• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.6. Proses produks

2.6.3. Uraian Proses Produks

Proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala Madu dibagi dalam

beberapa stasiun, yaitu stasiun gilingan (mill station), stasiun pemurnian, stasiun

penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran dan penyelesaian. Lama pekerjaan sekitar

8 jam/shift.

1. Pengerjaan Pendahuluan

Tebu yang telah ditebang dari kebun diangkut ke pabrik dengan truk dengan

kapsitas 7 ton sampai lebih dari 10 ton. Sebelum sampai halaman pabrik, tebu

beserta truck ditimbang, kemudian setelah tebu dibongkar di halaman pabrik,

maka truck ditimbang kembali sehingga diperoleh berat bersih (netto).

Sedangkan waktu antara penebangan dengan proses awal tidak lebih dari 24 jam.

Tebu yang diangkut truk dengan kapasitas 5-6 ton naik ke truck tipller dan

dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu jatuh ke feeding cane

carrier. Sedangkan yang diangkut dengan truk yang berkapasitas 8-10 ton yang

menggunakan tali pengangkut dibongkar dengan menggunakan cane lifter hilo

ke dalam feeding cane table, dimana kabel hilo dihubungkan dengan tali

pengangkut tebu pada truk. Berikutnya tenaga hidrolik digerakan sehingga

posisi tebu terangkat miring dan tebu tumpah ke feeding cane table, lalu

pemasukan tebu ke cane carrier diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi

Oleh feeding cane carrier tebu dibawa ke cane leveller guna pengaturan

pemasukan tebu menuju cane cutter I. Pada cane cutter I tebu dipotong-potong

secara horizontal, dan selanjutnya dibawa cane carrier ke cane cutter II untuk

dicacah lebih halus lagi.

Sebelum jatuh ke gilingan, logam-logam besi yang terikut pada potongan tebu

ditarik oleh tramp iron separator dan potongan-potongan tebu diatur masuknya

ke gilingan.

2. Stasiun Gilingan (Mill Station)

Fungsi dan tujuan dan penggilingan ini adalah untuk mendapatkan air nira

sebanyak mungkin. Penggilingan dilakukan sebanyak lima kali dengan lima unit

gilingan (Five Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan

hidrolik yang berbeda-beda. Alat ini terdiri dari tiga buah rol yang terbuat dari

besi (satu set) yang mempunyai permukaan yang beralur berbentuk V dengan

sudut 300 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira dan mengurangi

terjadinya slip. Jarak antara roll atas (Top Roll) dengan roll belakanag (Bagasse

Roll) lebih kecil dari pada antara roll atas dengan roll depan (Feed Roll).

Besarnya tekanan maksimum pada penggilingan adalah 150-200 Kg/cm2 dengan

putaran rol yang berbeda antara gilingan yang satu dengan yang lain dimana

gilingan I sekitar 5,3 rpm ; gilingan II 5,0 rpm ; gilingan III 5,0 rpm ; gilingan

IV 5,2 rpm ; gilingan V 4,2 rpm.

1) Tebu yang sudah dicacah halus dibawa cane carrier evalator ke gilingan

pertama. Air perasan (nira) dari gilingan I ditampung pada bak

penampungan I. Ampas dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperas

lagi. Air perasan masuk dalam bak penampungan nira yang diperoleh dari

bak penampungan I, yang disebaut dengan Primary Juice.

2) Nira dari gilingan I dan II masih terdapat ampas yang nantinya sama-sama

ditampung pada bak penampungan I. Nira pada bak penmpungan I disaring

pada juice strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilingan II dan nira

yang disaring ditampung dalam satu tangki dan siap dipompakan pada

stasiun pemurnian. Tangki penampungan ini disebut Raw Juice Tank.

3) Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperas lagi. Air perasan

ditampung pada bak penampung II dan digunakan untuk menyiram ampas

dari gilingan I.

4) Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV. Air perasan ditampung pada

bak penampung III dan digunakan untuk menyiram ampas dari gilingan III

5) Ampas dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk diperas lagi. Air dari

gilingan V ditampung pada bak IV dan digunakan untuk menyiram ampas

dari gilinagan IV. Ampas dari gilingan IV diberi air imbibisi, air imbibisi ini

berasal kondensat evaporator badan IV dan V dan temperatur imbibisi

6) Ampas tebu dari gilingan V selanjutnya diangkut dengan 1 unit konveyor

melalui satu plat saringan., dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju

boiler dan ampas halus dipisah digunakan untuk membantu proses

penyaringan pada alat vacum filter di stasiun pemurnian.

Semakin kebelakang ampas tebu, kadar nira yang dikandungnya akan semakin

kecil. Ampas tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit konveyor melalui

satu palt saringan dimana ampas kasar dibawa menuju boiler untuk bahan bakar

dan sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan. Sedangkan

ampas halus dihisap dengan Bagasse fan yang terdapat dibawa saringan dan

dikirim lagi ke Bagacillo Tank untuk digunakan sebagai pencampur pada Rotary

Vacum Filter yang terdapat pada stasiun pemurnian.

Pemberian imbibisi pada ampas gilingan IV mempunyai fungsi untuk

melarutkan nira yang masih ada tertinggal pada ampas tersebut. Air yang

diberikan tersebut dengan debit air 20 % dari kapasitas tebu/jam dan suhu 70oC

dengan perbandingan 19-24 % dari berat tebu untuk kapasitas tebu perjam.

Bila air imbibisi diberikan terlalu banyak akan melarutkan gula lebih banyak,

tetapi akan menyebabkan waktu penguapan terlalu lama. Sebaliknya bila

imbibisi kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas cukup tinggi,

karena itu perlu ditentukan jumlah penambahan air imbibisi yang optimum

selama penggilingan berlangsung, apabila persediaan tebu telah habis sehingga

stasiun penggilingan terhenti maka Roll Mill harus disiram dengan larutan kapur

diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung bak penampung (raw juice tank)

selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian.

3. Stasiun Pemurnian

Tujuan proses pada stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran dari

dalam nira sehingga nira yang dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa.

Tujuan utama dari stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran-

kotoran yang terkandung dalam nira mentah. Didalam proses pemurnian ada

beberapa tahap yang dilakukan, yaitu :

1) Timbangan nira mentah (Juice Weighting Scale)

Nira mentah dari tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan dan

dipompakan ke tangki nira mentah tertimbang. Dalam penimbangan nira mentah

dipakai timbangan Maxwelt Bolougne yang dapat bekerja secara otomatis

dengan berat sekali timbngan 5,5 ton. Prinsip dari alat ini adalah atas dasar

sistem keseimbangan gaya berat bejana dan bandul, dimana nira akan berhenti

secara gravitasi ke tangki penampungan.

2) Pemanas nira 1 ( Juice Heater 1)

Nira yang didalam tangki penampungan selanjutnya dipompakan ke alat

pemanas 1(primary heater)yang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari pemanas

1 adalah untuk menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan mematikan

bejana pengendapan nanti. Pada tangki pemanas nira 1 nira dipanaskan hingga

suhu 70oC, kemudian nira dialirkan ke dalam badan pemanas 2 dan dipanaskan

hingga temperatur menjadi 75oC. media panas pada pemanas nira 1 merupakan

uap bekas yang dihasilkan oleh evapurator 1 dan 2.

3) Tangki defekasi (defecator)

Nira yang terdapat didalam tangki pemanas 1 (pemanas 1 nira) dipompakan

ketangki defeksi untuk pembubuhan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah

pH nira 5,6 menjadi 8,0-8,5. pemasukan susu kapur diatur dengan control value

yang dikendalikan oleh pH Indicator Controler. Tujuan dari penambahan dari

susu kapur adalah agar asam-asam yang terdapat pada nira menjadi basa karena

gula akan rusak bila gula dalam keadaan asam.

4) Tangki sulfitas

Untuk menetralkan kembali nira yang terdapat dalam tangki defekasi, maka nira

tersebut dikirim ketangki sulfitas tipe sekat parabolis. Tangki sulfitas berfungsi

untuk mencampur nira terkapur dari tangki defekasi dengan gas SO2 dari tabung

belerang. Sedangkan sekat parabolis berfungsi untuk membantu proses

pencampuran sehingga pencampuran dapat berjalan dengan kontinyu.

Penambahan gas SO2 dengan maksud agar nira terkapur mengalami penurunan

pH menjadi 6,0-6,5 pada suhu 70o-75oC dengan waktu 5 menit. Pada tangki

sulfitase ini diharapkan pada kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas

SO2. Selanjutnya dinetralkan kembali pada Netralizing Tank sehingga pH

5) Tangki Tunggu

Nira mentah dari sulfitator ke tangki peti tunggu dengan waktu 6 menit. Fungsi

dari tangki tunggu adalah untuk mendapatkan koloid-koloid yang berupa

kotoran yang terbentuk di tangki sulfitator.

6) Tangki Netralisasi

Tangki netralisasi berfungsi untuk mengatur pH nira yang keluar dari tangki

sulfitator. Didalam tangki netralisasi ini nira diaduk dengan alat pengaduk

mekanis. Jika pH nira kurang dari 7,0 maka nira ditambah dengan susu kapur

sehingga pH nira naik menjadi 7,0-7,2.

7) Pemanas Nira 2 (Juice Heater 2)

Nira dari peti tunggu dipompakan dengan mesin pompa centrifugal ke pemanas

nira 2 yang juga memiliki dua unit badan pemanas. Pada badan pemanas dua

nira dipanaskan dengan temperatur 105oC. prinsip kerjanya sama dengan

pemanas nira 1.

8) Tangki Pengembang (Flash Tank)

Nira yang berasal dari pemanas nira 2 dialirkan ke tangki pengembang. Tangki

pengembang ini berfungsi untuk menghilangkan udara dan gas-gas yang terlarut

Bila udara dan gas-gas yang terlarut dalam nira tidak dihilangkan, maka akan

mengganggu atau menghambat pemisahan kotoran-kotoran dari nira ditangki

pengendapan.

9) Tangki Pengendapan (Door Clalifier)

Nira ditangki pengembang dialirkan ke tangki pengendapan, sehingga

terpisahlah antara nira yang jernih (bagian atas) dan nira kotor (bagian bawa),

nira jernih dialirkan ke stasiun penguapan (evapurator), sedangkan endapan nira

atau nira kotor dibagian bawa dicampurkan ke Mud Feed Mixer untuk dicampur

dengan ampas halus yang berasal dari stasiun penggilingan. Tangki

pengendapan bekerja secara kontinyu dan memiliki empat kompertement yang

dipergunakan untuk mempermudah proses pengendapan. Endapan yang

terbentuk disapu dengan skrap yang bergerak lambat. Endapan jatuh ke tepi tiap-

tiap peralatan. Selanjutnya dipompakan ke Mud Feed Mixer, sedangkan nira

jernih keluar melalui pipa-pipa yang dipasang pada tiap kompertement. Agar

pengendapan lebih cepat, maka diberikan floculant, dimana pemberiannya

dilakukan pada nira masuk ke tangki pengendapan. Pencampuran ini bertuijuan

untuk membantu pada saat penyaringan (vacum filter) yang memisahkan nira

dengan kotoran. Saringan yang digunakan adalah saringan hampa (rotary

vacuum filter).

Nira hasil saringan disebut filtrate selanjutnya dikembalikan ke timbangan nira

mentah. Sedangkan endapan kotoran yang tersaring disebut dengan blotong

jelas bahwa tangki pengendapan berfungsi untuk memisahkan endapan yang

terbentuk dari hasil reaksi dengan larutan yang jernih.

4. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)

Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula Kwala Madu

menggunakan empat unit evaporator yang disebut Quadruple Evaporator yang

bertujuan untuk menguapkan air dan nira yang menggunakan proses vakum.

Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk menguapkan air yang terkandung

dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan dalam proses

selanjutnya. Penguapan dilakukan pada temperatur 50oC – 110oC dan untuk

menghindari kerusakan sakarosa maupun monosakaridanya dilakukan

penurunan tekanan di dalam evaporator sehingga titik didih nira turun.

Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit beroperasi dan satu unit

sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama proses berlangsung temperatur

dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk menghemat panas yang

diperlukan, maka media panas untuk evaporator 1 digunakan untuk uap bekas

yang berasal dari Low Pressure tekanan < 1kg, sedangkan media pemanas bagi

evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator

sebelumnya. Hal ini disebut vapour, temperatur pada evaporator 1 sebesar

110oC dan berangsur-angsur turun sampai temperatur 50-55oC pada evaporator

4. hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan tekanan yang berbeda-beda dari

evaporator 1 sampai dengan evaporator 4. Peristiwa mengalirnya uap dari

evaporator 1 ke tormol pada evaporator 2 disebabkan pada evaporator 1 setelah

sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan terjadinya

penurunan tekanan dalam Shell sehingga uap air nira evaporator 1 dapat

mengalir pada evaporator 2 dan seterusnya. Uap nira evaporator 4 masuk ke

dalam kondensor untuk diembunkan (dikondensasikan) dan dijatuhkan bersama

air injeksi, sedangkan uap-uap yang tidak terkondensasikan dibiarkan keluar ke

udara. Peristiwa mengalirnya nira dari evaporator 1 ke evaporator 2 dan

seterusnya disebabkan karena adanya perbedaan tekanan vakum pada masing-

masing evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan

bersikulasi sampai mencapai brix tertentu dan secara otomatis valve akan

terbuka sehingga nira mengalir menuju evaporator berikutnya. Demikian

seterusnya sampai ke evaporator 4.

5. Stasiun Masakan

Untuk mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup dikristalkan dalam

satu kali proses kristalisasi. Adapun tujuan utama dari stasiun ini adalah

mengeluarkan nira sebanyak mungkin dari nira kental melalui beberapa proses

kristalisasi. Pada stasiun ini dilakukan pada pemanasan nira sampai lewat jenuh

dengan cara menguapkan sampai berbentuk kristal dengan temperatur masakan

50-65oC. Metode penguapan ini tergantung pada harkat kemurnian (HK) gula

dan dilakukan beberapa cara antara lain:

Sistem 4 (empat) tingkat : ABCD (untuk HK>8,3)

Sistem 3 (tiga) tingkat : ABD atau ACD (untuk HK 70 – 80)

Proses produksi gula yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu dengan

melakukan sistem 3 (tiga) tingkat ABD karena mempunyai HK gula sekitar 80,

pada masakan A dan B diusahakan harkat kemurnian (HK) yang tertinggi.

Untuk masakan D diusahakan HK gula sekitar 58 – 60, sedangkan untuk gula

tetes HK harus lebih kecil dari 30. Pelaksanaan proses masakan harus dilakukan

pada tekanan hampa untuk menjaga agar tidak terjadi pemecahan sukrosa,

karena pada suhu yang tinggi akan membentuk caramel yang berwarna gelap

sehingga mutu gula akan rendah. Titik didih larutan gula lebih besar dari titik

didih air murni, karena hal ini disebabkan adanya zat yang terlarut. Dalam

proses masakan, langkah-langkah yang harus yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

1) Menarik Hampa

Sebelum proses masakan dimulai, tangki masakan (pan masakan) terlebih

dahulu dibuat hampa udara dengan tekanan vakum 40 cmHg lalu saluran

penghubung dengan tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka

penuh, sehingga keadaan maksimum tekanan 66 cmHg, sementara itu stem

pemanas dibuka lebih kecil untuk pemasakan.

2) Pembuatan Bibit

Pembuatan bibit dilakukan dengan fodan, dimana inti kristal yang memiliki

bentuk kristal yang baik dan memiliki ukuran yang sama. Inti ini dapat dibuat

dengan menggiling kristal yang kasar sehingga menjadi kristal halus dan dapat

dengan sogokan yang terdapat ditangki masakan dengan cara meletakkan kristal

gula pada kaca transparan dan diamati pada sinar lampu. Jika disekitar gula lebih

mudah bergabung dengan kristal gula untuk memperoleh kristal gula yang

dinginkan.

a. Memperbesar Kristal

Bila bibit yang dibuat cukup, maka diperbesar sampai ukuran yang diharapkan

yaitu 0,8 – 0,9 mm, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian bibit yang baik,

maka diperoleh kondisi kristal gula yang baik.

b. Masakan Tua

Masakan tua adalah apabila telah tercapai ukuran kristal sesuai dengan

ketentuan. Tujuan masakan tua adalah melanjutkan masakan dalam pan

kristalisasi tanpa menambahkan larutan baru dengan kesepakatan setinggi-

tingginya agar tidak terjadi kemungkinan yang tidak diinginkan pada kristal

baru. Apabila ketentuan diatas telah terpenuhi, maka terjadilah kristal yang

cukup rapat dan dengan pengkristalan yang telah sesuai.

c. Palung Pendingin

Masakan tua yang ukurannya 0,8 – 0,9 mm akan dikeluarkan dari tangki

masakan dan dimasukan ke dalam palung pendingin yang terdapat dibawa

tangki masakan. Penurunan masakan dimulai dengan penghilangan tekanan

hampa. Penghilangan tekanan hampa dengan cara menutup hubungan dengan

pas masakan dengan bejana penghubung, kemudian kran yang menghubungkan

masakan diturunkan, pan masakan dicuci dengan steam (uap) panas untuk

membersihkan sisa-sisa kristal gula dan larutan-larutan yang tertinggal, agar

pada masakan selanjutnya tidak mengganggu proses pengkristalan dan kualitas

gula yang terbentuk. Larutan dari pan masakan dialirkan ke stasiun putaran.

d. Pemisahan masakan D

Hasil dari pemisahan masakan D dihasilkan gula D dan tetes serta putaran D

adalah gula D1 yang akan diputar untuk kedua kalinya sehingga diperoleh klare

D2 dan babonan (bibit) lalu dipompakan ke tangki bibitan yang merupakan bibit

untuk masakan A dan B.

e. Pemisahan masakan A dan B

Hasil pemisahan masakan A akan dihasilkan gula A dan stroop A, dimana stroop

A merupakan bahan dasar untuk masakan B. Hasil pemisahan masakan B akan

dihasilkan gula B dan stroop B, dimana stroop B merupakan bahan dasar untuk

masakan D. Gula A dan gula B diperoleh dari hasil pemisahan dikirim ke alat

mixer A/B dan dicampur menjadi gula A/B. Kemudian gula A/B diputar

kembali dengan menggunakan alat pemutar centrifugal sehingga diperoleh gula

dengan kemurnian yang lebih tinggi sebagai gula produk.

6. Stasiun Pemutaran/Pemisahan

Hasil dari proses pengkristalan dalam pan masakan adalah campuran antara

kristal gula, stroop dan tetes. fungsi dari stasiun pemutaran adalah untuk

ini bekerja berdasarkan gaya centrifugal. Untuk mendapatkan kristal dalam

bentuk murni, maka campuran ini harus dipisahkan, pemisahan dilakukan

dengan penyaringan. Saringan yang digunakan untuk massa campuran ini

dengan menggunakan kekuatan pusing (gaya centrifugal). Massa dimasukkan

dalam alat centrifugal, maka massa akan terlempar menjauhi sumbuh poros.

Karena ada saringan, kristal akan tertahan, sedangkan larutan akan menembus

lubang-lubang saringan. Dengan demikian terpisahlah antara larutan dengan

kristalnya. Sesudah pemutaran sebagian larutan akan terpisah tetapi masih ada

larutan yang menempel pada kristal. Untuk menghilangkan larutan tersebut,

maka dibantu siraman air sehingga larutan tersebut akan terlarut dalam air

sehingga larutan tersebut akan terlarut dalam air sehingga putaran kedua akan

diperoleh kristal gula produk.

7. Stasiun Penyelesaian

Kristal gula yang diturunkan pada putaran SHS langsung ke Grasshopper

Conveyor untuk penampungan sekaligus mendinginkan kemudian disalurkan ke

Grasshopper Conveyor untuk memperbesar areal pendinginan dan sekaligus

merata gula SHS terhadap sugar elevator. Dalam sugar elevator ini kondidi gula

SHS masih dalam keadaan basah. Hal ini perlu dilakukan pengeringan

pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang standard. Gula SHS tersebut

dimasukan ke dalam sugar dryer dan cooler dimana sistem pemanasan dan

pengeringan dilakukan dengan cara mekanis dan memberikan udara panas dan

suhu kira-kira 80-90oC yang dilairkan melalui air dryer langsung ke dryer

Vibrating Screen. Pada Vibrating Screen kristal gula SHS telah mencapai

kekeringan dan pendinginan yang cukup.

Didalam sugar dryer dan cooler dilengkapi suatu alat pemompa yang berfungsi

untuk menarik gula halus yang terkandung dalam proses pembuatan gula SHS.

Gula halus ini dialirkan melalui pipa rangkap dan secara otomatis diinjeksikan

dengan air imbibisi oleh pemisahan Nozle untuk menangkap parikel-partikel

gula halus. Kemudian partikel-partikel gula tersebut dimasukan ke dalam bak

penampungan dan dialirkan ke stasiun masakan untuk proses selanjutnya. Proses

gumpalan-gumpalan gula dimasukan ke dalam tangki peleburan gula,

selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk proses selanjutnya. Gula standard

dimasukan ke alat pembawa gula melalui penyadap logam yang mana penyadap

logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang terbawa atau

tercampur dengan gula produksi. Untuk mengoptimalkan gula SHS dari kadar

logam tersebut diatas diperlukan pembersihan secara bertahap atau periodik

dengan jangka waktu 3 kali dan 8 jam. Kemudian gula yang telah bersih dari

penyadap logam diatas dibawa oleh alat pembawa gula menuju kepenampungan

gula sebagai penimbunan untuk pengemasan.

8. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi

Penampungan gula yang dilengkapi dengan dua alat pengisi gula secara

otomatis, dimana setiap alat pengisi mempunyai timbangan yang telah

ditentukan oleh badan metrologi dan bekerja sama dengan BULOG untuk

ketentuan 50 kg/karung. Untuk menjaga keselamatan produksi gula SHS

ditetapkan oleh pihak direksi dengan standard.

Gula produksi SHS yang dikemas dikirim ke gudang untuk penyimpanan

sementara dimana gula produksi ini disimpan dengan suhu gudang 30-35oC

dengan kelembaban udara dalam ruang sekitar 73-82%. Kapasitas gudang

12.740 ton, namun kapasitas optimum yang dipakai adalah 10.056 ton untuk

pendistribusian dan pemasaran gula produksi SHS ketentuannya diatur oleh

pihak direksi melalui bagian pemasarannya.

Dokumen terkait