• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI KESADARAN BELA NEGARA mahasisw

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OPTIMALISASI KESADARAN BELA NEGARA mahasisw"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM RANGKA TERWUJUDNYA HANNEG

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Sejarah mencatat bahwa NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 19451 Bangsa Indonesia sejak berabad-abad dengan gigih telah berjuang untuk menghapuskan penjajahan dari Bumi Pertiwi, dalam perjalanan selanjutnya ternyata telah mengalami berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan berat yang bersumber dari dalam maupun luar negeri atau gabungan dari kedua-duanya yang dapat menghancurkan identitas, integritas dan eksistensi bangsa. Hakekat pertahanan negara merupakan segala upaya pertahanan yang bersifat semesta dimana penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Sistem Pertahanan Negara yang dinyatakan dalam UUD Negara RI tahun 1945 pasal 30 dan UU RI No 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara, pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta, yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan seluruh sumber daya nasional lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara dan menjaga keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

b. Ancaman disintegrasi bangsa sekarang ini sudah berkembang sedemikian kuat. Hal ini ditandai dengan berbagai konflik yang muncul di beberapa daerah seperti Poso, Maluku, Papua dan konflik-konflik sosial lainnya yang awalnya karena faktor psikologis ketidakadilan ekonomi dibungkus menjadi disharmoni SARA. Demikian juga dengan diberlakukannya otonomi daerah dan perkembangan demokratisasi yang belum matang cenderung menumbuhkan

(2)

sikap fanatisme kedaerahan sempit dan mengarah pada sikap kolektif yang tidak produktif untuk memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan tertentu yang pada akhirnya menimbulkan konflik sosial bernuansa SARA. Di samping itu tuntutan pemekaran wilayah menjadi trend baru di daerah tanpa mempertimbangkan kemampuan daerah tersebut sehingga muncul konflik vertikal antara daerah dan pusat. Kondisi nyata ini tentunya menjadi ancaman yang kompleks bagi terciptanya integrasi bangsa ditambah lagi dengan pengaruh lingkungan global dan regional yang mampu mengubah dan menggeser tata nilai dan tata laku sosial budaya masyarakat Indonesia. dari berbagai macam konflik di atas, hal tersebut dipengaruhi juga oleh menurunnya rasa nasionalisme yang ada di dalam masyarakat sehingga semakin memperberat usaha-usaha pemerintah dalam rangka menumbuhkan kesadaran bela negara. Belum terwujudnya peranti lunak, peraturan dan perundang-undangan yang mengatur pemberdayaan potensi nasional untuk kepentingan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara, belum optimalnya sistem penyelenggaraan yang mengatur organisasi, pengawakan (SDM), pola pembinaan, sarana dan prasarana dalam pembinaan dan pelatihan bela negara serta belum terdukungnya anggaran yang diperlukan untuk pembinaan bela negara menyebabkan penyelenggaraan kesadaran bela negara terhambat.

c. Guna mencegah timbulnya disintegrasi bangsa yang dapat menghambat terwujudnya pertahanan negara yang kokoh maka diperlukan suatu upaya peningkatan penyelenggaraan kesadaran bela negara yang terintegrasi, terorganisir, terencana secara sistematis dan terukur guna mencegah disintegrasi bangsa sehingga terwujudnya pertahanan negara.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Penulisan naskah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang optimalisasi penyelenggaraan kesadaran bela negara guna mencegah disintegrasi bangsa dalam rangka terwujudnya Hanneg.

(3)

3. Ruang Lingkup dan Sistematika.

a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup pembahasan naskah ini dibatasi pada penyelenggaraan bela negara guna mencegah disintegrasi bangsa dalam rangka terwujudnya Hanneg.

b. Sistematika. Sistematika penyusunan naskah ini adalah sebagai berikut :

1) Bab I Pendahuluan.

2) Bab II Landasan Pemikiran.

3) Bab III Kondisi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Saat Ini, Implikasi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Terhadap Disintegrasi Bangsa Dan Implikasi Disintegrasi Bangsa Terhadap Terwujudnya Hanneg Serta Permasalahannya.

4) Bab IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis.

5) Bab V Kondisi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Yang Diharapkan Dan Dapat Mencegah Disintegrasi Bangsa Dan Terwujudnya Hanneg

6) Bab VI Optimalisasi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Yang Mampu Mencegah Disintegrasi Bangsa dan Terwujudnya Hanneg.

7) Bab VII Penutup.

4. Pendekatan dan Metode.

a. Metode. Penulisan naskah ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan subjek atau objek penelitian kemudian dianalisa berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya.

(4)

5. Pengertian-Pengertian.2

a. Pertahanan Negara. Adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh setiap warga Negara untuk membela, menjaga, melindungi dan mempertahankan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah dan segenap bangsa (bukan hanya tanggung jawab komponen utama atau TNI).

b. Sistem Pertahanan Negara. Adalah keseluruhan upaya pertahanan yang bersifat semesta dengan melibatkan seluruh warga Negara, wilayah dan sumber daya Nasional lainnya dan disiapkan secara dini oleh Pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

c. Komponen Utama. Adalah Komponen Kekuatan Utama pertahanan negara terdiri dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara termasuk seluruh peralatannya sebagai bala kekuatan nyata yang siap digunakan untuk menghadapi ancaman bersenjata.

d. Komponen Cadangan. Adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan serta kemampuan komponen utama.

e. Komponen Pendukung. Adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama serta komponen cadangan.

f. Bela Negara. Adalah tekad dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa.

g. Disintegrasi. Adalah sebuah kondisi berupa terpecahnya sebuah negara menjadi beberapa wilayah, di mana masing-masing wilayah membentuk kedaulatan sendiri-sendiri yang satu sama lain saling terpisah.

(5)
(6)

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum. Terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah pemberian atau hadiah dari para penguasa sebelumnya, namun melalui sejarah perjuangan yang panjang dalam memperjuangkan, membela dan mempertahankan suatu negara, bangsa yang merdeka dan berdaulat. Perjuangan bangsa Indonesia membuktikan bahwa bangsa Indonesia dalam membela dan memperjuangkan kemerdekaan didasarkan pada semangat perjuangan seluruh rakyat yang tertindas oleh ulah penjajah, dan didorong oleh rasa senasib sepenanggungan sehingga melahirkan keberanian untuk rela mengorbankan apa yang dimiliki untuk sebuah kemerdekaan. Melihat kenyataan tersebut maka keterpaduan dan kebersamaan seluruh rakyat dalam penyelenggaraan pertahanan negara merupakan sebuah kekuatan yang ampuh dan dapat diandalkan, telah teruji keberhasilannya dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan dengan kewajiban bela negara telah terjadi perubahan pemahaman dan bahkan prilaku masyarakat yang tercermin dalam wujud prilaku yang cenderung senang melakukan kerusuhan dan kekerasan yang dapat mengancam kredibilitas negara, serta dapat meruntuhkan kekuatan pertahanan negara. Kurangnya tanggung jawab dan partisipasi masyarakat terhadap keamanan maupun pertahanan negara adalah indikasi menurunnya partisipasi masyarakat dalam hal bela negara. Guna mencegah timbulnya disintegrasi bangsa yang dapat menghambat terwujudnya pertahanan negara yang kokoh akibat menurunnya semangat bela negara, dalam pembahasan tulisan ini diperlukan landasan pemikiran antara lain, landasan historis, landasan filosofis dan landasan teori.

(7)

ini merupakan tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa demi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia yang dilandasi dengan kesadaran bela Negara dalam rangka mempertahankan keutuhan wilayah NKRI.

a. Sumpah Pemuda 1928. Para pelajar dan mahasiswa dari beberapa organisasi mulai bergabung dalam satu wadah bersama, yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tahun 1926, anggotanya terbanyak berasal dari mahasiswa fakultas hukum, teknik, dan kedokteran di Bandung dan Jakarta. Untuk merealisasikan semangat persatuan dalam wadah nasionalisme itu, mereka menyelenggarakan Kongres Pemuda I pada Mei tahun 1926. tujuan kongres adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan diantara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Pada 28 Oktober 1928 dilaksanakan Kongres Pemuda II. Dalam rapat ini disetujui usul resolusi yang yang dirancang oleh M. Yamin, yakni Sumpah Pemuda yang berisi satu bangsa, satu nusa dan satu bahasa Indonesia. Kongres berhasil menetapkan ikrar atau sumpah pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka. Dan pada malam penutupan Kongres, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh penggubahnya W.R. Supratman.

b. Proklamasi Kemerdekaan. Kewajiban setiap warga negara yang dituntut oleh akibat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 telah dibuktikan oleh rakyat dan terutama oleh pemuda-pemuda yang dengan serentak tergugah kembali jiwa keprajuritannya secara berbondong-bondong menggabungkan diri dalam barisan-barisan perjuangan bersenjata. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran rakyat Indonesia sudah tinggi dan sekaligus menjadi bukti bahwa rakyat selalu siap dan rela berjuang demi cita-cita dan kemerdekaan kehidupan bangsa.

8. Landasan Filosofis.

(8)

keutuhan wilayah NKRI, maka diperlukan jiwa nasionalisme dan semangat cinta tanah air dari seluruh komponen bangsa. TNI sebagai penyelenggara pembinaan dan pelatihan bela negara harus mampu menampilkan diri sebagai insan yang Pancasilais terutama dalam sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia sehingga persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud di seluruh wilayah Indonesia. Kekuatan bangsa terletak pada keyakinan akan kebenaran Pancasila yang selalu dipertahankan dan telah pula teruji akan kesaktiannya, sedangkan kelemahan bangsa justru terletak pada belum dihayatinya serta belum diamalkannya Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, guna mengoptimalisasikan penyelenggaraan kesadaran bela negara, harus senantiasa berpedoman kepada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.

b. Landasan Konstitusional. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional bangsa Indonesia, dimana dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kedua tertuang cita-cita, yaitu terwujudnya negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sedangkan tujuan nasional yang tertuang dalam alinea yang keempat menyebutkan bahwa negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum serta ikut melaksanakan ketertiban dunia3. Dari cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia tersebut untuk mewujudkan rakyat yang bersatu, diperlukan jiwa nasionalisme yang tinggi dan semangat cinta tanah air serta adanya kesadaran berbangsa dan bernegara. Untuk memegang teguh berlakunya UUD 1945, hal ini tercermin dalam pasal 30 UUD 1945 tentang bela negara, dimana setiap warga negara bertanggung jawab atas kedaulatan dan keselamatan negara, sehingga pertahanan negara bukan hanya tugas TNI melainkan kewajiban seluruh lapisan masyarakat sebagai bagian dari komponen cadangan dan komponen pendukung. Oleh karena itu, guna mengoptimalisasikan penyelenggaraan kesadaran bela negara, harus senantiasa berpedoman kepada kaidah-kaidah yang tertuang dalam UUD 1945.

c. Landasan Konseptional.

1) Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai landasan visional merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya dalam wujud yang berwawasan nusantara dan dalam

(9)

pemikirannya untuk mencapai tujuan nasional berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD 19454. Sehingga dalam penyelenggaraan bela negara harus senantiasa mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam setiap aspek kehidupan. Sebagai negara kepulauan dengan kebhinekaan masyarakatnya, senantiasa menempatkan wawasan nusantara sebagai wawasan nasional. Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah dan jati diri bangsa sehingga terhindar dari disintegrasi bangsa. Demikian pula dengan pembangunan bidang pertahanan dan keamanan negara, juga harus ditujukan guna mewujudkan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan Hankam, dalam arti bahwa ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara, serta tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan negara dan bangsa. Oleh karena itu penyelenggaraan kesadaran bela negara merupakan salah satu implementasi wawasan nusantara dalam rangka mewujudkan satu kesatuan yang bulat dan utuh demi tetap terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

2) Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional adalah Kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi setiap ancaman, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam negeri terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia5. Dengan demikian bahwa ketahanan nasional mengandung arti kemampuan, ketangguhan, keuletan, ketabahan, kesadaran dan ketangguhan dalam menghadapi, menahan serta menanggulangi segala bentuk ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri. Kemampuan dan ketahanan serta keuletan tersebut harus tumbuh dari kesadaran seluruh warga negara sebagai mana yang disebutkan dalam pasal 30 UUD 1945. Penyelenggaraan ketahanan nasional menggunakan asas kesejahteraan dan keamanan yang senantiasa terdapat pada setiap aspek dalam kehidupan nasional dengan berorientasi pada lingkungan serta mawas kedalam berdasarkan sikap mental percaya pada diri sendiri.

(10)

d. Landasan Operasional.

1) UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta dengan melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut, untuk menegakkan kedaulatan negara keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman6. Selanjutnya dalam Pasal 9 ayat (1) disebutkan “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”.

2) UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI. Pasal 1 ayat 6 menjelaskan bahwa sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumberdaya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu terarah, berkesinambungan dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara mempertahankan keutuhan wilayah NKRI dan melindungi keselamatan segenap bangsa dari setiap ancaman, pasal 7 menyatakan tugas TNI melaksanakan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang diantaranya adalah memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.

9. Landasan Teori.

a. Teori Kesisteman. Shrode dan Voich Jr (Winardi, 2005); Emile Durkheim (Johnson, 1986) menjelaskan bahwa dalam melihat sesuatu haruslah dipandang sebagai satu kesatuan dan saling hubungan satu dengan bagian lainnya.

b. Teori Perubahan Sosial Budaya. Alvin Toefler ( Anshori, 2000); Eisentandt ( Faisal dan Yasik, 1985) menjelaskan bahwa manusia dikuasai oleh perubahan dan gelombang perubahan tersebut dikuasai oleh tingkat teknologi yang menghadirkan konsekwensi sosial budaya masing-masing.

(11)

c. Teori Integralistik oleh Spinoza, Adam Muller (abad 18 dan 19) Menjelaskan negara adalah tidak untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan, akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan.

10. Tinjauan Pustaka.

(12)

analitis, menghargai akan nilai-nilai demokratis serta aktif dalam kegiatan di masyarakat.

c. Pandangan John J. Cogan berikut : “There is one point which needs clarification before we proceed further. The question is often raised regarding the difference, if any, between “civic” and “citizenship” education. In the United States these terms are generally used by educators interchangeably. However, I believe that there is a distinction to be made although both elements are equally important in one’s overall civic learning experience and preparation for life in a democracy”.

( 1999 : 4).

Selanjutnya Cogan menyatakan :“ Citizenship education, or ‘education for citizenship’ as I prefer to say, is the more inclusive term and encompasses both these in-school experiences as well as out-of-school or ‘non-formal/informal’ learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc. which help to shape the totality of the citizen. It focuses upon what the American educator, John Dewey, called an ‘associationist’ concept of education” (1999 : 4)

Pandangan tersebut menjadi salah satu alasan membentuk organisasi Pusat Pendidikan Warganegara (Citizenship Education Center), karena menyangkut kepada kepentingan masyarakat. Berbeda dengan ‘Civic Education’ yang dikembangkan di tingkat persekolahan, maka Citizenship Education atau “Education for Citizenship’ merupakan istilah yang lebih inklusif dan mencakup kedua pengalaman di dalam sekolah maupun di luar sekolah atau belajar formal/informal yang terjadi di lingkungan keluarga, organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, media dan lain-lain yang membantu membentuk totalitas warga negara.

(13)

lebih selama 350 tahun dan baru memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17

Agustus 1945.

Dalam perkembangan selanjutnya muncul pula adagium “si vis pacem parabellum”, siaplah perang jika anda mau damai. Konsep ini pun mendorong negara membangun angkatan perangnya dan membangun sistem pertahanan total atau pertahanan semesta.

e. Dalam buku Pemberdayaan Sumberdaya Manusia untuk Penyelenggaraan Bela Negara yang ditulis Sayidiman Suryohadiprojo (2002), menyatakan bahwa usaha penyelenggaraan bela negara yang bersifat menyeluruh tersebut harus dilakukan bersama oleh seluruh bangsa, oleh Pemerintah dan Swasta. Seluruh masyarakat harus menyadari pentingnya usaha itu untuk kepentingan kita masing-masing secara individual maupun secara bersama sebagai bangsa. Sebab kalau kita tidak berbuat ke arah itu tidak mustahil kita akan lenyap sebagai bangsa atau hanya dalam nama saja ada Republik Indonesia tetapi dalam kenyataan sudah kehilangan kemerdekaan dan kemandiriannya karena tidak ada daya tahan dan daya saing yang memadai terhadap bangsa-bangsa lain.

f. Dalam buku Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan karangan

penulis Prof. Dr. Abdul Azis Wahab (2000) mengemukakan pilar demokrasi Indonesia yang harus menjadi prinsip utama pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan antara lain konstitusionalisme, Keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewarganegaraan yang cerdas dan kedaulatan rakyat.

(14)

KONDISI PENYELENGGARAAN KESADARAN BELA NEGARA SAAT INI, IMPLIKASI PENYELENGGARAAN KESADARAN BELA NEGARA TERHADAP DISINTEGRASI BANGSA DAN IMPLIKASI DISINTEGRASI BANGSA TERHADAP TERWUJUDNYA

HANNEG SERTA PERMASALAHANNYA

11. Umum. Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman dengan melibatkan warga negara sebagai komponen cadangan dan pendukung.7) Keterlibatan warga negara sebagai komponen cadangan dipersiapkan

untuk memperkuat dan memperbesar komponen utama, dan sebagai komponen pendukung secara langsung atau tidak langsung digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan cadangan.8) Sebagai penerus

perjuangan bangsa masyarakat Indonesia dituntut untuk memiliki kesadaran bela negara yang dicerminkan dalam bentuk kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, semangat rela berkorban, memiliki keyakinan terhadap kebenaran ideologi Pancasila serta pemahamannya terhadap bela negara. Pemerintah sebagai penyelenggara kesadaran bela negara tersebut dirasakan hingga saat ini belum menampakkan hasil yang menggembirakan. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain Belum Maksimalnya penyelenggaraan bela negara yang meliputi pendidikan kewarganegaraan, pelatihan militer dasar secara wajib, belum terwujudnya peranti lunak, peraturan dan perundang-undangan yang mengatur pemberdayaan potensi nasional untuk kepentingan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara, belum optimalnya sistem penyelenggaraan yang mengatur organisasi, pengawakan (SDM), pola pembinaan, sarana dan prasarana dalam pembinaan dan pelatihan bela negara serta belum terdukungnya anggaran yang diperlukan untuk pembinaan bela negara.

12. Kondisi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Saat Ini.

a. Bentuk Penyelenggaraan Bela Negara. Sejak reformasi bergulir, pendidikan bela negara berkurang porsinya, mulai dari pendidikan moral Pancasila sampai pendidikan kewiraan, baik melalui pramuka maupun resimen mahasiswa. Jalur ini ada yang dihapus dan ada pula yang hanya diganti nama.

7) Undang Undang Nomor : 3 Tentang Pertahanan Negara. Pasal 6.

(15)

Pada tahun 2008, para akademisi dan pakar pertahanan membicarakan tentang pendidikan bela negara. Pada pelaksanaan pendidikan kesadaran bela negara saat ini, sesuai yang tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 pasal 9 (2) terbagi atas 4 macam yaitu :

1) Pendidikan kewarganegaraan. Salah satu materi/bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi adalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1) undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dari uraian di atas, jelas bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan. Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut dirasakan masih belum terlaksana dengan baik. Karena hanya dilaksanakan pada wujud materi saja sedangkan wujud pelaksanaan di lapangan dengan tindakan nyata belum ada.

2) Pelatihan militer dasar secara wajib. Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer adalah unsur mahasiswa yang tersusun dalam organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa). Memasuki organisasi resimen mahasiswa merupakan hak bagi setiap mahasiswa, namun setelah memasuki organisasi tersebut mereka harus mengikuti latihan dasar kemiliteran. Anggota resimen mahasiswa tersebut merupakan komponen bangsa yang telah memiliki pemahaman dasar-dasar kemiliteran dan bisa didayagunakan dalam kegiatan pembelaan terhadap negara. Namun saat ini, program pelatihan dasar militer terhadap Menwa tidak ada lagi, di sisi lain penghayatan, materi pelatihan, sarana prasarana kurang memadai bila dihadapkan dengan tujuan yang ingin dicapai agar komponen cadangan dan komponen pendukung dapat dimanfaatkan untuk mendukung komponen utama melalui mobilisasi dengan pengorganisasian yang telah ada melalui pengelompokan komponen cadangan dan komponen pendukung.

(16)

negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Pasal 1 ayat 1 UU nomor 3 tahun 2002). Pengabdian sebagai prajurit TNI merupakan salah satu bentuk kesadaran bela negara masyarakat Indonesia. Walaupun jumlah yang mendaftar menjadi anggota TNI sangat banyak bahkan melebihi kebutuhan. Masyarakat yang memenuhi syarat mengalami penurunan baik dari segi kesehatan, jasmani, psikotes dan lain-lain. Hal tersebut banyak diakibatkan pergaulan remaja yang cenderung bebas (merokok, narkoba dan sebagainya).

4) Pengabdian sesuai profesi. Yang dimaksud pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya (penjelasan Undang-undang nomor 3 tahun 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diidentifikasi beberapa profesi tersebut terutama yang berkaitan dengan kegiatan menanggulangi dan/atau memperkecil akibat perang, bencana alam atau bencana lainnya yaitu antara lain petugas Palang Merah Indonesia, para medis, tim SAR, Polri dan petugas bantuan sosial. Namun saat ini masih memerlukan kekuatan potensial yang memerlukan pengelolaan lebih lanjut sesuai dengan rencana pembangunan nasional maupun daerah.

b. Sumber Daya Manusia. Semangat Bela Negara Warga Negara Republik Indonesia saat ini dilihat dari beberapa aspek, aspek hakekat Bela Negara antara lain :

1) Kecintaan terhadap tanah air.

a) Kecenderungan berpola hidup konsumtif, individualistis, bergaya hidup kebarat-baratan dan menurunnya kebanggaan dan kepedulian terhadap bangsa, negara serta lingkungan.

(17)

2) Keyakinan terhadap Pancasila.

a) Kecenderungan mempertanyakan kemampuan Pancasila menjawab tantangan era globalisasi dengan segala perubahannya, sehingga muncul gagasan untuk mengadakan penyegaran Pancasila. Hal ini perlu pemahaman secara benar agar tidak membahayakan bagi Pancasila.

b) Adanya tindakan-tindakan kriminal, yang disebabkan karena para pelakunya kurang memahami ajaran agama serta tidak menjalankannya dengan benar.

c) Kurangnya kesadaran diri sebagai unsur atau bagian dari kebersamaan. Sebab dalam kehidupan bermasyarakat peran salah satu unsur tidak pernah dapat dilepaskan dari keterkaitannya dengan unsur yang lain.

d) Kurang menyadari bahwa bangsa kita adalah bangsa yang majemuk dari segi suku dan agama, sehingga kadang-kadang masih ada sifat kedaerahan yang sempit dan kurangnya toleransi antar umat beragama.

e) Budaya bangsa yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya, akan tetapi generasi muda saat ini lebih menyukai budaya yang datang dari luar daripada mempelajari dan melestarikan budaya bangsa sendiri.

3) Kesadaran berbangsa dan bernegara.

a) Kepedulian masyarakat kota terhadap sesama sudah mulai berkurang, maraknya pelanggaran hukum oleh sebagian masyarakat, elit politik maupun aparat pemerintah menyebabkan sulitnya penegakkan hukum.

(18)

c) Cenderung lebih mementingkan kepentingan diri pribadinya dan golongannya daripada kepentingan bersama.

d) Seiring dengan kemajuan jaman, tingkat kesejahteraan dan kesibukan masing-masing terutama pada masyarakat yang ada di perkotaan memicu sikap individualistik di kalangan masyarakat dan tidak lagi menganggap bahwa gotong royong itu perlu.

4) Kerelaan berkorban untuk negara.

a) Belum dipahaminya bahwa pembelaan negara merupakan kewajiban setiap warga negara. Sebagai contoh dalam kasus kejahatan dan kriminalitas, terorisme untuk menangkap para pelaku sangat sulit karena masyarakat beranggapan bahwa hal ini tugas TNI dan Polri.

b) Partisipasi kalangan masyarakat Indonesia dalam mengatasi korban bencana alam dinilai masih kurang, karena adanya ketidakpahaman masyarakat dalam memberikan bantuan terhadap para korban, mengakibatkan masyarakat yang menjadi korban bencana alam sangat bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan pemerintah.

c) Peran serta masyarakat dalam penanggulangan narkoba dirasakan masih sangat kurang, mereka masih berpandangan bahwa pemberantasan penyalahgunaan Narkoba adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah. Dengan demikian mereka kurang peduli dan kurang berpartisipasi secara aktif dalam upaya pre-emtif, preventif dan kuratif maupun rehabilitatif.

c. Peranti Lunak. Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer dan nirmiliter telah diatur didalam UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara,9) UU No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI,10) berkaitan dengan

tugas TNI pada pasal 7 ayat (2 b) angka 811, sedangkan UU yang mengatur pemberdayaan potensi nasional untuk kepentingan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara belum disyahkan, dengan demikian acuan untuk membuat peraturan perundang-undangan, Juklak/Juknis tentang

9 ) UU No. 3 Tahun 2002, Tentang Hanneg, pasal 7,8,16.

10) UU No. 34 Tahun 2004, Tentang TNI, pasal 8,9,10.

(19)

pembinaan komponen cadangan dan komponen pendukung sesuai UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 7 (2), belum dapat ditindak lanjuti karena belum ada dasar hukum diatasnya. Dengan adanya revisi UU No 20 tentang ketentuan-ketentuan pokok Hankam maka perangkat lunak yang dapat mengikat kepada penyelenggaraan pembinaan kewajiban bela negara sekaligus menjadi payung hukum dari proses pelaksanaan perwujudan sistem pertahanan negara, tidak dapat dijadikan pegangan dalam menegakkan pertahanan dan keamanan negara maka sehingga terjadi berbagai fenomena sebagai berikut :

1) Tindakan aparat yang ragu-ragu. Situasi dan kondisi keamanan saat ini sedang menghadapi ancaman multi dimensional, sehingga mendorong timbulnya konflik di berbagai wilayah yang hingga saat ini masih belum dapat terselesaikan dengan tuntas. Disebabkan karena kurang tegasnya aparat keamanan dalam mengantisipasi dan menangani setiap permasalahan yang terjadi karena belum adanya payung hukum sehingga pelaksanaan dilapangan menjadi ragu - ragu.

2) Kesadaran bela negara dari masyarakat/warga negara dalam penanaman kesadaran kepada seluruh rakyat dilaksanakan melalui media elektronik/cetak dan khususnya media pendidikan serta pelatihan. Untuk itu diperlukan perangkat lunak yang dapat dipedomani.

3) Kemhan sebagai bagian dari pemerintah memiliki tugas dan fungsi dalam menata konsep perencanaan hingga pelaksanaan yang dituangkan dalam bentuk piranti lunak yang dapat digunakan untuk melaksanakan kerjasama dengan dalam pembinaan kesadaran bela negara. Namun sampai saat ini pelaksanaan kerjasama masih sangat kurang sehingga perlu dikembangkan kearah yang diinginkan hal ini terkesan berjalan sendiri - sendiri.

d. Anggaran. Kebijakan untuk menetapkan anggaran pertahanan negara adalah Kemhan berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan presiden, Kemhan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya manusia, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh TNI komponen pertahanan lainnya.12) Pedoman penyelenggaraan

perencanaan pembangunan pertahanan negara yang tetuang dalam UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Pertencanaan Pembangunan Nasional, telah diatur

(20)

sesuai dengan rangkaian yang berulang setiap dua puluh tahun (RPJP) dan dijabarkan dalam lima tahunan, arah kebijakan dan strategi yang mencakup segenap Komponen Pertahanan negara yaitu Komponen utama, Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung dihadapkan kepada arah dan perkembangan lingkungan strategis. Pengalokasian anggaran dari pemerintah didasarkan atas rasio kebutuhan pembangunan kemampuan serta kekuatan pertahanan negara dengan perkiraan bahwa ancaman dalam kurun waktu 5 sampai dengan 10 tahun tidak ada ancaman dari luar, sehingga besarnya anggaran untuk kepentingan pertahanan menjadi sangat kecil dihadapkan dengan Otonomi Daerah. Dalam upaya penyelenggaraan kesadaran bela negara dukungan dana terbatas. Untuk mengoptimalisasikan penyelenggaraan kesadaran bela negara dengan baik perlu dukungan anggaran yang cukup. Selama anggaran yang dialokasikan tidak sesuai dengan yang diinginkan maka sangat berpengaruh terhadap sasaran yang diinginkan.

13. Implikasi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Terhadap Disintegrasi Bangsa dan Implikasi Disintegrasi Bangsa Terhadap Terwujudnya Hanneg.

(21)

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara.

14. Permasalahan Yang Ditemukan.

a. Belum maksimalnya penyelenggaraan bela negara yang meliputi pendidikan kewarganegaraan, pelatihan militer dasar secara wajib, pengabdian sebagai prajurit tni secara suka rela atau wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi.

b. Belum optimalnya sistem penyelenggaraan yang mengatur organisasi, pengawakan (SDM), pola pembinaan, sarana dan prasarana dalam pembinaan dan pelatihan bela negara.

c. Belum terwujudnya peranti lunak, peraturan dan perundang-undangan yang mengatur pemberdayaan potensi nasional untuk kepentingan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara.

(22)

BAB IV

PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

15. Umum. Perkembangan lingkungan strategis pada abad 21 begitu cepat berubah dan cukup dinamis di berbagai kehidupan sejalan dengan global multiple crisis yang terus melanda akibat krisis politik, ekonomi ataupun kelangkaan energi yang berdampak terhadap perdamaian dan keamanan internasional, sehingga mengakibatkan bergesernya berbagai struktur kehidupan yang tidak lagi selalu simetris. Perkembangan lingkungan strategis tersebut mutlak memperoleh perhatian serta pengamatan secara cermat dan terus menerus, karena pengaruh lingkungan strategis baik pada lingkup Global, Regional dan Nasional secara langsung maupun tidak langsung merupakan enviromental input yang akan mempengaruhi kepentingan nasional termasuk di dalamnya terhadap upaya mengoptimalkan penyelenggaraan kesadaran bela negara dan mencegah munculnya disintegrasi bangsa.

16. Pengaruh Perkembangan Global.

(23)

b. Konflik Antar Negara Crimea13. Wilayah Crimea di Ukraina

menjadi terkenal sejak menjadi wilayah konflik antara Rusia dan Ukraina. Hal itu terjadi sebagai buntut dari digulingkannya kepemimpinan Presiden Vicktor Yanukovych oleh warga pro barat Ukraina, akibatnya Rusia langsung bertindak dengan mengirim pasukan dalam jumlah besar ke wilayah selatan Crimea. Ukraina pun langsung merespon dengan meminta pihak militer mereka siap berperang dan meminta masyarakat Ukraina untuk mempertimbangkan pilihannya untuk ikut kepada negara Ukraina atau Rusia, bahkan Crimea sudah memproklamirkan diri untuk bergabung dengan Rusia. Tentu saja hal itu secara tidak langsung menuai reaksi keras negara-negara Eropa. Tak ketinggalan negara Amerika serikat yang menurut sebagian pengamat, melakukuan intervensi bukan hanya semata-mata reaksi melainkan satu duplikat konfrontasi timur-barat. Hal itu terjadi karena Kremlin semakin kuat menancapkan cengkraman militernya diwilayah Ukraina yang sebagian besar penduduknya berasal dari Rusia tersebut. Selama sengketa Internasional yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, Crimea adalah wilayah yang telah diperebutkan sejak ribuan tahun. Secara hukum administratif, Crimea adalah bagian dari Ukraina. Sebelumnya, Rusia sudah berjanji untuk menjunjung tinggi integritas wilayah Ukraina dalam sebuah memorandum yang ditandatangani juga oleh AS, Inggris dan Perancis pada tahun 1994.Dalam memorandum itu disebutkan, Crimea adalah sebuah republik otonom di Ukraina, dan memiliki hak melakukan pemilihan parlemen sendiri. Meski begitu, jabatan presiden Crimea sudah dihapuskan pada tahun 1995. Sejak saat itu, sebagai gantinya, pemerintah Ukraina telah menunjuk seorang perdana menteri khusus dari Crimea. Rusia sendiri memiliki pangkalan angkatan laut utama di kota Crimea bernama Sevastopol. Pangkalan itu merupakan tempat di mana Rusia menyiagakan armada perangnya di Laut Hitam. Menurut ketentuan, setiap kali Rusia ingin melakukan pergerakan militer di wilayah itu, maka pemerintah Ukraina juga harus mengetahuinya.Namun, sejak konflik Crimea dimulai, Rusia dikabarkan sudah mengirimkan pasukan tambahan tanpa sepengetahuan pemerintah Ukraina untuk menguasai wilayah itu. Rusia mengklaim aksi ini dilakukan karena mereka bertanggung jawab atas keselamatan etnis Rusia di Crimea.

(24)

Dari perkembangan lingkungan global di atas, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perikehidupan masyarakat Indonesia yaitu tentang pemahaman wawasan kebangsaan dan bela negara.

17. Pengaruh Perkembangan Regional.

(25)

pengelolaan yang lebih berhati-hati agar tidak menimbulkan ekses-ekses instabilitas di kawasan.

b. Perbatasan. Kondisi keamanan regional relatif stabil sejalan dengan semakin aktifnya negara-negara di kawasan untuk berdialog. Meskipun demikian, masalah-masalah di perbatasan merupakan isu sensitif yang paling dominan dan berpotensi untuk memicu konflik. Terkait dengan masalah perbatasan di kawasan, baik darat maupun laut, terdapat sejumlah permasalahan tapal batas wilayah yang harus segera diatasi.Belum tuntasnya penentuan garis batas suatu negara terhadap negara lain dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan hubungan antar negara dimasa mendatang. Disamping garis batas, masalah pelintas batas, pencurian sumber daya alam dan kondisi geografi juga merupakan sumber masalah yang dapat mengganggu hubungan antar negara. Di kawasan Asia Tenggara, ketidakjelasan batas antar dua negara yang berbatasan, Indonesia juga memiliki permasalahan perbatasan dengan negara-negara lain, Seperti perbatasan wilayah darat Indonesia dengan Malaysia, Indonesia dengan Papua New Guinea, Indonesia dengan Timor Leste serta perbatasan wilayah laut yang antara lain; Indonesia dengan sejumlah negara tetangga seperti Malaysia khususnya masalah Ambalat, Singapura, Filipina, Vietnam, India, Thailand termasuk masalah batas landas kontinental dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan Australia. Isu keamanan perbatasan tersebut, juga meliputi adanya kondisi pulau-pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga yang sesungguhnya berpotensi dapat lepas dari NKRI bila tidak dipelihara dan dijaga dengan baik.

c. Perlombaan Senjata Nuklir Korsel Dan Korut14. Krisis nuklir Korea

Utara (Korut) yang terus meningkat menyebabkan adanya prediksi akan terjadinya peperangan antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara, memanasnya situasi di dua negara tersebut dipicu oleh ujicoba nuklir yang dilakukan Korut, kali ini korut menguji coba senjata nuklirnya untuk menegaskan bahwa negaranya telah mampu mengembangkan senjata nuklir dengan daya ledak yang lebih tinggi dari sebelumnya, penyerapan teknologi nuklir yang diperoleh dari negara-negara sahabatnya seperti Cina dan Rusia menyebabkan percepatan dalam pengembangan senjata nuklirnya semakin hebat. Hal ini mengundang reaksi internasional, maka Amerika Serikat (AS) didukung Dewan

(26)

Keamanan PBB berusaha memperingatkan korut untuk menghentikan program uji coba nuklirnya. Reaksi AS dan Dewan Keamanan PBB juga negara-negara lain yang tidak sepakat terhadap program ujicoba senjata nuklir Korut tersebut mengecam keras tindakan negara komunis itu, mulai dari ancaman embargo ekonomi, sampai ancaman penyerangan secara keroyokan yang dikomandoi Korsel dengan dukungan AS dan Jepang. Melihat fakta yang terjadi, sangat tipis rasanya akan terjadi peperangan antara Korsel dan Korut, hal ini dikarnakan tidak terjadinya provokasi yang sifatnya “besar” dan layak untuk dijadikan alasan memulainya perang antara kedua negara tersebut meskipun Korut telah menguji coba senjata nuklirnya yang memunculkan ancaman keamanan serta perlombaan senjata di kawasan semenanjung korea, akan tetapi ujicobanya tidak menimbulkan dampak secara langsung yang merugikan negara-negara di kawasan semenanjung korea tersebut. Alasan yang kedua adalah faktor adanya intervensi yang berupa dukungan dari negara-negara yang pro terhadap masing-masing negara korea itu , Korut mempunyai dukungan dari Cina dan Rusia, sementara Korsel didukung oleh AS dan Jepang, faktor negara pendukung ini sangat krusial karena andaikan terjadi peperangan antara korut dan korsel maka negara-negara pendukung tadi tidak akan diam dan ini akan menyebabkan meluasnya konflik yang bisa menyeret pada perang yang lebih besar dan luas serta bisa memunculkan dua kubu / blok yang kontradiksi yang memicu ketidak stabilan keamanan internasional seperti era tahun 1960-an.

18. Pengaruh Perkembangan Nasional.

(27)

mengawasi perbatasan Indonesia di Tanjung Datuk. Permasalahan tersebut sudah di bahas bersama antara Indonesia-Malaysia, dalam pertemuan tersebut diupayakan penyelesaian perbatasan. Pemerintah setempat meminta pemerintah pusat serius membenahi pembangunan di wilayah perbatasan. Sebab, permasalahan tersebut bukan kejadian pertama. Dikhawatirkan kejadian seperti ini akan kembali terulang apabila lengah. Pemkab Sambas terus berupaya membangun pendidikan, kesehatan dan SDM masyarakat perbatasan.

b. Perbatasan Darat Malaysia. Indonesia memiliki beberapa wilayah perbatasan dengan negara-negara tetangga, baik berupa daratan maupun lautan (pulau-pulau terluar). Salah satunya perbatasan darat dengan Malaysia (Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Timur). Wilayah-wilayah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sangat vital dan strategis, baik dalam sudut pandang pertahanan keamanan, maupun dalam sudut pandang ekonomi, sosial, dan budaya. Wilayah perbatasan telah mengalami eksploitasi sumberdaya alam yang tidak terkendali dan adanya kesenjangan kesejahteraan sosial dan ekonomi antara masyarakat. Di samping itu, juga adanya berbagai masalah sosial yang terjadi, seperti illegal loging, penyelundupan, lintas batas, bergesernya dan hilangnya patok batas dan sebagainya. Kondisi ini dikhawatirkan dapat memunculkan persoalan - persoalan bilateral, dan persoalan ketertiban dan keamanan dalam negeri yang mengarah kepada terancamnya kedaulatan negara NKRI. Diperlukan partisipasi dari masyarakat perbatasan yang memiliki jati diri sejati sehingga memiliki kesadaran bela negara yang tinggi.

c. Kondisi Politik15. Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang

mendominasi wacana di media. Saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Para penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang dulu dibuat justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh. Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang rival, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan. Kondisi politik di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Para pejabat masih saja sibuk mengurusi kursi jabatannya. Lagi – lagi mereka melupakan soal rakyat. Berbicara kondisi politik di Indonesia maka tidak akan jauh dari sebuah kekuasaan. Dewasa ini politik justru seringkali di gunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Namun, kursi kekuasaan itu harus di

(28)

bayar dengan pengorbanan yang besar juga baik itu fikiran dan materil. Akhirnya rakyat yang menjadi korban dari kondisi politik yang ada sekarang. Para birokrat bangsa ini sepertinya masih terlalu sibuk untuk terus berebut kursi kekuasaan. Kendati dibalut pernyataan-pernyataan yang apik dan santun, toh penyikapan dari penyelenggara negara terhadap kasus-kasus tersebut tetap saja dinilai jauh dari komitmen untuk mewujudkan aspirasi dan kehendak rakyat. Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik.bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan. Jika kondisi pemerintah terus seperti ini maka tidakl mustahil jika rakyat tidak akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan para rakyat inilah yang sangat berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatnya masyarakat akan cenderung apatis terhadap kondisi sebuah negara. Karena kestabilan negara juga di pengaruhi oleh kestabilan politik yang ada di negara tersebut. Apabila gejolak politik di suatu negara terus menerus bergejolak maka tidak mustahil jika terjadi peperangan.

19. Peluang dan Kendala. Dari perkembangan lingkungan strategis global, regional maupun nasional maka dapat diidentifikasikan berbagai peluang dan kendala yang perlu diperhatikan dalam menentukan upaya mengoptimalkan penyelenggaraan bela negara guna mencegah disintegrasi bangsa

a. Peluang.

(29)

2) Sebagian besar masyarakat masih mengakui dan percaya terhadap ideologi pancasila dapat menjadi dasar dan falsafah bangsa dalam mencapai cita-cita nasional. Hal tersebut merupakan modal dasar bagi upaya mengoptimalkan penyelenggaraan kesadaran bela negara guna mencegah disintegrasi bangsa.

3) Jumlah penduduk yang besar sebagai sumber daya manusia kegiatan penyelenggaraan kesadaran bela negara.

4) Legitimasi aparat pemerintahan masih cukup mendapat dukungan dari rakyat Indonesia dalam mengatur roda pemerintahan.

5) Semakin membaiknya perekonomian di kawasan regional akan memberikan peluang peningkatan investasi bagi pembangunan ekonomi di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sehingga akan mendukung terwujudnya stabilitas nasional yang lebih mantap.

b. Kendala.

1) Luasnya wilayah dan kondisinya yang terpisah-pisah merupakan hambatan bagi upaya mengoptimalkan penyelenggaraan kesadaran bela negara.

2) Pluralitas suku bangsa dan agama yang dianut merupakan hal yang mudah menyebabkan terjadinya perselisihan serta beda kepentingan dan bermuara kepada konflik horisontal.

3) Meluasnya sikap dan perilaku individualistis dan konsumerisme di kalangan generasi muda sebagai dampak dari pengaruh nilai-nilai ideologi dan budaya asing dapat menghambat terwujudnya optimalisasi penyelenggaraan kesadaran bela negara.

4) Kemajuan masyarakat akibat keberhasilan pendidikan dan masuknya budaya asing mengakibatkan meningkatnya sifat-sifat individu serta menurunnya jiwa sosial dan merosotnya jiwa juang/rasa kejungan dalam bela negara.

(30)
(31)

BAB V

KONDISI PENYELENGGARAAN KESADARAN BELA NEGARA YANG DIHARAPKAN DAN DAPAT MENCEGAH DISINTEGRASI BANGSA DAN TERWUJUDNYA HANNEG

20. Umum. Tujuan pertahanan negara adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Ancaman terhadap sebagian wilayah merupakan ancaman terhadap seluruh wilayah NKRI dan menjadi tanggung jawab seluruh rakyat indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 pasal 30 yaitu tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan penyelenggaraannya diatur dalam UU No. 3 tentang Pertahanan Negara yaitu komponen cadangan dan komponen pendukung, bersama-sama kekuatan TNI melaksanakan kewajiban bela negara. Sebagai penerus perjuangan bangsa masyarakat Indonesia dituntut untuk memiliki kesadaran bela negara yang dicerminkan dalam bentuk kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, semangat rela berkorban, memiliki keyakinan terhadap kebenaran ideologi Pancasila serta pemahamannya terhadap bela negara. Pemerintah sebagai penyelenggara kesadaran bela negara tersebut diharapkan dapat menampakkan hasil yang menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat dengan optimalnya bentuk penyelenggaraaan kesadaran bela negara, sudah optimalnya sistem penyelenggaraan yang mengatur organisasi, pengawakan (SDM), pola pembinaan, sarana dan prasarana dalam pembinaan dan pelatihan bela negara, terwujudnya peranti lunak, peraturan dan perundang-undangan yang mengatur pemberdayaan potensi nasional untuk kepentingan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara serta terdukungnya anggaran yang diperlukan untuk pembinaan bela negara, akan memberikan kontribusi terhadap optimalisasi penyelenggaraan kesadaran bela negara, yang pada akhirnya akan mencegah disintegrasi bangsa.

21. Kondisi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Yang Diharapkan.

(32)

1) Pendidikan kewarganegaraan. Salah satu materi/bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi adalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1) undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dari uraian di atas, jelas bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan. Dengan dilaksanakannya pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat membangkitkan semangat kebangsaan, menyiapkan masyarakat dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia. Dalam pendidikan kewarganegaraan diberikan pengetahuan dan pemahaman antara lain tentang :

a) Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negara. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan nilai kebangsaan masyarakat semakin tinggi.

b) Semangat perjuangan bangsa kepada setiap warga negara. Dengan tumbuhnya sikap dan semangat tersebut diharapkan seluruh masyarakat memiliki wawasan dan kesadaran dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.

(33)

cadangan akan dilaksanakan dengan penuh rasa kesadaran untuk membela negaranya

3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib. TNI merupakan komponen utama dalam pertahanan negara. Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Pasal 1 ayat 1 UU nomor 3 tahun 2002). Pengabdian sebagai prajurit TNI merupakan salah satu bentuk kesadaran bela negara masyarakat Indonesia. Untuk menghasilkan prajurit TNI yang berkualitas, diharapkan sistem rekruitmennya benar-benar ketat dan transparan sesuai dengan aturan yang berlaku.

4) Pengabdian sesuai profesi. Yang dimaksud pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya (penjelasan Undang-undang nomor 3 tahun 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diidentifikasi beberapa profesi tersebut terutama yang berkaitan dengan kegiatan menanggulangi dan/atau memperkecil akibat perang, bencana alam atau bencana lainnya yaitu antara lain petugas Palang Merah Indonesia, para medis, tim SAR, Polri dan petugas bantuan sosial. Harapan dengan adanya profesi yang memiliki kemampuan tersebut sewaktu-waktu dapat didaya gunakan sebagai sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung.

b. Sumber Daya Manusia. Semangat Bela Negara Warga Negara Republik Indonesia yang diharapkan adalah:

1) Kecintaan terhadap tanah air.

(34)

b) Hilangnya rasa kesukuan dan kedaerahan, mengenal wilayah tanah air secara keseluruhan seperti mengenal daerahnya sendiri. Hal ini merupakan kesadaran emosional yang lahir dan tumbuh di dalam bathin setiap warga negara baik perorangan, kelompok, tanpa memandang suku, ras, agama dan keturunan

2) Keyakinan terhadap Pancasila.

a) Masih mempercayai kemampuan Pancasila untuk menjawab tantangan era globalisasi dengan segala perubahannya

b) Memahami dan menjalankan ajaran agama dengan benar oleh masyarakat, sehingga segala kegiatan yang dilakukan selalu berdasarkan ajaran agama.

c) Mempunyai kesadaran untuk membantu sesama warga dalam masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat peran salah satu unsur tidak pernah dapat dilepaskan dari keterkaitannya dengan unsur yang lain

d) Menyadari bahwa bangsa kita adalah bangsa yang majemuk dari segi suku dan agama, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa harus senantiasa dipupuk dan dibina demi kelangsungan hidup bangsa dan negara

e) Budaya bangsa yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya, harapannya generasi muda dapat menjaga dan dan melestarikan budaya bangsa sendiri.

3) Kesadaran berbangsa dan bernegara.

a) Kepedulian masyarakat kota terhadap sesama tetap tinggi, berkurangnya pelanggaran hukum oleh sebagian masyarakat, elit politik maupun aparat pemerintah dapat mempermudah penegakkan supremasi hukum.

(35)

c) Sebagai bangsa Indonesia kita dituntut untuk memiliki rasa senasib sepenanggungan. Di atas berbagai kepentingan primordial yang sebenarnya sah adanya setiap warga negara dituntut untuk menempatkan dan mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.

d) Sikap dan perilaku warga didasarkan pada kesadaran diri sebagai unsur atau bagian dari kebersamaan, sehingga hidup rukun dan jiwa gotong royong dalam masyarakat merupakan hal yang penting

4) Kerelaan berkorban untuk negara.

a) Setiap warga negara sudah memahami bahwa usaha pembelaan merupakan kewajiban setiap warga negara sesuai yang tercantum dalam UUD pasal 30 ayat (1). Sebagai contoh dalam kasus kejahatan dan kriminalitas, terorisme setiap warga meningkatkan kepedulian dengan sistem temu cepat, lapor cepat adalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar keamanan dapat cepat tanggap dan ditindaklanjuti jika menemukan dugaan dan sesuatu yang mencurigakan kepada pihak berwenang baik polisi maupun TNI.

b) Partisipasi kalangan masyarakat Indonesia dalam mengatasi korban bencana alam meningkat, antara lain dengan ikut berpartisipasi dalam bentuk kegiatan kampanye, meningkatkan rasa kepedulian dan kesetiakawanan serta penggalangan dana. Kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung membantu pemerintah maupun korban bencana alam.

(36)

c. Peranti Lunak. Pemerintah secepatnya mengajukan dan mengesahkan UU tentang komponen cadangan pertahanan negara, untuk dijadikan acuan dalam membuat peraturan pemerintah, Juklak/Juknis penyelenggaraan kesadaran bela negara. Perangkat lunak tersebut disamping digunakan sebagai acuan dalam melakukan setiap tindakan juga dijadikan sebagai payung hukum dalam melakukan penyelenggaraan kesadaran bela negara. Perangkat lunak yang dimaksudkan adalah perangkat yang bersifat mengatur seperti undang-undang berikut peraturan penjelasannya, dan dibuat sesuai dengan tataran kewenangannya, antara lain :

1) Kemhan bersama-sama dengan TNI, melaksanakan pembinaan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan Negara sesuai dengan Juklak dan juknis penyelenggaraan kesadaran bela negara sebagai payung hukum yang telah ditetapkan, sehingga dalam pelaksanaan di lapangan tidak akan timbul keragu-raguan yang akan menimbulkan hambatan bahkan salah pengertian antara instansi terkait, untuk itu dibuat peraturan-peraturan atau protap sesuai dengan tataran kewenangannya

2) TNI dalam melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan di lapangan tidak menemui keraguan antara lain, melaksanakan koordinasi dengan lembaga negara dan swasta guna menyiapkan SDM, SDA, SDB, sarana dan prasarana untuk ditransformasikan menjadi komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara. Sebagai pengguna akan lebih mudah melakukan pembinaan disiplin serta melakukan mobilisasi apabila negara membutuhkan serta menyerahkan kembali ke Kemhan dalam rangka pengakhiran tugas sesuai kurun waktu penugasan yang telah ditentukan undang-undang.

(37)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pertahanan, keamanan, dan merujuk kepada UU RI Nomor : 25 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah, maka masalah anggaran untuk penyelenggaraan kesadaran bela negara yang menyangkut pembinaan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara dapat diprogramkan dan dibebankan kepada daerah setempat. Dengan demikian ada tanggung jawab moral bagi pemerintah daerah bersama-sama dengan TNI untuk membina dan menyiapkan warganya untuk ikut aktif melaksanakan bela negara dalam rangka mempertahankan dan mengamankan daerahnya guna kelancaran pembangunan di daerah masing-masing. Dengan membebankan anggaran penyelenggaraan kesadaran bela negara kepada daerah berarti telah mengikut sertakan rakyat atau dengan kata lain telah mendorong warga untuk ikut serta memikul beban biaya penyelenggaraan yang dibutuhkan.

22. Kontribusi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Terhadap Pencegahan Disintegrasi Bangsa dan Kontribusi Pencegahan Disintegrasi Bangsa Terhadap Terwujudnya Hanneg.

a. Kontribusi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Terhadap Pencegahan Disintegrasi Bangsa. Apabila kesadaran bela negara terselenggara di Indonesia maka disintegrasi bangsa dapat dicegah. Karena Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Dengan meningkatnya kesadaran bela negara di masyarakat, konflik-konflik yang terjadi di Indonesia dapat berkurang atau bahkan hilang.

b. Kontribusi Pencegahan Disintegrasi Bangsa Terhadap Terwujudnya Hanneg. Apabila disintegrasi dapat dicegah maka pertahanan negara yang kokoh dapat terwujud dan upaya untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta keselamatan segenap bangsa dari ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara berjalan dengan baik.

23. Indikator Keberhasilan.

(38)

b. Optimalnya Sistem Penyelenggaraan Yang Mengatur Organisasi, Pengawakan (SDM), Pola Pembinaan, Sarana dan Prasarana Dalam Pembinaan dan Pelatihan Bela Negara.

c. Terwujudnya Peranti Lunak, Peraturan dan Perundang-Undangan Yang Mengatur Pemberdayaan Potensi Nasional Untuk Kepentingan Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung Pertahanan Negara.

(39)

BAB VI

OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN KESADARAN BELA NEGARA YANG MAMPU MENCEGAH DISINTEGRASI BANGSA DAN TERWUJUDNYA HANNEG

24. Umum. Setiap bangsa di dalam mewujudkan kebutuhan dan cita-citanya akan selalu berhadapan secara langsung dengan kondisi lingkungan dengan berbagai cirinya, yaitu berupa tantangan yang bersifat positif maupun negatif. Bangsa Indonesia harus memiliki modal dasar yang kuat yaitu cinta kepada tanah air, kesadaran berbangsa serta bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban untuk meniadakan setiap ancaman baik yang datangnya dari luar maupun yang datang dari dalam negeri yang membahayakan keutuhan dan kedaulatan NKRI. Dalam mengoptimalkan penyelenggaraan kesadaran bela negara diperlukan seperangkat pedoman yang harus dikaji secara terbuka serta dikembangkan bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Mencermati perkembangan lingkungan strategis serta memperhatikan peluang dan kendala, maka optimalisasi penyelenggaraan kesadaran bela negara dapat terwujud, untuk itu diperlukan suatu kebijakan dan strategi yang tepat serta upaya-upaya yang terus menerus, terarah, bertahap dan berlanjut.

25. Kebijakan. Untuk tercapainya optimalisasi penyelenggaraan kesadaran bela negara, diperlukan adanya kebijakan umum yang jelas dan terarah adapun kebijakan yang dirumuskan adalah: ”Terwujudnya Optimalisasi Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Melalui Perwujudan Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Bela Negara, Perwujudan Sistem Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara, Perwujudan Peranti Lunak, Peraturan Dan Perundang-Undangan Yang Mendukung Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Dan Perwujudan Anggaran Yang Diperlukan Untuk Mendukung Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Guna Mencegah Disintegrasi Bangsa”.

26. Strategi.

(40)

Bela Negara Melalui Penetapan Organisasi Penyelenggara Kesadaran Bela Negara, Melaksanakan Pendidikan Dan Pelatihan SDM Serta Peningkatan Sosialisasi Kesadaran Bela Negara Masyarakat.

c. Strategi Ketiga. Mewujudkan Peranti Lunak, Peraturan Dan Perundang-Undangan Yang Mendukung Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Melalui Pembuatan Regulasi Yang Mengatur Pemberdayaan Potensi Nasional, Memberlakukan Ketentuan-Ketentuan Mengenai Bela Negara Dan Melaksanakan Sosialisasi, Implementasi, Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara.

d. Strategi Keempat. Mewujudkan Anggaran Yang Diperlukan Untuk Mendukung Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Melalui Penetapan Kebijakan Penganggaran Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara Dan Melaksanakan Koordinasi Tentang Anggaran Untuk Mendukung Penyelenggaraan Kesadaran Bela Negara.

27. Upaya. Upaya yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan kesadaran bela negara guna mencegah disintegrasi bangsa dalam rangka terwujudnya Hanneg dengan keadaan dan situasi saat ini adalah melalui

a. Strategi Pertama. Mewujudkan Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Bela Negara Melalui Kegiatan Edukasi Pendidikan Kewarganegaraan, Pelatihan Militer Dasar, Pengabdian Sebagai Prajurit TNI Dan Pengabdian Sesuai Profesi. Upaya yang dilakukan yaitu :

(41)

a) Keyakinan akan kebenaran dan kesaktian Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, melalui pendalaman terhadap materi Pancasila sehingga diperoleh pemahaman yang mendasar dan benar tentang Pancasila selanjutnya akan tumbuh keyakinan akan kebenaran dan kesaktian Pancasila. Pemahaman mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi terkini yang tengah dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut mengandung arti bahwa pokok-pokok pikiran yang dijewantahkan dalam butir-butir Pancasila tersebut merupakan pandangan sekaligus visi yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia saat ini. Sehingga diharapkan Pancasila tidak hanya sekedar simbol semata akan tetapi merupakan visi atau cita-cita bagi seluruh bangsa Indonesia saat ini dan seterusnya.

b) Kesadaran berbangsa dan bernegara, dibina melalui peringatan hari-hari bersejarah nasional, penyampaian sejarah perjuangan bangsa dan membudayakan cerita-cerita rakyat yang bernuansakan kepahlawanan bangsa, pemutaran film-film perjuangan, peninjauan ke berbagai peninggalan sejarah dan museum, melakukan napak tilas terhadap route perjuangan para pahlawan pendahulu bangsa, serta pembinaan kesadaran hukum. Pemahaman sejarah ataupun pengetahuan akan sejarah sangat diperlukan untuk membentuk pemahaman jati diri bangsa. Pemahaman sejarah merupakan latar belakang dari terbentuknya suatu bangsa yang bernegara. Kesadaran berbangsa dan bernegara lahir jika setiap warga negara mengetahui dan memahami latar belakang sejarah bangsanya, oleh karenanya sangat penting bagi setiap warga negara untuk mengetahui dan memahami sejarah perjalanan bangsanya.

(42)

Oleh karenanya upaya pemahaman sejarah tidak terpaku pada hal-hal yang sifatnya tidak penting/hal-hal-hal-hal simbolis. Pengetahuan dan pemahaman sejarah pun bukan hanya sekedar proses melihat kebelakang dalam memahami kondisi saat ini, karena pendiri bangsa tersebut berjuang untuk sebuah visi masa depan mengenai bangsa. Oleh karenanya pengetahuan dan pemahaman sejarah sangat membantu dalam memahami visi dalam rangka berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pemahaman sejarah yang melahirkan pemahaman jati diri dan visi dikorelasikan dengan kondisi bangsa saat ini ditengah pengaruh global saat ini. Sehingga kesadaran berbangsa dan bernegara akan tumbuh kuat karena adanya keinginan untuk melangsungkan keberjalanan berbangsa dan bernegara yang sudah berjalan ini.

c) Kecintaan terhadap tanah air terbentuk setelah terbentuk suatu pemahaman terhadap jati diri bangsa dan visi dalam berbangsa dan bernegara. Pemahaman mengenai jati diri bangsa dan visi berbangsa dan bernegara diperoleh melalui pemahaman sejarah yang dikorelasikan dengan kondisi zaman saat ini. Upaya penting yang dilakukan untuk menanamkan kecintaan terhadap tanah air misalnya, salah satunya adalah memperlihatkan ancaman bersama yang bersumber dari luar yang mengancam bangsa dan negara.

(43)

mengenai ancaman bersama tersebut melalui program-program televisi yang mendidik maupun seminar-seminar ilmiah. Salah satu bentuk ancaman bersama tersebut adalah penguasaan asing terhadap kekayaan alam Indonesia. Dimana ditekankan bahwa hal tersebut terjadi karena belum adanya pengetahuan dan teknologi yang dikuasai bangsa Indonesia dalam mengolah sendiri kekayaan alam Indonesia. Sehingga diharapkan akan memacu kesadaran kecintaan terhadap tanah air dibanyak kalangan terutama generasi muda untuk berkontribusi secara kolektif dalam membangun pengetahuan dan teknologi yang seluruhnya dikuasai oleh bangsa Indonesia.

Bentuk lainnya dari ancaman bersama adalah pengaruh budaya luar yang negatif. Upaya dilakukan dengan membuat konten-konten melalui media elektronik yang menitikberatkan kepada pengaruh negatif dari budaya luar tersebut sehingga mampu menimbulkan kesadaran terhdap cinta tanah air. Peranan media terbukti efektif dalam menyampaikan gagasan-gagasan untuk membentuk opini publik, oleh karenanya penyampaian gagasan untuk menanamkan pemahaman mengenai kecintaan terhadap tanah air bisa dilakukan dengan memanfaatkan media (media elektronik).

Referensi

Dokumen terkait

Jus buah belimbing dosis 6,3 mg/kgBB, 12,6 mg/kgBB, dan 25,2 mg/kgBB lebih efektif dibandingkan dengan metformin dalam kemampuan menurunkan kadar glukosa darah tikus putih

Pada pertemuan I, mahasiswa menyimak penjelasan dosen mengenai problem based learning (PBL). Materi yang dijelaskan berisi tentang gambaran mengenai problem based

- Pada semua algoritma yang dicobakan, yaitu UPGMA dan Complete pada pendekatan hierarchi dan Buckshot dan Bisecting K-Mean pada pendekatan partisi fungsi similaritas Cosine

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas kedua dan ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Tapian Dolok, walaupun

Sebagai pelaku, dosen harus merupakan manusia – manusia yang dari segi kualitas sumberdayanya sudah tidak diragukan lagi, karena yang berperan dalam pemberdayaan manusia

asing$ masing sub unit protein menmgikat tiga nukleotida RNA dan menyusun struktur %eliks putar kanan & right-handed helix  '(eberapa !irus diketa%ui mempunyai

Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Event Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening Pada Toko Buku Togamas Margorejo Surabaya ”