• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN

B. Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Hambatan

Pendaftaran Tanah

Begitu banyaknya hambatan yang terjadi dalam melaksanakan pendaftaran tanah, membuat pelaksanaan pendaftaran tanah menjadi terhambat, menyadari hal tersebut maka perlu dilakukan penanganan yang serius dari pemerintah dalam mengatasi hambatan yang terjadi tersebut. Adapun upaya pemerintah dalam mengatasi hambatan tersebut antara lain:62

1. Pihak BPN sendiri melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang kurang memahami tentang pendaftaran tanah, dimana penyuluhan tersebut dilakukan secara langsung kepada masyarakat yang mendatangi kantor pertanahan, dimana pada penyuluhanya pihak kantor pertanahan menerangkan apa-apa saja syarat yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran tanah, menerangkan betapa pentingnya pendaftaran tanah yang dilakukan, serta menjawab semua keluhan yang disampaikan masyarakat. Penyuluhan yang dilakukan oleh pihak BPN hanyalah dapat dilakukan secara langsung jika masyarakat mendatangi

62

Jeremis Silalahi, Wawancara, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Nias, (Nias, 17 Juni 2015).

kantor pertanahan, karena jika penyuluhan dilakukan dengan mendatangi daerah daerah bukanlah menjadi tugas pihak BPN tetapi itu menjadi tugas pemerintah kabupaten karena anggaran untuk melakukan penyuluhan tersebut hanya diberikan kepada pemerintah kabupaten.

2. Melakukan inspeksi terhadap laporan anggaran pelaksanaan pendaftaran tanah serta meminta PPATK untuk menyelidiki transaksi keuangan yang mencurigakan dari pegawai BPN, dimana hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya praktek korupsi yang dilakukan oleh pegawai kantor pertanahan sendiri. Serta selain itu juga menindak lanjuti laporan dari masyarakat mengenai adanya pungutan liar, dan memberi sanksi yang tegas kepada pegawai yang melakukan pungutan liar.

3. Peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan oleh pemerintah, karena jika mutu pendidikan ditingkatkan maka masyarakat akan menjadi semakin pintar, sehingga jika masyarakat semakin pintar, masyarakat akan menyadari bahwa pelaksanaan pendafataran tanah begitu penting demi memberikan perlindungan hukum bagi dirinya.

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas tadi maka dapat diambil beberapa kesimpulan dalam skripsi ini, adapun kesimpulan dalam penulisan skripsi ini antara lain:

1. Bahwa pada mulanya pelaksanaan pendaftaran tanah sudah mulai dikenal pada zaman penjajahan kolonial Belanda, yaitu sejak kedatangan V.O.C. di Indonesia sekitar abad ke-17, dimana pada zaman penjajahan ini telah banyak peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pendaftaran tanah yang telah dikeluarkan oleh pemerintah kolonia. Dan pada perkembangan selanjutnya yaitu sejak Indonesia merdeka dari penjajahan tepatnya pada Tahun 1960 pemerintah Indonesia melakukan perubahan yang mendasar dalam bidang hukum pertanahan, dimana pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, dimana dalam salah satu Pasal pada Undang-Undang tersebut tepatnya pada Pasal 19 memerintahkan untuk membuat suatu peratruran mengenai pendaftaran tanah yang bertujuan untuk memberikan jaminan kepastian hukum. Atas dasar perintah tersebutlah dibentuk PP Nomor 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, namun pada perkembanganya PP ini banyak menemukan hambatan yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia, atas dasar itulah selanjutnya pemerintah menyempurnakan peraturan pendaftaran tanah ini

dengan membentuk PP Nomor 24 tahun 1997 yang berlaku hingga sampai saat sekarang ini, dan PP ini diharapkan mampu menjawab semua hambatan yang terjadi pada pelaksanaan pendaftaran tanah.

2. Bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah di kota Gunung Sitoli masih belum menunjukan hasil yang memuaskan, karena berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPN kabupaten Nias, hanya sebagian wilayah saja pelaksanaan pendaftaran tanah yang dilaksanakan tinggi seperti misalnya kecamatan Gunung Sitoli, kecamatan Gunung Sitoli selatan dan Gunung Sitoli utara hal ini dikarenakan wilayah tersebut termasuk wilayah kawasan ekonomi, sementara itu sebagian wilayah yang lain di kota Gunung Sitoli seperti kecamatan Gunung Sitoli barat, kecamatan Gunung Sitoli Idanoi, kecamatan Gunung Sitoli Aloa, kecamatan Gunung Sitoli Barat, tingkat pendaftaran tanahnya masih rendah hal ini dikarenakan daerah ini merupakan daerah dengan tingkat pembangunan yang masih rendah dibandingkan ketiga daerah sebelumnya di kota Gunung Sitoli. Oleh karena itu berdasarkan data dari BPN tadi maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah di kota Gunung Sitoli masih belum merata sehingga hanya sebagai wilayah saja yang tingkat kesadaran hukum masyarakatnya tinggi, sementara wilayah yang lain tingkat kesadaran hukum masyarakat akan pentingnya pendafataran tanah masih rendah.

3. Bahwa dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di kota Gunung Sitoli banyak menemui hambatan, dimana hambatan-hambatan tersebut datangnya bisa dilihat dari masyarakatnya dan juga pemerintahnya. Adapun hambatan yang

datangnya dari masyarakat antara lain: karena tingkat pendidikan yang masih rendah, karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, karena biaya pendaftaran tanah yang relatif mahal, karena bukti-bukti kepemilikan tanah yang penyerahanya sebagian besar masih lisan. Jika dilihat dari pemerintahnya maka hambatan-hambatan yang dijumpai antara lain: karena proses pendaftaran tanah yang berbelit-belit, karena adanya praktik korupsi, anggaran untuk pelaksanaan pendaftaran tanah yang masih kurang. Selanjutnya adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut antara lain: pemerintah melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang kurang memahami pentingnya pendaftaran tanah, pemerintah melakukan inspeksi terhadap laporan anggaran pendaftaran tanah serta meminta PPATK untuk memeriksa transaksi yang mencurigakan dari pegawai BPN, guna menghindari terjadinya praktik korupsi, serta menindak lanjuti laporan masyarakat mengenai pungutan liar yang dilakukan oleh pegawai BPN dan memberi sanksi kepada pegawai tersebut jika terbukti melakukan pungutan liar, selain itu upaya yang dilakukan oleh pemerintah ialah dengan meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.

B. Saran

1. Sebaiknya pemerintah pusat sudah mulai memberikan perhatian yang serius terhadap persoalan pendaftaran tanah ini, dimana salah bentuk perhatianya ialah dengan menambah anggaran dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, sehingga jika anggaran sudah ditambah maka

pemerintah dapat sering melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematis di daerah-daerah, dimana jika pendaftaran tanah secara sistematis sering dilakukan pemerintah maka akan tercapai percepatan serta pemerataan dalam pendaftaran tanah baik masyarakat berkekonomi lemah maupun masyarakat yang berekonomi kuat semua tanahnya terdaftar.

2. Sebaiknya proses pendaftaran tanah lebih disederhanakan lagi tidak berbeli-belit yang menyebabkan masyarakat menjadi bingung, sehingga masyarakat enggan untuk melakukan pendaftaran tanah.

3. Sebaiknya masyarakat mulai menyadari akan pentingnya pendftaran tanah, dengan cara aktif mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai manfaat dilaksanakanya pendaftaran tanah, dan masyarakat seharusnya merubah pemikiranya bahwa hanya pada saat butuh saja, seperti meminjam kredit atau terjadinya konflik pertanahan, baru melaksanakan pendaftaran tanah.

BUKU :

Ansari, Tampil, 2001. Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, Medan.

Achmad, Ali Chamzah, 2004. Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia) Jilid II, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Harsono, Budi, 2007. Hukum Agraria Indonesia Jilid I (Hukum Tanah Nasioanl), Djambatan, Jakarta.

Ibrahim, Jhonny, 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum, Bayu Media Publishing, Jakarta.

Parlindungan, A.P., 2009. Pendaftaran Tanah di Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung.

Santoso, Urip, 2012, Hukum Agraria (Kegiatan Komprehensif), Kencana, Jakarta. Sunggono, Bambang, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Sutedi, Adrian, 2008. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftaranya, Sinar Grafika, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1986. Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta.

Yamin, Muhammad, dan Abdul Rahim Lubis, 2004, Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria, Pustaka Bangsa Press, Medan.

Zaidar, 2006. Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan.

Karya Tulis:

Raharjo, Agung, 2012. Pendaftaran Tanah Konversi Hak Milik Adat oleh Ahli Waris, Tesis, Pasca Sarjana Kenotariatan UNDIP, Semarang.

Internet:

http://sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/meningkatkan-kesadaran-hukum- masyarakat, diakses pada hari Sabtu, 2 Mei 2015.

diakses pada hari Jumat tanggal 3 Juli 2015.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/kota_Gunungsitoli, diakses pada hari Sabtu tanggal 4 juli 2015.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah

Dokumen terkait