• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Penyelesaian Kredit Macet Melalui Penjualan Di Bawah Tangan

(STUDI PADA BANK MANDIRI) CABANG MEDAN

E. Upaya Penyelesaian Kredit Macet Melalui Penjualan Di Bawah Tangan

Yang Menjamin Hak-Hak Para Pihak

Langkah awal yang harus segera diambil setelah bank mengetahui adanya gejala kredit macat adalah menentukan seberapa besar masalah yang sedang dihadapi debitur. Dalam menyelesaikan kredit macat dapat dilakukan melalui:41

40

Hasil wawancara Saiful Bahri Sinuhaji, selaku Asssten Senior Relationship Manager Business Banking Low Line PT. Bank Mandiri Cabang Zainul Arifin Medan, tanggal 8 April 2015

41

1. Organisasi intern bank.

Pertimbangan bank membentuk tim khusus untuk menangani kredit macet antara lain:

a. Waktu yang dibutuhkan untuk menangani kredit macet. b. Obyektifitas penanganan.

c. Pengalaman dan keahlian yang diperlukan, jumlah saldo kredit macet dan tingkat beratnya masalah yang dihadapi.

2. Penanganan kredit macet melalui proses pengadilan dan di luar proses pengadilan.

Penanganan penyelesaian kredit macat di luar pengadilan dilakukan bank apabila mereka masih mempunyai harapan dalam satu masa tertentu debitur mampu mengumpulkan dana untuk melunasi kredit dan bunga tertunggak.

3. Penanganan kredit macet dengan jalan penagihan.

Penagihan dapat dilakukan baik oleh pihak bank sendiri maupun melalui jasa pihak ketiga. Untuk melakukan penagihan, bank harus mengirimkan surat tagihan resmi kepada debitur yang di dalamnya mencantumkan waktu terakhir pelunasan tunggakan kredit.

4. Penyelesaian kredit macet melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Jika kredit macet sudah dapat digolongkan sebagai kredit macet, maka untuk bank milik Negara di Indonesia dapat menyerahkan penyelesaian kredit macet melalui KPKNL.

5. Penyelesaian kredit macet melalui jasa pengacara.

Jalan ini dapat pula ditempuh oleh sebuah bank, hanya penyelesaian melalui jasa pengacara akan membutuhkan biaya yang relatif besar, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa pengacara, pihak bank harus membandingkan dulu jumlah kredit macet dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengacara.

Langkah berikutnya dalam penyelesaian kredit macet melalui penjualan di bawah tangan yang menjamin hak-hak para pihak di PT. Bank Mandiri pertama kali yang dilakukan adalah dengan musyawarah, yakni melalui musyawarah dengan debitur. Dimana musyawarah tersebut diharapkan akan tercapai mufakat untuk menjual di bawah tangan, dengan cara mencari pembeli yang dapat dilakukan oleh pihak kreditur yang diwakili bagian Colection dan dari pihak debitur macet, jika debitur tidak menginginkan menjual objek agunannya, atau debitur sulit untuk diajak bernegosiasi atau dengan kata lain kata mufakat tidak tercapai, maka pihak bank mandiri dapat menempuh dua jalan, yakni:

1. Pihak bank memberikan somasi sampai lima kali atau lebih kepada pihak debitur, dimana isi somasi tersebut menyebutkan, jika objek jaminan tersebut tidak segera dieksekusi, maka debitur di wajibkan terus untuk membayar bunga-bunga yang terus bertambah tiap bulannya.

2. Pihak bank mendatangkan bagian colection bank Mandiri kerumah debitur untuk memberikan arahan, dimana arahan-arahan tersebut menjurus pada keinginan pihak bank untuk membantu debitur mencarikan pembeli untuk memperoleh harga tinggi

Penjualan obyek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. Demikian ditentukan oleh Pasal 20 Ayat (2) UUHT. Yang dimaksud dengan penjualan dibawah tangan adalah penjualan atas tanah yang dijadikan sebagai jaminan dan dibebani dengan hak tanggungan oleh kreditur sendiri secara langsung kepada orang atau pihak lain yang berminat, tetapi dibantu juga oleh pemilik tanah dan bangunan dimaksud.42

42

Sutan Remy Sjahdeini, 1996, Hak Tanggungan: Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan Masalah-Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenaiundang-Undang Hak Tanggungan), Surabaya: Airlangga University Press, hal 33

Penjualan dibawah tangan dari obyek hak tanggungan hanya dapat dilaksanakan bila ada kesepakatan antara pemberi dan pemegang hak tanggungan, maka bank tidak mungkin melakukan penjualan dibawah tangan terhadap obyek hak tanggungan atau agunan kredit apabila debitur tidak menyetujuinya. Dalam praktek apabila terjadi kredit macet, debitur tidak kooperatif sehingga bank sulit untuk mendapatkan atau memperoleh persetujuan dari nasabah debitur. Syarat untuk dapat dilakukan penjualan dibawah tangan obyek hak tanggungan adalah adanya kesepakatan atau persetujuan antara pemberi dan pemegang hak tanggungan agar diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. Dalam keadaan-keadaan tertentu justru menurut pertimbangan bank lebih baik agunan dijual dibawah tangan dari pada dijual melalui pelelangan umum, apabila menurut pertimbangan bank hasil penjulan di bawah tangan lebih tinggi dibandingkan melalui pelengan umum. Bank sendiri berkepentingan agar hasil penjualan agunan tersebut cukup jumlahnya untuk membayar seluruh jumlah kredit yang terutang.

Pelaksanaan penjualan jaminan di bawah tangan ini harus didahului dengan pemberitahuan kepada pihak-pihak terkait dan diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar yang terbit di daerah tempat lokasi tanah dan bangunan atau obyek hak tanggungan berada. Hal ini dilakukan minimal 1 (satu) bulan sebelum penjualan dilakukan serta tidak ada sanggahan dari pihak manapun. Apabila tidak dilakukan, penjualan dapat dikatakan batal demi hukum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 20 UUHT.43

Upaya menangani tunggakan kredit sebagai penyebab terjadinya kredit macet adalah :44

1. Pemberitahuan keterlambatan pembayaran pemberitahuan keterlambatan pembayaran angsuran kredit ini dilakukan 1 (satu) hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran kredit. Satu hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran kredit, apabila debitur belum melakukan pembayaran angsuran, akan keluar laporan keterlambatan pembayaran dari komputer kredit admin atas nama debitur. Laporan keterlambatan pembayaran ini akan diserahkan oleh credit admin ke bagian marketing, yang kemudian akan ditindak lanjuti dengan pemberitahuan keterlambatan ini kepada debitur melalui telepon dan surat pemberitahuan keterlambatan. Pemberitahuan melalui surat dilakukan satu kali dalam satu bulan pertama. Sedangkan pemberitahuan melalui telepon dilakukan satu kali dalam satu minggu selama satu bulan terhitung semenjak hari keterlambatan

43

Ibid

44

Hasil wawancara Saiful Bahri Sinuhaji, selaku Asssten Senior Relationship Manager Business Banking Low Line PT. Bank Mandiri Cabang Zainul Arifin Medan, tanggal 8 April 2015

pembayaran. Setelah melampaui tenggang waktu satu bulan pertama debitur belum menunjukkan itikad baiknya atau tidak kooperatif, maka bank akan mengeluarkan surat teguran yang sifatnya lebih keras dari surat pemberitahuan. Surat teguran ini biasanya disertai dengan kehadiran pihak bank kepada debitur untuk meminta pernyataan kesanggupan membayar angsuran kredit. Hal ini dilakukan selama satu bulan kedua, dengan tempo kedatangan satu kali dalam satu minggu. Pada tahapan ini bank masih membuka penyelesaian berdasarkan prinsip musyawarah dan kekeluargaan, namun bank akan memberikan catatan pada register kredit nasabah berupa penurunan status kreditur menjadi kredit dalam pengawasan khusus.

2. Memberikan surat peringatan namun apabila telah lewat waktu satu bulan dari semenjak diberikannya surat teguran tersebut debitur belum menunjukkan itikad baik dan tidak kooperatif menyelesaikan kewajibannya membayar kredit.

3. Somasi melalui pengadilan negeri somasi melalui pengadilan negeri, dilakukan PT Bank Mandiri sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan yang lebih kuat dari lembaga hukum, dalam upaya pengembalian kredit yang telah dikucurkannya. Somasi ini sama sifatnya dengan surat peringatan, tetapi dilakukan dengan menggunakan kekuasaan hakim. Somasi melalui pengadilan ini sebenarnya dilakukan sebagai salah satu cara untuk ”menakut-nakuti” debitur agar mau memenuhi kewajibannya membayar kredit.

Pelaksanaan penjualan di bawah tangan ini dapat dilakukan ketika pemilik tanah yang dibebani hak tanggungan masih kooperatif. Dia bersedia pula untuk hadir lagi guna membuat dan menandatangani akta-akta atau dokumen-dokumen berkaitan dengan penjualan tanah yang dijadikan objek hak tanggungan.45 Adapun alternatif lainnya adalah:46

1. Pemilik jaminan melaksanakan jual beli di hadapan PPAT yang

berwenang. Pemilik jaminan tersebut akan langsung berhadapan dengan calon pembeli dan langsung menandatangani akta jual beli atas tanah yang berkenaan. Dalam kondisi demikian, biasanya pemilik jaminan sendiri yang mencari pembeli untuk mendapatkan harga tertinggi, sehingga dia masih tetap memperoleh sisa dari harga penjualan jaminan dimaksud setelah sebagian dipotong kreditur untuk membayar atau melunasi utang-utangnya.

2. Pemilik jaminan hadir guna membuat dan menandatangani akta

penyerahan jaminan sekaligus akta kuasa menjual kepada orang yang ditunjuk oleh kreditur. Ketika sewaktu-waktu kreditur menemukan pembeli atas jaminan yang berkenaan, dia dapat melaksanakan akta jual beli dengan menggunakan akta kuasa menjual tersebut.

Persyaratan sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dimaksudkan untuk melindungi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan yaitu, pemberi hak tanggungan, pemegang hak tanggungan yang bisa saja lebih

45

Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah

Hukum Jaminan Perbankan, Cetakan II, Bandung : Kaifa, 2012, hal. 61-62.

dari satu pemegang hak tanggungan berdasarkan tingkatan kelasnya, dan pembeli eksekusi jaminan hak tanggungan melalui penjualan di bawah tangan. Hal ini disebabkan tidak akan adanya penjualan dari pihak kreditur terhadap objek Hak tanggungan tanpa adanya persetujuan dari pihak debitur. Karena penjualan objek jaminan hak tanggungan yang dilakukan tanpa adanya kesepakatan dianggap sebagai perbuatan melawan hukum

PT. Bank Mandiri sebagai kreditur dalam upaya pelunasan Kredit yang diberikan kepada debitur dengan jaminan hak tanggungan lebih banyak melalui Pengadilan Negeri atau KPKNL. Prosedur yang memakan waktu dan biaya, sehingga menghambat Kelancaran kinerja PT Bank tidak menutup kemungkinan untuk Melakukan penjualan di bawah tangan daripada melalui pelelanganumum. Ketentuan dalam Pasal 20 ayat (2) memberikan kemungkinan untuk menyimpang dari prinsip eksekusi obyek hak tanggungan dilaksanakan melalui pelelangan umum. Pasal 20 ayat (2) UUHT menyatakan : Atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan, penjualan obyek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak

Eksekusi obyek hak Tanggungan melalui penjualan di bawah tangan hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut :

(1) Adanya kesepakatan antara debitur dan kreditur;

(2) Karena penjualan di bawah tangan dari obyek hak tanggungan hanya dapat dilaksanakan bila ada kesepakatan antara kreditur dan debitur, maka bank

tidak ungkin melakukan penjualan di bawah tangan terhadap obyek hak tanggungan atau agunan kredit itu apabila debitur tidak menyetujuinya.

(3) Dilaksanakan dalam rangka memperoleh harga tertinggi dan demi

menguntungkan semua pihak; penjualan obyek hak tanggungan oleh perbankan berdasarkan surat kuasa untuk menjual di bawah tangan dari kreditor sah saja.

(4) Memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 20 ayat (3).

Kedudukan para pihak dalam penjualan hak tanggungan di bawah tangan pada bank, kedudukan para pihak sejajar antara kreditur dengan debitur. Debitur menjual aset sesuai dengan keinginan, sedangkan kreditur tidak memiliki hak untuk menentukan harga dari aset yang akan dijual dibawah tangan tersebut, tetapi kreditur dan debitur sudah ada perjanjian secara tertulis, untuk menjual hak tanggungan dibawah tangan yang bertujuan menyelesaikan kewajiban debitur yang tertunggak di bank.47

Dokumen terkait