• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uraian Materi

Dalam dokumen Indonesia SMP KK I Bagian 2 ok (Halaman 7-60)

1. Ketuntasan Belajar

a. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun pelajaran. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki

karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.

Ketuntasan belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan belajar dalam setiap tahun ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud No. 53 Tahun 2015, KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran melalui musyawarah oleh satuan pendidikan (sekolah) dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik), kompeksitas, dan kemampuan daya dukung (berorientasi pada sumber belajar).

Pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4) dinyatakan tuntas jika pencapaian kompetensi minimal 60. Sedangkan sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2) minimal baik (B). Satuan pendidikan berhak untuk menentukan kriteria ketuntasan minimal di atas ketuntasan minimal yang telah ditentukan pemerintah melalui analisis dengan mempertimbangkan kriteria ketuntasan belajar. Penilaian pengetahuan menggunakan rerata dan keterampilan menggunakan rata-rata optimum dengan skala 1 - 100. Penilaian sikap pada rapor menggunakan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang Baik (K).

b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria ketuntaan minimal berfungsi:

1) sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;

2) sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan;

3) dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah;

4) merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah; dan 5) merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi

tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.

c. Penetapan Ketuntasan Minimal

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan sebagai berikut:

1) Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan; 2) Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui

analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi;

3) Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;

4) Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam KI tersebut;

5) Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-KI yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;

6) Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal

mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara; dan

7) Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal.

d. Langkah-langkah Penetapan Ketuntasan Minimal

Penetapan ketuntasan belajar atau kriteria ketuntasan minmal (KKM) dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:

1) Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:

.

Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan kompetensi inti yang harus dicapai oleh peserta didik.

Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:

KKM Indikator KKM KD KKM SK KKM MP

 guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik;

 guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi;

 guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;

 peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;

 peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;

 peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan;

 waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;

 tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar

Contoh 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 5. Mengapresiasi pementasan drama 5.1 Menanggapi pementasan drama 5.1.1 Menanggapi unsur intrinsik drama yang dipentaskan

Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menanggapi unsur instrinsik diperlukan beberapa tahap pemahaman/penalaran peserta didik.

Contoh 2 Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3. Memahami ragam

teks nonsastra

3.1 Menemukan makna kata tertentu dalam

3.1.1 Menentukan makna kata

dengan berbagai cara membaca

kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai yang terdapat dalam teks dengan menggunakan kamus

Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan berpikir/penalaran yang tinggi.

Daya dukung, kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah.

 Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran;

 Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.

Contoh :

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 5. Mengapresiasi pementasan drama 5.1 Menanggapi pementasan drama 5.1.1 Menanggapi unsur intrinsik drama yang dipentaskan

Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana prasarana yang cukup untuk melakukan pembelajaran, misalnya laboratorium bahasa atau media visual, video pementasan drama, dan guru mampu menyajikan pembelajaran dengan baik. Daya dukungnya rendah apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan pembelajaran atau guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.

Intake, tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan. Penetapan intake di kelas VII dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SD, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas VIII dan IX berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.

2) Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, KI hingga KKM mata pelajaran;

3) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokanguru dalam melakukanpenilaian;

4) KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan; 5) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan

kepada orang tua/wali peserta didik. Contoh penetapan KKM

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/semester : VII/1

Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita

Kompetensi dasar dan Indikator

Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai

KKM Komplek sitas Daya Dukung Intake

1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat

 Mampu menuliskan hal-hal penting yang didengar dengan kalimat singkat

 Mampu menuliskan info yang diperoleh dari hasil mendengarkan

Kompetensi dasar dan Indikator

Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai

KKM Komplek sitas Daya Dukung Intake berita  Mampu menyimpulkan isi berita

Menafsirkan kriteria menjadi nilai

Dengan memberikan point pada setiap kriteria yang ditetapkan : 1. Kompleksitas: - Tinggi = 1

- Sedang = 2 - Rendah = 3 2. Daya dukung: - Tinggi = 3

- Sedang = 2 - Rendah = 1 3. Intake: - Tinggi = 3

- Sedang = 2 - Rendah = 1

Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas rendah, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang  nilainya adalah:

(3 + 3 + 2) x 100 = 88.89 9

Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria: 1. Kompleksitas: - Tinggi = 50-64

- Sedang = 65-80 - Rendah = 81-100 2. Daya dukung: - Tinggi = 81-100

- Sedang = 65-80 - Rendah = 50-64 3. Intake: - Tinggi = 81-100

- Sedang = 65-80 - Rendah = 50-64

Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas sedang, daya dukung tinggi dan intake sedang  nilainya adalah rata-rata setiap nilai dari kriteria yang kita tentukan.

Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai dari setiap kriteria perlu kesepakatan dalam forum MGMP di Sekolah.

Contoh 1

Analisis dengan memberikan point pada setiap kriteria Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/semester : VII/2

Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai KKM Kompleksitas Daya

dukung

Intake

1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat  Mampu menuliskan hal-hal penting yang didengar dengan kalimat singkat  Mampu menuliskan info yang diperoleh dari hasil mendengarkan berita  Mampu menyimpulkan isi berita rendah 3 tinggi 1 sedang 2 tinggi 3 sedang 2 tinggi 3 sedang 2 sedang 2 sedang 2 74 88,9 55,6 77,8

Contoh 2

Analisis dengan menggunakan rentang nilai Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/semester : VII/1

Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita

Kompetensi dasar dan Indikator

Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai KKM Kompleks

itas

Daya Dukung Intake 1.1 Menyimpulkan

isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat

 Mampu

menuliskan hal-hal penting yang didengar dengan kalimat singkat  Mampu menuliskan info yang diperoleh dari hasil mendengarkan berita  Mampu menyimpulkan isi berita sedang 75 tinggi 55 sedang 78 tinggi 90 sedang 80 tinggi 85 sedang 70 sedang 70 sedang 70 75 78,3 68,3 77,6

Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 74,77 dibulatkan menjadi 75.

c. Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal

Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya.

Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai melaksanakan penilaian setiap KD harus dilakukan analisis pencapaian KKM. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis rata-rata hasil pencapaian peserta didik kelas VII, VIII atau IX terhadap KKM yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Melalui analisis ini akan diperoleh data antara lain:

1. KD yang dapat dicapai oleh 75% - 100% dari jumlah peserta didik pada kelas VII, VIII atau IX;

2. KD yang dapat dicapai oleh 50% - 74% dari jumlah peserta didik pada kelas VII, VIII atau IX;

3. KD yang dapat dicapai oleh ≤ 49% dari jumlah peserta didik peserta didik kelas VII, VIII atau IX.

Manfaat hasil analisis adalah sebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan minimal pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik per mata pelajaran.

Contoh

Format

Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik per KD Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : No. Nama KKM Peserta didik

Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik/KD

SK 1 SK 2 SK 3 KD KD KD 1.1 1.2 dst 2.1 2.2 dst 3.1 3.2 dst ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. dst Rata-rata Ketuntasan belajar (dalam %) F re k w e n s i jm l p e s e rt a d id ik ≤ 49 50-74 75-100 ≥ KKM sekolah

Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas : Kondisi Bulan : No SK No KD

KKM Tingkat KKM sekolah Tingkat KKM pencapaian Sekolah pencapaian maks rerata min maks rerata Min

SK1 KD.1.1 70.00 75.00 75 72,5 70 80 77,5 75 KD 1.2 75.00 80.00 SK 2 KD 2.1 75.00 70.00 75 70 65 70 69 67 KD 2.2 70.00 70.00 KD 2.3 65.00 67.00 dst

2. Program Remedial dan Pengayaan a. Remedial

Remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dan sebagainya. Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer, multimedia, dan sebagainya. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Mereka perlu menempuh penilaian kembali atau tes ulang setelah mendapatkan program pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial dan tes ulang dilakukan diluar jam tatap muka.

Bentuk perlakuan pembelajaran remedial dilakukan berdasarkan keterserapan KD pada ketuntasan klasikal. Bila ketuntasan klasikalnya kurang dari 50% artinya yang mengikuti pembelajaran remedial lebih dari 50% maka remedial dilakukan dengan memberikan pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Jika yang mengikuti

pembelajaran remedial pada KD tersebut kurang dari 20%, maka perlakuan yang diberikan berupa bimbingan secara khusus, misalnya dengan tutor sebaya. Jika yang mengikuti remedial berada pada rentang 20%-50% maka perlakuan diberikan dengan penugasan secara berkelompok (Depdiknas, 2010: 38).

1) Prinsip Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:

a) Adaptif

Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

b) Interaktif

Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.

c) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu

digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

d) Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

e) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

2) Bentuk Pembelajaran Remedial

Dengan memperhatikan pengertian pembelajaran remedial tersebut, maka pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatanantara lain:

a) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh

Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.

b) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya

Penggunaan alternatif berbagai strategipembelajaran akan memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi.

c) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu

Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta didik menangkap pesan pembelajaran. Pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan media yang sama atau metode dan media yang berbeda.

d) Menggunakan berbagai jenis media

Dalam dokumen Indonesia SMP KK I Bagian 2 ok (Halaman 7-60)

Dokumen terkait