• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Uraian Bahan

Piroksikam (4-hidroksi-2-metil-N-2-piridil-2H-1,2-benzotiazin-3-karboksamida 1,1-dioksida) Rumus molekul : C15H13N3O4S Rumus bangun :

Piroksikam mengandung tidak kurang dari 97.0% dan tidak lebih dari 103.0% C15H13N3O4S.

Pemerian : Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang, tidak berbau. Bentuk monohidrat.

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organik, sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.

Dosis : oral, rectal dan i.m 1 dd 20 mg, dysmenorrea primer. Pada serangan encok, permulaan 40 mg lalu 2 dd 20 mg selama 4-6 hari.

Piroksikam adalah obat anti inflamasi baru yang secara kimia berbeda dengan derivat asam karboksilat seperti aspirin, ibuprofen, fenoprofen, indometasin dan tolmetin. Nama kimianya adalah 4-hidroksi-2-metil-N-(2-piridil)-2H-1,2 benzoatiasin 1,1-dioksid, merupakan hasil proses enolisasi penggantian 4 hidroksi.

FARMAKODINAMIKA

Dalam percobaan awal di laboratorium piroksikam ternyata punya khasiat anti radang yang sangat kuat. Pada marmut, daya hambat eritema (kemerahan) 200x lebih kuat daripada aspirin (Aktivitas antipiretiknya praktis sama dengan aspirin. Seperti obat AINS yang lain, piroksikam juga mempunyai aktivitas analgesik. Pada mencit efek analgesiknya 11x lebih poten daripada naproksen dan 64x lebih kuat dari aspirin. Piroksikam tidak mempengaruhi sistem kardiovaskular. Pemberian intravena pada dosis kumulatif sampai 15 mg/kgBB tidak memberikan pengaruh yang berarti pada tekanan darah dan frekwensi jantung ataupun modifikasi respon presor terhadap katekolamin eksogen dan endogen. Pada pemberian peritoneal pada mencit, hanya terlihat tanda-tanda depresi ringan pada susunan saraf pusat.

FARMAKOKINETIKA

Masa paruh piroksikam cukup panjang. Maka meskipun absorbsinya lambat pada pemberian peroral, ia cocok diberikan sebagai dosis tunggal setiap

hari. Dengan dosis tunggal ini, dapat dicapai kadar terapeutik obat selama 24 jam. Pada percobaan klinis dengan pemberian piroksikam pada 15 orang penderita rematoid artritis dengan dosis hingga 10mg, 20mg atau 30mg per hari selama 14 hari, terlihat perbaikan klinis pada penderita.

Kadar plasma menetap (steady state) piroksikam dicapai dalam waktu 7 hari atau kurang, pada pemberian dosis tunggal antara 10 dan 30 mg. Maka setelah 1 minggu, dapat ditentukan apakah dosis perlu ditambah atau tidak.

Berbeda dengan obat AINS lain, pemberian piroksikam bersamaan dengan aspirin tidak mempengaruhi kadar piroksikam dalam darah. Sedangkan kombinasi lainnya dengan aspirin akan mengurangi kadar obat AINS tersebut dalam Plasma. Mungkin ini disebabkan karena obat golongan asam aromatik seperti indometasin, penoprofen, naproksen, ibuprofen dan tolmetin strukturnya mirip dengan aspirin, ini rupanya menyebabkan terjadinya interaksi kompetitif. Telah dibuktikan pula terjadinya interaksi farmakokinetika antara fenil butazon (suatu asam enolat) dengan aspirin. Mengingat sifat piroksikam, masa paruh yang panjang, potensi yang tinggi dengan kadar plasma yang rendah (3-5 ug/ml) maka dapat diperkirakan, kurangnya interaksi farmakokinetika antara aspirin dan piroksikam mungkin disebabkan oleh rendahnya kadar piroksikam dalam darah tersebut, sehingga tidak terjadi kompetisi pada tempat ikatan. Kadar yang rendah ini menguntungkan dalam pemakaian klinik, asalkan ia aman.

KEAMANAN

Piroksikam merupakan obat yang relatif aman. Ini telah dibuktikan dalam laboratorium. LD 50nya pada rodensia 200-300mg/kgBB, sedang pada anjing lebih dari 700 mg/kgBB. Padahal untuk manusia, dosis yang digunakan tak

sampai 1 mg/kgBB (10-40mg dosis tunggal). Pada penelitin klinik, gangguan saluran cerna dan ulkus adalah gambaran utama efek samping yang timbul pada terapi dengan obat AINS umumnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi efek samping tersebut antara lain formulasi obat dan besarnya dosis yang diberikan untuk mencapai efek anti inflamasi.

Sediaan bentuk tablet biasanya mempunyai kecepatan dispersi dan absorpsi lebih lambat daripada bubuk dalam kapsul. Oleh karena itu efek samping sediaan tablet biasanya lebih ringan daripada kapsul. Kadar obat yang dicapai dalam darah sama. Karena masa paruhnya panjang (± 45 jam) ia dapat diberikan sekali sehari. Dosis obat dapat dibagi menjadi 2,3 atau 4 kali sehari bila diperlukan. Piroksikam 20mg/hari relatif lebih aman terhadap saluran cerna daripada aspirin 3,8 g/hari.

CARA PENGGUNAAN.

Piroksikam bentuk kapsul yang biasanya digunakan 1 atau 2 kali sehari secara rutin. Dosis dewasa :

-Pemakaian tiap kali minum yaitu 20 mg atau 10 mg diminum 2 kali sehari. -Diminum setelah makan

-Diminum selama 8 – 12 minggu atau lebih

-Keselamatan dan efektivitas piroksikam belum tersedia untuk anak-anak -Jangan pernah mengkonsumsi piroksikam saat perut kosong.

2.4 Lambung

Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat rongga badan. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk

makanan dari kerongkongan . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat.

Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari

(duodenum). Di dalam lambung, makanan dicerna secara kmiawi. Dinding

lambung tersusun dari tiga lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang dan menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan

gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan

makanan di dalam lambung diaduk-aduk.

Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna dan selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca²+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renin usus yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambung dan usus tanpa sempat dicerna.

Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuh kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentuh kim. Jadi,

misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Setelah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.

Gambar 2.4. Anatomi fisiologi lambung

Keterangan gambar 2.4 : 1) Esofagus 2) Kardia 3) Fundus 4) Selaput lendir 5) Otot lapisan 6) Lambung mukosa 7) Tubuh perut 8) Pilorik antrum 9) Pilorus

10) Usus dua belas jari (duodenum)

Tebal dinding lambung sekitar 3 mm terdiri dari beberapa lapisan otot yaitu satu lapisan luar dengan serabut otot memanjang dan lapisan dalam dengan

otot melingkar. Mukosa kelenjar yang tebal merupakan lapisan yang paling penting pada penyerapan obat. Dinding tersebut menyerupai “ sarang lebah “ karena adanya lipatan-lipatan. Mukosa lambung memiliki barier khusus untuk mencegah terjadinya kerusakan lambung.

Mukosa terdiri dari 4 ( empat ) jenis sel penghasil getah :

a. Sel utama ( chief cell ) yang mengeluarkan pepsin dan labferment.

b. Sel parietal (oxyntic), yang menghasilkan ion H+ dan CI- . Sel-sel tersebut lebih kecil dari sel utama dan tidak terdapat pada daerah pylorus.

c. Permukaan mukosa dilapisi sel-sel epitel dan menghasilkan mucus yang sangat kental.

d. ”Sel “ mukosa bening “ menghasilkan mucus yang larut.

Getah yang dikeluarkan oleh sel parietal ekivalen dengan HCl 0,5 N, tetapi selanjutnya diencerkan oleh getah lainnya sehingga pH cairan lambung akhirnya mendekati 1, tetapi karena adanya pengenceran biasanya pH dapat berada antara 1 dan 3. Dalam cairan lambung konsentrasi maksimum asam klorida adalah 145 mEq/l.

Dokumen terkait