• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran derajat Dismenore dan upaya penanganannya pada siswi Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran derajat Dismenore dan upaya penanganannya pada siswi Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DERAJAT DISMENORE DAN UPAYA PENANGANANNYA PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ARJUNA

DEPOK JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan

gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

ASTRIDA RAKHMA 107104001664

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

BIODATA

Nama : Astrida Rakhma

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 Mei 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Swadaya II no.4, Rangkepan Jaya-Pancoran Mas,

Depok Jawa Barat

No. Telp : 083872793831

Email : avicenna.aseda@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDI Darul Ma’arif Jakarta (1995-2001) 2. PONPES Alkholidin Jakarta (2001-2004) 3. MAN 7 Jakarta (2004-2007)

(7)

In The Name Of Allah..,

The Most Gracious.., The Most Merciful..

Sujud ku.., untuk Mu.., Tuhan..,

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah..,

Syukur atas sgala nikmat mu.., Wahai Tuhan semesta alam…

Kasih ku.., untuk mu.., Keluarga ku

Aku tak kan pernah bisa membalas kasih dan sayang mu..,

Terlalu besar yang telah kau berikan pada ku..,

Hanya doa yang dapat aku berikan...,

Dan slalu ku persembahkan cinta yang tulus untuk mu..,

Aku yang mencintai mu..,

Love you.., Abi, Mama dan ade…

(8)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Mei 2012

Astrida Rakhma, NIM : 107104001664

Gambaran Derajat Dismenore dan Upaya Penanganannya Pada Siswi Sekolah Menengah Kejuruan Depok Jawa Barat

xviii + 56 halaman, 7 tabel, 2 bagan, 5 lampiran ABSTRAK

Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering dialami oleh remaja putri. Dismenore ditandai dengan nyeri perut bagian bawah dan dapat disertai dengan gejala lainnya. Intensitas nyeri dismenore yang dirasakan pada setiap remaja berbeda-beda. Upaya penanganan secara farmakologi dan non farmakologi dapat dilakukan pada remaja yang mengalami dismenore agar dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran derajat dismenore dan upaya penanganannya pada siswi Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X, XI dan XII SMK Arjuna Depok Jawa Barat, dengan jumlah 129 siswi yang pernah mengalami dismenore. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian ini menggambarkan siswi mengalami dismenore derajat nyeri ringan sebanyak 60 orang (46,5%), nyeri sedang 44 (34,1%) dan nyeri berat 25 (19,4%). Upaya penanganan non farmakologi sebagian besar adalah melakukan teknik distraksi sebanyak 65 orang (50,4%), upaya penanganan farmakologi dengan obat anti nyeri dari warung dilakukan sebanyak 16 orang (12,4%) dan tidak ada satu pun siswi menangani dismenore dengan obat anti nyeri dari resep dokter. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan siswi yang mengalami dismenore berat untuk melakukan pemeriksaan pada tenaga kesehatan dan meningkatkan perhatian pada masalah kesehatan reproduksi dengan memberikan penyuluhan mengenai upaya penanganan dismenore.

Kata kunci: Dismenore, Derajat dismenore, Upaya penanganan dismenore, Remaja putri

(9)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE

Paper. May 2012

Astrida Rakhma, NIM : 107104001664

The Degree and Handling of Dysmenorrhea among Female Students Arjuna Vocational School in Depok West Java

xviii + 56 pages, 7 tables, 2 figures, 5 appendices ABSTRACT

Dysmenorrhea is a menstrual disorder that is often experienced by young women. Dysmenorrheal is characterized by lower abdominal pain and may be accompanied by other symptoms. The intensity of dysmenorrheal that is felt in every teen is different. Pharmacology and non pharmacology handling can be performed on adolescent with dymenorrhea in order to reduce the perceived pain. The purpose of this study was to determine the degree and handling of dysmenorrheal at Arjuna vocational school female students in Depok West Java.

This study is quantitative research with descriptive design. Sampling techniques in research is simple random sampling. The population in this study is the class X, XI and XII Arjuna vocational school in Depok West Java, with a number of 129 female students who had experienced dysmenorrheal. Methods of data collection using questionnaires.

The result of this research is 46,5% or 60 female students with mild pain, 34,1% or 44 moderate pain, and 19,4% or 25 severe pain. Non pharmacological techniques are used most of the female students is distractions 50,4% or 65 female students, and pharmalogical treatment with using anti pain drug from stall is 12,4% or 16 female students, and none of the female students handling of dysmenorrheal with anti pain medication prescribed by a doctor. This research is recommend that students who experience severe dysmenorrhea pain to carry out checks on the health and raise awareness on reproductive health issues by providing information about the way in dysmenorrhea.

Key word : Dysmenorrhea, The Degree Dysmenorrhea, The Handling of Dysmenorrhea, Young woman

(10)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘’Gambaran Derajat

Dismenore dan Upaya Penanganannya Pada Siswi Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat ‘’. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah menerangi jalan manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang.

Terselesainya skripsi ini tidak akan lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan merasa tidak akan mampu sepenuhnya membalas jasa dari pihak yang telah membantu serta semoga bantuan yang berharga tersebut akan dibalas oleh Allah SWT. Rasa syukur dan ucapan terima kasih ini disampaikan kepada :

1. Prof. dr. Dr (hc) M. K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, terima kasih atas motivasinya.

3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan dan pembimbing I yang selalu sabar dalam membimbing penulis. 4. Ibu Uswatun Khasanah, Ns., MNS selaku pembimbing II yang selalu sabar dalam

membimbing penulis.

5. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan dorongan, motivasi dan ilmunya pada penulis.

(11)

7. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, semangat, dorongan, arahan, kasih sayang dan dukungan moril serta materiil tanpa pernah berhenti sepanjang waktu. 8. Adik yang tak pernah lelah selalu memberikan doa, motivasi, nasehat, kesabaran,

kasih sayang dan dukungan moril yang selalu tercurah kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat terbaik PSIK 2007 yang telah memberikan dukungan. 10. Seluruh pihak yang membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Mei 2012

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan khusus ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

1. Untuk Profesi Ilmu Keperawatan ... 7

2. Untuk Siswi ... 7

3. Untuk Penelitian yang akan datang ... 7

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

6. Upaya Penanganan Dismenore ... 16

a. Non Farmakologi ... 16

3. Perkembangan Remaja ... 26

D. Kerangka Teori ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 30

A. Kerangka Konsep ... 30

B. Definisi Operasional ... 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Desain Penelitian ... 32

B. Lokasi dan waktu Penelitian ... 32

1. Lokasi ... 32

2. Waktu ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

(14)

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

G. Pengolahan Data ... 38

6. Mengeluarkan Informasi ... 39

H. Teknik Analisa Data ... 40

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 43

B. Hasil Analisis Univariat ... 44

1. Gambaran usia ... 44

2. Gambaran kelas ... 45

3. Gambaran usia pertama kali menstruasi ... 45

4. Gambaran siklus menstruasi ... 46

5. Gambaran keteraturan menstruasi ... 46

6. Gambaran derajat dismenore ... 46

7. Gambaran upaya penanganan dengan non farmakologi ... 47

8. Gambaran upaya penanganan dengan farmakologi ... 48

9. Gambaran upaya penanganan dismenore dengan derajat dismenore ... 49

BAB VI PEMBAHASAN ... 50

A. Interpretasi dan Hasil penelitian ... 50

(15)

2. Gambaran derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok ... 55

3. Gambaran upaya penanganan dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok ... 56

B. Keterbatasan Penelitian ... 67

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

1. Profesi Ilmu Keperawatan ... 69

2. Instansi SMK Arjuna Depok ... 69

3. Peneliti selanjutnya ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 31

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi usia pada siswi yang mengalami dismenore

di SMK Arjuna Depok ... 44

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kelas pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok ... 45

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi usia pertama kali menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok ... 45

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi siklus menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok ... 46

Tabel 5.5 Distribus frekuensi keteraturan menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok ... 46

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok ... 46

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan non farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok ... 47

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok ... 48

(17)

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 29

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat izin penelitian

Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reliabilitas

(19)

DAFTAR SINGKATAN

DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

NSAID : Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

UMS : Universitas Muhammadiyah Surakarta

UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fase remaja merupakan periode transisi antara fase anak-anak dan dewasa. Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yaitu antara usia dua belas sampai tiga belas tahun hingga usia dua puluhan (Soekanto, 2004). Remaja menurut WHO mencakup individu dengan usia sepuluh sampai sembilan belas tahun, sedangkan definisi remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia lima belas sampai dua puluh empat tahun ( Depkes RI, 2007). Biro Pusat Statistik pada tahun 2000 menyatakan bahwa di Indonesia kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan (Pardede, 2002).

(21)

nyeri pinggang, dan salah satunya yaitu dismenore (Kasdu, 2005). Hasil Penelitian Cakir M, et al (2000) di Amerika presentase kejadian dismenore merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar 63,5%, diikuti oleh ketidakteraturan menstruasi 31,2%, serta perpanjangan durasi menstruasi 5,3% (dalam Sumawati, 2010).

Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Wikjosastro (2007) menyatakan bahwa dismenore merupakan nyeri di perut bagian bawah, menyebar kedaerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.

Ada tiga tingkat derajat dismenore, yaitu dismenore ringan, dismenore sedang, dan dismenore berat (Manuaba, 1999). Dismenore ringan terjadi di skala nyeri 1-4, dismenore sedang terjadi di skala nyeri 5-6, dan dismenore berat terjadi pada skala nyeri 7-10 (Howard, dalam Leppert, 2004). Potter (2005) karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering diminta untuk menggambarkan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah dengan menggunakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri.

(22)

dipengaruhi oleh deskripsi individu tentang nyeri, persepsi dan pengalaman nyeri (Kelly, 2007).

Diperkirakan sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia menderita akibat dismenore dalam sebuah siklus menstruasi (Llewellyn, 2001). Hasil penelitian Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Indonesia tahun 2009 angka kejadian dismenore terdiri dari 72,89% dismenore primer dan 27,11% dismenore sekunder dan angka kejadian dismenore berkisar 45-95% dikalangan perempuan usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2009).

Penelitian Sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore berdampak pada gangguan aktivitas sehari – hari sehingga menyebabkan absen sekolah ≤ 3 hari. Penelitian Poureslami (2001) hampir 10 persen

remaja yang dismenore mengalami absence rate satu sampai tiga hari perbulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari – hari akibat nyeri hebat. Banyak siswi yang mengalami dismenore yang berdampak pada menurunnya konsentrasi di kelas dan banyak siswi yang tidak masuk karena timbulnya dismenore (dalam Sulastri, 2006).

(23)

(dalam Rizki, 2009) mengatakan sebanyak 92% penderita dismenore hanya beristirahat untuk menghilangkan nyeri, penggunaan obat-obatan penghilang nyeri digunakan oleh 32%, sedangkan sebanyak 7,1% penderita dismenore berkonsultasi ke dokter.

Teknik keperawatan untuk mengurangi nyeri juga dapat diterapkan seperti kompres hangat pada daerah abdomen, masase abdomen, mempertahankan postur tubuh yang baik, latihan atau olah raga, serta gizi seimbang (Kasdu, 2005). Selain itu juga dapat dikonsumsi asam lemak esensial yang terdapat pada ikan sarden atau salmon, suplemen (Mg dan Zn) dan multivitamin terutama vitamin E, mengurangi stress, serta masase daerah abdomen (Hartwell, 1992). Penanganan dismenore dapat juga dilakukan dengan olah raga ringan, mengkonsumsi buah dan sayur, serta mengurangi kadar gula dan kafein. Apabila permasalahan semakin parah, maka harus berkonsultasi dengan dokter (Dianawati, 2003).

Upaya penanganan dismenore tidak hanya dengan non farmakologi tetapi dapat dilakukan dengan penanganan farmakologi, siswi biasanya membeli obat analgesik yang dijual di warung seperti feminax yang dapat mengurangi rasa nyeri, sakit kepala, dan mulas yang timbul pada waktu haid (Dianawati, 2003). Penelitian yang dilakukan Paramita di SMK YPKK I Sleman Yogyakarta tahun 2010, bahwa sebagian besar siswi menangani dismenore dengan melakukan kompres hangat, yaitu sebanyak 48,3% siswi, istirahat 13,8%, olah raga teratur 12,1%, pengkonsumsian makanan bergizi 17,3%, pengkonsumsian obat analgetik 10,3%, dan terapi hormonal 0% tidak ada satu pun siswi yang melakukan terapi hormonal.

(24)

sering mengalami nyeri haid. Ketika studi pendahuluan, peneliti juga melakukan wawancara kepada 8 siswi yang mengalami masalah dismenore dan menanyakan upaya penanganan yang dilakukan ketika merasakan nyeri menstruasi yang dialami siswi, berdasarkan hasil wawancara bahwa kadar nyeri yang dirasakan dan upaya penanganan dalam mengatasi nyeri menstruasi berbeda antara satu siswi dan siswi lainnya. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran tingkat derajat dismenore dan upaya penanganan dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat.

B. Rumusan Masalah

Dismenore merupakan nyeri di perut bagian bawah, menyebar kedaerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Wiknjosastro, 2007). Angka kejadian dismenore di Indonesia berkisar 45-95% dikalangan perempuan usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2009). Pada remaja perempuan yang dismenore hampir 10% mengalami absence rate satu sampai tiga tiap bulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehar–hari akibat nyeri hebat (Poureslami, 2001, dalam Sulastri, 2006). Sehingga kejadian dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas sekolah.

(25)

SMK Arjuna Depok dan belum diketahuinya derajat dismenore dan upaya penanganan yang dilakukan oleh siswi SMK Arjuna Depok.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dibuat pertanyaan penelitian, yaitu:

a. Bagaimana gambaran derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok ?

b. Bagaimana gambaran upaya penanganan dismenore dengan cara farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok ?

c. Bagaimana gambaran upaya penanganan dismenore dengan cara non farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran derajat dismenore dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok.

b. Mengidentifikasi upaya penanganan dismenore dengan cara farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok.

(26)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Ilmu Keperawatan

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk memberikan pendidikan kesehatan terutama untuk alat reproduksi dan meningkatkan derajat kesehatan, khususnya reproduksi remaja yang berkaitan dengan upaya penanganan dismenore dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber motivasi bagi profesi keperawatan untuk melakukan penyuluhan kesehatan hal ini sesuai dengan peran perawat yaitu sebagai pendidik dan konselor kesehatan.

2. Bagi Siswi

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi siswi sehingga dapat memberi masukan dalam menangani dismenore ketika menstruasi.

3. Bagi Penelitian yang akan datang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah informasi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan dismenore dan dapat menjadi sebuah rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dismenore

1. Pengertian Dismenore

Dismenore berasal dari kata “dys” dan ”menorea”. Dys atau

dis adalah awalan yang berarti buruk, salah dan tidak baik. Menorea atau mens atau mensis adalah pelepasan lapisan uterus yang berlangsung setiap bulan berupa darah atau jaringan dan sering disebut dengan haid atau menstruasi (Ramali, 2003). Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah, menyebar kedaerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Wiknjosastro, 2007). Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat terus menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha (Badziad, 2003).

(29)

bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa waktu.

2. Derajat Dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut Manuaba (1999) dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu: a. Dismenore ringan

Seseorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.

Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-4 (Howard, dalam Leppert, 2004).

b. Dismenore sedang

Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya.

Dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6 (Howard, dalam Leppert, 2004).

c. Dismenore berat

Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada kemungkinan seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.

(30)

3. Klasifikasi Dismenore

Smeltzer (2002) menyebutkan dismenore dibagi menjadi dua macam yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.

a. Dismenore primer

Dismenore primer nyeri haid tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Dismenore diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme arteriolar (Smeltzer, 2002).

b. Dismenore sekunder

(31)

4. Penyebab Dismenore

Banyak teori yang telah menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:

a. Faktor kejiwaan

Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore (Wiknjosastro, 1999).

Kesiapan anak dalam menghadapi masa puber sangat diperlukan. Anak harus mengerti tentang dasar perubahan yang terjadi pada dirinya dan anak-anak sebayanya. Secara psikologis anak perlu dipersiapkan mengenai perubahan fisik dan psikologisnya. Apabila tidak dilakukan persiapan maka anak tidak siap sehingga pengalaman akan perubahan tersebut dapat menjadi pengalaman traumatis (Hurlock, 2007).

b. Faktor konstitusi

(32)

1) Anemia

Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkat oksigen berkurang. Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan dayatahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri (Wiknjosastro, 1999).

Anemia merupakan keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (Bobak, 2004).

2) Penyakit Menahun

(33)

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore hanya karena mengalami stenosis kanalis servikalis tanpa hiperantefleksi posisi uterus. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi (Wiknjosastro, 1999). Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut (Kelly, 2007).

d. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kram perut yang terjadi pada dismenore primer karena kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin erat hubungannya dengan keadaan tersebut. Hasil penelitian Clitheroe dan Piteles tahun 1995, bahwa ketika endometrium dalam fase sekresi akan memproduksi hormon prostaglandin yang menyebabkan kontrasksi otot polos. Jika hormon prostaglandin yang diproduksi banyak dan dilepaskan diperedaran darah, maka selain mengakibatkan dismenore juga menyebabkan keluhan lain seperti vomitus, nousea dan diare (Wiknjosastro, 1999).

Pada saat menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH

(34)

menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28

hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi (Bobak, 2004).

e. Faktor pengetahuan

Dismenore yang timbul pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang dismenore. Terlebih jika mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak dini. Mereka yang memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja putri (Wiknjosastro, 1999).

(35)

5. Tanda dan Gejala Dismenore

Tanda dan gejala umum dismenore adalah nyeri yang timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi. Biasanya nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai, nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri yang terus-menerus, dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala-gejala yang menyertai berupa mual, muntah, sakit kepala, diare dan perubahan emosional (Wiknjosastro, 1999).

Dismenore tidak selalu berhubungan dengan terganggunya organ reproduksi, tetapi keadaan ini tetap membutuhkan perhatian melakukan pemeriksaan organ reproduksi (Kasdu, 2004).

6. Upaya Penanganan Dismenore

Terdapat beberapa cara dalam menangani dismenore, untuk membantu mengurangi rasa nyeri menstruasidapat dilakukan dengan cara non farmakologi dan farmakologi, yaitu :

a. Non farmakologi

(36)

dengan respon tersebut dapat meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan nyeri (Bobak, 2005).

Penelitian Amanih (2003) pada mahasiswi semester VIII PSIK UMS bahwa kompres hangat dapat menurunkan dismenore primer yang dirasakan. Hasil penelitian didapatkan bahwa skala nyeri yang dirasakan sebelum melakukan kompres hangat adalah siswi dengan skala nyeri ringan berjumlah 4 siswi (24%), untuk skala nyeri sedang berjumlah 10 orang (63%) dan skala nyeri berat berjumlah 2 siswi (12%).

Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar, lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada. Posisi knee chest dapat menggerakan otot, maka otot menjadi lebih kuat dan elastik

secara alami sehingga melenturkan otot-otot pada pelvis dan membantu kelancaran peredaran darah maka meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan nyeri (Akatri, 1996).

(37)

nyeri berat. Maka, efektifitas senam saat mengalami dismenore dapat mengatasi maupun mengurangi rasa nyeri menstruasi.

Pengobatan herbal, nyeri haid dapat diatasi dengan minum jamu. Jamu nyeri haid yang sering digunakan banyak mengandung simplisia yang berkhasiat sebagai anti nyeri, anti radang, serta anti spasmodic (anti kejang otot). Simplisia dapat diperoleh di bumbu dapur, misalnya kunyit, buah asam, dan kayu manis. Pembuatannya akan diolah seperti jamu (Wijayakusuma, 2008). Minuman kunyit asam yang beredar di masyarakat biasanya terdiri dari setengah kilogram kunyit, setengah kilogram asam jawa, seperempat kilogram gula jawa, dan dua liter air. Kunyit yang telah dipersiapkan harus dibersihkan, diparut, kemudian diperas untuk diambil airnya. Air kunyit yang diperoleh, direbus dan dimasukkan asam jawa, air, serta gula jawa. Setelah itu harus didihkan dan akan diperoleh minuman kunyit asam. Frekuensi mengkonsumsi minuman kunyit asam minimal dalam 10 periode atau 10 siklus menstruasi secara berulang dan teratur (Dinda, dalam Yoga, 2010).

(38)

Distraksi merupakan metode yang digunakan untuk mengalihkan perhatian seseorang terhadap sensasi nyeri. Metode distraksi digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang. Akan tetapi, dengan konsentrasi penuh dapat juga digunakan untuk nyeri akut. Pada sebagian kasus, nyeri hanya berkurang pada saat distraksi dilakukan. Jika distraksi telah selesai, klien akan sadar kembali terhadap rasa nyeri yang dialami (Smeltzer, 2002). Penelitian Marvia pada mahasiswi PSIK UMY (2008) teknik distraksi (mendengarkan musik) dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Jumlah sampel 45 responden, instrumen yang dipakai dengan menggunakan CD musik Mozart dan Kenny G. Pemberian terapi musik Mozart dan Kenny G selama 15 menit dapat menurunkan tingkat nyeri mestruasi. Skala nyeri pada observasi awal terbanyak adalah skala 6 (35,3%) dan skala 7 (31,2%), pada obsevasi akhir terbanyak adalah skala 3 (47,8%).

Teknik imagery guided merupakan pengalaman sensori buatan yang dapat menurunkan persepsi nyeri secara efektif dan menurunkan reaksi terhadap nyeri. Teknik ini dapat dilakukan dengan membayangkan pengalaman yang menyenangkan dari memori, mimpi, fantasi dan penglihatan, dengan berfokus kepada pengalaman yang dibayangkan, klien dapat mengubah persepsinya terhadap nyeri yang dialami (Akatri, 1996).

(39)

20 menit dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna.Penelitian ini dengan desain quasy eksperiment menggunakan perancangan pretest-postest. Jumlah sampel 30 responden, instrumen yang digunakan baby oil/ lotion. Hasil penelitian skala nyeri kelompok eksperimen pada observasi awal terbanyak adalah skala 5 (33,3%) dan skala 6 (33,3%), pada obsevasi akhir terbanyak adalah skala 2 (46,6%).

Teknik relaksasi napas dalam yaitu menarik nafas dalam dari hidung dan perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut. Hal ini dapat meningkatkan oksigenasi darah, menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer, 2002). Penelitian Yustini pada mahasiswi PSIK UMS (2002) terhadap 30 sampel yang dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 22 sampel mengeluh nyeri sedang dan 8 sampel mengeluh nyeri berat, sedangkan pada 30 sampel yang tidak dilakukan teknik relaksasi napas dalam 9 sampel mengeluh nyeri sedang dan 21 sampel mengeluh nyeri berat. Maka, teknik relaksasi napas dapat mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan. b. Farmakologi

Untuk mengatasi dismenore biasanya menggunakan obat-obat sejenis prostaglandin inhibitor yaitu dengan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin.

Obat itu termasuk formula ibuprofen yang dijual bebas dan naproksen. Untuk kram yang berat, pemberian NSAID seperti naproksen atau piroksikan dapat membantu (Wikjosastro, 1999). Contoh obat dari golongan NSAID antara lain aspirin, ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen (Tamsuri, 2007).

(40)

reguler, kemudian dilanjutkan dengan pemberian dosis reguler hingga gejalanya berkurang. NSAID tidak boleh diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma, alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin. Efek samping yang perlu diwaspadai dan diperhatikan dari golongan NSAID ini antara lain iritasi lambung dengan gejala mual, muntah dan nyeri, sakit kepala (Wikjosastro, 1999). Tamsuri (2007) mengungkapkan efek samping yang umum terjadi pada golongan NSAID seperti mual, dispepsia, ulserasi gastrointestinal atau perdarahan, menaikkan enzim hati, diare, sembelit, epistaksis, sakit kepala, pusing dan hipertensi.

Terapi obat lain dalam mengatasi dismenore adalah analgetik dan pengobatan hormonal. Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetik untuk nyeri ringan antara lain aspirin, asetaminofen, paracetamol dan propofiksen. Adapun jenis analgetik untuk nyeri berat antara lain prometazin, oksikodon (Wikjosastro, 1999). Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran adalah novalgin, ponstan, acetaminophen, dan sebagainya (Simanjutak, dalam Sulastri, 2006)

(41)

dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (Simanjuntak, dalam Sulastri, 2006).

B. Pengukuran Skala Nyeri

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).

f. Verbal Rating Scale (VRS)

Alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari “no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS dinilai dengan memberikan angka pada

setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas nyerinya.

Sebagai contoh, dengan menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan skore “0”, mild (kurang nyeri) dengan skore “1”, moderate (nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri keras) dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan skore “4”. Keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien

untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan (Potter & Perry, 2005).

Gambar Skala Penilaian Nyeri Verbal Rating Scale (VRS)

(42)

g. Visual Analog Scale (VAS)

VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no

pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat).

VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, dalam Potter & Perry, 2005).

Gambar Skala Penilaian Nyeri Visual Analog Scale (VAS)

Tidak nyeri Nyeri yang tidak tertahankan h. Numeral Rating Scale (NRS)

Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). NRS lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Potter & Perry, 2005).

Gambar Skala Penilaian Nyeri Numeral Rating Scale (NRS)

(43)

i. Faces Pain Score

Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari wajah yang tersenyum untuk ‘tidak ada nyeri´ sampai wajah yang berlinang air mata untuk ‘nyeri paling buruk’. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak

dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana (Wong & Baker, dalam Potter & Perry, 2005).

Gambar Skala Penilaian Nyeri Faces Pain Score

j. Oucher

(44)

C. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 2007). Sarwono (2007) menyatakan bahwa remaja memiliki definisi dari tiga kriteria , yaitu biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut (Sarwono, 2007):

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan fisik serta sosial psikologis (Sarwono, 2007).

2. Masa remaja

(45)

Masa Remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai dengan biologik, psikologik dan sosial.

a. Masa pra remaja 11-13 tahun untuk wanita dan 12-14 tahun untuk pria, Masa remaja awal 13-17 tahun untuk wanita dan 14-17 tahun 6 bulan untuk pria, Masa remaja akhir 17-21 tahun untuk wanita dan 17 tahun 6 bulan-22 tahun untuk pria. Masa pra remaja ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik.

b. Masa remaja awal ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya ketrampilan-ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk meningkatkan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.

c. Masa Remaja Akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai orang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan sistem nilai pribadi yang ada pada diri remaja (Rumini & Sundari, 2004).

3. Perkembangan remaja a. Perkembangan fisik

(46)

biologisyang berkaitan dengan perubahan hormonal didalam tubuh remaja.

Remaja putri mengalami menarche, yaitu menstruasi pertama, sedangkan putra mengalami spermarche, yaitu pertama kalinya cairan sperma keluar, yang umumnya saat tidur. Pada remaja putri tumbuh payudara, muncul pubic hair, jaringan lemak mulai menebal terutama dibagian lengan, paha, pinggul dan perut. Pada remaja putra, ukuran alat kelaminnya sudah mencapai ukuran orang dewasa, muncul pula pubic hair di sekitar alat kelamin, rambut di ketiak, kaki, dada (tidak pada semua laki-laki), terjadi perubahan pita suara sehingga suara jadi lebih berat dan besar (Dariyo, 2004).

b. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif pada remaja menurut Piaget memasuki tahap operasional formal yang ditandai dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, idealis dan logis. Dalam memecahkan masalah, ia mampu melakukan penalaran dedukatif, yaitu penalaran terhadap beberapa premis yang kemudian mengambil suatu kesimpulan. Selain itu, cara berpikirnya pun seperti ilmuwan, yang oleh Piaget dikenal dengan istilah hypothetico-deductivereasoning, yaitu membuat perencanaan,

memecahkan masalah secara sistematis dan melakukan pengetesan terhadap solusi yang diambil (Dariyo, 2004).

c. Perkembangan psikososial

(47)

peer-groupmenjadi intensif karena penerimaan oleh teman sebaya

menjadi sangat penting bagi remaja. Teman sebaya merupakan tempat berbagi perasaan dan pengalamannya. Mereka juga menjadi bagian dari proses pembentukan identitas diri. Muncul pula suatu gejala konformitas, yaitu tekanan dari kelompok sebaya (peer), baik nyata ataupun tidak (hanya persepsi si remaja itu sendiri), sehingga ia mengadopsi sikap atau prilaku orang lain seperti pemimpin kelompok dan anggota kelompok tersebut (Dariyo, 2004).

Jika konformitas itu bersifat positif, remaja akan mengadopsi hal-hal positif pula yang sangat mempengaruhi masa pembentukan identitasnya. Sebaliknya, jika konformitasnya bersifat negatif, remaja dapat dengan mudah terbawa pada prilaku kurang baik, seperti membolos sekolah, merokok, mencuri, menggunakan obat terlarang, yang tentunya akan membahayakan perkembangan remaja tersebut (Whaley & Wong’s, 1995).

(48)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1. Kerangka Teori menurut Sheeran dan Abraham (1995),Badziad (2003), Taruna (2003), Smeltzer (2002), Wikjosastro (1999).

Variabel demografi:

hambatan Isyarat tindakan

- Pengetahuan

Menstruasi Dismenore

(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep-konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti dan dalam mengembangkan konsep dan teori menjadi sebuah kerangka kerja. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di SMK Arjuna Depok Jawa Barat.

Gambar 3.1. Kerangka konsep dengan judul gambaran derajat dismenore dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat.

Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel derajat dismenore dan upaya penanganan secara farmakologi dan non farmakologi yang dapat mengatasi masalah dismenore.

Derajat dismenore  Ringan  Sedang  Berat

Upaya penanganan dismenore dengan

(50)
(51)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisis hubungan antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui pertanyaan terstruktur atau kuisioner penelitian. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh informasi tentang gambaran derajat dismenore dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok. Sekolah tersebut dipilih karena adanya masalah yang terjadi pada siswi SMK Arjuna seperti banyaknya siswi yang mengalami masalah dismenore, di SMK Arjuna Depok belum pernah dilakukan penelitian tentang derajat dismenore dan upaya penanganan terhadap masalah dismenore.

2. Waktu

(52)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 dalam Hidayat, 2008).

Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas X, XI, dan XII yang pernah mengalami dismenore. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2011 dan hasil yang diperoleh berjumlah 167 siswi dengan rincian sebagai berikut:

a. Jumlah siswi kelas X adalah 63 siswi b. Jumlah siswi kelas XI adalah 57 siswi c. Jumlah siswi kelas XII adalah 47 siswi 2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang diambil. Adapun kriteria inklusinya adalah:

a. Siswi kelas X, XI dan XII di SMK Arjuna Depok b. Siswi yang memiliki riwayat dismenore

c. Siswi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

(53)

n = N.(Z1-α/2)2 . P (1-P)

(N-1).d2 + (Z1-α/2)2 . P (1-P)

Keterangan

N= Jumlah total populasi n = Jumlah total sample

P = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi= 50% = 0,5

q = 1-p = 100% - p = 0,5 d = Presisi = 5% = 0,05 α = 5%

Z1-α/2 = Confident interval = 95% = 1,96 (tabel kurva

normal)

Maka hasil yang diperoleh adalah:

n = 167 x (1,96)2 x 0,5 x (1-0,5)

(167-1) x (0,05)2 +(1,96)2 x 0,5 x (1-0,5)

n = 167 x 0,9604

166 x 0,0025 + 0,9604

n = 116,61 ≈ 117 sampel

Dari hasil perhitungan di atas maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 117 orang. Untuk mengantisipasi kemungkinan jawaban responden yang tidak valid dibutuhkan sebanyak 117 orang ditambah 10% dari 117

n2 = n1 +10% . n1

= 117 +10% . 117 = 128,7 ≈ 129 siswi

(54)

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilam sampel dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu proses pengambilan sampel

dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel yang dilakukan secara random atau acak (Hidayat, 2008). Peneliti ingin mengambil sampel 129 siswi dari populasi sebanyak 167 siswi. Peneliti membuat daftar siswi lalu melakukan lotere terhadap 167 siswi dan mengambil sebanyak 129 siswi untuk dijadikan sampel.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, alat pengumpulan data yang akan digunakan berupa pertanyaan dalam angket yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada landasan teori. Angket adalah pemeriksaan terhadap sesuatu yang menjadi kepentingan umum, biasanya dilakukan dengan surat pertanyaan (Depdiknas, 2008).

Angket yang digunakan dalam bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan mengenai data demografi, derajat dismenore yang paling sering dirasakan serta pertanyaan mengenai upaya penanganan dismenore dengan menggunakan pilihan berbentuk check list. Responden hanya menandai jawaban yang menurutnya sesuai dan tepat. Jumlah pertanyaan dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada literature khususnya mengenai derajat dan upaya penanganan terhadap masalah dismenore. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 10-15 menit.

(55)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas dengan menggunakan metode

Alpha Cronbach.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut (Hidayat, 2008). Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu:

(56)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk penelitian. Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan pada siswi di SMK Arjuna Depok yang bukan merupakan sampel penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012. Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel. Jumlah responden dalam uji reliabilitas dalam penelitian ini berjumlah 30 responden dengan α = 0,05, dk = n-2 (28), maka

r tabel = 0,374. Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program komputer untuk statistik, untuk butir-butir pertanyaan didapatkan Alpha Cronbach 0,833.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu :

1. Meminta surat pengantar dari FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk melakukan peneitian setelah proposal disetujui pembimbing. 2. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan ijin kepada pihak

sekolah untuk mengadakan penelitian dan memohon kerja sama untuk kelancaran penelitian.

(57)

4. Memberikan daftar pertanyaan dan menyerahkan kepada responden dan meminta responden untuk menandatangani lembar informed consent sebelum mengisi lembar pertanyaan.

5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.

6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

7. Memberikan waktu selama 10-15 menit kepada responden untuk mengisi kuesioner.

8. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk untuk kemudian diolah dan dianalisis.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumusan tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi 6 tahap, yaitu:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

(58)

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Sortir

Sortir merupakan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Misalnya: menurut daerah sampel, menurut tanggal dan sebagainya.

4. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

5. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data

yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

6. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Setiadi, 2007).

H. Teknik Analisa Data

(59)

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian , dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

(60)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk menolak penelitian dan diajukannya pernyataan persetujuan (informed consent) mengikuti penelitian seperti terlampir. Sebelum melakukan

pengumpulan data, peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah SMK Arjuna Depok dengan menyerahkan surat permohonan melakukan penelitian yaitu pengambilan data dari Sekolah SMK Arjuna Depok. Kemudian peneliti mendatangi calon responden di masing-masing kelas dan memberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang diperoleh.

(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna berdiri pada tahun 2000 dan merupakan Sekolah dengan terakreditasi A. Kepala Sekolah pertama dipimpin oleh Bapak Iskandar, M.M. SMK Arjuna mempunyai jumlah karyawan 37 yang terdiri dari Guru Tetap berjumlah 8 orang, Guru Tidak Tetap berjumlah 24 orang dan Staf Tata Usaha berjumlah 5 orang .

Luas wilayah 3544 m2 yang terdiri dari Ruang Kelas, Ruang Guru, Ruang Tata Usaha, Mushola, Perpustakaan, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Ruang Keterampilan dan Ruang Kesenian. Saat ini SMK Arjuna Depok memiliki jumlah 11 ruang kelas dan memiliki 2 jurusan yaitu jurusan akutansi dan sekretaris.

Visi dari Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok adalah ‘’Belief, Competence, Life Skill’’ yaitu terwujudnya lembaga pendidikan

dan pelatihan kejuruan ( diklatjur) yang mampu menghasilkan lulusan dengan kualifikasi iman yang baik, kompetensi yang tinggi dan kecakapan hidup yang unggul.

Misi dari Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan iklim belajar yang didasarkan pada norma agama dan nilai budaya bangsa.

(62)

c. Mengintregasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan berorientasi pada kecakapan hidup dan masa depan.

B. Hasil Analisis Univariat 1. Gambaran usia

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi usia pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok tahun sebanyak 43 (33,3%) siswi, usia 17 tahun sebanyak 39 (30,2%) siswi dan memiliki usia dengan rata-rata 15,9 tahun dan usia termuda adalah 14 tahun serta usia tertua adalah 17 tahun.

2. Gambaran kelas

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden penelitian berdasarkan kelas SMK Arjuna Depok

Usia Frekuensi Persentase (%)

14 5 3,9

15 42 32,6

16 43 33,3

17 39 30,2

(63)

Berdasarkan tabel 5.2 siswi yang mengalami dismenore pada setiap kelas di SMK Arjuna Depok yaitu kelas X sebanyak 47 (36,4%) siswi, kelas XI sebanyak 43 (33,3%) siswi dan kelas XII sebanyak 39 (30,2%) siswi.

3. Gambaran usia pertama kali menstruasi Tabel 5.3

Distribusi frekuensi usia pertama kali menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok

Usia Menarche Frekuensi Persentase (%)

11 45 34,9

12 55 42,6

13 29 22,5

Total 129 100,0

Nilai Mean Median Std. Deviation Min. Max.

Hasil 11,88 12 0,750 11 13

Berdasarkan tabel 5.3 usia pertama kali menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok bahwa pada usia menarche 11 tahun sebanyak 45 (34,9%) siswi, 12 tahun sebanyak 55 (42,6%) siswi, 13 tahun sebanyak 29 (22,5%) siswi dan memiliki usia pertama kali mestruasi dengan rata-rata 11,88 tahun dan usia pertama kali menstruasi termuda adalah 11 tahun serta usia pertama kali menstruasi tertua adalah 13 tahun.

4. Gambaran siklus menstruasi

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi siklus menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok

Nilai Mean Median Std. deviation Min. Max.

(64)

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi siklus menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok memiliki siklus menstruasi dengan rata-rata 29, 27 hari dan siklus menstruasi terpendek adalah 21 hari serta siklus menstruasi terpanjang adalah 35 hari.

5. Gambaran keteraturan menstruasi Tabel 5.5

Distribusi frekuensi keteraturan menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok

Keteraturan menstruasi Frekuensi Persentase (%)

Teratur 109 84,5 (15,5%) siswi mengalami menstruasi yang tidak teratur.

6. Gambaran derajat dismenore Tabel 5.6

Distribusi frekuensi derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok

Derajat Dismenore Frekuensi Persentase (%)

Ringan 60 46,5

Sedang 44 34,1

Berat 25 19,4

Total 129 100,0

(65)

7. Gambaran upaya penanganan dismenore dengan non farmakologi Tabel 5.7

Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan cara non farmakologi

Upaya penanganan dismenore Frekuensi Persentase

Menarik nafas dalam 38 29,5

Teknik distraksi 65 50,4

Kompres hangat 41 31,8

Mandi dengan air hangat 20 15,5

Pengobatan herbal 51 39,5

Teknik guided imagery 34 26,4

Mengolesi balsem atau lotion hangat 34 26,4

Pemijatan 25 19,4

Melakukan posisi knee chest 40 31,0

Olah raga 30 23,3

Istirahat total atau tidur 60 46,5

Lain – lain 2 1,6

(66)

8. Gambaran upaya penanganan dismenore dengan farmakologi Tabel 5. 8

Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan cara farmakologi

Upaya penanganan dismenore Frekuensi Persentase (%) Minum obat anti nyeri dari obat-obat warung

Feminax 10 7,75

Panadol 4 3,1

Biogesic 2 1,55

Lain-lain 0 0

Total 16 12,4

Minum obat anti nyeri dari resep dokter

Asetaminofen 0 0

Asam mefenamat 0 0

Aspirin 0 0

Lain-lain 0 0

Total 0 0

(67)

9. Gambaran upaya penanganan dismenore dengan derajat dismenore Tabel 5. 9

Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan derajat dismenore

Upaya penanganan Derajat nyeri ringan

(68)

BAB VI PEMBAHASAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran derajat dismenore dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat. Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dan diskusi dari hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

A. Interpretasi dan Hasil Penelitian

1. Gambaran data demografi siswi SMK Arjuna Depok yang mengalami dismenore

a. Gambaran Usia

Rata-rata usia siswi yang mengalami dismenore pada SMK Arjuna Depok yaitu berumur 15,9 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Yanti (2011) yang menunjukan dismenore dialami lebih banyak pada tingkat usia dua belas tahun keatas. Penelitian Thing (2011) pada remaja yang mengalami menstruasi rata-rata berumur 15,5 tahun. Dismenore akan bertambah berat setelah beberapa tahun setelah menstruasi pertama sampai usia 23-27 tahun kemudian dismenore akan mulai mereda (Hamilton, dalam Shabinaya, 2011).

b. Gambaran usia pertama kali menstruasi

(69)

Penelitian Shabinaya (2011) pada siswi SMPN 87 Jakarta bahwa dari 103 siswi diantaranya 66 siswi mengalami usia pertama kali menstruasi pada umur sebelas sampai dua belas tahun dan 37 siswi berumur tiga belas tahun. American Academy of Pediatrics, Committee on Adolescence, American College of Obstetricians and Gynecologists and

Committee on Adolescence Health Care (2006) mengungkapkan median

usia menstruasi pertama stabil antara usia 12 sampai 13 tahun, dan hanya 10% yang mengalami menstruasi pertama pada usia 11,1 tahun dan 90% sudah mengalami menstruasi pada usia 13,75 tahun. Dianawati (2003) biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar dua sampai tiga tahun setelah menstruasi pertama.

c. Gambaran siklus menstruasi

Siklus menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok yaitu memiliki siklus menstruasi dengan rata-rata 29,27 hari dan siklus menstruasi terpendek adalah 21 hari serta siklus menstruasi terpanjang adalah 35 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian Taelbatak (2011) yang menunjukkan siklus menstruasi remaja putri rata-rata 28 sampai 30 hari. Penelitian Hikmawati (2010) pada 30 mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Semarang menunjukkan siklus menstruasi yang dialami rata-rata 28,67 hari. Penelitian Wagito pada mahasiswi Universitas Sumatra Utara (2010) menunjukkan siklus menstruasi dengan rata-rata 21 sampai 30 hari.

(70)

berlangsung selama 21 sampai 35 hari, selang waktu antara awal perdarahan menstruasi sampai fase luteal relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan perempuan. Pada siklus menstruasi menggambarkan suatu interaksi antara hipotalamus, kelenjar pituitari,

ovarium dan endometrium. Menurut teori neurohumoral, hipotalamus

sebagai pusat pengendali utama otak dan mengawasi sekresi hormon

Gonadotropin Reliasing Hormone (GnRH) sehingga dapat merangsang

pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone

(FSH) dari hipofisis.

Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan

oleh mekanisme umpan balik atau feed back antara hormon steroid dan

hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap

FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif

jika kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Estrogen

yang meningkat mengakibatkan rangsangan pada lapisan rahim

(endometrium) menebal, pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan

secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi.

Menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap

bulannya (Misaroh & Proverawati, 2009).

Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu fase menstruasi, fase

proliferasi atau folikuler, fase ovulasi atau fase luteal dan fase pasca ovulasi

atau fase sekresi. Fase menstruasi merupakan peristiwa luruhnya sel ovum

matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang

robek, dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen

dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak

ada. Fase proliferasi atau fase folikuler ditandai dengan menurunnya

Gambar

Tabel   3.1     Definisi Operasional   ....................................................................
Gambar Skala Penilaian Nyeri Visual Analog Scale (VAS)
Gambar Skala Penilaian Nyeri Faces Pain Score
Gambar 3.1. Kerangka konsep dengan judul  gambaran derajat dismenore
+7

Referensi

Dokumen terkait

Negarayang dimaksud dengan barang milik daerah adalah semua barang yang. dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pembelanjaan

Kepercayaan masyarakat Gampong Meunasah Baroh menurut hasil observasi lapangan masih mempercayai hal yang didasarkan pada adat yang telah dilakukan oleh nenek moyang,

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengembangkan motorik halus anak melalui pemanfaatan media Koran bekas di TK Kartika guru tidak mengajak anak

Telah dikembangkan media buku bergambar tema alat transportasi untuk mestimulasi aspek bahasa anak usia dini, buku cerita ini dibuat menggunakan Software

Berdasarkan hasil penelitian maka tindakan menurunkan nyeri haid yang mudah dilakukan responden yang mengalami dismenore yaitu melakukan hidroterapi.hidroterapi ini

Dasar hukum kelembagaan Kesatuan Bangsa dan Politik tingkat propinsi dan kabupaten atau kota adalah Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Dengan demikian pendekatan pembelajaran kontekstual bertujuan untuk membantu para guru agar dapat mengaitkan pelajaran dengan kenyataan peserta didik, untuk mendorong

uzoraka s mijeˇsanim me¯ duslojevima Ni+Al 2 O 3 (MN4, MN9 i MN10) ima znatno pravil- nije ure¯ denje nanoˇ cestica i uˇ zu raspodjelu njihovih veliˇ cina. Naime, na GISAXS mapama