• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.5. Uraian Proses

Proses pambuatan ban vulkanisir yang dilakukan oleh PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry yaitu :

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan sebagai bunyi yang bersumber dari mesin-mesin proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Keputusan Menteri Tenaga Kerja, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian 1

Berdasarkan hasil penelitian

T.S.S.Jayawardana, dkk. 2014 bahwa peningkatan tingkat kebisingan dengan kemajuan teknologi menjadi masalah yang serius dan menjadi resiko bahaya terhadap pendengaran pekerja di industri tekstil. Artikel ini menganalisis kualitas suara dan distribusinya di dalam pabrik dengan model matematika yang dikembangkan untuk memprediksi pola distribusi kebisingan.

2

Consul. J.I, dkk. 2014 bahwa durasi kerja dan tingkat kebisingan sangat berpengaruh terhadap psikologis pekerja. Saran yang dapat diberikan ialah dengan merekomendasikan usulan perbaikan fasilitas kerja untuk mereduksi dosis paparan bising.

Jumlah mesin yang di gunakan pada departemen Precured Liner 2 unit yaitu mesin pres dan mesin parut. Dalam pengamatan tingkat kebisingan yang dilakukan menggunakan alat Four In One pada departemen Precured Liner bahwa tingkat kebisingan pada mesin parut melebihi nilai ambang batas sedangkan pada mesin pres memiliki tingkat kebisingan dibawah nilai ambang batas. Layout pengamatan departemen Precured Liner dapat ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Layout Pengukuran Tingkat Kebisingan pada Departemen

Precured Liner

Sedangkan data pengamtan tingkat kebisingan pada mesin parut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Tingkat Kebisingan Mesin Parut Tingkat Kebisingan (dB) Rata-rata Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 94,9 96,2 94,4 97,6 95,4 93,8 95,2 89,7 89,2 94,0

Sumber: Data Pengamatan

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan mesin parut yang melebihi nilai ambang batas pada departemen Precured Liner di PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry yaitu sebesar 89,2-97,6 dB yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan akibat kerja dan performansi kerja dapat terganggu. Kondisi tersebut berlangsung selama 8 jam/hari di setiap hari kerja dengan jumlah operator yang bekerja pada mesin parut sebanyak 5 orang.

Gambar 1.2. Grafik Tingkat Kebisingan pada Penelitian Awal

Berdasarkan Gambar 1.2 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan mesin parut melebihi nilai ambang batas berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu sebesar 85 dB untuk 8 jam kerja/hari. Kebisingan menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja seperti gangguan fisiologis, gangguan psokologis, gangguan komunikasi, gangguan ketulian, gangguan keseimbangan, gangguan menurunnya performansi kerja, kelelahan dan stres. Saran yang dapat diberikan adalah dengan pengelolaan terhadap sumber bising. 3Menurut Zvanko Petrovic, dkk 2014 bahwa barrier berbahan logam yang dikombinasikan dengan karet dapat mereduksi paparan bising sampai 14 dB. Penurunan pendengaran merupakan menurunnya ambang batas pendengaran seseorang menjadi lebih tinggi dari ambang batas normal. 75,0 80,0 85,0 90,0 95,0 100,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 T ing k a t K ebi si ng a n (dB ) Titik Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB) Nilai Ambang Batas

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang terdapat pada perusahaan adalah tingkat kebisingan mesin yang melebihi nilai ambang batas pada departemen Precured Liner yaitu sebesar 89,2-97,6 dB yang mengakibatkan gangguan kesehatan akibat kerja dan performansi kerja operator dapat terganggu.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan mengevaluasi tingkat kebisingan pada departemen Precured Liner.

2. Pemetaan kebisingan berdasarkan area kerja operator pada departemen Precured Liner.

3. Merekomendasikan konsep usulan rancangan reduksi paparan bising. Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Mahasiswa

a. Mampu mengaplikasikan ilmu ergonomi dan K3 dalam upaya perbaikan paparan kebisingan.

b. Menerapkan teori engineering noise control dalam menyelesaikan permasalahan kebisingan yang terjadi di perusahaan PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry.

c. Memperoleh peluang untuk mencari solusi dari permasalahan di PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry.

2. Bagi Perusahaan

a. Memberi masukan kepada pihak perusahaan PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry terhadap upaya yang dapat dilakukan dalam mengelola kebisingan di tempat kerja.

b. Sebagai pedoman bagi pekerja di lingkungan kerja yang bising untuk mengantisipasi terjadinya pengaruh kebisingan di tempat kerja.

c. Sebagai bahan masukan bagi peningkatan kinerja perusahaan PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry dan pengembangan berbagai aspek dalam perusahaan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Sebagai bahan rujukan dan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk mencari solusi pengendalian kebisingan di tempat kerja.

ABSTRAK

PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry bergerak dalam industri produk ban vulkanisir. Salah satu departemen PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry yaitu Precured Liner. Departemen tersebut merupakan area produksi untuk melakukan proses pembuatan ulir dan pemarutan lembaran ban vulkanisir. Pada departemen Precured Liner terdapat permasalahan kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin parut dan mempengaruhi tingkat kinerja operator. Tingkat kebisingan pada departemen Precured Liner tersebut sebesar 89,2-97,6 dB yang berlangsung selama 8 jam kerja/hari. Tingkat kebisingan tersebut melewati nilai ambang batas kebisingan berdasarkan standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu sebesar 85 dB untuk 8 jam kerja/hari. Kondisi tersebut mengakibatkan performansi kerja operator dapat terganggu sehingga menyebabkan pendengaran operator menurun. Penelitian dilakukan selama dua minggu terhadap tingkat kebisingan pada siang hari dengan tujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi tingkat kebisingan serta merekomendasikan usulan konsep rancangan reduksi kebisingan yang ada pada departemen Precured Liner agar paparan kebisingan yang melebihi nilai ambang batas yang diterima oleh operator dapat direduksi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif. Variabel penelitian yang diukur pada departemen Precured Liner adalah tingkat kebisingan, dosisi paparan bising dan persentase waktu produktif operator. Data tingkat kebisingan diukur menggunakan Four in One Multi Function Environment Meter. Hasil analisa mengenai tingkat kebisingan didapatkan bahwa nilai rata-rata pada departemen Precured Liner sebesar 94,0 dB yang dikategorikan dalam kondisi berbahaya. Sedangkan persentase waktu produktif operator yaitu sebesar 69,5%. Peneliti sadar bahwa penelitian ini masih belum sempurna sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk medapatkan hasil yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut.

Kata Kunci: Kebisingan, persentase waktu produktif, paparan bising, reduksi

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT UNTUK MEREDUKSI

Dokumen terkait