• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dismenore

6. Upaya Penanganan Dismenore

Terdapat beberapa cara dalam menangani dismenore, untuk membantu mengurangi rasa nyeri menstruasidapat dilakukan dengan cara non farmakologi dan farmakologi, yaitu :

a. Non farmakologi

Pengompresan dengan air hangat, ketika nyeri menstruasi datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat di perut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem saraf. Selain itu mandi air hangat dan mengolesi bagian yang nyeri dengan balsem atau lotion penghangat dapat juga dilakukan untuk menurunkan nyeri (Taruna, 2003). Respon fisiologis yang ditimbulkan dari teknik ini adalah vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah, sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang sakit dan mampu menurunkan viskositas yang dapat mengurangi ketegangan otot,

dengan respon tersebut dapat meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan nyeri (Bobak, 2005).

Penelitian Amanih (2003) pada mahasiswi semester VIII PSIK UMS bahwa kompres hangat dapat menurunkan dismenore primer yang dirasakan. Hasil penelitian didapatkan bahwa skala nyeri yang dirasakan sebelum melakukan kompres hangat adalah siswi dengan skala nyeri ringan berjumlah 4 siswi (24%), untuk skala nyeri sedang berjumlah 10 orang (63%) dan skala nyeri berat berjumlah 2 siswi (12%).

Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar, lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada. Posisi knee chest dapat menggerakan otot, maka otot menjadi lebih kuat dan elastik secara alami sehingga melenturkan otot-otot pada pelvis dan membantu kelancaran peredaran darah maka meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan nyeri (Akatri, 1996).

Melakukan olah raga cukup dan teratur seperti joging, lari dan senam serta menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat atau tidur. Olah raga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai natural pain killer (Taruna, 2003). Hasil penelitian Istiqomah pada remaja putri di SMUN 5 Semarang (2009) tingkatan nyeri sebelum melakukan senam dismenore terbanyak adalah siswi dengan skala nyeri sedang berjumlah 8 siswi (53%), untuk skala nyeri ringan berjumlah 1 orang (7%) dan skala nyeri berat berjumlah 6 siswi (40%). Setelah melakukan senam didapatkan skala nyeri ringan sebanyak 11 siswi (73,33%), skala nyeri sedang sebanyak 4 siswi (26,67%) dan tidak ada siswi yang mengalami

nyeri berat. Maka, efektifitas senam saat mengalami dismenore dapat mengatasi maupun mengurangi rasa nyeri menstruasi.

Pengobatan herbal, nyeri haid dapat diatasi dengan minum jamu. Jamu nyeri haid yang sering digunakan banyak mengandung simplisia yang berkhasiat sebagai anti nyeri, anti radang, serta anti spasmodic (anti kejang otot). Simplisia dapat diperoleh di bumbu dapur, misalnya kunyit, buah asam, dan kayu manis. Pembuatannya akan diolah seperti jamu (Wijayakusuma, 2008). Minuman kunyit asam yang beredar di masyarakat biasanya terdiri dari setengah kilogram kunyit, setengah kilogram asam jawa, seperempat kilogram gula jawa, dan dua liter air. Kunyit yang telah dipersiapkan harus dibersihkan, diparut, kemudian diperas untuk diambil airnya. Air kunyit yang diperoleh, direbus dan dimasukkan asam jawa, air, serta gula jawa. Setelah itu harus didihkan dan akan diperoleh minuman kunyit asam. Frekuensi mengkonsumsi minuman kunyit asam minimal dalam 10 periode atau 10 siklus menstruasi secara berulang dan teratur (Dinda, dalam Yoga, 2010).

Hasil penelitian Yoga pada remaja putri di Kotamadya Surakarta (2010) dari 30 remaja putri terdapat 21 orang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit asam dan keluhan yang berhubungan dengan dismenore primer tidak dirasakan lagi. Maka, kebiasaan mengkonsumsi kunyit asam dapat mengurangi keluhan dismenore primer.

Distraksi merupakan metode yang digunakan untuk mengalihkan perhatian seseorang terhadap sensasi nyeri. Metode distraksi digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang. Akan tetapi, dengan konsentrasi penuh dapat juga digunakan untuk nyeri akut. Pada sebagian kasus, nyeri hanya berkurang pada saat distraksi dilakukan. Jika distraksi telah selesai, klien akan sadar kembali terhadap rasa nyeri yang dialami (Smeltzer, 2002). Penelitian Marvia pada mahasiswi PSIK UMY (2008) teknik distraksi (mendengarkan musik) dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Jumlah sampel 45 responden, instrumen yang dipakai dengan menggunakan CD musik Mozart dan Kenny G. Pemberian terapi musik Mozart dan Kenny G selama 15 menit dapat menurunkan tingkat nyeri mestruasi. Skala nyeri pada observasi awal terbanyak adalah skala 6 (35,3%) dan skala 7 (31,2%), pada obsevasi akhir terbanyak adalah skala 3 (47,8%).

Teknik imagery guided merupakan pengalaman sensori buatan yang dapat menurunkan persepsi nyeri secara efektif dan menurunkan reaksi terhadap nyeri. Teknik ini dapat dilakukan dengan membayangkan pengalaman yang menyenangkan dari memori, mimpi, fantasi dan penglihatan, dengan berfokus kepada pengalaman yang dibayangkan, klien dapat mengubah persepsinya terhadap nyeri yang dialami (Akatri, 1996).

Pemijatan dapat meminimalkan reaksi terhadap nyeri. Pemijatan merupakan bentuk aplikasi sentuhan dan pergerakan terhadap otot, tendon, dan ligamen tanpa memanipulasi sendi. Tidak hanya menghalangi persepsi rangsang nyeri tetapi juga merelaksasikan kontraksi dan spasme otot karena dapat memperlancar sirkulasi darah (Smeltzer, 2002). Penelitian Farisa pada siswi SMUN 2 Surabaya (2002) pemberian pijatan punggung bawah selama

20 menit dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna.Penelitian ini dengan desain quasy eksperiment menggunakan perancangan pretest-postest. Jumlah sampel 30 responden, instrumen yang digunakan baby oil/ lotion. Hasil penelitian skala nyeri kelompok eksperimen pada observasi awal terbanyak adalah skala 5 (33,3%) dan skala 6 (33,3%), pada obsevasi akhir terbanyak adalah skala 2 (46,6%).

Teknik relaksasi napas dalam yaitu menarik nafas dalam dari hidung dan perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut. Hal ini dapat meningkatkan oksigenasi darah, menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer, 2002). Penelitian Yustini pada mahasiswi PSIK UMS (2002) terhadap 30 sampel yang dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 22 sampel mengeluh nyeri sedang dan 8 sampel mengeluh nyeri berat, sedangkan pada 30 sampel yang tidak dilakukan teknik relaksasi napas dalam 9 sampel mengeluh nyeri sedang dan 21 sampel mengeluh nyeri berat. Maka, teknik relaksasi napas dapat mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan. b. Farmakologi

Untuk mengatasi dismenore biasanya menggunakan obat-obat sejenis prostaglandin inhibitor yaitu dengan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin. Obat itu termasuk formula ibuprofen yang dijual bebas dan naproksen. Untuk kram yang berat, pemberian NSAID seperti naproksen atau piroksikan dapat membantu (Wikjosastro, 1999). Contoh obat dari golongan NSAID antara lain aspirin, ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen (Tamsuri, 2007).

Penggunaan NSAID efektif jika mulai diminum 2-3 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai 1-2 hari setelah menstruasi. Penggunaan NSAID adalah dengan memberikan dosis pertama sebanyak 2 kali dosis

reguler, kemudian dilanjutkan dengan pemberian dosis reguler hingga gejalanya berkurang. NSAID tidak boleh diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma, alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin. Efek samping yang perlu diwaspadai dan diperhatikan dari golongan NSAID ini antara lain iritasi lambung dengan gejala mual, muntah dan nyeri, sakit kepala (Wikjosastro, 1999). Tamsuri (2007) mengungkapkan efek samping yang umum terjadi pada golongan NSAID seperti mual, dispepsia, ulserasi gastrointestinal atau perdarahan, menaikkan enzim hati, diare, sembelit, epistaksis, sakit kepala, pusing dan hipertensi.

Terapi obat lain dalam mengatasi dismenore adalah analgetik dan pengobatan hormonal. Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetik untuk nyeri ringan antara lain aspirin, asetaminofen, paracetamol dan propofiksen. Adapun jenis analgetik untuk nyeri berat antara lain prometazin, oksikodon (Wikjosastro, 1999). Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran adalah novalgin, ponstan, acetaminophen, dan sebagainya (Simanjutak, dalam Sulastri, 2006)

Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore dan lebih tepat diberikan pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan pil kontrasepsi. Pemberian pil dari hari 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai 25 siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang (Wikjosastro, 1999). Terapi hormonal mempunyai tujuan untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai

dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (Simanjuntak, dalam Sulastri, 2006).

Dokumen terkait