak merugikan kepentingan bangsa dan negara.

2) Pelatihan militer dasar secara wajib. Pemerintah mengikut sertakan peran warga negara dalam usaha pembelaan negara dalam

bidang pendidikan dan latihan dapat dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan ketahanan. Pendidikan ketahanan masyarakat dalam bela negara merupakan suatu usaha, kegiatan dan tindakan melalui jalur pendidikan secara terpadu dan menyeluruh untuk menumbuhkan kesadaran, tekad, semangat, sikap dan perilaku bela negara pada setiap warga negara dan kelompok masyarakat, yang pada gilirannya mewujudkan peran serta masyarakat baik dalam rangka kesejahteraan negara maupun pertahanan negara. Untuk mewujudkan rakyat terlatih melalui pendidikan dan latihan kepada warga negara yang memenuhi persyaratan diikut sertakan secara bergilir dan berkala dalam menunaikan prabhakti dan wajib bhakti dalam susunan rakyat terlatih sesuai dengan bidang keahlian dan daerahnya masing-masing. Dalam memberikan pelatihan kepada warga yang terpilih berdasarkan aspirasi dan kriteria masyarakat yang berkembang di daerah masing - masing, sehingga pelatihan yang dimaksud dapat memenuhi kebutuhan daerah untuk mewujudkan peran sertanya dalam usaha pertahanan dan keamanan wilayahnya masing-masing dalam kerangka NKRI.

a) Prabhakti adalah kewajiban warga negara untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka mewujudkan rakyat terlatih. Dengan demikian maka pembangunan rakyat terlatih dilaksanakan melalui wajib prabhakti bagi warga negara yang memenuhi persyaratan phisik maupun mental kejuangan. Hal-hal yang perlu dijadikan sasaran dalam rangka mewujudkan rakyat terlatih adalah pengetahuan tentang keprajuritan dan kematraan, antara lain sebagai berikut :

(1) Pengetahuan tentang keprajuritan diberikan melalui pembinaan dan latihan teknis militer, selain itu juga diberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang kematraan sesuai dengan pembinaan masing-masing angkatan, guna mendukung keberhasilan pembinaan, pengetahuan lain yang harus dimiliki antara lain :

(a) Pengetahuan tentang matra darat, laut dan udara adalah tanggung jawab pembinaan oleh masing-masing angkatan untuk disiapkan menjadi

komponen cadangan matra.

(b) Pengetahuan tentang belajar dan mengajar. Pengetahuan ini sangat diperlukan, khususnya dalam rangka regenerasi bila diperlukan oleh negara untuk transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada generasi berikutnya. Dengan demikian akan diperoleh efisiensi baik dana sarana dan prasarana maupun waktu yang dibutuhkan dalam pembinaan. Hal ini akan sangat membantu mengatasi masalah keterbatasan yang ada.

(c) Pengetahuan psikologi massa. Dengan memiliki pengetahuan ini maka akan Ikut bertanggung jawab jika melihat adanya tindakan negatif yang dilakukan oleh masyarakat maka ia tidak hanya melihat tindakan tersebut namun akan lebih jauh menganalisa mengapa tindakan tersebut dilakukan dan faktor apa yang mendorong masyarakat melakukan tindakan yang negatif. Dengan demikian akan dapat diambil tindakan yang bijaksana dalam menangani masalah.

(2) Fisik/Jasmani. Peserta pendidikan dan pelatihan kesadaran bela negara dituntut memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau memiliki kebugaran fisik yang prima, dengan demikian diharapkan peserta selalu siap dalam apabila sewaktu-waktu negara membutuhkan untuk melaksanakan mobolisasi umum.

(3) Sikap mental peserta pendidikan dan pelatihan kesadaran bela negara. Di samping pembinaan pengetahuan, fisik/jasmani, perlu juga dibina sikap mentalnya hal ini dimaksudkan agar :

(a) Tumbuhnya sikap terbuka, komunikatif dan konsepsional. Sebab sikap-sikap tersebut penting untuk upaya pendekatan dan pemecahan masalah.

bahwa pelatihan yang diinginkan tidak memberatkan serta bernuansa kekerasan dan merupakan suatu kebutuhan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. Diharapkan masyarakat dengan sadar mengikuti pembinaan dan pelatihan dengan baik sehingga terwujudnya situasi dan kondisi yang dinamis tentang pemahaman dari warga negara terhadap pelatihan dasar kemiliteran untuk dipersiapkan sebagai komponen cadangan.

(b) Timbulnya rasa kebersamaan antar instansi pemerintah maupun instansi swasta guna mendukung kepentingan operasional dan penyiapan pelatihan bela negara bagi warga negara dan para karyawan dalam rangka menanamkan semangat bela negara. Dengan terwujudnya pengertian fihak instansi baik pemerintah maupun swasta, maka dengan sadar mereka merasa perlu untuk meningkatkan kualitas karyawannya dengan cara mendukung tersedianya sarana dan prasarana, untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan bela negara.

b) Wajib bhakti adalah penunaian kewajiban-kewajiban pengabdian warga negara dalam usaha bela negara yang telah tersusun dalam susunan rakyat terlatih setelah menyelesaikan wajib prabhakti. Masyarakat yang telah tersusun dalam susunan rakyat terlatih dioperasionalkan secara berkala dan sistematis sesuai pengelompokan dan bidang keahlian yang ditekuninya. Pengorganisasian wajib bhakti diatur dalam pengelompokan tempat tinggal di lingkungan masyarakat, di lingkungan tempat bekerja dan di lingkungan sekolah.

3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib. Pada dasarnya upaya bela negara masyarakat dapat dilakukan melalui pengabdian dinas militer secara wajib atau secara sukarela dan dilakukan sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan yang ditetapkan. TNI dalam mengembangkan kemampuannya senantiasa memperhatikan lingkungan

global dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Maka dari itu, TNI menentukan kebijaksanaan pengembangan kemampuan dan kekuatan TNI yang profesional, efektif, efisien dan modern. Untuk dapat mewujudkan TNI yang profesional, efektif, efisien dan modern diperlukan personel dan peralatan yang berkualitas, untuk itu dibutuhkan pula calon prajurit dari warga negara yang berkualitas pula. Dengan masukan yang baik dan berkualitas selanjutnya dididik dan dilatih dengan baik maka akan menghasilkan prajurit-prajurit TNI yang memiliki kemampuan maksimal dalam melaksanakan peran sertanya dalam pembelaan negara. Pendidikan pertama yang dilaksanakan bagi prajurit TNI disesuaikan dengan tingkatannya masing-masing. Pendidikan bagi Perwira dimulai dari pendidikan pertama (melalui Akademi TNI atau melalui Sepa PK TNI) dilanjutkan pendidikan pengembangan umum dan pendidikan spesialis lanjutan. Demikian pula untuk pendidikan Bintara dan tamtama dilakukan jenjang yang sama serta pendidikan pengembangan yang terus menerus secara bertahap, bertingkat dan berlanjut dengan maksud untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan setiap prajurit dan satuan sesuai dengan kebutuhan.

4) Pengabdian sesuai profesi. Untuk mengoptimalkan kesadaran bela negara pada pengabdian sesuai dengan profesi merupakan penyelenggaraan pembinaan dan pendidikan kesadaran bela negara oleh subyek yang diberikan kepada masyarakat yang memiliki keahlian tertentu yang dipersiapkan, dipergunakan serta digerakkan untuk kepentingan pertahanan negara pada saat mobilisasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diidentifikasi beberapa profesi tersebut terutama yang berkaitan dengan kegiatan menanggulangi dan/atau memperkecil akibat perang, bencana alam atau bencana lainnya yaitu antara lain petugas Palang Merah Indonesia, para medis, tim SAR, POLRI, dan petugas bantuan sosial. Dengan demikian, warga negara yang berprofesi para medis, tim SAR, PMI, POLRI, petugas bantuan sosial, dan Linmas memiliki hak dan kewajiban ikut serta dalam upaya bela negara sesuai dengan tugas keprofesiannya masing-masing. Kelompok masyarakat yang mempunyai profesi harus berpartisipasi aktif dalam menanggulangi dan membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam yang sering terjadi di

wilayah negara kita.

b. Strategi Kedua. Mewujudkan Sistem Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Melalui Penetapan Organisasi Penyelenggara Kesadaran Bela Negara, Melaksanakan Pendidikan Dan Pelatihan SDM Serta Peningkatan Sosialisasi Kesadaran Bela Negara Masyarakat. Upaya yang dilakukan yaitu :

1) Kemhan bersama Mabes TNI menetapkan pengorganisasian pada pengelolaan sistem penyelenggaraan kesadaran bela negara disusun sesuai dengan strata mulai dari tingkat penentu kebijakan sampai dengan tingkat pelaksanaan lapangan, selanjutnya Kemhan menyerahkan tugas dan fungsi pembinaan bela negara kepada Mabes TNI selaku pelaksana di lapangan.

2) Mabes TNI menyerahkan wewenang sesuai dengan struktur yang ada kepada Angkatan untuk melaksanakan pembinaan kesadaran bela negara untuk membantu pemerintah dalam pembinaan potensi nasional dengan mengorganisir, melatih dan melakukan pembinaan potensi darat (Binpot Darat) atau Pembinaan Teritorial (Binter) kepada angkatan darat, pembinaan potensi maritim (Binpotmar) kepada angkatan laut dan pembinaan potensi dirgantara (Binpotdirga) kepada angkatan udara. 3) Pemerintah Pusat dan daerah bersama-sama dengan Kemhan melaksanakan kampanye kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban masyarakat atas bela negara seperti yang diamanahkan dalam UUD 1945 pasal 30. Dalam pelaksanaannya pemerintah daerah berkewajiban melakukan kampanye, pemilahan, dan pemeriksaan terhadap masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk diikutsertakan dan dipersiapkan sebagai komponen cadangan pertahanan Negara, selanjutnya diserahkan kepada TNI selaku pelaksana pembinaan. Penggunaan komponen cadangan dilaksanakan selama kurun waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perundang-undangan. Dengan adanya tataran organisasi pembinaan, serta dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat maka akan dapat menghilangkan persepsi bahwa bela negara adalah kewajiban TNI saja, sehingga akan terwujud warga negara yang memahamu, menghayati, dan rela melaksanakan hak serta kewajibannya dalam upaya bela negara dalam kehidupannya, sehingga lahirlah jiwa juang dan cinta

tanah air bagi setiap warga negara.

4) TNI selaku penyelenggara kesadaran bela negara dan pengguna kekuatan komponen cadangan yang telah dipersiapkan oleh pemerintah berkewajiban melaksanakan pelatihan, pengorganisasian komponen cadangan selama kurun waktu yang telah ditetapkan undang-undang, selanjutnya apabila kurun waktu penggunaan telah berakhir, TNI menyerahkan ke Kemhan untuk dilaksanakan proses administrasi pengakhiran penggunaan komponen cadangan, selanjutnya Kemhan bersama-sama dengan pemerintah pusat dan daerah melaksanakan proses pengembalian ke masyarakat.

5) TNI dan Pemerintah selalu berkoordinasi dalam proses penyelenggaraan dan pelatihan kesadaran bela negara dalam pelaksanakan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada yaitu lembaga pendidikan dan latihan di seluruh jajaran TNI dalam hal pelatihan, sedangkan dalam hal penyampaian materi bela negara memanfaatkan sekolah dan perguruan tinggi sesuai tingkat dan kebutuhannya mulai dari tingkat sekolah menengah pertama sampai dengan perguruan tinggi.

6) Lembaga Pemerintah/LPNK membantu TNI selama pembinaan bela negara, serta selama proses pelatihan dilaksanakan dengan meminjamkan perangkat keras yang mungkin tidak dimiliki oleh lembaga pelatihan militer sebagai bentuk kerjasama antar kementerian sesuai juklak dan juknis yang telah ditetapkan.

7) TNI selaku penyelenggara kesadaran bela negara dan pengguna komponen cadangan, apabila negara dalam keadaan bahaya maka akan dilaksanakan mobilisasi umum dan demobilisasi terhadap komponen cadangan, Panglima TNI berwenang menggunakan komponen pertahanan negara dalam menyelenggarakan operasi militer berdasarkan UU.

8) TNI baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam penyelenggaraan kesadaran bela negara mempunyai rasa kehendak untuk melaksanakan pembinaan yang selaras sesuai dengan struktur organisasi yang ada. Kesatuan kehendak ini mempunyai peranan penting dalam

mencapai sasaran pembinaan yang diinginkan, karena akan dapat menimbulkan saling pengertian bahwa masing-masing angkatan mempunyai kepentingan dan kewajiban yang sama dalam pembinaan masyarakat dalam bela negara. Selain itu, terciptanya kesatuan kehendak diantara aparat TNI khususnya yang bertugas di komando kewilayahan akan memaksa untuk membuat program pembinaan baik secara sendiri-sendiri maupun secara terpadu.

Selain organisasi yang mengatur sistem penyelenggaraan dan pengawakan SDM yang efektif dan efisien, untuk mengoptimalkan penyelenggaraan kesadaran bela negara perlu dilaksanakan pembinaan secara terpadu terhadap instruktur/pelatih, agar penyelenggaraan kesadaran bela negara mencapai hasil optimal. Pembinaan ini terutama ditujukan kepada instruktur/pelatih yang merupakan ujung tombak dalam melaksanakan pendidikan.

1) Pengetahuan tentang pembinaan TNI selaku penyelenggara kesadaran bela negara dan sekaligus sebagai instruktur dalam upaya Hankamneg tidak cukup hanya memiliki pengetahuan teknis militer saja, namun diperlukan juga memiliki pengetahuan lain guna mendukung keberhasilan pembinaan. Pengetahuan lain yang harus dimiliki antara lain sebagai berikut :

a) Pengetahuan tentang belajar dan mengajar. Pengetahuan ini sangat diperlukan oleh seorang instruktur/pelatih, khususnya dalam rangka transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan dari pembina kepada yang dibina. Dengan demikian akan diperoleh efisiensi baik dana sarana dan prasarana maupun waktu yang dibutuhkan dalam pembinaan. Hal ini akan sangat membantu mengatasi masalah keterbatasan yang ada.

b) Pengetahuan psikologi massa. Dengan memiliki pengetahuan ini akan diperoleh keuntungan sebagai berikut :

(1) Ikut bertanggung jawab yaitu bila anggota TNI melihat adanya tindakan negatif yang dilakukan oleh masyarakat maka ia tidak hanya melihat tindakan tersebut namun akan lebih jauh menganalisa mengapa tindakan tersebut dilakukan dan faktor apa yang mendorong masyarakat melakukan

tindakan yang negatif. Dengan demikian akan dapat diambil tindakan yang bijaksana.

(2) Dengan kemampuan menganalisa masyarakat sebagai obyek pembinaan dapat diambil metode pembinaan yang tepat dan dapat memanfaatkan potensi dasar yang dimiliki masyarakat sehingga cepat terwujudnya sasaran pembinaan.

2) Fisik/Jasmani. Sebagai instruktur/pelatih dituntut memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi, dengan demikian diharapkan setiap anggota TNI selaku instruktur/pelatih selalu siap dalam menjalankan tugasnya dengan penuh semangat. Peserta (masyarakat) selaku yang dibina dengan melihat semangat instruktur/pelatih akan tertarik dan termotivasi untuk melaksanakan perintah atau petunjuknya. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik bagi instruktur/pelatih untuk mempermudah pelatihan.

3) Sikap mental instruktur/pelatih. Di samping pembinaan pengetahuan, fisik/jasmani, perlu juga dibina sikap mentalnya hal ini dimaksudkan agar :

a) Timbulnya kesatuan kehendak TNI baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam penyelenggaraan kesadaran bela negara. Kesatuan kehendak ini mempunyai peranan penting dalam mencapai sasaran pelatihan yang diinginkan, karena akan dapat menimbulkan saling pengertian bahwa masing-masing angkatan mempunyai kepentingan dan kewajiban yang sama dalam penyelenggaraan kesadaran bela negara.

b) Tumbuhnya rasa tanggung jawab sebagai instruktur/pelatih dan diharapkan akan mempunyai sikap sikap mawas diri untuk tidak melakukan perbuatan yang tercela. Hal ini sangat penting karena sebagian besar rakyat Indonesia menganut faham paternalistik (tokoh panutan). Dalam kondisi masyarakat yang demikian pembina akan merupakan titik sentral yang selalu dijadikan idola dan panutan

Dalam dokumen OPTIMALISASI KESADARAN BELA NEGARA mahasisw (Halaman 40-69)

Dokumen terkait