• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Uraian Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut kelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berkrolofil. Berbiak dengan pembelahan diri (Anita, 2005).

Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, tetapi pada umumnya ukuran bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µm dengan panjang sekitar 1-6 µm. Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan basil (bentuk batang), golongan kokus (bentuk bulat) dan golongan spiral (bentuk bengkok). Bentuknya bermacam-macam, tetapi pada dasarnya struktur terdiri atas dinding sel, sitoplasma serta inti sel. Selain struktur dasar tersebut, bakteri juga memiliki stuktur tambahan misalnya pili, kapsul, flagela, serta spora yang tidak selalu dimiliki oleh setiap bakteri (Dwijoseputro, 1982).

Berdasarkan perbedaannya dalam menyerap zat warna gram bakteri dibagi dua golongan yaitu bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif menyerap zat warna pertama yaitu kristal violet yang menyebabkan berwarna ungu (Dwijoseputro, 1982). Bakteri gram positif memiliki kandungan peptidoglikan yang tinggi (dapat mencapai 50%) bakteri gram negatif (sekitar 10%). Kandungan lipida dinding sel bakteri gram positif rendah sedangkan pada dinding sel bakteri gram negatif tinggi yaitu sekitar 11-22 (Lay, 1994).

2.3.1 Perkembangbiakan bakteri

Pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dipengaruhi oleh: 1. Suhu

Setiap spesies bakeri tumbuh pada satu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka bakteri diklasifikasikan sebagai: psikrofil, yang tumbuh pada 0 sampai 20ºC; mesofil, yang tumbuh pada 25 sampai 40ºC; dan termofil, yang tumbuh pada suhu 50ºC atau lebih (Pelczar, 1988).

Suhu terendah dimana bakteri dapat tumbuh disebut minimum growth

temperatur. Sedangkan suhu tertinggi dimana bakteri dapat tumbuh dengan

sempurna diantara kedua suhu tersebut disebut suhu optimum (Tim Mikrobiologi FKU, 2003).

2. Derajat Keasaman

pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakkan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau sangat alkalis (alkalinofil). Pada kebanyakkan spesies, nilai pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9. Bila bakteri dibiakkan dalam medium yang mula-mula disesuaikan pHnya maka pH ini berubah karena adanya senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhan (Jawetz, 2001).

3. Oksigen

Berdasarkan akan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dapat digolongkan menjadi: Bakteri aerob mutlak, yaitu bakteri yang untuk pertumbuhannya memerlukan adanya oksigen; Bakteri anaerob fukultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh, baik ada oksigen maupun tanpa adanya oksigen; Bakteri anaerob aerotoleran, yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen tetapi tidak mati dengan adanya oksigen; Bakteri anaerob mutlak, yaitu bakteri yang hidup bila

tidak ada oksigen; dan Bakteri mikroaerofilik, yaitu bakteri yang kebutuhan oksigennya rendah (Tim Mikrobiologi FKU, 2003).

4. Nutrisi

Sumber zat makanan (nutrisi) bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya (Dwijoseputro, 1982).

5. Pengaruh kelembaban dan kekeringan

Bakteri adalah makhluk hidup yang suka akan keadaan basah atau lembab, bahkan dapat hidup didalam air, hanya didalam air yang tertutup mereka tidak dapat hidup subur, hal ini disebabkan karena kekurangan udara. Tanah yang basah baik untuk kehidupan bakteri (Dezen, 2003).

6. Tekanan osmosa

Medium yang paling cocok untuk kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Bakteri yang dapat hidup pada larutan garam contohnya bakteri halophyl (Dwijoseputro, 1982).

2.3.2 Media pertumbuhan bakteri

Perkembangbiakan mikroorganisme membutuhkan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikoorganisme. Media dapat dibagi berdasarkan (Lay, 1994):

1. Konsistensinya, media dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Media padat

b. Media cair

c. Media semi padat

merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan oleh mikroorganisme dan membeku pada suhu di bawah 45ºC. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2%.

2. Sumber bahan baku yang digunakan, media dapat dibagi menjadi dua macam: a. Media sintetik, bahan baku yang digunakan merupakan bahan kimia atau bahan

yang bukan berasal dari alam. Pada media ini kandungan dan isi bahan yang di tambahkan diketahui secara terperinci.

b. Media nonsintetik, menggunakan bahan yang dapat di alam biasanya tidak diketahui kandungan kimianya secara terperinci. Contoh: ekstrak daging, pepton, ekstrak ragi dan kaldu daging.

3. Berdasarkan fungsinya, media dapat dibagi menjadi:

a. Media selektif, yaitu media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembangbiakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan spesifik terhadap perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin disiolasi.

b. Media differensial, yaitu media untuk membedakan kelompok mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media biakan. Jika terdapat berbagai kelompok mikroorganisme tumbuh pada media differensial, maka dapat dibedakan kelompok mikroorganisme berdasarkan perubahan pada media biakan atau koloninya.

c. Media diperkaya, yaitu dengan menambahkan bahan-bahan khusus pada media untuk menumbuhkan mikroba yang khusus.

2.3.3 Bakteri Staphylococcus aureus

2.3.3.1 Sistematika bakteri Staphylococcus aureus

Divisi : Firmicutes Kelas : Bacilli Bangsa : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae Marga : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

2.3.3.2 Uraian bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus berasal dari kata staphyle yang berarti kelompok buah anggur dan kokus yang berarti bulat. Bakteri ini sering ditemukan sebagai bakteri flora normal kulit dan selaput lendir pada manusia yang dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat dan merupakan patogen utama pada manusia. Diameter bakteri ini antara 0,8-1,0 mikron. Bakteri ini berbentuk speris, tidak bergerak, tidak berspora, tumbuh dengan baik pada temperatur 37ºC dan bersifat anaerob fakultatif (Tim Mikrobiologi FKU, 2003).

Infeksi lokal pada kulit, uretra dan saluran pencernaan (Dezen, 2003). 2.3.4 Bakteri Escherichia coli

2.3.4.1 Sistematika bakteri Escherichia coli

Sistematika bakteri Escherichia coli (Lindsay, 2008) adalah: Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria Bangsa : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Marga : Escherichia

2.3.4.2 Uraian bakteri Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli ini adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya ditemukan didalam usus besar manusia. Kebanyakan bakteri Escherichia coli tidak berbahaya, tetapi dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare. Bakteri Escherichia

coli merupakan gram negatif, aerob atau anaerob fakultatif, panjang 1-4 µm, lebar

0,4-1,7 µm, berbentuk batang, tidak bergerak. pH optimum untuk pertumbuhan

Escherichia coli adalah 7-7,5. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 8-40ºC,

membentuk koloni bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata. Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli antara lain infeksi saluran kemih, diare (Jawetz, 2001).

2.3.5 Uji aktivitas antibakteri

Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi (pengenceran) atau dengan metode difusi (permbesan) (Jawetz, 2001) adalah: a. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan pecadang kertas yang telah direndam kedalam larutan uji berbagai konsentrasi diletakkan diatas media agar padat yang sebelumnya telah disuspensikan dengan inokulum. Zona hambatnya dihitung dari daerah yang bening disekitar pecadang kertas.

b. Metode Dilusi

Dibuat beberapa seri pengenceran larutan uji kemudian dimasukkan kedalam media cair yang telah disuspensikan dengan bakteri, tabung reaksi yang bening dengan konsentrasi rendah itulah khmnya. Metode dilusi ini membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya sehingga jarang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN

Dokumen terkait