• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Kajian Ini dalam Pendidikan

Kajian kata بلاقحلصأحلصابل pada surat Al-Hujuraat ayat ke 11

G. Urgensi Kajian Ini dalam Pendidikan

Tentang urgensi pendidikan masyarakat dalam perspektif al-qur’an dapat difahami dari ayat al-qur’an yang telah dibicarakan pada bab ii diatas, yang berbicara tentang

Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan secara tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadar atau tidak, ia telah mendidiknya sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat.

Kedudukan ilmu pengetahuan, kedudukan akal, dan pentingnya pembinaan generasi muda. Setidaknya melalui pembahasan urgensi pendidikan masyarakat yang telah dimaksud pada QS. . Al-hujurat ayat 10-13.

Tujuan yang ingin dicapai oleh al-Qur’an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedang pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu, iman dan amal.

Pendidikan harus dilaksanakan secara terus menerus, karena keselamatan dan kekuatan masyarakat tergantung pada keselamatan individu dan persiapannya. Untuk itu Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak, baik pendidikan sosial maupun pendidikan akhlaknya atau perilakunya.

sosial yang terbaik, dan norma-norma Islam yang tinggi. Semua ini bagi Allah sebagai pendidik yang Maha Agung, tidak sulit untuk mewujudkannya, namun Allah ingin menguji hamba-Nya.

Metode praktis yang dapat dipergunakan di dalam pedidikan kemasyarakatan menurut Abdullah Nashih Ulwan (1988: 391-571) adalah dengan penanaman dasar-dasar psikis yang mulia, seperti: taqwa, persaudaraan, kasih sayang, mengutamakan orang lain, pemberian maaf dan keberanian.

Pemeliharaan hak-hak orang lain, seperti hak tehadap orang tua, hak terhadap saudara-saudara, hak terhadap guru, hak terhadap teman dan hak terhadap orang besar.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Kita hendaklah benar-benar menginsyafi bahwa hidup kini hanyalah sebentar, relative singkat, berbentuk sandiwara dan olok-olok dimana berlaku ujian tentang, Iman, Ilmu dan Amal, 11:7, 29:64. Bahwa hidup sebenarnya adalah disorga pada alam akhirat nanti dimana jin dan manusia hidup sempurna selamanya dengan pengabdian khusus pada Allah, 3:133, 3:139, 76:14 dan 51:56

Maka kita hendaklah berusah mendidik dan mengajarkan ilmu yang terkandung dalam al-Qur’an kepada setiap anggota keluarga, 56:95, 69:51, dengan itu diharapkan semoga kita dapat mencegah anggota keluarga dari siksan neraka, 66:6, dan kita merasa cemas kalau-kalau kita meninggalkan anak cucu berganda dengan kehidupan tak menentu tanpa iman pada ketentuan Allah, 2:180, 4:9.

Dari uraian dan penjelasan diatas kiranya dapatlah diambil kesempulan diantaranya adalah :

1. Bahwa perdamaian yang adil merupakan cara terbaik untuk mengakhiri persengketaan yang terjadi di tengah masyarakat. Lebih-lebih jika persengketaan itu terjadi antara sesama kelompok mukminin. Sebab, menurut al-Qur’an antara orang mukmin dengan orang mukmin pada hakikatnya adalah bersaudara (ikhwah).QS. 49:9

2. Bahwa setiap manusia dilarang saling mengolok-olok satu sama lain, terutama sesama muslim, mengejek diri sediri, memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang buruk, bergunjing, berburuk sangka serta mencari-cari kesalahan orang lain. QS. 49:11. Hanyalah akan berakibat kemurkaan dari Allah, QS. 3:162. Dan hukum Allah adalah sebaik-baik hukum, QS. 5:50. Manusia diciptakan oleh Allah

dibedakan berdasarkan ketaqwaannya, tidak didasarkan pada yang lain seperti bahasa, suku, bangsa dan lain-lain. Segala perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakat, tidak boleh menjadikan penghalang bagi kerjasama antar kelompok yang ada, dan sekaligus tidak boleh mengusik persatuan dan kesatuan.

4. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat tersebut yaitu: Pendidikan menjunjung tinggi kehormatan sesama Muslim. Pendidikan berperasangka baik, agar tercipa persaudaraan yang harmonis dan senantiasa menjaga kepercayaan sesama manusia terutama sesama Muslim. Pendidikan ta’aru, QS. 49:13. Sehubungan dengan berperasangka baik, ta’aruf adalah salah satu jalan agar tidak terjadi buruk sangka. Agar saling menjalin komunikasi yang baik dan menjaga silaturrahmi.

B. Saran-Saran

Dari hasil kesimpulan diatas, maka penulis ingin memberikan saran-saran, yang sedapatnya untuk dijadikan bahan masukan bagi siapa saja yang mengaku diri seorang muslimin untuk lebih mengembangkan Pendidikan dalam bermasyarakat.

Seluruh orang beriman bersaudara maka setiapnya hendaklah sama memperlihatkan sikap persaudaraan, tolong menolong dengan kebaikan untuk kesempurnaan hidup bersama berdasarkan hukum Allah. Hal ini dinyatakanNya dalam QS. 16:125, 49:10 dan 49:13. Orang-orang islam tidak akan memperbedaakan warna kulit dan bahasa diantara sesamanya, asal saja semuanya bersatu dalam ediologi dan hukum yang dilaksanakan.

Orang Islam adalah orang-orang yang mematuhi hukum yang telah diturunkan Allah. Mereka diselamatkan dalam kehidupan di dunia kini dan di akhirat nanti. Karena itu, mereka selalu bersikap jujur dan produktif dalam kehidupan setiap tindakan, baik sewaktu bersendirian maupun ketika berhubungan dengan orang lain, hal ini telah digariskan Allah dalam Al-Qur’an pada maksud QS. . 3:102 s/d 3:105.

Dalam bidang pendidikan masyarakat kiranya sudilah setiap diri sebagai mahluk sosial dapatlah memperhatikan tugas dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap orang lain dan terhadap Allah.

1. Terhadap diri sendiri, sikap seorang Muslimiin :

Harus selalu mengingat bahwa dia diciptakan Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah, QS. . 51:56. Dia harus dapat memperhitungkan masa hiduptnya kini hanya untuk beberapa tahun dimana segala sesuatu berupa ujian tentang baik dan buruk, halal dan haram, pada semuanya terdapat hal-hal yang harus diusahakan atau diperjuangkan menurut hukum yang telah diturunkan Allah.

Dia harus bersikap jujur dan adil walaupun untuk dirinya sendiri, QS. . 4:135, dengna arti bahwa dia tidak membiarkan dirinya terbawa hanyut oleh bujukan duniawi, namun dia tidak dibolehkan meninggalkan bagiannya di dunia kini, QS. .28:77.

Dia harus pula meyakinkan diri bahwa dia adalah orang yang nantinya menjadi penduduk surga, QS. . 40:40. Dengan keyakinan demikian, dia selalu menghindarkan diri dari segala bujukan dan perbuatan yang dilarang Allah. Seperti halnya perbuatan yang dilarang Allah, QS. 49:10-13. Semakin disiplin dia dalam setiap tindakan, akan semakin tinggilah derajatnya di akhirat nanti.

2. Terhadap orang lain, seorang Muslimiin :

Kalau berkata hanya menyampaikan yang penuh pengertian, QS. 33:70, dan tidak banyak bicara apalagi yang tidak berguna. Hanya mengucapkan tentang sesuatu dengan hal-hal logis dan ketabahan, QS. 103:3.

Bahwa dia meyakini setiap yang berlaku di dunia kini telah ditentukan Allah lebih dulu, QS. 57:2, dan mempercayai, bahwa di setiap kesempitan ada kelapangan, QS. 94:5, dan bahwa Allah memberi rizki pada hambaNya tanpa perhitungan manusia, dan Allah juga mengganti setiap nafkah yang dibelanjakan menurut hukumNya, QS. 34:39. Karena itu dia tidak terpesona dan tidak terperdaya pada harta benda, QS. 63:9, 102:1, 104:3, maka ketika telah merasa cukup seperlunya, dia memberikan kelebihan harta kepada orang yang membutuhkan

lingkungan QS. 3:104, 9:112 dan tidak memasuki tempat orang lain tanpa izin, QS. 33:53.

3. Terhadap Allah yang menciptakan dirinya :

Seorang muslimin, selalu mematuhi hukum yang diturunkanNya sembari mengharapkan ampunan dan keridhoanNya. Dalam hidupnya dia selalu meyakini bahwa Allah selalu mengawasi dirinya dan membimbingnya. Dia takkan gelisah atas cobaan dan takkan sombong dengan kelebihan yang dimilikinya, QS. 57:23 dan 3:112.

Semoga Allah melindung dan memberkahi hingga terhindar dari suatu yang berupa kekeliruan dan kealpaan, dan kita senantiasa menyembah dan memohon kepadaNya mengharapkan tambahan ilmu dan petunjuk, tanpa mana diri ini tidak bernilai apa-apa dan tidak berdaya sedikitpun juga. Amin.

Dokumen terkait