• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas

Secara umum Hermariza (2008) menyatakan terdapat dua metode yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan keselamatan jalan, yaitu metode prevensi dan metode reduksi kecelakaan.

1. Metode prevensi

Prevensi / pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan menekankan pada aspek perencanaan jaringan dan desain jalan. Diharapkan dengan perencanaan jaringan dan desain jalan yang baik akan dapat meningkatkan keselamatan penggunanya.

Beberapa hal yang berkaitan dengan aspek desain jalan yang berhubungan dengan keselamatan antara lain:

- perencanaan geometric ( alinemen horizontal-vertikal) - kecepatan rencana

- jarak pandang - drainase - pencahayaan

- desain persimpangan

- fasilitas penyebrang jalan dan pejalan kaki - fasilitas kendaraan umum

- penggunaan rambu dan marka jalan, dan sebagainya

Dalam upaya prevensi kecelakaan terdapat suatu program yang dikenal dengan 4 E yaitu Encouragement, Enforcement, Education danEngineering. Pada program ini, dilakukan usaha dari berbagai aspek, baik dari aspek pengguna jalan (education, encouragement), aspek perencanaan jalannya (engineering) maupun dari pihak penegakan hukum yang berlaku (enforcement). Agar hasil yang diperoleh optimal, dalam melakukan upaya peningkatan keselamatan, keempat hal tersebut

Gambar 2.5 Diagram 4E

2. Metode reduksi

Reduksi / pengurangan kecelakan dilakukan terhadap jalan / jaringan jalan yang telah ada (eksisting) dengan menerapkan manajemen lalu lintas tanpa melakukan perubahan – perubahan mendasar terhadap konstruksi jalan yang telah ada. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam metode reduksi adalah:

- perbaikan rambu lalu lintas - perbaikan marka

- perbaikan geometrik

- perbaikan penerangan, dan sebagainya.

Menurut Dwiyogo dan Prabowo (2006) reduksi dapat dilakukan pada jalan yang telah ada dengan menerapkan manajemen lalu lintas, misalnya; Perbaikan Rambu, Penambahan Marka Jalan, Perbaikan Geometrik, dsb. Tentunya

perbaikan-perbaikan ini dilakukan setelah melalui suatu bentuk evaluasi tertentu. Dari keterangan diatas, ada beberapa penyebab kecelakaan. Untuk mengurangi tingginya tingkat kecelakaan, maka ada beberapa uasaha yang dapat dilakukan dengan hasil yang cukup signifikan, yaitu dengan usaha antara lain :

• Perbaikan alinyemen.

• Perbaikan skidness dari permukaan jalan.

• Pelebaran jalan.

• Pemasangan rambu dan alat peringatan .

• Pemasangan lampu flashing.

• Pemasangan median, dll.

2. Perbaikan karakteristik pengguna jalan. Usaha perbaikan yang bisa dilakukan misal :

• Penegakan hukum (Law Enforcement) yang konsisten.

• Pendidikan.

3. Perbaikan karakteristik kendaraan.

Usaha perbaikan yang bisa dilakukan misal :

• Uji kendaraan rutin.

• Test hasil karoseri.

Day Time Running Light, yaitu kendaraan dengan lampu dihidupkan meskipun pada siang hari.

Intelligent Vehicle Highway System (IVHS), yaitu kendaraan yang dilengkapi sensor dan peralatan elektronik lain, dll.

Secara ringkas usaha yang mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi tingginya tingkat kecelakaan, seperti dalam tabel 2.10 berikut ini :

Tabel 2.6Kondisi kecelakaan secara umum dan penanganannya No. Kondisi Umum Kecelakaan Upaya Penanganan 1 Skidness (kekasatan permukaan) dan

kerusakan permukaan

Perbaikan perkerasan (surface dressing).

Perbaikan jalan. Perbaikan drainase. 2 Bersenggolan antar kendaraan Pemasangan marka.

Meningkatkan kapasitas jalan. Penurunan kecepatan.

Perbaikan alinyemen jalan. 3 Konflik pejalan kaki dengan

Kendaraan

Pemisahan kendaraan dengan pejalan kaki.

Fasilitas penyeberangan. Pagar pelindung/pembatas. Pengaturan kecepatan.

4 Lepas kontrol Pemasangan rambu yang jelas.

Marka jalan.

Perbaikan alinyemen.

Guardrail

5 Kecelakaan malam hari Pemasangan marka yang memantulkan cahaya. Lampu jalan.

Rambu reflektif.

6 Jarak pandang kurang Penyingkiran penghalang. Perbaikan alinyemen. Memasang marka menerus. 7 Kecelakaan pada tikungan dan

tanjakan/turunan tajam

Perbaikan alinyemen. Pemasangan marka penerus dobel.

Penyediaan jalur penyelemat. Penyediaan lajur pendakian untuk

kendaraan berat. 8 Penggunaan lajur kurang disiplin Pemasangan marka.

Pemasangan median. Penyediaan lajur pendakian untuk

kendaraan berat. Penyediaan lajur untuk menyalip.

9 Kecelakaan pada jalur yang lurus panjang dan nyaman

Pemasangan pita penggaduh tiap jarak tertentu.

II.7 Jalan

Menurut PP No.34 Tahun 2006, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaaan tanah, di bawah permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

II.7.1 Bagian – Bagian Jalan

Bagian – bagian jalan meliputi :

a. Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dengan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian yang paling luar dari ruang manfaat jalan dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

b. Ruang milik jalan adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.

c. Ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak

mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan.

II.7.2 Klasifikasi Jalan

Menurut sistem jaringan jalan, jalan terdiri atas :

a. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

b. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Menurut fungsinya, jalan dikelompokkan menjadi empat yaitu :

a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal merupakan jalan umum yamg berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional serta jalan tol.

b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dan sistem jaringan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan stategis kabupaten.

d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat pemukiman yang berada di dalam kota.

e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas :

a. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median.

b. Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling

sedikit 2 lajur setiap arah.

c. Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu-lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 7 meter.

d. Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5 meter.

Dokumen terkait