1. Pengertian Penilaian
Penilaian atau sering pula disebut evaluasi, adalah proses terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Dalam proses tersebut, dilakukan perbandingan antara informasi-informasi yang telah berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu untuk diambil keputusan atau dirumuskan kebijakan tertentu. Kriteria atau tolak ukur tersebut berupa tujuan yang sudah ditentukan sebelum kegiatan penilaian itu dilaksanakan.
Berikut sejumlah pengertian penilaian lainnya.
a. Penilaian merupakan keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan. b. Penilaian merupakan proses memahami atau memberi arti, mendapatkan, dan
mengkomunikasikan suatu data bagi pihak-pihak pengambil keputusan. c. Penilaian ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kompetensi siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar.
d. Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk menilai tingkat kercapaian suatu program pengajaran berdasarkan kriteria yang telah direncanakan.
e. Penilaian adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sanagat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
f. Penilaian sebagai suatu alat untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan pendidikan dan prosesnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana yang ditetapkan sebelumnya.
g. Penilaian adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan merupakan bagian yang integral dari program pendidikan.
h. Penilaian merupakan proses yang sistematis mulai dari penenukan tujuan sampai menentukan keputusan, yang prosesnya diawali dengan menentukan sasaran yang akan dinilai, menentukan instrumen, cara mengukur, mencatat data, menganalisis, menginterpretasi hasil analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.
i. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian memiliki ciri-ciri berikut.
a. Penilaian merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat. b. Kegiatan itu merupakan bagian yang integral dari pendidikan sehingga arah
dan tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. c. Penilaian harus memiliki kriteria keberhasilan yang jelas, yaitu tentang a)
belajar siswa, b) mengajar guru, dan c) program pengajaran.
d. Penilaian dilaksanakan sepanjang kegiatan program pendidikan dan pengajaran.
e. Penilaian bernilai positif, yaitu mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar siswa, kemampuan mengajar guru serta menyempurnakan program pengajaran.
f. Penilaian merupakan alat, bukan tujuan, yang digunakan untuk menilai proses perkembangan belajar berdasarkan kriteria yang ditentukan sebelumnya. g. Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam menentukan baik tidaknya
suatu sistem pengidikan dan pengajaran.
Beberapa prinsip lainnya yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi adalah sebagai berikut.
a. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
b. Menggunakan berbagai cara pengukuran data pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes.
c. Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas tuntutan tujuan atau indikator pembelajaran.
d. Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua.
e. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.
f. Tidak bersifat diskriminatif (tidak memilih-milih mana siswa yang berhasil dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran).
Di samping istilah penilaian, terdapat istilah lainnya yang memiliki kakrakteristik hampir serupa. Istilah-istilah yang dimaksud adalah tes, pengukuran, dan penilaian.
a. Tes merupakan cara untuk memperoleh sejumlah data tentang kemampuan siswa siswa. Bentuk tes bisa berupa pertanyaan lisan ataupun tertulis.
b. Pengukuran (measurement) merupakan proses penentukan tingkat kemampuan siswa tertentu, seperti kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuknya berupa angka-angka.
c. Penilaian (asessment) merupakan proses penafsiran atas berbagai data tentang hasil belajar siswa. Angka-angka yang diperoleh melalui proses pengukuran berfungsi sebagai data di dalam proses evaluasi.
Dalam kaitannya dengan penilaian pembelakaran, ketiga istilah tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Berikut hubungan dari istilah-istilah tersbut.
a. Tes merupakan salah satu cara pengumpulan data untuk kegiatan penilaian. b. Pengukuran merupakan upaya pengkuantifikasian atas kemampuan tertentu
siswa. Proses penilaian menggunakan hasil-hasil pengukuran sebagai dasar di dalam penentuan suatu kesimpuan ataupun kebijakan tertentu.
2. Fungsi Penilaian Pembelajaran
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan tertentu. Informasi itu berupa tingkat penguasaan atau pencapaian tujuan (indikator) pelajaran yang telah dirumuskan. Berdasarkan hal itu, kemudian dapat ditentukan tindak lanjut berikutnya (follow up) yang mungkin diberikan atas tingkat pencaian tujuan pelajaran oleh siswa. Itulah tujuan umum penilaian.
Evaluasi juga memiliki tujuan khusus. Terdapat enam jenis penilaian berdasarkan tujuannya. Keenam jenis penlaian itu berbentuk tes, yakni sebagai berikut.
a. Tes formatif
Tes ini diberikan setelah siswa mengikuti satu satuan pembelajaran. Tes ini berfungsi sebagai berikut:
2) membantu kesulitan belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran. Sehubungan dengan fungsi tes tersebut, tes formatif sebenarnya berperan pula sebagai tes yang bersifat diagnostik. Tes ini diarahkan untuk mendiagnosis dan memperbaiki kesulitan belajar siswa (kelompok atau individual).
b. Tes reflektif
Tes reflektif diselenggarakan pada waktu sebelum proses pembelajaran. Tujuannya untuk memperoleh indikator atau informasi tentang kesiapan dan tingkat pemahaman siswa atas materi yang akan dipelajarinya. Hasil dari tes ini menjadi dasar peramalan taraf keberhasilan yang akan dicapai setelah menjalani prose pembelajaran.
c. Tes subsumatif
Tes subsumatif merupakan tes yang dilakukan setelah guru menyampaikan beberapa satuan pelajaran dalam satu pokok bahasan tertentu. Tes ini berfungsi untuk meyampaikan informasi kepada orang tua tentang kemajuan belajar anaknya.
d. Tes sumatif
Tes sumatif diberikan setelah beberapa pokok bahasan tersampaikan di dalam satu semester. Tes ini berfungsi sebagai bahan informasi kepada orang tua mengenai kemajuan belajar anaknya; juga merupakan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan, seperti kenaikan kelas. Asumsi yang mendasari tes ini ialah bahwa hasil tes sumatif merupakan gambaran totalitas kemampuan siswa belajar.
e. Tes diagnostik
Tes diagnostik ialah tes yang bertujuan untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar beserta tindakan remedial yang harus dilakukan. Tes diagnostik biasanya memiliki standar atau dibakukan baku. Tes diagnostik telah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Aspeknya lebih difokuskan pada kesalahan-kesalahan belajar yang paling umum dilakukan oleh siswa.
3) Penggunannya terbatas, yakni disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran tertentu.
Dengan tes ini guru memperoleh kepastian tentang jenis, tingkat, serta sifat kesulitan siswa. Dengan demikian, dapat menentukan strategi perbaikan yang tepat, baik itu berupa remedial, bimbingan dan penyeluhan, ataupun cara-cara lainnya.
f. Tes penempatan
Tes penempatan (placement tes) merupakan tes untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Misalnya, siswa itu harus ditempatkan di kelas biasa atau akselerasi, di program bahasa, IPS, atau IPA. Adapun penilaian di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi untuk (1) mengetahui ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Indonesia; (2) memberikan gambaran yang objektif tentang kemampuan berbahasa Indonesia siswa; (3) mengetahui kemampuan siswa di dalam KI-KD tertentu; (4) menentukan kelayakan siswa dalam berbahasa Indonesia; (5) memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; (6) memberikan motivasi belajar bagi siswa dan motivasi berprestasi bagi guru.
3. Prinsip-prinsip Penilaian
Prinsip-prisip umum dalam penilaian adalah sebagai berikut.
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa misalnya karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.
Prinsip khusus dalam penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut. a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. c. Berkaitan dengan kemampuan siswa. d. Berbasis kinerja siswa.
e. Memotivasi belajar siswa.
f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar siswa.
g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responsnya. h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. k. Menghendaki balikan yang segera dan terus-menerus. l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. m. Terkait dengan dunia kerja.
n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.
4. Proses Penilaian
Penilaian merupakan sebuah proses. Dalam sebuah penilaian pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahapan dalam sebuah penilaian meliputi tahapan berikut.
a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian, penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode penilaian yang akan dipergunakan, penyusunan alat penilaian, penentuan kriteria yang dipergunakan, dan penentuan frekuensi pelaksanaan penilaian.
b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penilaian, pemeriksaan hasil penilaian atau lembar tugas, dan pemberian skor.
c. Pengolahan data hasil penilaian yang mungkin dilakukan dengan teknik statistik atau nonstatistik, tergantung jenis data yang diperoleh kualitatif atau kuantitatif.
d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan mendasarkan diri pada norma tertentu.
e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan ditafsirkan sesuai dengan tujuan penilaian.
5. Pelaksanaan Penilaian Autentik
Penilaian autentik (autentic assesment) merupakan karakteristik lainnya yang menandai pemberlakuan Kurikulum 2013. Penilaian autentik sering pula disebut sebagai penilaian yang senyata-nyatanya, yakni penilaian yang berusaha menggambarkan prestasi belajar siswa sesuai dengan kemampuan mereka yang sesungguhnya; dalam arti tidak parsial ataupun manipulatif.
a. Parsial dalam arti hanya aspek tertentu, misalnya pengetahuan ataupun keterampilan saja. Pada kurikulum sebelumnya (KTSP), dianggap penilaian itu lebih terfokus pada asek-aspek tertentu dan tidak bersifat menyeluruh, yang seharusnya mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Kurikulum 2013, semua aspek harus mendapat penilaian guru secara proporsional.
b. Manipulatif dalam arti terekayasa atau bersifat seolah-olah. Hal itu terjadi karena kemampuan yang diukur dengan perangkat atau cara pengukurannya tidaklah tepat. Misalnya, untuk mengukur kemampuan siswa berpidato, diukur dengan teknik penilaian pilihan ganda. Seharusnya pengukurannya dilakukan secara nyata, yakni siswa praktik berpidato secara langsung dan ketika itulah penilaian seharusnya dilakukan.
Oleh karena itu, penilaian autentik berusaha untuk mengukur kemampuan siswa secara menyeluruh (holistik), yakni mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan.
a. Sikap yang dinilai disesuaikan dengan rumusan yang dinyatakan KD pada KI-1 dan KI-2 yang mencakup aspek spiritual dan sosial. Dengan demikian, tidak
pada KD tersebut. Meskipun demikian, sikap yang dimaksud dianggap menyokong kompetensi siswa pada KD yang ada pada KI-3 dan KI-4. Misalnya, ketika KD yang dikembangkan dalam KI-4 berkenaan dengan kemampuan menulis teks negosiasi (Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/SMK). Sikap yang harus menjadi fokus penilaian guru adalah jujur, disiplin, peduli, dan santun; sesuai dengan sikap-sikap yang tercantum pada KI-2.
b. Pengetahuan yang dinilai sesuai dengan KD yang tertuang pada KI-3. Dalam proses pelaksanaanya, guru harus memperhatikan kata kerja operasional dan materi pembelajaran yang dikehendaki oleh setiap KD. Hal ini nantinya akan berimplikasi pada bentuk soal dan jenis materi yang harus diujikannya.
Pelaksanaan penilaian autentik seharusnya berlangsung ketika siswa sedang melakoni pembelajaran dan tidak hanya pada akhir pembelajaran. Hal itu terutama untuk penilaian sikap dan keterampilan. Kedua aspek tersebut dapat dinilai secara langsung dan nyata.
1) Langsung karena pelaksanaannya dilakukan pada saat itu juga sehingga dapat yang diperoleh benar-benar faktual dan bisa dipertanggungjawakan. Hal itu bisa berbeda kalau penilaiannya ditunda, misalnya, dilakukan pada akhir pembelajaran. Cara tersebut bisa menyebabkan aspek-aspek tertentu yang terlewatkan sehingga hasilnya bisa menyebabkan timpang; tidak menggambarkan kemampuan siswa secara utuh-menyeluruh.
2) Nyata dalam arti menunjukkan kemampuan siswa secara jelas dan senyata-nyatanya. Misalnya, dalam pembelajaran teks dongeng. Seorang siswa tidak hanya bisa mengapal (mengetahui) tentang teori tentang dongeng. Akan tetapi, siswa pun bisa membuktikannya dengan kemampuan menulis atau mendongeng dengan baik. Siswa bisa mendongeng secara jelas dan menarik. Siswa bisa menunjukkan sikap yang penuh percaya diri, santun, menghargai, dan sikap-sikap lainnya yang rerevan dengan kompetensi itu. Dalam hal ini siswa tidak hanya pandai mengapal suatu konseo, tetapi juga bisa mengapresiasi atau bahkan mengkreasikannya secara baik dan menarik. Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang pengembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbegai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Kegiatan tersebut tidak hanya pada akhir kegiatan, tetapi pada kegiatan nyata siswa sepanjang proses pembelajaran. Bentuk penilainnya tidak selalu berbentuk tes tertulis. Agar gambarannya itu berupa kemampuan nyata siswa secara keseluruhan, penilaiannya itu harus meluputi pula tes berbahasa lisan ataupun perbuatan. Misalnya, penilaian untuk kemampuan siswa dalam berpidato. Yang dinilai tidak hanya kemampuan dia di dalam menjawab tentang cara-cara berpidato, pengertian pidato, dan wawasan kognitif lainnya. Yang tidak kalah pentingnya adalah kecakapan dia yang sesunggunya ketika berbicara di depan umum, termasuk pula sikap-sikapnya.
6. Bentuk-bentuk Penilaian
Berdasarkan Permdikbud No. 23 Tahun 2016, jenis penilaian autentik mencakup tiga jenis, yakni sebagai berikut.
a. Penilaian Sikap
Penilaian autentik mencakup di dalamnya adalah penilaian terhadap sikap siswa, sebagai efek penyerta selama proses mengikuti pembelajaran. Secara tersurat sikap-sikap yang diaksud dinyatakan dalam KI-1 (spiritual) dan KI-2 (sosial). Ragam sikap yang perlu dikembangkan guru perlu disesuakan dengan KD yang ada pada KI-1 dan KI-2. Sikap-sikap tersebut tidak untuk dijadikan sebagai materi pembelajaran, melainkan berfungsi sebagai efek penyerta yang diharapkan berkembang dalam diri siswa selama dan setelah mengikuti pembelajaran dalam KD-3 atau KD-4. Oleh karena fungsinya sebagai penyerta, guru terlebih dahulu harus menentukan KD3 atau KD-4, yang kemudian direlevansikan dengan sikap-sikap pada KD yang ada di KI-1 dan KI-2. Dalam proses penilaiannya, sikap-sikap-sikap-sikap tersebut disertakan sebagai salah satu aspek pada penilaian aspek keterampilan ataupun pengetahuan.
Penilaian sikap mencakup jenis-jenis berikut.
1) Penilaian Observasi
Dalam proses pelaksaannya, guru mengobservasi atau mengamati sikap-sikap siswa, sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Sikap-sikap-sikap yang dimaksud, misalnya, jujur, percaya diri, dan mandiri (lihat KI-1 dan KI-2). Guru
proses pembelajaran berlangsung. Tentu saja sebelumnya guru harus memiliki krieria yang jelas tentang ketiga sikap-sikap itu, “Apa kriteria kejujuran, percaya diri, dan mandiri itu?” Hal seperti itu penting agar diperoleh kejelasan di dalam penilaiannya serta terhindari dari kesan subjektivitas. Berikut contoh kriteria untuk ketiga sikap yang dimaksud.
1) Jujur ditandai dengan pencatuman sumber referensi dalam menulis laporan, makalah, dan karya-karya tulis lainnya; atau penyebutan narasumber ketika menyampaikan suatu pendapat.
2) Percaya diri ditandai dengan keberanian tampil di muka umum, mampu mengekspresikan kemampuan dirinya secara lugas.
3) Mandiri ditandai dengan sikap bebas menyatakan pendapat dan kemampuan sendir, tanpa bergantung pada orang lain.
Berkut contoh instrumen observasi.
Indikator
Siswa menunjukan percaya diri, kreatif, dan santun dalam membacakan puisi.
No. Nama Siswa Percaya diri Kreatif Santun Jumlah Skor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
….
Penilaian observasi dilakukan guru selama proses pembelajaran, yakni dengan mengobservasi atau mengamati sikap-sikap siswa yang tertera di dalam rubrik. Sikap-sikap yang dimaksud dapat dinyatakan melalui perilaku, perkataan, gestur, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Dengan demikian, haruslah ada sejumlah kegiatan yang mereka lakukan sehingga sikap-sikap itu muncul dan bisa teramati. Aktivitas yang dimaksud mungkin berupa diskusi, debat, presentasi, membaca sejumlah referensi, kunjungan lapangan, pementasan, dan kegiatan sejenisnya. Adapun dari kegiatan siswa yang
hanya duduk manis di bangku masing-masing, seorang guru tidak akan bisa menilai sikap-sikap itu secara nyata.
2) Penilaian Diri
Penilaian diri bertujuan untuk menilai sikap dengan dilakukan oleh siswa itu sendiri. Sikap yang dimaksud sesuai dengan indikator yang dinyatakan sebelumnya oleh guru dalam rencana program pembelajaran (RPP). Dalam ini siswa cukup menyatakan “ya” atau “tidak” pada pernyataan yang telah disiapkan sebelumnya.
Penilaian diri merupakan cara untuk melatih siswa dalam mengukur kejujurannya terkait dengan sikap-sikap tertentu. Cara ini pun dapat dikateogirkan sebagai bentuk refleksi setiap siswa atas kegiatan yang telah dilakukannya. Pada akhirnya, guru mau memanfaatkannya atau tidak, dikembalikan pada tanggapan guru masing-masing terhadap hasil penlaian itu. Namun, yang jelas, penlaian diri merupakan jenis penilaian yang membantu siswa untuk terbiasa jujur dengan dirinya sendiri. Guru pun memperoleh informasi tentang sikap-sikap siswanya.
Berikut contoh insrumen penilaian diri.
Indikator
Siswa menunjukan menunjukkan kemuan untuk bekerja sama, ketelitian, kedisiplinan, dan kejujuran dalam kegiatan melakukan pengamatan
lapangan
No Pernyataan Ya Tidak
1 Selama melakukan tugas kelompok saya bekerja sama dengan teman satu kelompok 2 Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai
dengan fakta
3 Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah dirancang
4 Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca literatur yang mendukung tugas 5 Saya berusaha untuk selalu menyebutkan
sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian lapangan.
Berikut contoh format lainnya untuk penilaian diri.
3) Penilaian Antarsiswa
Penilaian sikap dapat dilakukan antarsiswa. Siswa yang satu menilai siswa lainnya terkait dengan sikap-sikap tertentu. Sikap yang dimaksud sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan guru atau sikap yang sebagaimana yang tercantum dalam KI-1 dan KI-2. Guru menyiapkan sejumlah pernyataan berkaitan dengan sikap-sikap tertentu. Siswa kemudian memilih “ya” atau “tidak”, sesuai dengan perilaku teman yang dinilainya.
Berikut contohnya. Nama teman : ....
Kegiatan : presentasi tentang hasil-hasil diskusi kelompok Indikator
Siswa dapat menunjukkan sikap demokratis, percaya diri, dan jujur di dalam mempresentasikan hasil-hasil diskusi kelompoknya (tentang KD....)
No. Perilaku Ya Tidak
1. Menerima tanggapan-tanggapan teman. 2. Memberikan pujian/ucapan terima kasih pada
teman yang memberikan masukkan-masukan positif
3.. Menunjukkan sikap percaya diri dalam menyampaikan hasil-hasil diskusi.
Nama : ______________________________ NIS : ______________________________ Kelas : ______________________________
Petunjuk
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi diri Anda.
Keterangan
SS : Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, dan STS: Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan Penilaian
SS S TS STS 1. Saya sudah dapat mengembangkan tema pada tugas
proyek yang diberikan guru
2. Saya dapat merancang jadwal pelaksanaan kegiatan proyek dengan baik
3. Saya dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan langkah langkah yang telah ditetukan
4. Saya dapat menyusun laporan dengan sistematis dan baik
4. Menyebutkan sumber-sumber rujukan dari setip kutipan yang dinyarakan dalam laporan hasil diskusi.
5. Menjelaskan tentang hal-hal yang dianggap kurang dari laporan yang disampaikannya.
4) Penilaian dengan Jurnal
Jurnal merupakan catatan guru berkaian dengan sikap-sikap tertentu siswa. Selama proses pembelajaran, mungkin swa mennujukkan perilaku-perilaku tertentu yang penting dan sangat menarik, baik itu berkenaan dengan kelebihan dan kelemahannya. Temuan-temuan tersebut segera dicatat oleh guru dalam lembaran khusus, sebagai rekaman faktual dan objektif untuk menjadi bahan pertimbangan atas kualifikasi sikap siswa tersebut.
Dengan jurnal, guru bisa lebih leluasa di dalam memberikan penilaian terhadap sikap-sikap siswanya. Secara keliatitatif, guru memberikan komentar-komentarnya, sebagai suatu rekam jejak atas perilaku siswanya terkait dengan KD ataupun indikator-indikator tertentu. Namun, di samping catatan kualitatif, guru pun perlu membubuhkan penilaian yang bersifat kuantitatif (skala 1-4) untuk kepentingan pelaporan pada akhir pembelajaran pada setiap KD-nya.
Berikut beberapa contoh format jurnal. Format 1
Jurnal Sikap yang diamati : ….
Kegiatan pembelajaran : ...
Tanggal : ....
Nama Siswa : ………. Nomor Siswa : ……….
Catatan pengamatan guru:
... ... ... ...
Format 2
Jurnal
Nama Siswa : ……….. Sikap yang diamati : ………..
No. Hari, Tanggal Catatan Kejadian Keterangan
b. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa yang bersifat kognitif. Jenisnya lebih variatif daripada jenis penilaian sikap. Guru bisa memilih ataupun memvariasikan jenis ataupun bentuk-bentuknya itu sehingga kelebihan yang dimiliki yang satu bisa menenutupi kelemahan yang ada pada jenis penilaian lainnya.
Terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat digunakan guru untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa berkenaan dengan KD tertentu. Jenis-jenis penilaian