• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Keputusan Walikota Medan Nomor 1 tahun 2010, pasal 2 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan. Adapun tugas pokok dari Kepala Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

1.1.Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.

1.2.Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan.

1.3.Pembinaan dan pelaksanaan tgas di bidang pendapatan.

1.4.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariatan

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Adapun fungsi sekretarian adalah sebagai berikut:

2.1.penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan. 2.2.pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.

2.3.pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas.

2.4.pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan.

2.5.pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas. 2.6.penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

2.7.pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.

2.8.pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas pokok, yaitu: a. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup administrasi Umum.

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariatlingkup penyusunan program dan pelaporan.

3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang,yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

3.1.Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data informasi.

3.2.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan.

b. penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

c. melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

d. pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi yang terkait.

e. pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

f. perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi.

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan.

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun Bidang pendataan dan pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu:

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran. b. Seksi pemeriksaan

Seksi ini mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan lingkup pemeriksaan.

c. Seksi penetapan

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.

d. Seksi pengolahan data

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetan lingkup data dan informasi.

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

4.1.Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

4.2.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas dan fungsi yaitu :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi

c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

d. pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

e. pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

f. pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan.

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu: 5.1.Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pandapatan .

5.2.Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.

c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan.

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya .

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.

d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:

6.1.Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

6.2.Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah.

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta tugas-tugas pokok, yaitu :

a. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain.

7. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

8.1.Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

8.2.Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

8.3.Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

8.4.Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendaptan Kota Medan Tabel 2.1

Jumlah pegawai berdasarkan seksi NO Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretaris 1 Orang

3 Kasubbag Umum 1 Orang

4 Kasubbag Penyusunan Program 1 Orang

5 Kasubbag keuangan 1 Orang

6 Kabid Pengembangan Pendapatan Daerah 1 Orang

7 Kabid Penagihan 1 Orang

8 Kabid Pendataan dan Penetapan (DATAP) 1 Orang

9 Kabid Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 1 Orang

10 Kepala seksi 14 Orang

11 Kepala UPT Wilayah I-VII 7 Orang

12 Kasubbag TU UPT Wilayah I-VII 7 Orang

13 Staf 305 Orang

Jumlah Pegawai 342 Orang

Tabel 2.2

Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan golongan

No Golongan Jumlah IV/a 7 orang III/d 35 orang III/c 37 orang III/b 88 orang III/a 100 orang II/d 9 orang II/c 15 orang II/b 34 orang II/a 14 orang I/a 1 orang

Jumlah Keseluruhan 342 orang

Sumber : Dinas Pendapata Kota Medan            

BAB III

GAMBARAN DATA BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

A. Ketentuan-ketentuan Umum dan Tinjauan Praktik Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

1. Ketentuan-ketentuan Umum

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan salah satu pajak property yang dikenakan atas setiap perolehan hak atas tanah dan bangunan yang menurut ketentuan undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana diubah dengan undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 di tetapkan menjadi objek pajak. Kemudian selanjutnya diubah kembali dengan undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah. Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh objek pajak (OP) atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan dapat digunakan untuk keperluan daerah, sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam undang-undang nomor 28 Tahun 2009 mengatur tentang pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah oleh pemerintah daerah di wilayahnya. Hal yang paling terlihat pada perubahan undang-undang ini adanya 2 jenis pajak pusat yang

dialihkan ke pemerintah daerah yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor perkotaan dan pedesaan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Sebelumnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan bangunan dikelola oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak sebelum kemudian diserahkan dan dikelola oleh pemerintah daerah.

Perubahan status BPHTB dari pajak pusat menjadi pajak daerah berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009 ditetapkan mulai berlaku sejak 1 januari 2011. Proses peralihan diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.

2. Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Menurut Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 BPHTB atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan.

B. Objek dan Subjek Boa perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1. Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan yang meliputi: 1.1. Pemindahan Hak, karena:

a. Jual Beli b. Tukar Menukar c. Hibah

d. Hibah Wasiat

e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya f. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

g. Penunjukan pembeli dalam lelang

h. Pelaksanaan keputusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap i. Hadiah

j. Waris

k. Penggabungan usaha l. Peleburan usaha m. Pemekaran usaha 1.2. Pemberian hak baru, karena :

a. Kelanjutan pelepasan hak b. Di luar pelepasan hak

Jenis-jenis hak atas tanah sebagai berikut : a. Hak milik

b. Hak guna usaha c. Hak guna bangunan d. Hak pakai

e. Hak milik atas satuan rumah susun f. Hak pengelolaan

2. Objek yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Objek yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh: 2.1.Perwakilan diplomatik, konsulat dengan asas timbal balik.

2.2.Balik Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum.

2.3.Badan/perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut.

2.4.Orang pribadi/badan karena konversi hak/perbuatan hukum lain tanpa perubahan nama.

2.5.Orang pribadi atau badan karena wakaf.

2.6.Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan, dikenakan kewajiban membayar pajak dan disebut juga wajib pajak.

Ada 15 kriteria orang atau badan yang ditetapkan sebagai subjek pajak BPHTB. Ke-15 subjek pajak tersebut adalah:

1. Perolehan hak karena jual beli, maka subjek pajaknya adalah pembeli. 2. Perolehan hak karena tukar menukar tanah dan bangunan adalah kedua

belah pihak..

3. Perolehan hak karena hibah maka subjek pajaknya adalah penerima hibah. 4. Perolehan hak karena hibah wasiat maka subjek pajaknya adalah penerima

hibah wasiat.

5. Perolehan hak karena waris, maka subjek pajaknya adalah penerima waris. 6. Perolehan hak karena pemasukan dalam perseroan atau badan hukum

lainnya, maka subjek pajaknya adalah perseroan atau badan lainnya tersebut.

7. Perolehan hak karena pemisahan hak, maka subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menerima hak tersebut.

8. Perolehan hak karena penunjukan pembeli dalam lelang, maka yang menjadi subjek pajaknya adalah orang atau badan yang menjadi pemenang lelang tersebut.

9. Perolehan hak karena pelaksanaan dari putusan hakim yang mempunya putusan hakim, maka sebjek pajaknya adalah pihak yang menerima hak atas tanah dan bangunan.

10.Perolehan hak karena gabungan usaha, maka subjek pajaknya adalah badan usaha eksis.

11.Perolehan hak karena peleburan usaha, maka subjek pajaknya adalah usaha baru.

12.Perolehan hak karena pemekaran usaha, maka subjek pajaknya adalah badan usaha baru.

13.Perolehan hak karena peralihan, maka subjek pajaknya adalah penerima hadiah.

14.Perolehan hak baru sebagai kelanjutan pelepasan hak, maka subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak baru. 15.Perolehan hak baru diluar pelepasan hak, maka subjek pajaknya adalah

orang pribadi atau badan yang memperoleh Negara yang tidak di bebani dengan hak apapun.

Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

C. Tarif dan Cara Penghitungan

1. Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tarif dikenakan untuk bea perolehan hak atas tanah dan bangunan paling tinggi 5% Lima Persen (pasal 88 ayat (1). Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan kota medan ditetapkan adalah sebesar 5% (lima persen) dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (Pasal 5 Perda No. 1 Medan).

2. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 dengan ketentuan sebagai berikut : 2.1. Nilai Perolehan Objek Pajak atau NPOP tidak kena pajak ditetapkan

sebesar Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) Pasal 4 Ayat (7).

2.2. hak waris dalam satu darah, sedarah atau keturunan garis lurus satu derajat ke atas atau ke bawah dengan pemberian hibah termasuk istri atau suami NJOPTKP atau Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) Pasal 4 ayat (8).

3. Cara Penghitungan

Besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang terutang adalah Nilai Peroleha Objek Pajak (NPOP) dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) dikali 5% (lima persen), secara matemattis dapat dirumuskan menjadi:

Contoh :

3.1.Pada tanggal bulan Mei 2013, Tuan Sukamto membeli sebuah rumah yang terletak di kota Medan. Rumah yang dijual rumah 1 lantai dengan luas tanah = 292 m2 dengan NJOP/m2 adalah Rp 537.000,00 dan luas bangunan = 115 m2 dengan NJOP/m2 adalah Rp 310.000,00 (berdasarkan Akte Tanah). Maka BPHTB yang terutang adalah:

Bumi : 292 m2 x Rp 537.000 = Rp 156.804.000 Bangunan : 115 m2 x Rp 310.000 = Rp 35.650.000 NJOP PBB = Rp 192.454.000 NJOPTKP = Rp 60.000.000 NPOPKP = Rp 132.454.000 Tarif = 5% BPHTB = Rp 6.622.700

3.2.Pada tanggal 23 juni 2014. Tuan Herman (WNI) mendapatkan warisan berupa tanah dan bangunan yang terletak di Kota Medan dengan NJOP PBB Rp. 500.000.000,-. Nilai Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk waris di kota Medan adalah sebesar Rp 300.000.000,- (berdasarkan surat keterangan pemerintah setempat) maka BPHTB yang terutang oleh tuan Herman adalah:

BPHTB = 50% x 5% x (Rp. 500.000.000,00 – Rp 300.000.000,00) = 50% x 5% x (Rp. 200.000.000,00)

= Rp 5.000.000,00

1. Saat pajak terutang

Pajak terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan untuk:

1.1.jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 1.2.tukar menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 1.3.hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

1.4.hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

1.5.waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke kantor bidang pertanahan;

1.6.pemasukan dalam perseorangan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

1.7.pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

1.8.putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap;

1.9.pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;

1.10. pemberian hak baru diluar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;

1.11. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

1.13. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; 1.14. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; dan 1.15. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang.

2. Cara pembayaran pajak terutang

sistem pemungutan Beaperolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) pada prinsipnya menganut sistem self assessment yang artinya wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang pajak daerah yang terutang tanpa berdasarkan surat ketetapan pajak daerah.

wajib pajak membayar pajak terutang ke kas Daerah melalui Kantor Pos dan Bank Persepsi tempat pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan yang telah di tunjuk oleh pemerintah daerah dengan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (SSB) tanpa berdasarkan kepada surat ketetapan pajak daerah.

Dengan demikian wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang pada saat terjadinya perolehan hak.

E. Hak-hak wajib pajak pada Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1. Keberatan

a. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:

a. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar.

b. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan kurang bayar tambahan.

c. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan lebih bayar.

d. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Nihil e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan

perundang-undangan perpajakan daerah. b. Tata Cara Pengajuan Keberatan

Keberatan Atas Surat Ketetapan Pajak yang diajukan oleh wajib pajak harus memenuhi ketentuan sebaga berikut:

a. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. Mengemukakan dengan data atau bukti bahwa jumlah pajak yang terutang yang ditetapkan tidak benar. b. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)

bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar, Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan kurang bayar tambahan, Surat Ketetapan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan lebih bayar, Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Nihil, Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan perundang-undangan perpajakan daerah, kecuali jika Wajib Pajak dapatmenunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar

Dokumen terkait