• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Pemegang Hak Terkait Terhadap Penggandaan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Pemegang Hak Terkait Terhadap Penggandaan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Jakarta: Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.

Khoirul Hidayah, Hukum Hak kekayaan Intelektual kajian undang-undang dan integrasi Islam, UINMaliki Press,2013.

Gatot Supramono, “Masalah Penangkapan Dan Penahanan Dalam Tingkat Penyidik Tindak Pidana Hak Cipta”Jakarta:Pustaka Kartini, 1989.

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty 1988.

Tomi Sunaryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI)di Era Global, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting Society Bandung : PT. Alumni, 2008 . Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009.

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri Jakarta: Ghlmia Indonesia, 1998.

Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press, 1986

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II Surakarta: UNS Press, 1988. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia., Jakarta, 2010.

Rachmadi Usman, Hukum Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia Bandung: Alumni, 2003.

(2)

Tomatsu Hozumi, Asian Copyright Handbook Indonesian Version (Asia Pacific Cultural Centre For Unesco dan Ikatan Penerbit Indonesia, 2004.

Muhammd Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual ( Sejarah, Teori, Dan Praktiknya di Indonesia) Bandung: Citra Aditya Bakti. 1997

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT Eresco, Jakarta, 1999.

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT Eresco, Jakarta, 1980, hlm. 2.

Nugroho Amien Soetijarto, 2005, Penyusunan Deskripsi Desain Industri. WIPO Publication No. 450(E), tanpa tahun, What is Intellectual Property.

Ahmad M. Ramli dan Fathurahman, Film Independen, Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia, Bogor: Ghlmia Indonesia, 2005).

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandar Lampung: UNILA, 2007)

.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang tentang Hak Cipta, UU Nomor 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014 Tambahan Lembar Negara Nomor 5599

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 17 /Hak Cipta/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst.

C. Jurnal/Artikel

Yuliati, Efektivitas Penerapan Undang-Undang 19/2002 Tentang Hak Cipta terhadap Karya Musik Indilabel, Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2004.

Otto Hasibuan, Kolom Hukum, “ Kasus Ring Back Tone “, Kompas, 26 juli 2007 Lerman S , Perlindungan HAKI dalam Industri Musik Nasional, Suara Karya, 24

(3)

Adri Soebono, Event Organizer dibalik Pentas Milyaran, The Rolling Stone Magazine No.29, 17-31 Januari 2007.

D. Website

Habibah Pratiwi.blogspot.com, “Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)” (diakses tanggal 7 Maret 2016)

http://www.katcenter.info, Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, Tulisan Upaya Perlindungan Hukum Terhdapat KAT, diakses tanggal 1 Maret 2016.

www.hukumonline.com, Dasar Huum Perubahan Istilah HAKI menjadi HKI,

tersedia di website http://alturl.com/hgowj, diakses tanggal 7 Maret 2016 Elissa, Penarikan Royalti Literatur, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122798-

PK%20IV%202104.8214-Penarikan%20royalti-Literatur.pdf, diakses tanggal 2 September 2014.

http://dgip.go.id/ebscript/publicportal. (diakses pada tanggal 22 April 2016)

Selvie Sinaga, “Catatan Terhadap UU Hak Cipta Baru”, Kompas, http://print.kompas.com/2015/01/12/Catatan-terhadap-UU-Hak-Cipta-Baru (diakses tanggal 26 Maret 2016).

Letezia Tobing, S.H., “Ini Hlm Baru yang Diatur di UU Hak Cipta Pengganti UU No 19 Tahun 2002”, hukumonline.com

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54192d63ee29a/hlm baru-yang-diatur-di-uu-hak-ciptapengganti-uu-no-19-tahun-2002 (diakses tanggal 26 Maret 2016).

(4)

News Detail, “Ketentuan Pidana Dan Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Menurut Uu Hak Cipta No. 28 Tahun 2014”, Acemark Intellectual Property, http://acemarkip.com/id/news_detail.aspx?ID=116&URLView=default.aspx (diakses tanggal 29 Maret 2016).

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=9, (diakses pada tanggal 19 Maret 2016)

(5)

BAB III

HUBUNGAN HUKUM ANTARA PEMEGANG HAK TERKAIT

DENGAN PENGGANDAAN HAK

A. Pembatasan Perlindungan Hak Terkait

Di Indonesia saat ini, berlaku UUHC 2014 sebagai hukum positif dalam bidang hak cipta.Menilik sejarahnya, piranti hukum dalam bidang hak cipta bukanlah merupakan hal yang baru dalam perkembangan sistem perlindungan kekayaan intelektual di Indonesia.Undang-Undang yang mengatur hak cipta telah ada sejak zaman pemerintah kolonial Belanda, yakni pada tahun 1912. Pada masa pemerintah nasional, telah diundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Revisi atas Undang-Undang tersebut kemudian dilakukan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, di tahun 2014 dirubah kembali dan yang terakhir diatur dalam UndangUndang Nomor 19 Tahun 2014.

(6)

atau bentuk dari ciptaan yang terdaftar. Fungsi pendaftaran ini adalah diperolehnya surat pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut. Dengan kata lain, hal tersebut tidak berlaku mutlak karena apabila terjadi sengketa di pengadilan mengenai suatu ciptaan maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat membuktikan kebenarannya dan hakim dapat menentukan pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian.

Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, ciptaan yang tidak orisinal, ciptaan yang belum diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata (masih dalam bentuk ide), atau ciptaan yang telah menjadi milik umum, tidak dapat didaftarkan. Dengan kata lain, perlindungan diberikan untuk karya yang asli

(original), berarti bahwa dalam karya tersebut terdapat bentuk yang khas dan bersifat pribadi dari penciptanya (merupakan suatu yang nyata perbedaannya dengan karya lainnya, dan dituangkan dalam bentuk yang riil).

(7)

segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; arsitektur; peta; seni batik; fotografi; sinematografi; dan terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan Pasal 12 ayat (1) UUHC (ciptaan yang berupa terjemahan, aransemen musik, dramatisasi, dan versi gambar hidup disebut ciptaan turunan/derivatif yaitu karya yang didasarkan atas salah satu atau beberapa karya terdahulu).

(8)

pemegang hak cipta merupakan suatu badan hukum maka hak cipta berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan Pasal 30 ayat (3) UUHC.

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengumuman yang dimaksudkan di atas adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media Internet, atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. Sedangkan perbanyakan adalah penambahan jumlah ciptaan baik secara keseluruhan maupun bagian substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan permanen atau temporer.

(9)

perbanyakannya, dan ketiga, melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik Polri dan/atau PPNS DJHKI (wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang hak cipta adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana).

(10)

kepentingan yang wajar dari pencipta; perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan tersebut bersifat komersial; perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang bersifat non-komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya; perubahan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri, Desain Industri didefinisikan sebagai kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna atau gabungan dari padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan Pasal 1 butir 1.

(11)

mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak Desain Industri. Pengecualiannya adalah pemakaian hak Desain Industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak Desain Industri “Kepentingan yang wajar” dalam penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian dapat diartikan bahwa kepentingan yang wajar dari pendesain tidak dirugikan pada saat Desain Industri digunakan untuk seluruh unit yang ada di suatu lembaga pendidikan atau penelitian. Kriteria kepentingan tidak hanya diukur dari ada atau tidaknya unsur komersial, namun juga dari kuantitas penggunaannya.

Lingkup Desain Industri yang dilindungi adalah Desain Industri yang baru dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, ketertiban umum, agama dan kesusilaan. Perlindungan Desain Industri diberikan atas dasar permohonan, hal ini berdasarkan Pasal 10, di mana setiap permohonan hanya dapat digunakan untuk satu Desain Industri atau untuk beberapa Desain Industri yang merupakan satu kesatuan Desain Industri atau yang memiliki unsur yang sama Pasal 13 UU Desain Industri. Perlindungan hukum terhadap hak Desain Industri diberikan untuk jangka waktu 10tahun terhitung sejak tanggal penerimaan (permohonan) dan tidak dapat diperpanjang. Sebagai pembanding, di negara lain jangka waktu ini bervariasi dari 5 tahun dan dapat diperpanjang sampai dengan 15-25 tahun (rata-rata 15 tahun). Indonesia mengikuti perlindungan minimum yang disyaratkan dalam Article 26(3) TRIPs Agreement.

(12)

bersama, hak Desain Industri diberikan kepada mereka secara bersama kecuali diperjanjikan lain. Jika dibuat dalam hubungan kerja atau pesanan, bila tidak diperjanjikan lain, maka pemegangnya adalah pemberi kerja (pendesain disini adalah pembuat) Pasal 6-8 UU Desain Industri.

Pemeriksaan permohonan Desain Industri dilakukan untuk menguji asas kebaruan hak cipta, dan pengajuan pendaftaran pertama. Asas kebaruan disini berbeda dengan asas orisinalitas pada hak cipta yaitu pada asas kebaruan berlaku kebaruan ditetapkan dengan suatu pendaftaran yang pertama kali diajukan dan tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan itu tidak baru baik secara lisan maupun tertulis. Asas yang pertama ini berarti bahwa orang yang pertama mengajukan permohonan akan mendapat perlindungan, dan bukan berdasar asas orang yang pertama mendesain. Sedangkan orisinalitas memiliki arti sesuatu yang langsung berasal dari sumber asal orang yang membuat atau yang menciptakan atau sesuatu yang langsung dikemukakan olehorang yang dapat membuktikannya.58

Berdasarkan Article 25(1) TRIPs Agreement, negara Anggota dapat memilih memakai asas new atau originality. Namun yang jelas, perlindungan Desain Industri diberikan untuk desain yang memiliki perbedaan secara signifikan dengan desain atau kombinasi desain yang telah diketahui sebelumnya.Kriteria novelty (kebaruan) atau originality (orisinalitas) dapat berbeda di tiap negara.Perbedaan ini akan berpengaruh pada akan dilakukan atau tidaknya

58

(13)

pemeriksaan atas bentuk dan substansi dalam proses permohonan Desain Industri.59

Pengaturan keikutsertaan dalam pameran dapat dijelaskan bahwa tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu enam bulan sebelum tanggal penerimaannya desain tersebut a) telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional atau internasional di dalam atau di luar Indonesia yang resmi atau diakui sebagai resmi, dan b) telah digunakan pendesain di Indonesia dalam rangka percobaan dengan tujuan pendidikan penelitian dan pengembangan Pasal 2 Di Indonesia, suatu Desain Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan permohonan, Desain Industri tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Pengungkapan sebelumnya adalah pengungkapan Desain Industri sebelum tanggal penerimaan atau tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia. Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for Protection of Industrial Property atau Agrement Establishing the World Trade Organization, untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal penerimaan di negara tujuan yang juga merupakan negara anggota, selama pengajuan dilakukan dalam kurun waktu enam bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pertama kali diterima. Pengungkapan di sini berarti pengungkapan melalui media cetak atau elektronik termasuk keikutsertaan dalam suatu pameran.

59

(14)

UU Desain Industri. Sebagai pembanding, di dalam Persetujuan TRIPs, selain elemen kebaruan atau orisinalitas juga ditentukan bahwa suatu desain yang dapat memperoleh perlindungan harus dapat direproduksi dalam industri (industrial application). Hal lain, bahwa desain harus dapat diaplikasikan pada produk

(article) baik itu berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi.

(15)

petasan, alat berburu, memancing dan membasmi hama; kelas 23: peralatan distribusi air, saniter, pemanas, ventilasi dan pengkondisi udara, bahan bakar padat; kelas 24: perlengkapan medik dan laboratorium; kelas 25: unit bangunan dan elemen-elemen konstruksi; kelas 26: perlengkapan pencahayaan/lampu; kelas 27: tembakau dan kebutuhan perokok; kelas 28: obat-obatan dan produk kosmetik, perlengkapan dan peralatan toilet; kelas 29: peralatan dan perlengkapan melawan asap api, untuk pencegahan kecelakaan dan untuk penyelamatan; kelas 30: barang-barang untuk menangani dan memelihara binatang; kelas 31: mesin-mesin dan perlengkapan untuk menyiapkan makanan dan minuman, dan kelas 99: rupa-rupa.

Sebagaimana hak cipta, hak DI dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada. Pengalihan hak tersebut harus disertai dengan dokumen danwajib dicatat dalam Daftar Umum Desain Industri dan membayar biaya.Seseorang dapat menerima hak pemanfaatan DI dari pendesain melalui mekanisme pemberian lisensi yang didasarkan pada perjanjian lisensi.Hal yang diingat adalah bahwa perjanjian lisensi merupakan perjanjian untuk menggunakan manfaat ekonomi dari hak Desain Industri dan bukan memperalihkan hak milik atas Desain Industri yang bersangkutan.Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Industri, dan apabila tidak dicatatkan maka perjanjian tersebut tidak berlaku bagi pihak ketiga.

(16)

undang-undang yang mengatur dan desain yang bersangkutan, sebuah desain dapat dilindungi sebagai ciptaan seni (a work of art) di bawah perlindungan hak cipta.Di beberapa negara, perlindungan hak cipta dan Desain Industri diberikan secara kumulatif, sehingga kedua rezim perlindungan diterapkan bersamaan. Di lain pihak, apabila suatu desain dilindungi dengan hak cipta maka desain tidak dilindungi oleh rezim Desain Industri. Berarti, jika pemilik atau pencipta menentukan pilihan perlindungan Desain Industri untuk desainnya, maka dia akan kehilangan perlindungan hak ciptanya.

B. Hak-hak yang dimiliki oleh Para Pemegang Hak Terkait

1. Hak Ekonomi

Hak ekonomi (economic right) adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas hak cipta. Hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan hak ciptanya tersebut oleh dirinya sendiri, atau karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Ada delapan jenis hak ekonomi yang melekat pada hak cipta, yaitu:

a. Hak reproduksi (reproduction right), yaitu hak untuk menggandakan ciptaan. UUHC menggunakan istilah “perbanyakan”.

b. Hak adaptasi (adaptation right), yaitu hak untuk mengadakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada. Hak ini diatur dalam Bern Convention. c. Hak distribusi (distribution right), yaitu hak untuk menyebarkan kepada

(17)

d. Hak pertunjukan (performance right), yaitu hak untuk mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, seniman, dan peragawati. Hak ini diatur dalam Bern Convention.

e. Hak penyiaran (broadcasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang. Dalam UUHC, hak ini dimasukkan dalam hak mengumumkan.

f. Hak program kabel (cablecasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi, melainkan melalui kabel.

g. Droit de suit, yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan.

h. Hak pinjam masyarakat (public lending right), yaitu hak pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat. Hak ini berlaku di Inggris dan diatur dalam Public Lending Right Act 1979, The Public Lending Right Scheme 1982.60

Konteks ke-Indonesiaan, hak ekonomi ini diatur di dalam Pasal 2 UUHC yang menentukan sebagai berikut:

a. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

60

(18)

b. Pencipta dan/atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarangorang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.61

B. Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Hak Cipta (Neighbouring Rights)

Disamping hak-hak diatas, ada juga dikenal hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta (neighbouring rights).Hak ini lebih ditujukan kepada bukan penciptanya, melainkan kepada pihak-pihak yang ikut andil dalam publikasi ciptaan tersebut.Bahkan dalam praktik dunia Uni Eropa, pengaturan hak terkait tampak diperluas sampai kepada pihak yang menghasilkan ciptaan yang secara hukum tidak memenuhi syarat originality dan creativity.62

61Ibid.

, hlm. 75.

62Ibid.

, hlm. 75.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta diadakan penambahan bab baru yang mengatur mengenai hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta atau yang sering disebut dengan istilah Neighbouring Rights.

Penambahan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu landasan yuridis bagi

(19)

Hak ini berasal dari hak cipta yang bersifat asli, yaitu hak eksklusif bagi pelaku (performer), yang dapat terdiri dari aktor/aktris film/televisi, pemusik, penari, pelawak, dan lain sebagainya untuk menyiarkan pertunjukan. Menyiarkan, maksudnya adalah menyewakan, melakukan pertunjukan umum, mengkomunikasikan pertunjukan langsung, dan mengkomunikasikan secara interaktif karya rekaman pelaku.Perlindungan terhadap neighbouring rights ini secara khusus hanya tertuju pada pihak yang berkecimpung dalam bidang pertunjukan, rekaman, dan badan penyiaran.63

(1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Ketentuan Pasal 49 UUHC Bab VII mengenai Hak Terkait menyebutkan bahwa:

(2) Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi.

(3) Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui sistem elektromagnetik lain.64

Pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang berkecimpung dalam pertunjukan tersebut mempunyai hak antara lain:

63

Ahmad M. Ramli dan Fathurahman, Film Independen, Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia, (Bogor: Ghlmia Indonesia, 2005), hlm. 38-39.

64

(20)

a. mengawasi penampilan yang digelar;

b. mengawasi badan penyiaran yang menyiarkan penampilan yang digelar; c. mengawasi reproduksi penampilan-penampilan berikutnya; dan

d. mengawasi penyiaran rekaman kepada umum.65

Pihak yang berkecimpung dalam usaha rekaman atau produser rekaman memiliki hak, antara lain:

a. Merekam ulang (reproduction right).

b. Mempertunjukkan rekaman kepada umum (the public performance right).

c. Menyiarkan rekaman (broadcasting right).66

Sedangkan badan atau badan penyiaran memiliki hak sebagai berikut: a. Menyiarkan dan mereproduksi suatu ciptaan.

b. Merekam suatu ciptaan. c. Menampilkan kepada umum.67

Selain isi dari hak-hak terkait tersebut, sudah disebutkan juga diatas bahwa di dalam Bab VII UUHCjuga mengatur mengenai jangka waktu perlindungan bagi hak-hak tersebut. Dalam Pasal 50 disebutkan bahwa:

(1) Jangka waktu perlindungan bagi:

a. Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya pertama kalidipertunjukkan atau dimasukkan kedalam media audio atau media audiovisual;

b. Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut selesai direkam;

65

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op. Cit., hlm. 74.

66Ibid.

, hlm. 74.

67Ibid.

(21)

c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut pertama kali disiarkan.

(2) Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnyasetelah:

a. Karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau audiovisual;

b. Karya rekaman suara selesai direkam;

c. Karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali.68

Namun, untuk lebih jelasnya mengenai jangka waktu perlindungan ini akan penulis bahas pada bab selanjutnya, yaitu pada Bab IV mengenai Prosedur Mendapatkan Perlindungan Hukum dan Masa Berlakunya.Hak cipta dan hak terkait hanya dilanggar apabila benda berwujud dari hak terkait, seperti film,

Compact Disc(CD), dan pita kaset yang mempunyai hak cipta diperbanyak atau digandakan secara langsung dalam bentuk yang sama dengan benda berwujud yang merupakan ciptaan asli.69

C. Hubungan Hukum antara Pemegang Hak Terkait dengan Penggandaan

Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, producer fonogram, atau lembaga Penyiaran. Ada beberapa hubungan hukum antara pemegang hak terkait dengan penggandaan baik secara legal atau memiliki izin maupun dengan ilegal.

68

Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Op. Cit., Pasal 50

69

(22)

Berikut beberapa penggandaan yang dianggap tidak melanggar UUHC, antara lain:

a. Pengambilan berita aktual baik sebagian ataupun seluruhnya dari suatu kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar dengan ketentuan menyebut sumber berita secara lengkap.

b. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk tujuan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan menyebutkan sumber dan tidak merugikan penciptanya.

c. Mengambil atau memperbanyak suatu karya cipta untuk keperluan hukum. d. Perbanyakan suatu ciptaan kecuali program komputer secara terbatas

dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa dengan perpustakaan, lembaga ilmu pengetahuan, pendidikan, pusat dokumentasi yang bukan untuk tujuan komersil.

(23)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK TERKAIT TERHADAP PENGGANDAAN HAK CIPTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 28 TAHUN 2014

A. Bentuk-bentuk penggandaan hak cipta terkait

1. Penggandaan untuk Kepentingan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Penggandaan adalahproses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara.Salah satu cara penggandaan yang banyak terjadi di sekitar kita adalah dengan fotokopi. Fotokopi buku pelajaran seringkali dilakukan oleh pelajar karena harganya yang jauh lebih murah daripada buku asli.

Pasal 9 ayat (3) UUHC, menyebutkan,“Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.”akan tetapi, terdapat suatu pembatasanhak cipta yang terdapat dalam Bab VI UUHC itu sendiri. Pasal 44 ayat (1) poin a memberikan pengecualian di mana penggandaan untuk keperluan pendidikan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika menyebutkan sumbernya.Bahkan, Pasal 46 menyebutkan,Penggandaan untuk kepentingan pribadi atas Ciptaan yang telah dilakukan Pengumuman hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan dan dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta”.

(24)

kembali. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta, karena dilakukan untuk Penggunaan Komersial. Terkait dengan hal ini, Pasal 10 UUHC menyebutkan,Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya.”

Pelanggar Pasal 10 tersebut dapat dikenai pidana denda paling banyak Rp 100 juta Pasal 114 UUHC.Di sisi lain, bisa saja dikatakan bahwa tindakan penggandaan buku-buku tersebut semata-mata hanya untuk memudahkan transaksi, agar saat ada yang datang dan ingin memfotokopi, ia tidak perlu lagi menunggu. Dalam menjawab persoalan ini, sangat disayangkan bahwa dalam UUHC tidak terdapat penjelasan lebih lanjut mengenai Pasal 10 dan Pasal 114.70 2. Penggandaan untuk kepentingan pribadi dan komersial

Penggandaan sebanyak 1 (satu) salinan atau adaptasi program komputer yang dilakukan oleh pengguna yang sah dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta jika salinan tersebut digunakan untuk:

a. penelitian dan pengembangan program komputer tersebut; dan

b. arsip atau cadangan atas program komputer yang diperoleh secara sah untuk mencegah kehilangan, kerusakan, atau tidak dapat dioperasikan. Apabila penggunaan program komputer telah berakhir, salinan atau adaptasi Program Komputer tersebut harus dimusnahkan.

Penggandaan untuk kepentingan pribadi tidak mencakup: a. karya arsitektur dalam bentuk bangunan atau konstruksi lain;

(25)

b. seluruh atau bagian yang substansial dari suatu buku atau notasi musik; c. seluruh atau bagian substansial dari database dalam bentuk digital;

d. Program Komputer, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1); dan

e. Penggandaan untuk kepentingan pribadi yang pelaksanaannya bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.

Setiap perpustakaan atau lembaga arsip yang tidak bertujuan komersial dapat membuat 1 (satu) salinan Ciptaan atau bagian Ciptaan tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dengan cara sebagai berikut:

1. Penggandaan tulisan secara reprografi yang telah dilakukan Pengumuman, diringkas, atau dirangkum untuk memenuhi permintaan seseorang dengan syarat:

a. perpustakaan atau lembaga arsip menjamin bahwa salinan tersebut hanya akan digunakan untuk tujuan pendidikan atau penelitian;

b. Penggandaan tersebut dilakukan secara terpisah dan jika dilakukan secara berulang, Penggandaan tersebut harus merupakan kejadian yang tidak saling berhubungan; dan

c. tidak ada Lisensi yang ditawarkan oleh Lembaga Manajemen Kolektif kepada perpustakaan atau lembaga arsip sehubungan dengan bagian yang digandakan.

(26)

atau musnah dari koleksi permanen di perpustakaan atau lembaga arsip lain dengan syarat:

a. perpustakan atau lembaga arsip tidak mungkin memperoleh salinan dalam kondisi wajar; atau

b. pembuatan salinan tersebut dilakukan secara terpisah atau jika dilakukan secara berulang, pembuatan salinan tersebut harus merupakan kejadian yang tidak saling berhubungan.

3. Pembuatan salinan dimaksudkan untuk Komunikasi atau pertukaran informasi antarperpustakaan, antarlembaga arsip, serta antara perpustakaan dan lembaga arsip.

Penggandaan, Penyiaran, atau Komunikasi atas Ciptaan untuk tujuan informasi yang menyebutkan sumber dan nama Pencipta secara lengkap tidak dianggap pelanggaran Hak Cipta dengan ketentuan Ciptaan berupa:

a. artikel dalam berbagai bidang yang sudah dilakukan Pengumuman baik dalam media cetak maupun media elektronik kecuali yang salinannya disediakan oleh Pencipta, atau berhubungan dengan Penyiaran atau Komunikasi atas suatu Ciptaan;

b. laporan peristiwa aktual atau kutipan singkat dari Ciptaan yang dilihat atau didengar dalam situasi tertentu; dan

c. karya ilmiah, pidato, ceramah, atau Ciptaan sejenis yang disampaikan kepada publik.

(27)

a. pada saat dilaksanakan transmisi digital atau pembuatan Ciptaan secara digital dalam media penyimpanan;

b. dilaksanakan oleh setiap Orang atas izin Pencipta untuk mentransmisi Ciptaan; dan

c. menggunakan alat yang dilengkapi mekanisme penghapusan salinan secara otomatis yang tidak memungkinkan Ciptaan tersebut ditampilkan kembali.

B. Permasalahan Hukum Terhadap Pemegang Hak TerkaitPenggandaan

Permasalahan hak cipta pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat sorotan, khususnya dari kalangan pengusaha-pengusaha industri maupun masyarakat konsumen.Hal ini mengingat semakin banyaknya praktek pelanggaran hak cipta.Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada.71

71

Lerman S , Perlindungan HAKI dalam Industri Musik Nasional, Suara Karya, 24 Mei 2007, hlm. 7 kolom 1B.

(28)

Permasalahan berkaitan pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik yang berkaitan dengan media atau alat yang digunakan ini sudah bergulir sejak tahun 1990 an, dimana banyak beredar kaset Compact Disc (CD), Video Compact Disc (VCD), maupun Digital Video Disc (DVD) yang berisi penyanyi dari dalam dan luar negeri yang dijual sebagai hasil kopi bajakan. Pelanggaran seperti inilah yang dikategorikan sebagai pelanggaran “Mechanical right” yang mengacu pada kata memperbanyak secara fisik. Medium fisik untuk penggandaan tersebut bisa bermacam-macam seperti yang dikenal selama ini, antara lain piringan hitam, compact disk, atau kaset.72

Namun selain pelanggaran terhadap Mechanical right sebagaimana yang disebutkan diatas. Jenis lain pelanggaran Hak cipta dalam bidang musik atau lagu adalah pelanggaran atas “Performing Right “.73

72

http://dgip.go.id/ebscript/publicportal. (diakses pada tanggal 22 April 2016)

73

Performing Right merupakan Hak terkait dengan Hak Cipta (Neighboringright ) yang merupakan hak eksklusif untuk mempertunjukkan suatu karya yang terdaftar hak ciptanya.

(29)

menyedot animo sebanyak mungkin ini tidak terlepas dari nilai financial yang dapat diperoleh dari bisnis hiburan ini.74

Adanya hubungan antara pelaku bisnis hiburan ini, yaitu antara pemilik sarana hiburan dengan musisi dalam bisnis industri musik dan hiburan telah melahirkan hubungan yang tidak terlepaskan dan saling menguntungkan.Dimana baik pemilik sarana hiburan dan musisi saling diuntungkan. Para musisi tidak akan dapat mempertunjukkan kepada masyarakat hasil ciptaan mereka, jika tidak ada sarana untuk mempertunjukkan. Salah satu sarana itu adalah tempat-tempat hiburan. Tempat hiburan atau sarana hiburan merupakan salah satu sarana bagi para musisi untukmempertunjukkan hasil karyanya, selain melalui sarana atau media lainnya seperti kaset, kepingan cakram seperti Compact Disc (CD), Video Compact Disc (VCD), maupun Digital video Disc (DVD) ataupun media elektronik seperti radio dan televisi. Bahkan seiring dengan perkembangan jaman, musik pada saat sekarang ini juga dapat dinikmati melalui layanan nada tunggu telefon selular atau yang dikenal dengan sebutan “ring back tone “.Namun dari Banyak para musisi, baik itu pencipta, komposor ataupun performer berlomba-lomba untuk menghasilkan karya cipta.Persaingan dalam menghasilkan karya cipta baik itu berupa musik baik yang dengan lirik (lagu) ataupun tanpa lirik dilatar belakangi oleh keuntungan financial yang dapat diperoleh dari sisi komersialitas musik atau lagu tersebut, selain persaingan untuk mengukuhkan eksisitensi musisi tersebut dikancah industri musik.

74

(30)

keseluruhan sarana tersebut terdapat satu benang merah yaitu adalah dalam rangka performing suatu karya cipta, khususnya musik (lagu).

Sejalan dengan maraknya pelanggaran “Mechanical right” yang mengacu pada kata memperbanyak secara fisik. Medium fisik untuk penggandaan tersebut bisa bermacam-macam seperti yang dikenal selama ini, antara lain piringan hitam, compact disk, atau kaset. Yang ditandai dengan masih maraknya pembajakan karya cipta musik (lagu) dalam bentuk Compact Disc (CD), Video Compact Disc (VCD), maupun Digital Video Disc (DVD). Pelanggaran “ Performing Right” di-indikasikan juga marak terjadi, salah satu kasus yang menyita perhatian publik adalah gugatan Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap Telkomsel atas layanan Ring Back Tone (RBT) yang memperdengarkan lagu-lagu dan musik yang terdaftar hak cipta nya berkaitan tentang royalty bagi pemegang hak cipta atas musik (lagu) yang dijadikan “Ring Back Tone”.

Kasus pelanggaran hak cipta yang berkaitan dengan digunakannya lagu sebagai ring back tone atau nada sambung pribadi tersebut terjadi karena minimnya pengawasan dalam rangka perlindungan atas Publication Right tersebut.Dimanapengeksploitasian lagu yang tergolong aktivitas memperbanyak

(31)

sekaligus royalty. Jika ada pihak lain yang melakukan perekaman dan penggandaan rekaman lagu tanpa izin (lisensi) dari pencipta. Maka persoalan hukumnya jelas.Berbeda dengan mengumumkan lagu, berhubung hal ini bukan atas inisiatif pencipta sehingga hal perizinan (pelisensian) dan pembayaran royalty

cenderung tidak jelas.75

Jika suatu lagu diminati masyarakat, maka spontan banyak pihak berinisiatif “mengumumkan“lagu. Televisi dan radio akan gencar menyiarkan lagu-lagu yang popular. Dan tidak turut ketinggalan dengan perkembangan teknologi pada saat ini, para pengguna telepon seluler (ponsel) akan memasang lagu-lagu hit sebagai (nada dering) ringtone atau nada sambung pribadi (Ring Back Tone) dengan membayar kepada penyedia jasa layanan selular (content provider) atau operator seluler.76

Permasalahan baru timbul dikala lagu-lagu hit tersebut diperdengarkan ataupun dipertunjukan baik secara live performance ataupun melalui media rekam elektronik (CD, CVD,DVD, MP3, MP4) pada tempat-tempat hiburan seperti bar, kafe, diskotek, karoeke, maupun restoran baik yang bertujuan untuk mencari profit dan ada pula yang melakukannya dalam rangka peningkatan pelayanan atau meramaikan suasana. Jika ASIRI menggugat Telkomsel terkait royalty atas

lagu-Penggunaan lagu-lagu hits inilah yang menimbulkan gugatan dari ASIRI (Asosiasi Rekaman Indonesia) yang mewakili para pencipta lagu menuntut Telkomselsebagai salah satu operator seluler yang menyediakan layanan Ring Back Tone terkait dengan royalty atas lagu-lagu yang dijadikan Ring Back Tone.

75

Otto Hasibuan, Kolom Hukum, “ Kasus Ring Back Tone “, Kompas, 26 juli 2007

(32)

lagu yang dijadikan Nada Sambung Pribadi (Ring Back Tone), permasalah ini berbeda dengan public performance yang dilaksanakan di tempat-tempat hiburan.Perbedaan ini tampak dari sarana yang digunakan dalam kegiatan performing tersebut. Dimana Ring Back Tone menggunakan sarana layanan seluler, sedangkan public performance yang terjadi di tempat-tempat hiburan malam ini menggunakan sarana live performance dan atau sarana media elektronik yang berupa rekaman-rekaman.

Perkara atau gugatan terkait dengan permsalahan performing right yang telah berlangsung antara lain adalah :

1. Gugatan Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap Hotel Grand Angkasa Medan terkait dengan pemutaran lagu-lagu hits di sarana lobby hotel, dimana gugatan ini diselesaikan dengan jalan perdamaian.

2. Gugatan Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap PT. Hotel Sahid Jaya Internasional terkait dengan pemutaran lagu-lagu melalui perangkat media rekam elektronik dan pertunjukan secara langsung dalam kegiatan usaha PT. Hotel Sahid Jaya Internasional, dimana perkara ini dimenangkan oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 17 /Hak Cipta/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst.77

Ragam permasalahan sebagai mana yang telah diuraikan terebut diatas melatar belakangi suatu permasalahan yaitu bagaimana perlindungan hak produser suara dan pemegang hak cipta terkait dengan pengumuman (publication) ataupun pertunjukan (performing) suatu karya cipta yang berupa lagu baik itu yang diiringi

77

(33)

dengan musik ataupun lagu yang hanya terdiri atas musik saja dimana lagu tersebut terdaftar hak cipta nya.

Dasi sisi bidang kenotariatan dalam kegiatan alih guna hak cipta ataupun hakhak yang terkait didalam hak cipta itu sendiri yang merupakan hak khusus

(eksclusive rights) terdapat peran serta notaris didalamnya.Dimana dalam prakteknya peralihan hak cipta ataupun hak-hak yang terkait didalamnya dilangsungkan dengan menggunakan suatu perjanjian tertulis yang notariil, walaupun lebih banyak perjanjian tersebut dilakukan dengan perjanjian dibawah tangan. Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik yang salah satunya adalah perjanjian dimana dalam pembuatan perjanjian tersebut seorang notaris haruslah jeli apakah ada unsure-unsur yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, hal ini dimaksudkan guna menghindari timbulnya gugatan-guagatan di masa yang akandatang. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga menyatakan bahwa suatu perjanjian dilangsungkan dan dibenarkan apabila tidak bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku dan norma-norma yang ada.

Seorang notaris apabila akan melaksanakan suatu perjanjian yang berhubungan dengan hak cipta, khusunya mengenai peralihan ataupun perpindahan penguasaan hak cipta haruslah jeli melihat unsur-unsur yang diperjanjikan apakah didalamnya ada yang bertentangan dengan peraturan hukum khususnya peraturan hukum yang berkaitan dengan hak cipta.

(34)

1. Unsur tindakan melindungi;

2. Unsur pihak-pihak yang melindungi; dan

3. Unsur cara-cara melindungi, dengan demikian, kata perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.78

Berdasarkan unsur-unsur di atas, berarti kata perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak-pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlindungan terhadap konsumen dapat dilakukan melalui berbagai bentuk diantaranya perlindungan ekonomi, sosial, politik dan perlindungan hukum.

C. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Terkait Penggandaan menurut Undang-Undang No. 28 Tentang Hak Cipta

Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Ada beberapa cara perlindungan secara hukum, antara lain sebagai berikut:

1. Membuat peraturan (by giving regulation), yang bertujuan untuk: a. Memberikan hak dan kewajiban;

b. Menjamin hak-hak para subyek hukum

2. Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui:

78

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen

(35)

a. Hukum administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah

(preventif) terjadinya pelanggaran dengan perijinan dan pengawasan. b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)

setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman; c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative,

recovery), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.79

Untuk mengatasi suatu pelanggaran Hak Cipta ada perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah yang bisa di lakukan melalui dua cara yaitu : 1. Upaya Preventif atau upaya pencegahan yaitu suatu upaya untuk mengurangi

terjadinya kegiatan pembajakan atau penggandaan karya cipta sinematografi yang dapat menyebabkan kerugian. Upaya preventif merupakan kegiatan yangbertujuan untuk mencegah terjadinya tindakan penggandaan karya cipta sinematografi. Ada beberapa penyebab terjadinya pelanggaran kekayaan intelektual terhadap bisnis barang- barang bajakan meningkat, antara lain: a. Keuntungan lebih mudah diperoleh dibandingkan jumlah investasi dan

biaya yang diperlukan untuk aktivitas pemalsuan. Misalnya para pemalsu tidak harus menanggung besarnya biaya riset, iklan, pendaftaran kekayaan intelektual atau untuk mendapatkan lisensi dan untuk mendapatkan Hak Cipta. selain itu pemalsu tidak perlu membayar pajak dan biaya asuransi. b. para pemalsu dapat membayar denda yang dibebankan oleh pengadilan

atau pemerintah.

79Ibid

(36)

c. Kemajuan teknologi mendorong barang-barang bajakan yang berkualitas tinggi dapat dengan mudah diproduksi oleh para pemalsu.

d. Sindikat atau kelompok kejahatan menjadi pendukung finansial dan distribusi barang-barang bajakan.

e. Kurang memadainya Undang-undang Hak Cipta dan kurang efektifnya tindakan penegakan hukum di sebuah Negara dimana barang tersebut beredar.80

Faktor penyebab terjadinya tindak pidana ini barulah bisa dilakukan upaya pencegahan yaitu dengan mengkaji undang-undang atau peraturan pemerintah dengan cara memperberat hukuman orang atau badan yang melanggar karya cipta serta di tindak tegas sesuai UUHC yang disana ada ketentuan pidana yang memberi perlindungan kepada pencipta atau pemegang Hak Cipta dan melakukan sosialisasi di masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat akan pentingnya menghargai karya cipta orang lain, karena mereka sudah susah payah berusaha dengan pikiran dantenaga menghasilkan suatu karya cipta yang diharapkan akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Sehingga tumbuhnya kesadaran dalam diri masyarakat diharapkan akan mampu mengurangi tindak pidana ini. Sasaran kegiatan ini antara lain pelaku penggandaan dan pembeli produk bajakan tersebut.

Di dalam upaya preventif hak yang mengatur perlindungannya, yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right).Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk

80

(37)

mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta bersifat komersil agar mendapatkan suatu keuntungan yang berupa nilai yang berkaitan dengan karya tersebut. Jenis hak ekonomi pada Hak Cipta adalah seperti berikut:

1) Hak perbanyak (penggandaan), yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk pengalihwujudkan ciptaan.

2) Hak adapatsi (penyesuaian), yaitu penyesuain dari satu bentuk kebentuk yang lain, seperti penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, novel dijadikan sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan diajadikan radio.

3) Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, di dengar, di lihat, di jual atau disewa oleh orang lain.

4) Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan, mempertunjukkanmempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, seniman, peragawat.81

Hak moral dimaksud dalam Pasal 5 UUHC merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:

a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;

81

(38)

b. Menggunakan nama aslinya atau samarannnya;

c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan

e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.82

Oleh karena itu hak moral bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan, dan integritas yang hanya di miliki oleh pencipta atau penemu. Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia. Pada pengertian tersebut sudah jelas bahwa hak ekonomi dapat dialihkan kepada orang lain dengan persetujuan pemegang hak cipta atau pencipta karya tersebut. Sementara hak moral tidak dapat dialihkan karena sudah melekat dan tidak dapat dipisahkan dari diri pencipta karya tersebut.jadi, hanya hak ekonomi saja yang dapat beralih atau diperalihkan. Dalam Pasal 66 UUHC menjelaskan bahwa tata cara pencatatan ciptaan dalam permohonan daftar umum ciptaan yang diajukan oleh pencipta, pemegang Hak Cipta, pemilik hak terkait, atau kuasa kepada menteri dengan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyertakan contoh ciptaan, produk hakterkait, atau penggantinya serta melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan hak terkait dengan membayar biaya. Dalam permohonan tersebut menteri melakukan pemeriksaan terhadap permohonan

82

(39)

yang telah memenuhi syarat, menteri memberikan keputusan menerima atau menolak permohonan dalam waktu paling lama sembilan bulan terhitung sejak tanggal di terimanya permohonan.Fungsi sebenarnya pendaftaran ciptaan.yang pertama, berarti bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena pendaftaran yang telah mempunyai kekuatan. Yang kedua ialah pendaftaran itu bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut Undang-Undang bahwa orang yang Hak Ciptanya terdaftar itu berhak sebenarnya sebagai pencipta dari hak yang didaftarkannya.Selanjutnya dapat dipahami bahwa fungsi pendaftaran Hak Cipta dimaksudkan untuk memudahkan pembuktian dalam hal terjadi sengketa mengenai mengenai Hak Cipta.83

2. Upaya Represif

Upaya represif yaitu suatu upaya untuk menanggulangi terjadinya tindakan penggandaan karya cipta sinematografi. Dalam kaitan dengan perlindungan hukum terhadap karya cipta sinematografi maka kegiatan penegakan hukum ini merupakan kegiatan yang cukup penting, karena perlindungan hukum tanpa penegakan hukum yang baik tidak akan ada artinya.84

83

Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 89-90

84

Dwi Astusi. Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik, Tesis (Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008), hal 76

(40)

Terjadinya suatu penggandaaan suatu ciptaan untuk mendapatkan suatu ke untungan tanpa sepengetahuan pencipta akan menjurus terhadap pelaporan atau menggugat orang/badan hukum yang dalam hal ini aka ada penanganan secara hukum perdata yaitu penggunaan Hak Cipta secara tanpa hak, dapat digugat berdasarkan perbuatan melanggar hukum Pasal 1365 KUH Perdata. Sebagai penggugat harus membuktikan bahwa perbuatan melanggar hukum yang dilakukan tergugat, penggugat mendapat kerugian.Setelah penggugat melaporkan tergugat ke pengadilan niaga. penggugat boleh mengajukan penetapan sementara ke pengadilan niaga dengan tujuan untuk mencegah masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait ke jalur perdagangan, menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan barang bukti, mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangan barang bukti, serta menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian lebih besar. Seperti yang diatas dalam Pasal 106 UUHC.

(41)

undang yang bersifat administrasi. Pada umumnya sanksi admiministrasiberupa denda, pembekuan hingga pencabutan sertifikat dan/atau izin usaha, penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi, tindakan administratif.85

Pasal 40 ayat (1) UUHC, menyebutikan bahwa, “Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; karya seni terapan; karya arsitektur; peta; karya seni batik atau seni motif lain; karya fotografi; Potret; karya sinematografi; terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi

Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 menyebutkanPenggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. Hak reproduksi ini juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara dan film.

85

(42)

ekspresi budaya tradisional; kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; permainan video; dan program komputer.”86

1. Memberi wewenang (berupa persetujuan atau dukungan) kepada pihak lain untuk melanggar Hak Cipta;

Pemegang hak cipta memiliki hak eksklusif yaitu hak moral dan hak ekonomi, apabila kedua hak eksklusif tersebut dilaksanakan selain pemegang hak cipta tanpa ijin maka dikategorikan pelanggaran. Dalam pasal 9 ayat 2 UUHC ditegaskan bahwa setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dan setiap orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.

Hak lain yang dilarang dan dikategorikan pelanggaran hak cipta adalah penggunaan secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya sebagaimana yang tercantum dalam pasal 12 ayat (1) UUHC.

Cara lain yang dianggap sebagai pelanggaran oleh seseorang terhadap suatu Hak Cipta adalah saat seseorang

2. Memiliki hubungan dagang atau komersial dengan barang bajakan, ciptaan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta;

86

(43)

3. Mengimpor Barang-harang bajakan Ciptaan yang dilindungi Hak Cipta untuk dijual eceran atau didistribusikan;

4. Memperbolehkan suatu tempat pementasan umum untuk digunakan sebagai tempat melanggar pementasan atau penayangan karya yang melanggar Hak Cipta. Pelanggaran-pelanggaran semacam ini dapat dikenakan denda/sanksi pidana secara khusus dan diatur dalam UUHC.87

Pembajakan juga merupakan suatu pelanggaran. Dalam Pasal 1 angka 23 UUHC disebutkan bahwa Pembajakan adalah Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi

87

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan:

1. Pengaturan hak cipta sebagai hak dewasa ini di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Undang-Undang-undang ini berlaku sampai tahun 2014, yang kemudian digantikan oleh undang-undang hak cipta terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.

2. Hubungan hukum antara pemegang hak terkait dengan penggandaan hak 2014, yaitu Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, ciptaan yang tidak orisinal, ciptaan yang belum diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata (masih dalam bentuk ide), atau ciptaan yang telah menjadi milik umum, tidak dapat didaftarkan. Dengan kata lain, perlindungan diberikan untuk karya yang asli (original), berarti bahwa dalam karya tersebut terdapat bentuk yang khas dan bersifat pribadi dari penciptanya (merupakan suatu yang nyata perbedaannya dengan karya lainnya, dan dituangkan dalam bentuk yang riil). 3. Perlindungan hukum pemegang hak terkait terhadap penggandaan hak cipta

(45)

berbagai bentuk diantaranya perlindungan ekonomi, sosial, politik dan perlindungan hukum.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Untuk menghindari maraknya penggandaan karya cipta yang berdampak

merugikan pihak-pihak terkait seyogyanya disediakan sarana yang harus digunakan untuk melakukan tindakan penggandaan karya cipta lagu agar tidak merugikan hak-hak dan kepentingan orang lain. Sarana ini sebaiknya dicantumkan dalam peraturan perundang – undangan tentang Hak Cipta. Disamping itu sebaiknya dalam hal penerapan sanksi lebih tegas bagi pelaku pelanggar Hak Cipta. Penyempurnaan perangkat hukum kekayaan intektual harus lebih mengadaptasi dari ketentuan TRIPs Agreement.

2. Diharapkan hubungan hukum antara pemegang hak terkait dengan penggandaan mendapatkan perlindungansecara tidak sah yaitu melalui perangkat hukum yang jelas dan profesionalisme aparat penegak hukum sehingga akan menjamin berhasilnya Law Enforcement.

(46)

BAB II

PENGATURAN HAK CIPTA SEBAGAI HAK KEBENDAAN

DEWASA INI DI INDONESIA

A. Hak Cipta sebagai hak kebendaan

1. Hak Cipta Secara Umum

Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya tingkat pemahaman tentang istilah tersebut. Sebagai contoh sering orang awam menginterprestasikan hak cipta sama dengan hak kekayaan intelektual. Lainnya adalah pemahaman masyarakat terhadap perlindungan hak cipta ini, sebagai contoh misalnya karena pemahaman yang kurang sehingga sering muncul pemikiran dan perkataan yang keluar yaitu hak cipta dipatenkan atau merek dipatenkan sehingga seolah-olah pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia padahal, pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia di bidang tertentu saja.

Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata “Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.18

18

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 323.

(47)

pengalaman.Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.19

Beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian hak cipta, antara lain:20

1) WIPO ( World Intelektual Property Organization)

Copy Right is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works” yang artinya hak cipta adalah terminology hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.

2) J. S. T Simorangkir

Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian.Untuk mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.

3) Imam Trijono

Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasapun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.

19Ibid

., hlm. 210.

20

(48)

Hak cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, tetapi konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an. Bila dilihat dari sejarahnya ada dua konsep besar tentang hak cipta yang pada akhirnya saling mempengaruhi yaitu: konsep Copyrights yang berkembang di Inggris dan negara-negara yang menganut sistem Hukum Common Law dan Konsep Droit d’Auteur

yang berkembang di Perancis dan negara-negara yang menganut Sistem Hukum

Civil Law.

Konsep Copyrights yang lebih menekankan perlindungan hak-hak penerbit dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah dapat ditelusuri dari berlakunya dekrit Star Chamber pada Tahun 1556 yang isinya menentukan ijin pencetakan buku dan tidak setiap orang dapat mencetak buku. Aturan hukum yang lain yang secara tegas melindungi hak penerbit dari tindakan penggandaan yang tidak sah adalah Act of Anne 1709 yang dianggap sebagai peletak dasar konsep modern hak cipta.21

Konsep droit d’ auteur lebih ditekankan pada perlindungan atas hak-hak pengarang dari tindakan yang dapat merusak reputasinya.Konsep ini didasarkan pada aliran hukum alam yang menyatakan bahwa suatu karya cipta adalah perwujudan tertinggi (alter ego) dari pencipta dan pencipta mempunyai hak alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. Konsep ini berkembang pesat setelah revolusi Perancis pada Tahun 1789, konsep ini meletakkan dasar pengakuan tidak saja hak ekonomi dari pencipta akan tetapi juga hak moral.22

21

Yuliati, Efektivitas Penerapan Undang-Undang 19/2002 Tentang Hak Cipta terhadap Karya Musik Indilabel, Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2004, hlm. 16.

22Ibid

(49)

Pengertian konsep hak cipta yang berkembang pada masa sekarang adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi ketentuan dalam undang-undang yang berlaku.Hak cipta merupakan hak kebendaan atau sub sistem dari hukum benda. Mariam Darus berpendapat bahwa hal kebendaan terbagi atas dua bagian yaitu: Hak kebendaanyang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas.23Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi si pemilik.Selanjutnya untuk hak yang demikian disebut dengan hak kemilikan.Hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenimatan yang tidak penuh atas suatu benda.Jika dibandingkan dengan hak milik artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurna jika dibandingkan dengan hak milik.24

23

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Edisi Revisi (Bandung: Alumni, Bandung, 2010), hlm. 23.

24Ibid

., hlm. 44.

Dengan demikian hak cipta menurut rumusan ini dapat dijadikan objek hak milik. Hal ini dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 2 UUHC, yang berbunyi: hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(50)

1. Yang dimaksud dengan pencipta adalah

a. Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan fikiran, imajinasi kecepatan, keterampilan atau keahlian yang di tuangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

b. Orang yang merancang suatu ciptaan, tetapi diwujudkan oleh orang lain dibawah pimpinan atau pengawasan orang yang merancang ciptaan tersebut.

c. Orang yang membuat suatu karya cipta dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan.

d. Badan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 UUHC. 2. Pengertian Hak Cipta

Ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHC diartikan sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah Hak Pengarang atau Hak Pencipta (author right), yaitu setelah diberlakukannya Undang-Undang Hak Pengarang (Auteurswet 1912 Stb. 1912 Nomor 600), kemudian menyusul istilah Hak Cipta.25

25

M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 47.

(51)

dalam Kongres Kebudayaan ke-2 yang diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) di Bandung.26

Istilah hak cipta ini merupakan pengganti Auters Recht atau copyrights

yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, dibandingkan jika menggunakan istilah hak pengarang. Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam Undang-Undang Hak Cipta (1982) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912.27

Hak cipta itu sendiri terdiri dari dua kata, hak dan cipta.Kata “hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.Kemudian kata “cipta” tertuju kepada hasil kreasi manusia dengan menggunakan sumber daya yang ada padanya berupa pikiran, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman.Oleh karenanya, Hak Cipta berkaitan dengan intelektualitas manusia itu sendiri berupa hasil kerja otak.28

Hak cipta (copyright) adalah salah satu dari hak asasi manusia yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Right (Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia) dan UN International Covenants (Perjanjian Internasional PBB) dan juga hak hukum yang sangat penting yang melindungi karya budaya. Karya budaya adalah apa saja yang dihasilkan seseorang yang memperkaya alam pikirandan perasaan manusia. Karya budaya tidak mencakup hal-hal yang secara langsung menyumbang pada gaya hidup sehingga kehidupan atau pekerjaan lebih

26

Elissa, Penarikan Royalti Literatur, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122798- PK%20IV%202104.8214-Penarikan%20royalti-Literatur.pdf, diakses tanggal 2 September 2014.

27

Rachmadi Usman, Hukum Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia (Bandung: Alumni, 2003), hlm. 85-86.

28

(52)

nyaman, seperti, misalnya, mesin atau teknologi. Mesin dan teknologi tidak termasuk karya budaya karena sebagian besar berkaitan dengan pengembangan peradaban di bidang teknologi dan karena itu hak-hak hukum yang melindunginya terpisah dari hak cipta.29

3. Jenis-jenis hak cipta

Ada dua jenis hak yang terkandung dalam UUHC, yakni hak moral (moral rights) dan hak ekonomi (economic rights).Hak moral diatur dalam Pasal 24 sampai Pasal 26 UUHC.Di dalam penjelasan Undang-undang tersebut, hak moral diartikan sebagai hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan.Artinya, secara moral ciptaan tersebut tidak boleh ada yang merusak ataupun mengubahnya dengan apapun, tanpa sepengetahuan dan sepertujuan dari penciptanya.

Hak ekonomi diartikan sebagai hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk dari hak terkait. Menurut Djumhana hak ekonomi umumnya di setiap negara meliputi jenis hak:

1) Hak reproduksi atau penggandaan UUHC menyebutkan penggandaan adalah proses, pembuatan, atau cara menggandakan suatu salinan ciptaan dan/ atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentukapapun, secara permanen atau sementara. Hak reproduksi ini juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman

29

(53)

musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara dan film.

2) Hak adaptasi

Adaptasi dalam UUHC adalah mengalihwujudkan suatu ciptaan menjadi bentuk lain. Hak ini dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah menjadi cerita fiksi dari karangan non fiksi, atau sebaliknya. Hak ini diatur baik dalam Konvensi Berne maupun Konvensi Universal (Universal Copyright Convention).

3) Hak distribusi

Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berupa bentuk penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat.

4) Hak penampilan atau performance right

Hak untuk penyajian kuliah, pidato, khotbah, baik melalui visual atau presentasi suara, juga menyangkut penyiaran film, dan rekaman suara pada media televisi, radio dan tempat lain yang menyajikan tampilan tersebut. Setiap orang atau badan yang menampilkan, atau mempertunjukkan sesuatu karya cipta, harus meminta izin dari si pemilik hak performing

(54)

5) Hak penyiaran atau broadcasting right

Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan kabel.Hak penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan mentransmisikan ulang. Ketentuan hak ini telah diatur dalam Konvensi Berne, maupun Konvensi Universal, juga konvensi tersendiri misalnya Konvensi Roma 1961; dan Konvensi Brussel 1974 yang dikenal dengan

Relating on the Distribution Programme carrying Signals transmitted by

Satellite. Hanya saja di beberapa negara, hak penyiaran ini masih merupakan cakupan dari hak pertunjukan.

6) Hak program kabel

Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikan melalui kabel. Badan penyiaran televisi mempunyai suatu studio tertentu, dari sana disiarkan program-program melalui kabel kepada pesawat para pelanggan. Jadi siaran sudah pasti bersifat komersial.

7) Hak pinjam masyarakat atau public lending right

Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan, yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut.30

3. Hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta

Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 tidak saja melindungi hak pencipta atau ciptaannya tetapi juga melindungi hak orang yang

30

(55)

mempertunjukkan atau dengan cara lain menyebarkan suatu ciptaan kepada masyarakat luas. Hak ini dilekatkan kepada siapa saja yang memainkan peranan yang penting dalam penyebaran sebuah karya kepada masyarakat luas.31

a. Hak moral pelaku pertunjukkan;

Hak ini disebut juga dengan hak terkait.Pasal 20 UUHC menyebutkan bahwa hak terkait meliputi:

b. Hak ekonomi pelaku pertunjukkan; c. Hak ekonomi produser fonogram; dan d. Hak ekonomi lembaga penyiaran.

Pelaku pertunjukan merupakan seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukan suatu ciptaan.Pelaku pertunjukkan mempunyai hak eksklusif untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukan. Pelaku pertunjukan ini di antaranya aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyian, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, foklor, atau karya seni lainnya.

Produser fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman suara atau bunyi lain. Produser fonogram berhakuntuk memproduksi, memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya.

31Ibid

(56)

Lembaga penyiaran adalah penyelenggaran penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.Lembaga penyiaran berhak untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang jauh dari tempat transmisi berasal.

Seperti hak cipta, hak terkait diakui secara otomatis tanpa prosedur tertentu. Hak terkait juga dilindungi oleh konvensi internasional, seperti Konvensi Internasional tentang Perlindungan Pelaku Pertunjukkan, Produser Rekaman, dan Lembaga Penyiaran (International Convention for the Protection of Performers, Producers of Phonograms, and Broadcasting Organization) dan Konvensi tentang Perlindungan Produser Rekaman Suara terhadap Perbanyakan Rekaman Suara tanpa Izin (Convention for the Protection of Producers of Phonogram Againts Unauthorized Duplication of Their Phonograms). Hak Cipta dan hak terhait dilindungi sendiri-sendiri dan karena itu perlu mendapat izin terpisah untuk penggunaan masing-masing hak.Misalnya, bila diperbanyak sebuah rekaman suara, harus meminta izin tidak saja dari pelaku pertunjukkan dan produser rekaman suara (hak terkait), tetapi juga dari pengarang dan penulis lirik (hak cipta).32

32Ibid

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian (1) rerata N-Gain kelas eksperimen adalah 60 dengan kategori sedang dan kelas kontrol adalah 20 dengan kategori rendah, (2) hasil belajar berbeda

Untuk penampang lingkaran ini sering digunakan untuk poros berputar ataupun konstruksi yang mengalami torsi. Untuk hal ini momen inersia yang digunakan dalam

Variabel Credit Risk (CR) atau yang biasa disebut dengan rasio Non Performing Financing (NPF), variabel ini memiliki nilai koefisien 0.0843 dengan nilai t-Stat

[r]

bahwa  meningkatnya  kegiatan  produksi  biomassa  yang  memanfaatkan  tanah maupun sumber daya alam lainnya yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan 

1) Penataran dan pelatihan dengan tujuan memperluaskan wawasan profesi guru dan keilmuan para guru. 2) Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan seminggu

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena “...data penelitian berupa angka- angka yang diolah menggunakan metode statistik...” (Sutedi, 2011, hlm. Penelitian

19 Tahun 2002 adalah undang- undang hak cipta dan merupakan suatu bentuk upaya perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah kepada kreator (pencipta) maupun pemegang hak