• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Lingkungan Kerja Organisasi

Menurut Mangkunegara (2005), faktor-faktor lingkungan kerja organisasi

yang mempengaruhi kinerja adalah uraian tugas, otonomi, target kerja, komunikasi,

2.2.1. Uraian Tugas

Uraian tugas adalah uraian tertulis dari apa yang diperlukan oleh suatu

pekerjaan. Uraian Tugas dapat diasumsikan sebagai keseluruhan kajian ringkas

informasi pekerjaan dan syarat-syarat pelaksanaannya sebagai hasil dari analisis yang

biasanya berisi tugas pokok, pekerjaan, wewenang dan kewajiban, tanggung jawab,

kriteria penilaian dan hasilnya (Rivai, 2003).

Menurut Mathis dan Jackson (2001), bagian-bagian uraian tugas adalah

sebagai berikut:

Bagian Pertama : Identifikasi, yang menjelaskan sebutan pekerjaan, hubungan

pelaporan, departemen dan lokasi.

Bagian Kedua : Rangkuman Umum, yang menjelaskan pernyataan tentang

tanggung jawab umum dan unsur-unsur yang membuat pekerjaan itu berbeda dari

yang lain.

Bagian Ketiga : Fungsi dan Tugas esensial, yang menjelaskan tempat tugas,

kewajiban, dan tanggung jawab utama yang dikerjakan.

Bagian Keempat : Spesifikasi Pekerjaan, yang menjelaskan kualifikasi yang

dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang mencakup:

- Pengetahuan dan keterampilan.

- Pendidikan dan pengalaman.

- Tuntutan fisik dan atau kondisi pekerjaan.

Bagian Kelima : Disclaimer atau persetujuan, yang berisi tanda tangan persetujuan

2.2.2. Otonomi

Menurut Hackman dan Oldham dalam Robbins (2001), otonomi adalah

sampai sejauh mana karyawan berhak memberikan pendapatnya dalam menjadwal

pekerjaan mereka, memilih perlengkapan yang akan mereka pergunakan, dan

memutuskan prosedur yang harus diikuti (Robbin, 2001)

Menurut Puvalko, otonomi adalah kebebasan kelompok untuk mengatur dan

mengontrol kerja mereka sendiri. Styles (1982) menulis bahwa banyak ahli sosiologi

memandang otonomi sebagai satu-satunya karakteristik pembeda profesi (Blais,

2007).

Suatu profesi disebut mempunyai otonomi jika profesi tersebut mengatur

profesinya sendiri dan menetapkan standar untuk anggotanya. Jika keperawatan ingin

mendapatkan status professional, keperawatan harus berfungsi secara otonomi dalam

merumuskan kebijakan dan dalam mengontrol aktivitasnya. Untuk memiliki otonomi,

kelompok professional harus diberi kewenangan legal untuk menetapkan ruang

lingkup praktiknya, menjelaskan fungsi dan peran khususnya, dan menentukan

tujuannya serta tanggung jawab dalam memberikan layanan. Besarnya otonomi yang

dimiliki kelompok profesi bergantung pada efektivitasnya dalam sistem pengelolaan

(governance). Sistem pengelolaan adalah penetapan dan pemeliharaan pengaturan

sosial, politik dan ekonomi yang digunakan praktisi untuk mengontrol praktik,

2.2.3. Target Kerja

Target adalah sasaran kerja yang telah ditetapkan untuk dicapai. Sasaran

berasal dari strategi yang dijabarkan yang berawal dari proses perencanaan. Sasaran

yang direncanakan haruslah sesuai pada masing-masing tingkat organisasi, divisi atau

kelompok, unit, perorangan. Dengan memiliki sasaran, karyawan akan lebih fokus

melakukan pekerjaannya. Pencapaian sasaran dari suatu pekerjaan haruslah

berdasarkan uraian tugas yang mencakup standar dari pekerjaan tersebut.

Target kerja sebaiknya ditetapkan oleh karyawan dan penyelia untuk periode

waktu tertentu. Pada akhir periode, karyawan dievaluasi tentang seberapa baik

pencapaian sasaran tertentu dan faktor-faktor apa saja yang dialami dalam

menyelesaikan pekerjaan mereka (Rivai dan Basri, 2003).

2.2.4. Komunikasi

Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran

pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau

lebih (Nursalam, 2002).

Menurut Rivai (2003), terdapat empat arus komunikasi dalam suatu

perusahaan:

a. Komunikasi vertikal ke bawah. Komunikasi model ini dimana merupakan

wahana bagi manajemen untuk menyampaikan berbagai informasi kepada

bawahannya seperti perintah, instruksi, kebijakan baru, pengarahan, pedoman

b. Komunikasi vertikal ke atas. Komunikasi model ini dimana para anggota dalam

perusahaan ingin selalu di dengar keluhan-keluhan atau inspirasi mereka oleh

para atasannya.

c. Komunikasi horizontal. Komunikasi model ini berlangsung antara orang-orang

yang berada pada tingkat yang sama dalam perusahaan.

d. Komunikasi diagonal. Komunikasi model ini dimana berlangsung antara dua

satuan kerja yang berada pada jenjang perusahaan yang berbeda, tetapi pada

perusahaan yang sejenis.

Dalam melaksanakan kegiatan keperawatan komunikasi horizontal terjadi

antar sesama perawat pelaksana, ketua tim, kepala ruangan. Komunikasi vertikal

terjadi antara kepala ruangan dengan ketua tim, kepala ruangan dengan perawat

pelaksana, ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan

antara perawat dan profesi lain misalnya dokter (Blais, 2007).

Komunikasi yang efektif mempunyai karakteristik (Blais, 2007):

a) Komunikasi oral (lisan): sederhana, ringkas, jelas, relevan, kredibilitas dan humor

b) Komunikasi tertulis: bahasa dan terminologi yang tepat, tata bahasa dan tanda

baca yang benar dan pengorganisasian kata-kata yang logis.

Penerapan komunikasi yang efektif dalam melaksanakan asuhan keperawatan

adalah:

a) Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam.

b) Pre conference yaitu komunikasi kepala ruangan dan perawat pelaksana setelah

c) Post conference yaitu komunikasi kepala ruangan dan perawat pelaksana tentang

hasil sepanjang dan sebelum operan kepada shift berikut.

2.2.5. Hubungan Kerja

Dalam melaksanakan pekerjaannya ada dua jenis hubungan kerja dibidang

keperawatan yaitu hubungan internal dan hubungan eksternal. Hubungan internal

adalah hubungan kerja yang terjadi antara perawat dan perawat, perawat dan profesi

kesehatan lain. Kegiatan-kegiatan dalam hubungan internal berupa; rapat perawat

ruangan, konferensi, rapat tim kesehatan dan visite dokter. Hubungan eksternal terjadi

antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan (Nursalam, 2002).

Hubungan kerja yang harmonis dapat menciptakan suasana kerja yang

nyaman baik antara sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan atasan (Rivai,

2004). Gambaran penting dalam hubungan kerja yang harmonis dalam profesi

keperawatan mencakup (Blais dkk, 2002):

a. Saling menghargai dan saling mempercayai. Saling menghargai dan saling

mempercayai sesama perawat, perawat dan atasan, antara perawat dan dokter, dan

antara perawat dan pasien adalah unsur yang penting dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya masing-masing.

b. Pengambilan Keputusan. Pengambilan keputusan haruslah mengikuti proses

yang dimulai dari definisi masalah yang jelas dan harus diarahkan pada

sasaran-sasaran upaya khusus. Fokus dari pengambilan keputusan berprioritaskan pada

kebutuhan pasien. Pengambilan keputusan berprioritaskan pada kebutuhan dan

c. Manajemen konflik. Untuk mencegah konflik sebaiknya melaksanakan peran

sesuai dengan harapannya. Untuk mengurangi konflik peran sebaiknya

melaksanakan konferensi antar disiplin dan menerima tanggung jawab personal

dalam melaksanakan tugas.

d. Interaksi. Sebaiknya sikap dan tindakan dalam melaksanakan pekerjaan

memberikan interaksi yang positif dengan ciri gaya komunikasi yang hangat,

penuh perhatian dan penuh penghargaan serta menjauhi sikap dan tindakan

merendahkan diri.

2.2.6. Iklim Kerja

Gilley dan Maycomich (2000) menggunakan istilah iklim kerja yang

menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi dalam organisasi. Iklim dapat

diartikan sebagai pola perilaku, sikap, dan perasaan berulang yang mencirikan

kehidupan berorganisasi. Pada level analisis individu, iklim dimaksud disebut iklim

psikologis. Konsep iklim dipahami sebagai persepsi individu terhadap pola perilaku

orang. Ketika konsep iklim diagregasi maka disebut iklim organisasi (Saragih dan

Akib, 2006).

Unsur-unsur iklim yang menyenangkan adalah kepemimpinan yang

berkualitas, melakukan pekerjaan yang bermanfaat, keinginan untuk bertanggung

jawab, keikutsertaan/keterlibatan pegawai, imbalan yang adil (Davis dan Newstrom,

2.2.7. Peluang Berkarier

Karier terdiri dari semua pekerjaan yang ada selama seseorang bekerja, atau

dapat pula dikatakan bahwa karier adalah seluruh jabatan yang diduduki sesorang

dalam kehidupan pekerjaannya. Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk

meningkatkan kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan, kursus-kursus dan

melanjutkan jenjang pendidikannya oleh pimpinannya. Hal ini memberikan

kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh dan berkembang sesuai rencana

kariernya. Pimpinan dapat memberikan bimbingan dan informasi tentang karier yang

ada dan juga didalam perencanaan karyawan tersebut (Rivai, 2003).

Faktor pengembangan karier perawat di rumah sakit perlu diperhatikan dan

bisa menjadi masalah karena peluang berkarier yang “mentah” tentu akan

mempengaruhi mutu kerja seorang perawat. Jenjang karier yang ada dalam bidang

keperawatan adalah perawat pelaksana, pimpinan ruangan/bangsal dan wakilnya,

pimpinan perawat di tingkat instalasi, kepala seksi serta kepala bidang keperawatan.

Selain jenjang struktural di atas ada pula Clinical nurse spesialis yang kemudian

dapat pula menjadi Clinical specialist Consultant (Aditama, 2004).

2.2.8. Fasilitas Kerja

Fasilitas kerja adalah sesuatu yang dapat membantu memudahkan pekerjaan,

tugas dan sebagainya. Untuk melaksanakan kegiatan keperawatan, fasilitas kerja yang

diperlukan mencakup sarana, prasarana dan peralatan. Sarana adalah bangunan

gedung. Prasarana adalah mendukung bangunan gedung seperti listrik, air, dan

thermometer, fixer (alat untuk memfiksasi pasien), alat rumah tangga (tempat tidur,

bantal, sprei, sapu, dan lain-lain), dan alat tulis kantor (buku pencatatan dan

pelaporan, dan lain-lain) (Sekretariat KARS Depkes RI, 2007).

2.3. Konsep keperawatan

Dokumen terkait