• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGUATAN MODAL DARI DINAS

C. Upaya Penyelesaian Wanprestasi Pada Perjanjian Penguatan Modal dari Dinas

dan UMKM di Kabupaten Langkat

Masalah wanprestasi dalam perjanjian penguatan modal oleh Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat merupakan persoalan yang dihadapi Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, dimana pihak peminjam tersebut tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya sebagai penerima pinjaman penguatan modal dari Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Kabupaten Langkat31

Untuk mengatasi masalah tersebut pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat selaku kreditur berupaya untuk mengadakan konfirmasi dan menghubungi debitur yang menunggak, baik menggunakan alamat pada saat memohon pinjaman penguatan modal.32 Pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat menghubungi Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat yang menunggak untuk datang ke kantor dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah tunggakan tersebut secara musyawarah.33

Mengenai akibat-akibat hukum bagi debitur yang wanprestasi, maka harus lebih dulu ditetapkan apakah debitur (peminjam) melakukan wanprestasi atau lalai. Dalam hal ini, kriteria atau penilaian untuk menentukan peminjam telah melakukan wanprestasi di Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat adalah apabila seorang debitur tidak melaksanakan

31Hasil wawancara Menason Arteis, Pegawai Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, tanggal 20 Nopember 2016

32Hasil wawancara Menason Arteis, Pegawai Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, tanggal 20 Nopember 2016

33Hasil wawancara Menason Arteis, Pegawai Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, tanggal 20 Nopember 2016

76

kewajibannya sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah di tetapkan.

Pendeteksian terhadap peminjaman mengalami kesulitan dalam pelunasannya, Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat menetapkan kriteria atau penilaian penggolongan kualitas peminjaman dengan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, maka kualitas peminjaman dibagi maka kualitas peminjaman dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu:

1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria:

Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

Dalam kategori pinjaman lancar, maka pada kriteria ini tidak terdapat tunggakan, baik angsuran pokok maupun bunganya, pembayaran tepat pada waktunya, tidak ada tunggakan, serta sesuai dengan persyaratan pinjaman34

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria:

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau

b) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c) Mutasi rekening relatif aktif; atau

d) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;

atau

e) Didukung oleh pinjaman baru.

34H.R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 304

Dalam hal kriteria dalam perhatian khusus ini pihak Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat akan memberikan surat pemberitahuan pada peminajam.35

Kurang Lancar (Substandard), apabila memenuhi kriteria:

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau

b) Sering terjadi cerukan; atau

c) Frekuensi rekening relatif rendah; atau

d) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;

atau

e) Terdapat indikasi masalah keuangan debitor; atau

f) Dokumentasi pinjaman lemah.

Dalam kategori pinjaman kurang lancar, maka pada kriteria ini terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui 1 (satu) bulan dan belum lagi melampaui 2 (dua) bulan bagi kredit dengan masa angsurannya kurang dari 1 (satu) bulan, atau melampaui 3 (tiga) bulan dan belum melampaui 6 (enam) bulan bagi kredit yang masa angsurannya 2 (dua) bulanan atau 3 (tiga) bulanan, atau melampaui 6 bulan dan belum melampaui 12 (dua belas) bulan bagi kredit yang masa angsurannya 6 (enam) bulan atau lebih.36

35Hasil wawancara Taruli Perdamean, Pegawai Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Langkat, tanggal 5 Desember 2016

36H.R. Daeng Naja, Loc. Cit., hal. 304

78

Dalam kategori peminjaman kurang lancar lancar, pihak Dinas Koperasi dan UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat akan memberikan surat pemeritahuan dan undangan pada peminjam.37

Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria:

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau

b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d) Terjadi kapitalisasi bunga; atau

e) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

Dalam hal kriteria diragukan ini pihak Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat akan memberikan surat undangan dan dengan mengirimkan pegawai datang ke peminjam untuk melakukan negosiasi tentang solusinya.38

Macet (loss), apabila memenuhi kriteria:

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

b) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segi

37Hasil wawancara Taruli Perdamean Pegawai Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Langkat, tanggal 5 Desember 2016

38Hasil wawancara Taruli Perdamean, Pegawai Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Langkat, tanggal 5 Desember 2016

hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat dalam menangani wanprestasi, maka seluruh pihak yang terkait dengan masalah perjanjian penguatan modal diharapkan dapat menangani, bahkan jika mungkin diharapkan untuk berusaha mencegah timbulnya peminjaman yang bermasalah itu (wanprestasi).39

Bentuk tindakan oleh Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat dalam menangani adanya tanda-tanda (gejala) peminjaman yang diragukan atau macet, maka dilakukan tindakan berupa:40

1. Penjadwalan kembali (rescheduling)

Yaitu perubahan syarat peminjaman hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya.

2. Persyaratan kembali (reconditiong)

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat peminjaman, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan persyaratan lainnya.

3. Penataan kembali (retructuring)

Yaitu perubahaan syarat-syarat peminjaman yang menyangkut:

a) Penambahan dana peminjaman.

39Hasil wawancara Menason Arteis, Pegawai Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, tanggal 20 Nopember 2016

40Hasil wawancara Menason Arteis, Pegawai Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, tanggal 20 Nopember 2016

80

b) Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pinjaman yang baru.

c) Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan persyaratan kembali.

Terjadinya wanprestasi dikarenakan oleh kesalahan debitur, maka debitur harus:41

1. Mengganti kerugian.

2. Benda yang dijadikan objek dari perikatan sejak saat itu dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur.

3. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat meminta pembatalan (pemutusan) perjanjian.

Di samping debitur harus bertanggung jawab tentang hal-hal tersebut di atas, maka apa yang dapat dilakukan oleh kreditur menghadapi debitur yang wanprestasi itu, kreditur dapat memutuskan salah satu dari 5 (lima) kemungkinan sebagai berikut:42

1. Dapat menuntut pembatalan/pemutusan perjanjian.

2. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian.

3. Dapat menuntut pengganti kerugian.

4. Dapat menuntut pembatalan dan pengganti kerugian.

5. Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian.

Adapun langkah-langkah yang kiranya akan dilakukan oleh pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat dalam

41Purwahid Patrik, Dasar-dasarHukum Perikatan, (Mandar Maju, Bandung, 1994), hal.11.

42 Ibid., hal 12

mengatasi permasalahan jika terjadi wanprestasi antara lain adalah:43

1. Pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanamann Modal Daerah Kabupaten Langkat kiranya tidak membiarkan atau bahkan menutupi adanya peminjaman yang bermasalah baik itu untuk kepentingan Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat selaku kreditur maupun pihak debitur.

2. Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat akan melakukan pendekatan kepada debitur untuk menanyakan alasan atau sebab mengapa debitur tidak memenuhi kewajibannya serta mengingatkan debitur untuk membayar kewajibannya, yaitu berupa angsuran pokok, beserta bunganya.

3. Apabila Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat telah melakukan usaha tersebut dan tidak memperoleh tanggapan dari pihak debitur, maka pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat akan mengeluarkan dan mengirimkan surat peringatan/teguran guna membicarakan masalah tersebut.

4. Tahap selanjutnya adalah pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat melakukan kunjungan (survey) ke debitur, biasanya ini dilakukan oleh Pegawai Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat.

5. Apabila tidak mendapatkan tanggapan dari debitur maka Dinas Koperasi,

43Hasil wawancara Menason Arteis, Pegawai Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, tanggal 20 Nopember 2016

82

UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat mengambil tindakan jalan terakhir yang akan ditempuh untuk menyelesaikan masalah tersebut melakukan secara musyawarah dan mufakat.

Upaya terakhir dengan cara melakukan musyawarah dan mufakat (non-litigasi) tidak terlaksana, maka Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat dapat menyelesaikan wanprestasi terhadap peminjam melalui litigasi, yaitu penyelesaian peminjaman macet melalui pengadilan baik itu pengadilan negeri atau pengadilan niaga.

Penyelesaian peminjaman macet yang dilakukan dengan litigasi, pada prakteknya dilakukan dengan melakukan pengajuan gugatan atau langsung meminta kepada lembaga pengadilan negeri dan pengadilan niaga.

Khusus berkenaan dengan penyelesaian permasalahan wanprestasi atas perjanjian penguatan modal oleh Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat di pengadilan, maka penyelesaian sengketa peminjaman macet dapat diselesaikan pengadilan dengan cara, yaitu:44

Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat menggugat peminjam karena telah melakukan wanprestasi atas perjanjian kerja sama yang telah disepakati. Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat dapat menggugat debitur yang melakukan wanprestasi dengan tidak membayar utang pokok maupun bunga ke pengadilan. Pengadilan dalam hal ini akan memproses gugatan

44Hasil wawancara Arteis, Pegawai Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat, tanggal 20 Nopember 2016

tersebut dengan mempertimbangkan bukti-bukti dan sanggahan-sanggahan yang diajukan oleh kedua belah pihak. Apabila proses pemeriksaan selesai dilakukan, Pengadilan akan mengeluarkan putusan.

Dari hasil uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, dalam upaya penyelesaian terhadap peminjaman macet oleh pihak Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat lebih mengutamakan upaya penyelesaian wanprestasi secara musyawarah dan mufakat (non-litigasi) kepada debitur, yaitu penyelesaian sesuai dengan Pasal 7 dalam Perjanjian Kerja Sama.

Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat melakukan penyelesaian wanprestasi terhadap peminjam melalui jalur litigasi (penyelesaian melalui proses pengadilan) jarang dilakukan bahkan tidak pernah dipergunakan karena dinilai tidak menguntungkan baik bagi pihak Dinas Koperasi, UKM, dan Penanamman Modal Daerah Kabupaten Langkat maupun pihak debitur (Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat) dikarenakan Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat mempunyai tujuan untuk menghidupkan dan mengembangkan Koperasi dan UMKM yang ada di Kabupaten Langkat sebagai fungsi yang dimiliki pada Dinas tersebut.

Sehingga demikian penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat lebih dominan dilaksanakan dengan cara musyawarah dan mufakat (non-litigasi) sesuai dengan pasal 7 di dalam perjanjian kerja sama antara Dinas Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Daerah dengan

84

Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat. 45

Upaya penyelesaian wanprestasi adalah dengan menjadwalkan ulang pembayaran angsuran (jumlah dan jangka waktunya) sesuai dengan tingkat persentase tunggakannya. Tetapi yang lebih diharapkan dari para pihak adalah pemutihan (penghapusan kewajiban pembayaran angsuran), karena usaha koperasi dan UMKM telah mengalami kerugian, bahkan sebagiannya telah pailit.

45 Dinas Koperasi,UKM, dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Kewajiban Dinas Koperasi, UKM dan PMD Kabupaten Langkat dan sekaligus sebagai hak bagi Koperasi dan UMK penerima penguatan modal adalah: (1) Menyalurkan Dana Pinjaman Modal Kerja kepada Koperasi dan UMK sebesar yang disepakati, yang diperuntukkan sebagai Modal Usaha anggota Kelompok Koperasi dan UMKM, dan (2) Melakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap perkembangan Program Modal Kerja yang dikelola oleh kelompok Koperasi dan UMKM. Sedangkan kewajiban Koperasi dan UMK dan sekaligus menjadi hak Dinas Koperasi, UKM dan PMD Kabupaten Langkat adalah: (1) Membuka Rekening Tabungan yang digunakan untuk menampung Angsuran Pokok dan jasa dari pinjaman Modal Kerja yang dikelola oleh kelompok Koperasi dan UMKM.

(2) Pemberian Pinjaman oleh usaha Kelompok Koperasi dan UMKM pada

anggotanya maksimal sejumlah yang disepakati dalam jangka waktu 60 bulan dari total dana modal kerja yang diterima kelompok Koperasi dan UMKM sesuai dengan Keputusan Pengurus Kelompok Koperasi dan UMKM. (3) Persyaratan dan tata cara penyaluran pinjaman oleh kelompok kepada anggotanya sepenuhnya menurut ketentuan internal kelompok Koperasi dan UMKM. (4) Pada tahun I (pertama) kelompok UMKM hanya menyetor jasa sebesar 0,5%/bulan ke rekening tabungan kelompok Koperasi dan UMKM. (5) Pada Tahun ke II (kedua) sampai dengan Tahun

87

ke VI (keenam) kelompok Koperasi dan UMKM, setiap bulan wajib menyetorkan angsuran yang meliputi pokok dan jasa. (6) Pada Tahun ke II (kedua) sampai dengan Tahun ke VI (keenam) kelompok Koperasi dan UMKM, setiap bulan wajib menyetorkan angsuran yang meliputi pokok dan jasa. (6) Dana angsuran pinjaman modal kerja yang telah disetor ke rekening tabungan kelompok tidak dapat direalisasikan atau ditarik kembali oleh kelompok Koperasi dan UMKM tanpa memperoleh rekomendasi

2. Wanprestasi angsuran pembayaran pokok (Rp. 610.000.000,-) adalah Rp. 389.650.000,- (63,88%), yang disebabkan oleh: (1) Usaha yang dikelola oleh Koperasi dan UMKM terjadi kemacetan, disebabkan oleh lemahnya pemasaran barang-barang yang diproduksi; (2) Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi terjadi kenaikan harga, yang menyebabkan usaha tersebut tidak berjalan dengan lancar. (3) Lemahnya pengawasan yang dilakukan Dinas Koperasi, UKM,dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Langkat terhadap pengelolaan pinjaman yang dilaksanakan oleh Koperasi dan UMKM. (4) Kurangnya kesadaran bagi pihak anggota Koperasi/ UMKM untuk mengembalikan angsuran yang telah ditetapkan sesuai ketentuan dalam perjanjian kerja sama. (5) Lemahnya pengawasan dari ketua kelompok Koperasi/UMKM dalam mengawasi para anggotanya untuk mengembalikan angsuran peminjaman. (6) Sebagian anggota ada yang meninggal dunia dan pindah alamat dari alamat sebelumnya sehingga

sulit untuk menagih anggusaran tersebut.

3. Upaya penyelesaian wanprestasi atas perjanjian penguatan modal dari Dinas Koperasi, UKM,dan Penanaman Modal Daerah Kepada Koperasi dan UMKM di Kabupaten Langkat adalah dengan nenjadwalkan ulang pembayaran angsuran (jumlah dan jangka waktunya), dan yang lebih diharapkan dari para pihak adalah pemutihan (penghapusan kewajiban pembayaran angsuran), karena usaha koperasi dan UMKM telah mengalami kerugian, bahkan sebagiannya telah pailit.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah, melalui Dinas Koperasi, UKM, dan PMD Kabupaten Langkat tetap mengupayakan penguatan modal bagi Koperasi dan UMKM, sehingga mereka dapat bertumbuh dan berkembang dalam mengurangi kemiskinan dan penyediaan lapangan pekerjaan di masyarakat.

2. Dinas Koperasi, UKM, dan PMD Kabupaten Langkat dalam memberikan bantuan penguatan modal diharapkan dapat lebih selektif dan obyektif dalam memilih calon penerima bantuan tersebut.

3. Dinas Koperasi, UKM, dan PMD Kabupaten Langkat diharapkan dapat melaksanakan monitoring dan evaluasi secara kontinu dan melakukan tindak lanjut, sehingga saran penguatan modal dapat terwujud,

4. Kepada pemerintah daerah Kabupaten Langkat dapat mengupayakan penjadwalkan ulang pembayaran angsuran (jumlah dan jangka waktunya), 87

dan yang lebih diharapkan dari para pihak adalah pemutihan (penghapusan kewajiban pembayaran angsuran), karena usaha koperasi dan UMKM telah mengalami kerugian, bahkan sebagiannya telah pailit.

5. Dinas Koperasi, UKM, dan PMD Kabupaten Langkat diharapkan dapat mempersiapkan data yang uptodate tentang keadaan Koperasi dan UMKM penerima bantuan penguatan modal tahun anggaran 2007 untuk dapat menjadi bahan pertimbangan Bupati dalam menjadwalulangkan atau penghapusan.

88

DAFTAR PUSTAKA A. Buku :

Harahap, M. Yahya, 1992,Segi Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung Mahmoedin,2004, Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Miles and Hubberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-metode Baru, Universitas Indonesia Press: Jakarta

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaya, 2002, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta,

Mustjari, Dewi Nurul, 2012 Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah. Pratama Publishing, Yogyakarta

Patrik, Purwahid, 1994, Dasar-dasarHukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, Prodjodioro, Wirjono, 1993, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Penerbit Sumur

Bandung, Bandung

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus,1994, Ekonomi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hamitijo, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia: Jakarta

Subekti, R., 1970, Hukum Perjanjian, Cet. II. Jakarta: Pembimbing Masa Subekti, R., 2010, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta

Subekti, R., 1979, Hukum Perjanjian, Cet ke-IV Jakarta: Pembimbing Masa, Sunggono, Bambang, 2003, Metode Penelitian Hukum, PT. Rajagrafindo Persada:

Jakarta

Sutojo, Siswanto, 2000, Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus, Damar Mulia Pustaka, Jakarta

Tobing, Rudyanti Dorotea, 2014 Hukum Perjanjian Kredit, Konsep Perjanjian Kredit Sindikasi Yang Berasaskan Demokrasi Ekonomi, Laksbang Grafika:

Yogyakarta

B. Perundang-undangan :

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha,Mikro, Kecil, dan Menengah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Perkoperasian

90

Dokumen terkait