BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA PEMEGANG HAK
C. Upaya perlindungan hukum terhadap pemegang hak terkait
Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Ada beberapa cara perlindungan secara hukum, antara lain sebagai berikut:
1. Membuat peraturan (by giving regulation), yang bertujuan untuk: a. Memberikan hak dan kewajiban;
b. Menjamin hak-hak para subyek hukum
2. Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui:
78
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen
a. Hukum administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah
(preventif) terjadinya pelanggaran dengan perijinan dan pengawasan. b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)
setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman; c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative,
recovery), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.79
Untuk mengatasi suatu pelanggaran Hak Cipta ada perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah yang bisa di lakukan melalui dua cara yaitu : 1. Upaya Preventif atau upaya pencegahan yaitu suatu upaya untuk mengurangi
terjadinya kegiatan pembajakan atau penggandaan karya cipta sinematografi yang dapat menyebabkan kerugian. Upaya preventif merupakan kegiatan yangbertujuan untuk mencegah terjadinya tindakan penggandaan karya cipta sinematografi. Ada beberapa penyebab terjadinya pelanggaran kekayaan intelektual terhadap bisnis barang- barang bajakan meningkat, antara lain: a. Keuntungan lebih mudah diperoleh dibandingkan jumlah investasi dan
biaya yang diperlukan untuk aktivitas pemalsuan. Misalnya para pemalsu tidak harus menanggung besarnya biaya riset, iklan, pendaftaran kekayaan intelektual atau untuk mendapatkan lisensi dan untuk mendapatkan Hak Cipta. selain itu pemalsu tidak perlu membayar pajak dan biaya asuransi. b. para pemalsu dapat membayar denda yang dibebankan oleh pengadilan
atau pemerintah.
79Ibid., hlm 31.
c. Kemajuan teknologi mendorong barang-barang bajakan yang berkualitas tinggi dapat dengan mudah diproduksi oleh para pemalsu.
d. Sindikat atau kelompok kejahatan menjadi pendukung finansial dan distribusi barang-barang bajakan.
e. Kurang memadainya Undang-undang Hak Cipta dan kurang efektifnya tindakan penegakan hukum di sebuah Negara dimana barang tersebut beredar.80
Faktor penyebab terjadinya tindak pidana ini barulah bisa dilakukan upaya pencegahan yaitu dengan mengkaji undang-undang atau peraturan pemerintah dengan cara memperberat hukuman orang atau badan yang melanggar karya cipta serta di tindak tegas sesuai UUHC yang disana ada ketentuan pidana yang memberi perlindungan kepada pencipta atau pemegang Hak Cipta dan melakukan sosialisasi di masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat akan pentingnya menghargai karya cipta orang lain, karena mereka sudah susah payah berusaha dengan pikiran dantenaga menghasilkan suatu karya cipta yang diharapkan akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Sehingga tumbuhnya kesadaran dalam diri masyarakat diharapkan akan mampu mengurangi tindak pidana ini. Sasaran kegiatan ini antara lain pelaku penggandaan dan pembeli produk bajakan tersebut.
Di dalam upaya preventif hak yang mengatur perlindungannya, yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right).Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk
80
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta bersifat komersil agar mendapatkan suatu keuntungan yang berupa nilai yang berkaitan dengan karya tersebut. Jenis hak ekonomi pada Hak Cipta adalah seperti berikut:
1) Hak perbanyak (penggandaan), yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk pengalihwujudkan ciptaan.
2) Hak adapatsi (penyesuaian), yaitu penyesuain dari satu bentuk kebentuk yang lain, seperti penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, novel dijadikan sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan diajadikan radio.
3) Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, di dengar, di lihat, di jual atau disewa oleh orang lain.
4) Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan, mempertunjukkanmempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, seniman, peragawat.81
Hak moral dimaksud dalam Pasal 5 UUHC merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;
81
Dwi Astusti, Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik, (Tesis Magister Hukum Universitas Sumatera Utara), 2008, hal 38
b. Menggunakan nama aslinya atau samarannnya;
c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan
e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.82
Oleh karena itu hak moral bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan, dan integritas yang hanya di miliki oleh pencipta atau penemu. Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia. Pada pengertian tersebut sudah jelas bahwa hak ekonomi dapat dialihkan kepada orang lain dengan persetujuan pemegang hak cipta atau pencipta karya tersebut. Sementara hak moral tidak dapat dialihkan karena sudah melekat dan tidak dapat dipisahkan dari diri pencipta karya tersebut.jadi, hanya hak ekonomi saja yang dapat beralih atau diperalihkan. Dalam Pasal 66 UUHC menjelaskan bahwa tata cara pencatatan ciptaan dalam permohonan daftar umum ciptaan yang diajukan oleh pencipta, pemegang Hak Cipta, pemilik hak terkait, atau kuasa kepada menteri dengan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyertakan contoh ciptaan, produk hakterkait, atau penggantinya serta melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan hak terkait dengan membayar biaya. Dalam permohonan tersebut menteri melakukan pemeriksaan terhadap permohonan
82
Indonesia, Undang-Undang tentang Hak Cipta, UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014 TLN No. 5599, Pasal 5
yang telah memenuhi syarat, menteri memberikan keputusan menerima atau menolak permohonan dalam waktu paling lama sembilan bulan terhitung sejak tanggal di terimanya permohonan.Fungsi sebenarnya pendaftaran ciptaan.yang pertama, berarti bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena pendaftaran yang telah mempunyai kekuatan. Yang kedua ialah pendaftaran itu bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut Undang-Undang bahwa orang yang Hak Ciptanya terdaftar itu berhak sebenarnya sebagai pencipta dari hak yang didaftarkannya.Selanjutnya dapat dipahami bahwa fungsi pendaftaran Hak Cipta dimaksudkan untuk memudahkan pembuktian dalam hal terjadi sengketa mengenai mengenai Hak Cipta.83
2. Upaya Represif
Upaya represif yaitu suatu upaya untuk menanggulangi terjadinya tindakan penggandaan karya cipta sinematografi. Dalam kaitan dengan perlindungan hukum terhadap karya cipta sinematografi maka kegiatan penegakan hukum ini merupakan kegiatan yang cukup penting, karena perlindungan hukum tanpa penegakan hukum yang baik tidak akan ada artinya.84
83
Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 89-90
84
Dwi Astusi. Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik, Tesis (Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008), hal 76
Upaya represif yang dapat dilakukan dalam penanggulangan pelanggaran terhadap Hak Cipta tersebut melalui sarana hukum, maka hukum perdata, hukum pidana, maupun hukum administrasi dapat digunakan secara saling mengisi.
Terjadinya suatu penggandaaan suatu ciptaan untuk mendapatkan suatu ke untungan tanpa sepengetahuan pencipta akan menjurus terhadap pelaporan atau menggugat orang/badan hukum yang dalam hal ini aka ada penanganan secara hukum perdata yaitu penggunaan Hak Cipta secara tanpa hak, dapat digugat berdasarkan perbuatan melanggar hukum Pasal 1365 KUH Perdata. Sebagai penggugat harus membuktikan bahwa perbuatan melanggar hukum yang dilakukan tergugat, penggugat mendapat kerugian.Setelah penggugat melaporkan tergugat ke pengadilan niaga. penggugat boleh mengajukan penetapan sementara ke pengadilan niaga dengan tujuan untuk mencegah masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait ke jalur perdagangan, menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan barang bukti, mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangan barang bukti, serta menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian lebih besar. Seperti yang diatas dalam Pasal 106 UUHC.
Tindak pidana terhadap Hak Cipta tidak hanya melindungi pribadi, tetapi juga melihat kepentingan negara dan masyarakat.hukum kekayaan intelektual dibidang Hak Cipta ada sanksinya yang akan diberikan jika terjadi pelanggaran terhadap tindak pidana di bidang Hak Cipta yang berkaitan dengan karya sinematografi adalah pidana penjara dan/atau denda. Hal ini sesuai dengan ketentuan pidana dan/atau denda seperti yang di atas dalam Pasal 113 – 119 UUHC.penanganan secara hukum administratif Apabila terjadi pelanggara Hak Ciptakhususnya sinematografi dalam memberikan sanksi administrasi adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran administrasi atau ketentuan Undang-
undang yang bersifat administrasi. Pada umumnya sanksi admiministrasiberupa denda, pembekuan hingga pencabutan sertifikat dan/atau izin usaha, penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi, tindakan administratif.85
Pasal 40 ayat (1) UUHC, menyebutikan bahwa, “Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; karya seni terapan; karya arsitektur; peta; karya seni batik atau seni motif lain; karya fotografi; Potret; karya sinematografi; terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 menyebutkanPenggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. Hak reproduksi ini juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara dan film.
85
Muhamad Djumhana & R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, & Prakteknya Di Indoesia) (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 37-43
ekspresi budaya tradisional; kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; permainan video; dan program komputer.”86
1. Memberi wewenang (berupa persetujuan atau dukungan) kepada pihak lain untuk melanggar Hak Cipta;
Pemegang hak cipta memiliki hak eksklusif yaitu hak moral dan hak ekonomi, apabila kedua hak eksklusif tersebut dilaksanakan selain pemegang hak cipta tanpa ijin maka dikategorikan pelanggaran. Dalam pasal 9 ayat 2 UUHC ditegaskan bahwa setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dan setiap orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.
Hak lain yang dilarang dan dikategorikan pelanggaran hak cipta adalah penggunaan secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya sebagaimana yang tercantum dalam pasal 12 ayat (1) UUHC.
Cara lain yang dianggap sebagai pelanggaran oleh seseorang terhadap suatu Hak Cipta adalah saat seseorang
2. Memiliki hubungan dagang atau komersial dengan barang bajakan, ciptaan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta;
86
Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam MenghadapiEra Global. (Riau: UIR Press, 2002), hlm 20
3. Mengimpor Barang-harang bajakan Ciptaan yang dilindungi Hak Cipta untuk dijual eceran atau didistribusikan;
4. Memperbolehkan suatu tempat pementasan umum untuk digunakan sebagai tempat melanggar pementasan atau penayangan karya yang melanggar Hak Cipta. Pelanggaran-pelanggaran semacam ini dapat dikenakan denda/sanksi pidana secara khusus dan diatur dalam UUHC.87
Pembajakan juga merupakan suatu pelanggaran. Dalam Pasal 1 angka 23 UUHC disebutkan bahwa Pembajakan adalah Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi
87
Eddy Damian dkk.,Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar (Bandung: Alumni, 2002), hlm. 122.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan:
1. Pengaturan hak cipta sebagai hak dewasa ini di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Undang-Undang-undang ini berlaku sampai tahun 2014, yang kemudian digantikan oleh undang-undang hak cipta terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
2. Hubungan hukum antara pemegang hak terkait dengan penggandaan hak 2014, yaitu Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, ciptaan yang tidak orisinal, ciptaan yang belum diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata (masih dalam bentuk ide), atau ciptaan yang telah menjadi milik umum, tidak dapat didaftarkan. Dengan kata lain, perlindungan diberikan untuk karya yang asli (original), berarti bahwa dalam karya tersebut terdapat bentuk yang khas dan bersifat pribadi dari penciptanya (merupakan suatu yang nyata perbedaannya dengan karya lainnya, dan dituangkan dalam bentuk yang riil). 3. Perlindungan hukum pemegang hak terkait terhadap penggandaan hak cipta
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yaitu perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlindungan terhadap konsumen dapat dilakukan melalui
berbagai bentuk diantaranya perlindungan ekonomi, sosial, politik dan perlindungan hukum.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Untuk menghindari maraknya penggandaan karya cipta yang berdampak
merugikan pihak-pihak terkait seyogyanya disediakan sarana yang harus digunakan untuk melakukan tindakan penggandaan karya cipta lagu agar tidak merugikan hak-hak dan kepentingan orang lain. Sarana ini sebaiknya dicantumkan dalam peraturan perundang – undangan tentang Hak Cipta. Disamping itu sebaiknya dalam hal penerapan sanksi lebih tegas bagi pelaku pelanggar Hak Cipta. Penyempurnaan perangkat hukum kekayaan intektual harus lebih mengadaptasi dari ketentuan TRIPs Agreement.
2. Diharapkan hubungan hukum antara pemegang hak terkait dengan penggandaan mendapatkan perlindungansecara tidak sah yaitu melalui perangkat hukum yang jelas dan profesionalisme aparat penegak hukum sehingga akan menjamin berhasilnya Law Enforcement.
3. Perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya Hak Cipta serta menyadarkan masyarakat agar lebih menghargai sebuah karya cipta.
BAB II
PENGATURAN HAK CIPTA SEBAGAI HAK KEBENDAAN DEWASA INI DI INDONESIA
A. Hak Cipta sebagai hak kebendaan
1. Hak Cipta Secara Umum
Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya tingkat pemahaman tentang istilah tersebut. Sebagai contoh sering orang awam menginterprestasikan hak cipta sama dengan hak kekayaan intelektual. Lainnya adalah pemahaman masyarakat terhadap perlindungan hak cipta ini, sebagai contoh misalnya karena pemahaman yang kurang sehingga sering muncul pemikiran dan perkataan yang keluar yaitu hak cipta dipatenkan atau merek dipatenkan sehingga seolah-olah pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia padahal, pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia di bidang tertentu saja.
Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata “Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.18
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 323.
Sedangkan kata “cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan
pengalaman.Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.19
Beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian hak cipta, antara lain:20
1) WIPO ( World Intelektual Property Organization)
“Copy Right is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works” yang artinya hak cipta adalah terminology hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.
2) J. S. T Simorangkir
Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian.Untuk mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.
3) Imam Trijono
Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasapun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.
19Ibid., hlm. 210.
20
Hak cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, tetapi konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an. Bila dilihat dari sejarahnya ada dua konsep besar tentang hak cipta yang pada akhirnya saling mempengaruhi yaitu: konsep Copyrights yang berkembang di Inggris dan negara-negara yang menganut sistem Hukum Common Law dan Konsep Droit d’Auteur
yang berkembang di Perancis dan negara-negara yang menganut Sistem Hukum
Civil Law.
Konsep Copyrights yang lebih menekankan perlindungan hak-hak penerbit dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah dapat ditelusuri dari berlakunya dekrit Star Chamber pada Tahun 1556 yang isinya menentukan ijin pencetakan buku dan tidak setiap orang dapat mencetak buku. Aturan hukum yang lain yang secara tegas melindungi hak penerbit dari tindakan penggandaan yang tidak sah adalah Act of Anne 1709 yang dianggap sebagai peletak dasar konsep modern hak cipta.21
Konsep droit d’ auteur lebih ditekankan pada perlindungan atas hak-hak pengarang dari tindakan yang dapat merusak reputasinya.Konsep ini didasarkan pada aliran hukum alam yang menyatakan bahwa suatu karya cipta adalah perwujudan tertinggi (alter ego) dari pencipta dan pencipta mempunyai hak alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. Konsep ini berkembang pesat setelah revolusi Perancis pada Tahun 1789, konsep ini meletakkan dasar pengakuan tidak saja hak ekonomi dari pencipta akan tetapi juga hak moral.22
21
Yuliati, Efektivitas Penerapan Undang-Undang 19/2002 Tentang Hak Cipta terhadap Karya Musik Indilabel, Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2004, hlm. 16.
Pengertian konsep hak cipta yang berkembang pada masa sekarang adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi ketentuan dalam undang-undang yang berlaku.Hak cipta merupakan hak kebendaan atau sub sistem dari hukum benda. Mariam Darus berpendapat bahwa hal kebendaan terbagi atas dua bagian yaitu: Hak kebendaanyang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas.23Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi si pemilik.Selanjutnya untuk hak yang demikian disebut dengan hak kemilikan.Hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenimatan yang tidak penuh atas suatu benda.Jika dibandingkan dengan hak milik artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurna jika dibandingkan dengan hak milik.24
23
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Edisi Revisi (Bandung: Alumni, Bandung, 2010), hlm. 23.
24Ibid., hlm. 44.
Dengan demikian hak cipta menurut rumusan ini dapat dijadikan objek hak milik. Hal ini dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 2 UUHC, yang berbunyi: hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian hak cipta terdapat pada Pasal 1 ayat (2) UUHC yang isinya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan pencipta adalah
a. Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan fikiran, imajinasi kecepatan, keterampilan atau keahlian yang di tuangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
b. Orang yang merancang suatu ciptaan, tetapi diwujudkan oleh orang lain dibawah pimpinan atau pengawasan orang yang merancang ciptaan tersebut.
c. Orang yang membuat suatu karya cipta dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan.
d. Badan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 UUHC. 2. Pengertian Hak Cipta
Ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHC diartikan sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah Hak Pengarang atau Hak Pencipta (author right), yaitu setelah diberlakukannya Undang-Undang Hak Pengarang (Auteurswet 1912 Stb. 1912 Nomor 600), kemudian menyusul istilah Hak Cipta.25
25
M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 47.
dalam Kongres Kebudayaan ke-2 yang diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) di Bandung.26
Istilah hak cipta ini merupakan pengganti Auters Recht atau copyrights
yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, dibandingkan jika menggunakan