• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru

2.6. Uraian Tugas Pengelola Program Tuberkulosis Paru

Petugas pengelola program TB paru adalah petugas yang bertangungjawab dan mengkoordinir seluruh kegiatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program TB di Puskesmas. Adapun Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Program TB paru di Puskesmas yaitu : (Depkes RI, 2009)

a. Menemukan Penderita

Adapun tugas pokok petugas pengelola program penanggulangan TB paru, antara lain

1. Memberikan penyuluhan tentang TBC kepada masyarakat umum 2. Menjaring suspek (penderita tersangka) TBC

3. Mengumpul dahak dan mengisi buku daftar suspek Form Tb 06 4. Membuat sediaan hapus dahak

5. Mengirim sediaan hapus dahak ke laboratorium 6. Menegakkan diagnosis TB sesuai protap

7. Membuat klasifikasi penderita 8. Mengisi kartu penderita

9. Memeriksa kontak terutama kontak dengan penderita TB BTA (+)

10. Memantau jumlah suspek yang diperiksa dan jumlah penderita TBC yang ditemukan.

b. Memberikan Pengobatan

1. Menetapkan jenis paduan obat

3. Mencatat pemberian obat tersebut dalam kartu penderita (form TB 01) 4. Menentukan PMO (bersama penderita)

5. Memberi KIE (penyuluhan) kepada penderita, keluarga dan PMO 6. Memantau keteraturan berobat

7. Melakukan pemeriksaan dahak ulang untuk follow-up pengobatan

8. Mengenal efek samping obat dan komplikasi lainnya serta cara penanganannya

9. Menentukan hasil pengobatan dan mencatatnya di kartu penderita c. Penanganan Logistik

1. Menjamin ketersediaan OAT di puskesmas

2. Menjamin tersedianya bahan pelengkap lainnya (formolir, reagens, dll) 3. Jaga mutu pelaksanaan semua kegiatan a s/d c

Tenaga pelaksana teknis laboratorium puskesmas adalah 1 (satu) orang Pembantu analis atau lulusan SMA yang sudah diangkat menjadi pegawai negeri di puskesmas yang bersangkutan yang mempunyai minat di laboratorium, kemudian dilatih khusus dibidang labortorium. Apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan pelatihan dengan sistem modul, atau dengan training yang terpogram.

Adapun Tugas dan tanggung jawab tenaga pelaksana teknis laboratorium puskesmas, antara lain:

1. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai dengan pola kerja dan prosedur kerja yang ditetapkan.

2. Menjaga kebersihan dan kerapihan ruang tunggu loket penerimaan spesimen, ruang kerja sepanjang hari.

3. Mengatur penyediaan alat tulis, formulir untuk penerimaan pasien.

4. Mengatur penyediaan peralatan untuk pengambilan atau pengumpulan spesimen, seperti pot sputum, spuit, lanset, kapas, alkohol, tabung reaksi, kaca obyek dan lain-lain.

5. Mengatur penyediaan peralatan untuk pemeriksaan, seperti pipet, reagen, lampu spirtus dan formulir-formulir hasil.

6. Melayani pasien, mencatat identitas dan permintaan pemeriksaan yang diperlukan.

7. Mengambil/mengumpulkan spesimen sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan yang diminta.

8. Menangani pesimen sesuai dengan kebuuhan pemeriksaan.

9. Melakukan pemeriksaan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur kerja serta menjaga mutu hasil pemeriksaannya.

10.Mencatat hasil pemeriksaan, dan mengontrol dan mencek hasil pemeriksaan.

11.Bersama-sama penanggung jawab laboratorium, berusaha mencari dan memecahkan persoalan-persoalan apabila ada hasil pemeriksaan yang kurang baik.

12.Melaksanakan dan mencatat penyerahan hasil pemeriksaan.

13.Menangani, mengemas dan mengirimkan spesimen rujukan lengkap dengan serut pengantar/berita acara.

14.Mengambil dan mencatat hasil pemeriksaan spesimen rujukan dan menyampaikannya kepada yang berwenang atau berkepentingan.

15.Menjaga keamanan kerja maupun lingkungan kerja.

16.Meningkatkan pelayanan melalui peningkatkan kecepatan kerja tanpa meninggalkan ketelitian dan keamanan.

17.Membimbing dan mengawasi tugas pembantu laboratorium.

18.Merawat dan memelihara peralatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang digariskan.

19.Melaporkan hal-hal yang menyangkut pemeriksaan laboratorium yang perlu segera dilaporkan kepada penanggung jawab laboratorium.

20.Menyusun usulan kebutuhan laboratorium untuk diajukan kepada penanggung jawab laboratorium.

21.Membantu membuat reagen untuk keperluan laboratorium puskesmas.

Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalam gedung antara lain: (a) terhadap spesimen yang dapat diperiksa sendiri, meliputi kegiatan, (b) Penerimaan pasien, (c) Pengambilan/pengumpulan spesimen, (c) penanganan spesimen, (d) Pencatatan hasil pemeriksaan, (e) Pengecekan/pengontrolan hasil pemeriksaan, (f) Penyampaian hasil pemeriksaan terhadap spesimen yang harus dirujuk, meliputi :(1) Pengambilan/pengumpulan spesimen, (2) Penanganan spesimen, (3) Pengemasan spesimen, (4) Pengiriman spesimen, (5) Pengambilan hasil pemeriksaan, (6) Pencatatan hasil pemeriksaan, (7) Penyampaian hasil pemeriksaan. Sedangkan

dalam wilayah puskesmas yang bersangkutan (puskesmas pembatu posyandu). Dapat dilakukan bersama perawat/bidan, meliputi : (a) Melakukan tes screening HB, (b) Melakukan pengambilan spesimen yang kemudian dikirim ke laboratorium puskesmas, (2) Memberikan penyuluhan sehubungan dengan laboratorium dan (3) kegiatan dilapangan dalam rangka program kesehatan lain, dapat dilakukan oleh tenaga laboratorium bersama petugas lain dalam kegiatan bersangkutan.

Sesuai dengan pedoman Penanggulangan TB Paru, setiap petugas pengelola program TB paru perlu ditingkatkan kualitas sumber daya manusianya. Pengembangan SDM adalah suatu proses yang sistematis dalam memenuhi kebutuhan ketenagaan yang cukup dan bermutu sesuai kebutuhan. Proses ini meliputi kegiatan penyediaan tenaga, pembinaan (pelatihan, supervisi, kalakarya/on the job training), dan kesinambungan (sustainability). Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam program TB adalah tersedianya tenaga pelaksana yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap (dengan kata lain “kompeten”) yang diperlukan dalam pelaksanaan program TB, dengan jumlah yang memadai pada tempat yang sesuai dan pada waktu yang tepat sehingga mampu menunjang tercapainya tujuan program TB nasional. Didalam bab ini istilah pengembangan SDM merujuk kepada pengertian yang lebih luas, tidak hanya yang berkaitan dengan pelatihan tetapi keseluruhan manajemen pelatihan dan kegiatan lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang pengembangan SDM yaitu tersedianya tenaga yang kompeten dan profesional dalam penanggulangan TB (Depkes RI, 2009).

Ketenagaan dalam program penanggulangan TB memiliki standar-standar yang menyangkut kebutuhan minimal (jumlah dan jenis tenaga) untuk terselenggaranya kegiatan program TB di suatu unit pelaksana. Pada Unit Pelayanan Kesehatan UPK) puskesmas yang terdiri dari (1) Puskesmas Rujukan Mikroskopis dan Puskesmas Pelaksana Mandiri: kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter, 1 perawat/petugas TB, dan 1 tenaga laboratorium, (2) Puskesmas satelit : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1 perawat/petugas TB, dan (3) Puskesmas Pembantu: kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 perawat/petugas TB. Sedangkan jenis pelatihan yang wajib dalam program TB, terdiri dari : (1) Pendidikan/pelatihan sebelum bertugas (pre service training), dengan memasukkan materi program penanggulangan tuberkulosis strategi DOTS`dalam pembelajaran/kurikulum Institusi pendidikan tenaga kesehatan. (Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi dan lain-lain), (2) Pelatihan dalam tugas (in service training), Dapat berupa aspek klinis maupun aspek manajemen program Pelatihan dasar program TB (initial training in basic DOTS implementation),dan Pelatihan lanjutan (continued training/advanced training): pelatihan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan program yang lebih tinggi (Depkes RI, 2009).

Penelitian kualitatif yang dilakukan Sahat P Manalu H dan Friskarini K (2009) di Kabupaten Tangerang Banten, menjelaskan bahwa petugas kesehatan sangat berperan terhadap keberhasilan penanggulangan TB Paru, dalam bentuk

sektor seperti kecamatan, kelurahan tentang stratgei pendekatan dengan masyarakat dalam penanggulangan TB Paru.

Penelitian Samsuarsyah (2006) tentang Komitmen dan kinerja petugas Pengelola TB- paru pada puskesmas Di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan, menjelaskan bahwa komitmen petugas pengelola TB paru sangat berpengaruh terhadap hasil kerja penanggulangan TB Paru.

Penelitian Tirtana Tanggab B (2011), di Wilayah Jawa Tengah, menjelaskan bahwa keteraturan dan lama berobat pasien Tuberkulosis Paru dengan Resistensi Obat Tuberkulosis berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan.

Dokumen terkait