• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Pendidikan Masyarakat Perspektif doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Pendidikan Masyarakat Perspektif doc"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut informasi yang dibeikan al-Qur’an sendiri, terutama dalam ayat 185 surat Baqarah (2), bahwa tujuan utama dan pertama dari penurunan kitab suci al-Qur’an ialah sebagai kitab hidayah (buku petunjuk) bagi umat manusia. Sebagai kitab hidayah, al-Qur’an surat dengan berbagai petunjuk hidup dan kehidupan manusia, bukan saja yang mengatur hubungan manusia sebagai mkhluk dengan Allah sebagi al-Khaliq, akan tetapi juga tentang hubungan di antara sesama manusia itu sendiri (mu’amalah) dalam lingkungan keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Begitupula Al-Qur’an tidak hanya berbicara tentang hukum-hukum dalam beribadah mahdhah, akan tetapi kandungannya mencakup setiap kebutuhan manusia. Salah satu di antaranya adalah tentang masyarakat sebagai kelompok yang terdiri dari beberapa individu dengan corak budaya yang beraneka ragam.

Menurut al-Qur’an, sebagai akan dibahas nanti, manusia itu antara yang satu dengan yang lain pada dasarnya adalah sama kedudukannya dalam pandangan Allah. Tidak ada yang melebihi antara yang satu dengan yang lain. Kalaupun ada perbedaannya, maka itu semata-mata hanya dapat dibedakan dari segi ketaqwaannya. Itulah sebabnya mengapa antara sesama manusia dituntut saling menghormati, saling menghargai dan bahkan dianjurkan supaya bekerja sama di samping sama-sama bekerja.

(2)

sesama umat manusia pada umumnya, maka al-Qur’an menganjurkan supaya terjalin kehidupan yang penuh persaudaraan, kerjasama dan mempertahankan persatuan dan kesatuan di antara sesama masyarakat itu sendiri, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena pada hakikatnya manusia itu adalah bersaudara.

Dalam konteks pendidikan Islam dan upaya pemeliharaan hukum Allah, sebagai seorang muslimin pengkajian terhadap masyarakat perlu dilakukan mengingat adanya keterkaitan antara pendidikan dengan masyarakat itu sendiri. Didikan kepada kebajikan dan meyeru kepada yang ma’ruf dan pencegahan dari kemungkaran kedalam masyarakat akan menghasilkan tatanan kehidupan masyarakat yang mendapat rahmat Allah, dengan jaminan pahala yang besar.

Oleh karena pendidikan Islam dan upaya pemeliharaan hukum Allah, maka perlu dilakukan kajian yang mendalam tentang pendidikan masyarakat dalam pandangan al-Qur’an.

(3)

B. RUMUMASAN MASALAH

Makalah ini akan menguraikan beberapa kajian Pendidikan Masyarakat Perspektif Al-Qur’an dan Hadits, dengan memfokuskan pada Qur’an surat al-Hujurat (49) ayat 10-13, beserta Hadits-hadits yang relefan guna beroleh penjelasan dari maksud ayat.

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah : “Bagaimanakah pandangan al-Qur’an tentang pendidikan masyarakat?”

Agar Pembahasan makalah ini lebih fokus dan terarah, perlu membuat batasan masalah, yaitu:

1. Apa Pengertian pendidikan masyarakat? 2. Apa konsep pendidikan masyarakat?

3. Bagaimana petunjuk al-Qur’an dan Hadits dalam pendidikan masyarakat? 4. Nilai-nilai pendidikan masyarakat dalam QS. Al-Hujurat?

5. Apa urgensi kajian ini dalam pendidikan?

Kemudian, penulis menyadari bahwa dari beberapa referensi pendidikan masyarakat yang ada dalam kajian makalah ini sulit ditemui, untuk itu, diskusi yang mendalam, argumentatif dan berkelanjutan sangat diharapkan sehingga ditemukan konsep yang utuh tentang pendidikan masyarakat.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui Pengertian pendidikan masyarakat 2. Untuk mengetahui konsep pendidikan masyarakat

3. Guna menjelaskan bagaimana petunjuk al-Qur’an dan Hadits dalam pendidikan masyarakat?

(4)

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan D. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian; Pendidikan, Pendidikan Islam dan Pendidikan masyarakat

a. Pendidikan b. Pendidikan Islam

- Istilah Islam tinjauan etimologis dan terminologis - Pengertian pendidikan Islam

c. Pendidikan masyarakat B. Konsep Pendidikan Masyarakat

C. Kompilasi ayat-ayat pendidikan masyarakat D. Petunjuk al-Qur’an dan hadits

a. Gambaran surat al-Hujurat b. Surat al-Hujurat ayat 9-10 c. Surat al-Hujurat ayat 11-12 d. Surat al-Hujurat ayat 13 E. Kisah di dalam surat al-Hujurat

F. Nilai-nilai pendidikan masyarakat dalam surat al-Hujurat G. Urgensi Kajian surat al-Hujurat dalam pendidikan

BAB III PENUTUP 1. Simpulan 2. Saran

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian; Pendidikan, Pendidikan Islam dan Pendidikan masyarakat

Sebelum memaparkan konsep pendidikan masyarakat, perlulah kiranya pemakalah mendeskripsikan tiga pengertian yang meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal1.

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada o rang yang belum dewasa2.

Sementara itu, Al Syaibany memaknai pendidikan adalah suatu prosespertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendakidalam tingkah laku individu dan kelompok hanya akan berhasil melaluiinteraksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitar serta denganalam sekelilingnya, tempat ia hidup, benda dan persekitaran adalahsebagian alam luas tempat insan itu sendiri dianggap sebagai bagian daripadanya.

(6)

b. Pendidikan Islam

Sebelum memberikan penjelasan perihal pendidikan Islam, pemakalah akan memberikan uraian tentang istilah Islam. Pengertian Islam dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi bahasa dan segi istilah.

3.Pengertian Islam: Etimologis

Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT:

“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).

Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.

Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati3 Menurutnya, kata

“Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan.

Dalam pengertian religius, menurut Abdalati, pengertian Islam adalah "penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya" (Submission to the Will of God and obedience to His Law).

Hubungan antara pengertian asli dan pengertian religius dari kata Islam adalah erat dan jelas. Hanya melalui penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat mencapai kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.

Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.

1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya. 2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan

selamat.

(7)

3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).

4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama. 4.Pengertian Islam: Terminologis

Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.

Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha merumuskan definisi atau pengertian Islam secara terminologis. KH Endang Saifuddin Anshari4

mengemukakan, setelah mempelajari sejumlah rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia merumuskan dan menyimpulkan pengertian Islam, bahwa agama Islam adalah:

1. Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.

2. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala

perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.

3. Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4. Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm dan akhlak.

(8)

Pengertian Pendidikan Islam menurut para ahli:

Pendidikan Islam adalah usaha-usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan nilai Islam baik dalam bentuk bimbingan rohani maupun jasmani guna mewujudkan terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian utama serta kesuksesan dunia akhirat5.

Al Syaibaniy mengatakan pendidikan Islam adalah proses tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitar.6

Adapun pendidikan Islam, menurut al Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkanmanusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, danmenyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikandan kejahatannya, manis dan pahitnya7.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Al Ta’lim dapat diartikan dengan pengajaran. Tetapi menurut Naquib al Attas, bahwa istilah al Ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah Tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Al Attas menjelaskan bahwa Ta’dib berasal dari masdar Addaba yangditurunkan menjadi kata Adabun, berarti pengenalan dan pengakuantentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secarahierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dantentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikatitu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang8.

Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu atau pembentukan kepribadian muslim berdasarkan ajaran-ajaranIslam yang diwahyukan Allah SWT Kepada Muhammad SAW. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal. Karena ajaran Islam berisi

5 http://taqwimislamy.comkonsep-pendidikan-islam-dalam-terapan-masyarakat-madani-menurut-al-qur-an-dan-sunnah

6 Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Lalunggung, Jakarta:Bulan Bintang, 1979

7 Yusuf al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, Terj. Bustami A.Gani,(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm 39

(9)

ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadimasyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikanmasyarakat.9

Jadi, antara pendidikan dengan pendidikan Islam mempunyai arti yang berkesinambungan, hanya saja terdapat perbedaan terhadap metode yang dilakukannya. Pendidikan lebih berorientasi terhadap suatu hal yang lebih universal tanpa menggunakan ajaran agama sebagai landasannya. Sedangkan pendidikan Islam adalah konteks mendidik dengan asas agama sebagai pegangannya.

Dari uraian tokoh-tokoh di atas tadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam dan akan membentuk kehidu pannya sesuai dengan ajaran Islam.

c. Pendidikan masyarakat

Arti masyarakat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia masyarakat dibagi menjadi beberapa bagian yang mempunyai arti antara lain :

Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam sesuatu tempat dengan aturan ikatan-ikatan yang tentu.

Bermasyrakat adalah merupakan masyarakat yang bersekutu.

Permasyarakatan adalah lembaga yang mengurus orang hukuman.

Kemasyarakatan adalah mengenai masyarakat, sifat-sifat atau hal masyarakat. Dalam pengertian sehari-hari, masyarakat berarti, sekelompok manusia yang hidup dan mempunyai hubungan antar yang satu dengan yang lainnya disatu daerah10.

(10)

undang-undang, institusi dan segala segi dan fenomena yang dirangkum oleh masyarakat dalam pengertian yang luas dan baru12.

Arti dan beberapa pendapat di atas memberikan pemahaman, bahwa sebenarnya kehidupan manusia itu bersifat kemasyarakatan, artinya bahwa secara fitri, manusia bersifat kemasyarakatan.

Bila dihubungkan semua ini dengan pendidikan, maka segala pengalaman yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup bersama, dengan berbagai keterikatannya itu, dapat dikatakan pendidikan kemasyarakatan.13

Ag. Soejono (1980:23-24) mengemukakan bahwa, pendidikan kemasyarakatan itu adalah tindakan atau pendidikan yang pada pokoknya menanamkan pengertian, pengetahuan, dan keinsyafan, bahwa setiap orang tentu hidup dalam suatu kelompok, - pemupukkan rasa senang pada kehidupan masyarakat dengan peraturan dan tujuannya, bimbingan kemauan kuat dan sikap tepat untuk berbuat demi kehidupan bersama dan tidak berbuat hal-hal yang merugikan kebahagiaan hidup bersama atau sosial14.

Menurut Ismail R.Al-Faruqi, (1994: 172) Islam memandang masyarakat sebagai pranata Ilahi, suatu pola Allah, yang diperlukan manusia untuk memenuhi tujuan penciptaannya sebagai hamba atau pengabdi. Oleh karena itu lanjut Al Faruqi, - masyarakat sangat perlu bagi pengetahuan (Q.S. al-Hujurat 49: 6), -masyarakat diperlukan bagi moralitas, - dan masyarakat diperlukan bagi sejarah (sebagai panggung kewajiban moral)15.

Sebagai suatu pola Allah, tujuan pendidikan-Nya (al-Qur’n) membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata lain lebih disingkat dan sering digunakan oleh al-Qur’an, “untuk bertakwa kepada-Nya.16

Dari paparan di atas dapat difahami, bahwa pendidikan masyarakat di samping berhadapan dengan kelompok orang, juga pemeliharaan dengan berbagai aktivitas dan aturan secara timbal balik, sangatlah penting keberadaannya.

12 Al-Syaibany, Al-Tomy Omar Muhammad. 1975. Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan: Hasan Langgulung, Judul asli : Falsafah Al Tarbiyah Al Islamiyah, Jakarta : Bulan Bintang.

13 http://tarbiyahiainib.ac.id/dosen/artikel-dosen/499-studi-al-quran-tentang-pendidikan-kemasyarakatan

14 Soejono, Ag. 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, Bandung: CV. Ilmu.

15 Al-Faruqi, Ismail R. 1993. Islam dan Kebudayaan, terjemahan Yustiono, judul asli: Islam and Culture, Bandung: Mizan.

(11)

B. Konsep Pendidikan masyarakat

Diatas telah memberikan penjelasan bahwa masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan ada kalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.

Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan secara tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadar atau tidak, ia telah mendidiknya sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat.

Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini sangat banyak sekali. Diantaranya yaitu meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahun, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

Berdasarkan undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional, peristiwa pendidikan yang berlangsung pada lingkungan masyarakat, tergolong pada pendidikan non formal. Lembaga pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah (LPS) ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana, dilaksanakan di luar kegiatan persekolahan.

(12)

C. Kompilasi Ayat-Ayat

1. Surat al-Hujurat ayat 9

                                 

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 243)

2. Surat al-Hujurat ayat 10

           

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 246-247)

3. Surat al-Hujurat ayat 11

                                          

(13)

4. Surat al-Hujurat ayat 12

                                   

“Hai orang-orang yang b e r i m a n , jauhilah kebanyakan purba- sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 253)

Allah menganjurkan untuk mengonfirmasi kabar yang diterima. Al Hujurat ayat 6:

                 

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Tafsir al Misbah, Vol. 13, Hal 236)

An-Nuur Ayat 11:

                                

(14)

5. Surat al-Hujurat ayat 13

                      

“Hai m a n u s i a , Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 260)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Kata ta arafu pada ayat ini maksudnya bukan hanya berinteraksi tetapi berinteraksi positif. Jadi dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku- suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik dan positif. Lalu dilanjutkan dengan …inna akramakum „ndallahi atqaakum.. maksudnya, bahwa interaksi positif itu sangat diharapkan menjadi prasyarat kedamaian di bumi ini. Namun, yang dinilai terbaik di sisi Allah adlah mereka itu yang betul-betul dekat kepada Allah. (Wahyunianto, Muslim, 2010: 69-70).

Allah SWT sengaja menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda.

Al Maidah ayat 48

                               

U n t u k tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan- Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat

(15)

Yunus ayat 99:

                

D a n Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?. (Shihab, 1999: 99)

Ar-Ruum (30) ayat 22:



             

D a n di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamudan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Shihab, 1999: 289)

Al Maidah (5) ayat 69:

                    

S e s u n g g u h n y a orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar- benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Tafsir Al Misbah, Vol. 3, hal. 154)

Al Baqarah (2) ayat 62:



                       
(16)

Selanjutnya, untuk mewujudkan persaudaraan antar pemeluk agama : Asy Syuura (42) ayat 15 memperkenalkan ajaran:

....                   B a g i Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (Shihab, 1999: 493)

Islam tidak diperkenankan memaksakan kehendak terhadap orang lain. Tetapi, melalui Al Qur‟an Allah menganjurkan agar mencari titik singgung dan titik temu antarpemeluk agama. Al Qur‟an menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain, dan tidak perlu saling menyalahkan. Ali Imran ayat 64:

        

                        K a t a k a n l a h : "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Shihab, 1999: 493).

D. Petunjuk Al-Qur’an dan Hadits a. Gambaran Surat Al_Hujurat

Sebelum diuraikan lebih jauh perihal ayat 10-13 surat al-Hujurat (49), ada baiknya pemakalah lebih dulu memberikan informasi tentang jati diri surat al-Hujurat itu sendiri. Surat al-al-Hujurat, atau surat ke-49, adalah terdiri atas 18 ayat, 343 kalimat dan 1.476 huruf. Diturunkan setelah surat al-Mujadilah, dan tergolong ke dalam kelompok surat-surat Madaniah17.

Dinamakan surat al-Hujurat, yang berarti kamar-kamar, diambil dari perkataan “al-Hujurat” yang terdapt dalam ayat ke-4 dalam surat tersebut. Ayat keempat ini mencela sebagian sahabat yang memanggil-manggil Nabi Muhammad SAW yang sedang berada di dalam kamar rumahnya bersama isteri beliau. Memanggil-manggil Nabi dengan cara dan dalam keadaan demikian menunjukkan

(17)

sifat yang kurang baik dan kurang hormat kepada beliau karena mengganggu ketenangan dan ketenteran beliau.

Beberapa isi pokok yang terkandung dalam surat al-Hujurat ialah meliputi persoalan:

1. Keimanan

Terutama menyangkut ketentuan bahwa masuk agama Islam harus disempurnakan dengan muatan iman yang sebenar-benarnya.

2. Hukum-hukum

Terutama menyangkut soal larangan mengambil keputusan yang menyimpang dari ketetapan Allah dan Rasul-Nya, keharusan meneliti suatu perkabaran yang disampaikan oleh orang-orang fasik, dan kewajiban mengadakan islah antara orang-orang muslimin yang bersengketa karena sesame muslimin itu adalah bersaudara.

3. Akhlak

Terutama tentang etika sopan santun berbicara dengan Rasul Allah SAW, bekerjasama antar kelompok masyarakat dan lain sebagainya.

Itulah gambaran singkat tentang surat al-Hujurat yang di dalamnya terdapat beberapa ayat yang membahas hubungan manusia dengan Allah, manusia kepada sesama dan perilaku manusia.

(18)

'Innamā Al-Mu'uminūna 'Ikhwatun Fa'aşliĥū Bayna 'Akhawaykum ۚ Wa Attaqū Al-Laha La`allakum Turĥamūna

49:10. “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 246-247) Jo. (9:11, 30:30, 42:23)

1. Makna Kosa Kata (Makna Mufradat)

ححلحصصأح

: Terambil dari kata “ashlaha” yang berakar kata “shalaha

atau shaluha – yashluhu – shalahan wa shalahiyatan” yang secara harfiyah berarti baik, sesuai, cocok dan bagus. Lawan katanya adala fasad, yang berarti rusak, jelek dan tidak cocok atau hancur. Yang dimaksud dengan “ishlah disini ialah perdamaian antara dua orang (kelompok) yang berseteru atau yang terlibat peperangan”.18 Dengan melihat

redaksi ayat sebelumnya surta ke 9 akan nampak jelas kisah dari kedua ayat secara berurutan.

Kajian kata اوححللصصأحفح

pada surat Al-Hujuraat ayat ke 10

Bacaan dalam tulisan arab

latin faashlichû

Jenis kata kata perintah atau kata seru

Arti kata اوححللصصأحفح maka (kalian) damaikanlah (mereka[lk])

Jumlah pemakaian kata اوححللصصأحفح dalam AlQuran dipakai sebanyak 3 kali (hujuraat)

Kata اوححللصصأحفح tersusun dari

kata dasar dengan suku kata ح ل ص

Jumlah pemakaian pola dasar

ح ل ص dalam AlQuran

180 kali, yang terdiri dari dipakai kata benda sebanyak 150 kali, dipakai kata kerja sebanyak 30 kali

LINK SURAT HUJURAT\faashlichû.htm19

18 Ibid, 1214

(19)

2. Sebab Nuzul

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi Muhammad SAW naik keledai pergi ke rumah Abdullah bin Ubay, seorang munafik yang suka melontarkan ejekan. Ka itu Ibn Ubay berkata: “Eyahlah engkau daripadaku! Demi Allah aku telah terganggu karena bau busuk himarmu ini (Muhammad)” berkatalah salah seorang Anshar: “Demi Allah keledainya (Muhammad) lebih harum daripada kamu (Abdullah bin Ubay)”. Kemudian sesudah itu marahlah anak buah Abdullah bin Ubay kepada orang Anshar tadi, lalu terjadilah kemarahan yang menimbulkan kedua pihak berkelahi dengan menggunakan pelepah kurma, sandal dan lain-lain.

Berkenaan dengan peristiwa diatas maka turunlah ayat ini (al-Hujurat (49):9) yang memerintahkan penghentian peperangan, untuk kemudian menciptakan perdamaian (diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Anal).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dua orang dari kaum muslimin bertengkar satu sama lain. Maka marahlah pengikut kedua kaum tersebut hingga terjadilah “peperangan” dengan menggunakan tangan dan sandal. Ayat ini (al-Hujurat (49):9) tutun sebagai perintah untuk menghentikan perkelahian dan menciptakan perdamaian (diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan Ibn Jarir yang bersumber dari Abi Malik).

3. Penjelasan

(20)

4. Kesimpulan

Bahwa perdamaian yang adil merupakan cara terbaik untuk mengakhiri persengketaan yang terjadi di tengah masyarakat. Lebih-lebih jika persengketaan itu terjadi antara sesama kelompok mukmin. Sebab, menurut al-Qur’an antara orang mukmin dengan orang mukmin pada hakikatnya adalah bersaudara (ikhwah).

c. Surat al-Hujurat (49) ayat 11

                                          

Yā 'Ayyuhā Al-Ladhīna 'Āmanū Lā Yaskhar Qawmun Min Qawmin `Asá 'An Yakūnū Khayrāan Minhum Wa Lā Nisā'un Min Nisā'in `Asá 'An Yakunna Khayrāan Minhunna ۖ Wa Lā Talmizū 'Anfusakum Wa Lā Tanābazū Bil-'Alqābi ۖ Bi'sa Al-Aismu Al-Fusūqu Ba`da Al-'Īmāni ۚ Wa Man Lam Yatub Fa'ūlā'ika Humu Až-Žālimūna

49:11. Wahai orang-o r a n g yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang dimengolok-olok- diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan jagnlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka iutlah orang-orang yang zalim. (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 250) Jo. (3:118, 3:162, 5:50)

1. Makna Kosa Kata (Makna Mufradat)

Kajian kata رصخحسصيح pada surat Al-Hujuraat ayat ke 11

Bacaan dalam tulisan arab

latin yaskhar

Jenis kata kata kerja aktif bentuk sedang atau akan terjadi

Arti kata رصخحسصيح memperolok-olok

Jumlah pemakaian kata sebanyak 1 kaliرصخحسصيح dalam AlQuran dipakai

Kata رصخحسصيح tersusun dari

kata dasar dengan suku kata ر خ س

Jumlah pemakaian pola dasar ر خ س dalam AlQuran

42 kali, yang terdiri dari dipakai kata benda sebanyak 8 kali, dipakai kata kerja sebanyak 34 kali

(21)

Bacaan dalam tulisan arab latin

Talmizû,Yang dimaksud talmizû disini ialah mencela diri sendiri.

Jenis kata

kata kerja aktif bentuk sedang atau akan terjadi

Arti kata اوزحمللصتح mencela

Jumlah pemakaian kata اوزحمللصتح dalam AlQuran dipakai sebanyak 1 kali

Kata اوزحمللصتح tersusun dari

kata dasar dengan suku kata ز م ل

Jumlah pemakaian pola dasar

ز م ل dalam AlQuran

4 kali, yang terdiri dari dipakai kata benda sebanyak 1 kali, dipakai kata kerja

sebanyak 3 kali

..

Kajian kata

بلاقحلصأحلصابل

pada surat Al-Hujuraat ayat ke

11

Bacaan dalam tulisan arab

latin bi(a)l-alqâbi

Jenis kata kata benda atau sifat

Arti kata بلاقحلصأحلصابل dengan julukan, panggilan yang bukan nama asli berupaYang maksudnya adalah panggilan buruk.

Jumlah pemakaian kata sebanyak 1 kaliبلاقحلصأحلصابل dalam AlQuran dipakai

Kata بلاقحلصأحلصابل tersusun dari

kata dasar dengan suku kata ب ق ل Jumlah pemakaian pola dasar

ب ق ل dalam AlQuran 1 kali, yang terdiri dari dipakai kata bendasebanyak 1 kali

Pola dasar ب ق ل

dalam AlQuran hanya dipakai untuk bentuk kata benda saja, dalam AlQuran untuk pola dasar ini tidak digunakan sebagai kata kerja

(22)

sebanyak 1 kali Kata بتحغصيح tersusun dari kata

dasar dengan suku kata ب ي غ

Jumlah pemakaian pola dasar

ب ي غ dalam AlQuran

60 kali, yang terdiri dari dipakai kata benda sebanyak 59 kali, dipakai kata kerja sebanyak 1 kali

d. Surat al-Hujurat (49) ayat 12

                                   

Yā 'Ayyuhā Al-Ladhīna 'Āmanū Ajtanibū Kathīrāan Mina Až-Žanni 'Inna Ba`đa Až-Žanni 'Ithmun ۖ Wa Lā Tajassasū Wa Lā Yaghtab Ba`đukum Ba`đāan ۚ 'Ayuĥibbu 'Aĥadukum 'An Ya'kula Laĥma 'Akhīhi Maytāan Fakarihtumūhu ۚ Wa Attaqū Al-Laha ۚ 'Inna Al-Laha Tawwābun Raĥīmun

49:12. “Hai orang-orang yang b e r i m a n , jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 253). Jo. (2:275, 3:130, 6:120)

Kajian kata ننلظنحلا

pada surat Al-Hujuraat ayat ke 12

Bacaan dalam tulisan arab latin a(l)dhdhanni

Jenis kata kata benda abstrak atau sifat

Arti kata ننلظنحلا menyangka

Jumlah pemakaian kata sebanyak 3 kaliننلظنحلا dalam AlQuran dipakai

Kata ننلظنحلا tersusun dari kata dasar

dengan suku kata ن ن ظ

Jumlah pemakaian pola dasar ن ن ظ

dalam AlQuran

69 kali, yang terdiri dari dipakai kata benda sebanyak 24 kali, dipakai kata kerja sebanyak 45 kali

Kajian kata اوسحسنحجحتح

pada surat Al-Hujuraat ayat ke 12

Bacaan dalam tulisan arab latin tajassasû

(23)

akan terjadi

Arti kata اوسحسنحجحتح (kalian) supaya mencari kesalahan

Jumlah pemakaian kata sebanyak 1 kaliاوسحسنحجحتح dalam AlQuran dipakai

Kata اوسحسنحجحتح tersusun dari kata

dasar dengan suku kata س س ج Jumlah pemakaian pola dasar س ج

س dalam AlQuran 1 kali, yang terdiri dari dipakai katakerja sebanyak 1 kali

Pola dasar س س ج

Dalam AlQuran hanya dipakai untuk bentuk kata kerja saja, dalam

AlQuran untuk pola dasar ini tidak digunakan sebagai kata benda

Kajian kata بتحغصيح

pada surat Al-Hujuraat ayat ke 12

Bacaan dalam tulisan arab latin yaghtab

Jenis kata kata kerja aktif bentuk sedang atau akan terjadi

Arti kata بتحغصيح (dia[lk]) mengumpat

Jumlah pemakaian kata بتحغصيح dalam AlQuran dipakai sebanyak 1 kali

Kata بتحغصيح tersusun dari kata dasar

dengan suku kata ب ي غ

Jumlah pemakaian pola dasar ي غ ب dalam AlQuran

60 kali, yang terdiri dari dipakai kata benda sebanyak 59 kali, dipakai kata kerja sebanyak 1 kali

2. Sebab Nuzul (11-12)

(24)

Bunyi redaksi ayat “Wa Lā Tanābazū Bil-'Alqābi” (surat al-Hujurat (49):11) turun sebagai larangan mengenai orang dengan sebutan yang tidak disukainya (diriwayatkan oeh Ahmad yang bersumber dari Abi Jubai Ibnu Dhahhak).

Kemudian, beralih ke ayat 12 surat al-Hujurat, dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kasus Salman Al-Farisi. Kisah ringkasnya demikian: Manakala selesai makan, Al-Farisi terus beranjak tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang lain yang menggunjingkannya. Maka turunlah ayat di atas yang pada intinya melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain (diriwayatkan oleh Ibn Al-Mundzir dari Ibnu Juraij).

3. Penjelasan

Dengan penjelasan berurutan yakni, surat al-Hujurat (49) ayat 13 memerintahkan umat manusia supaya bekerjasama serta mempertahankan persatuan dan kesatuan.

Pada ayat 9 dan 10 surat al-hujurat (49) Allah mengingatkan beberapa faktor yang menyebabkan persatuan dan kesatuan suatu masyarakat atau bangsa menjadi terganggu dan bahkan retak dan kemudian terpecah belah.

Diantara faktor yang dimaksudkan ialah perlakuan olok-olok baik yang dilakukan oleh kaum pria atau wanita, bahkan mungkin keduanya. Al-Qur’an melarang perbuatan mengolok-olok dan sekaligus mengingatkan bahwa boleh jadi orang-orang atau kelompok yang diolok-olokkan itu malahan lebih baik daripada yang mengolok-olok.

Faktor lain yang cukup besar pengaruhnya bagi gangguan persatuan dan persaudaraan ialah pemberian gelar yang jelek kepada orang lain, atau dengan kalimat memanggil orang/kelompok lain dengan gelar-gelar yang tidak baik. Allah menyamakan jukukan buruk dengan perbuatan fasik yang jika tidak bertobat pelakunya tergolong ke dalam perbuatan aniaya.

(25)

Menggunjing orang atau lain juga merupakan faktor perusak persatuan dan persaudaraan. Sebab, dari gunjing-menggunjing sangat mengkin timbul pertengkaran yang kenudian mengarah pada kekerasan dan bahkan bias menjadi pertempurat hebat. Lalu jika terjadi saling membunuh maka seakan manusia yang bersaudara itu memakan daging saudaranya yang lain.

Tersebab itu maka al-Qur’an melalui ayat 12 surat al-Hujurat dan beberapa ayat yang senada ayat 6 surat al-Fath, mengingatkan agar menghindari berburuk sangka atau su’udzdzan. Dan Allah SWT mengingatkan kita semua untuk untuk selalu bertaqwa kepadaNya. Di antara wujud taqwa dalam lingkupnya yang luas ialah menghindarkan dir dari kemungkinan terlibat dengan prasangka buruk dang menggunjing.

4. Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari ayat 11 dan 12 surat al-Hujurat, diantaranya ialah bahwa Allah melarang orang-orang beriman terlibat olok-olok dengan sesame mu’minin bahkan dengan sesama manusia pada umumnya.

Orang-orang mukmin juga dilarang memberikan atau memanggil orang lain dengan julukan-julukan jelek yang tidak menyenangkan, dan mengidentikkan perbuatan itu degan perlakuan dzalim.

(26)

e. Surat al-Hujurat (49) ayat 13

                      

Yā 'Ayyuhā An-Nāsu 'Innā Khalaqnākum Min Dhakarin Wa 'Unthá Wa Ja`alnākum Shu`ūbāan Wa Qabā'ila Lita`ārafū ۚ 'Inna 'Akramakum `Inda Al-Lahi 'Atqākum 'Inna Al-Laha `Alīmun Khabīrun

49:13. “Hai m a n u s i a , Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Tafsir Al Misbah, Vol. 13, hal. 260). Jo. (4/1, 6/133, 30/22)

1. Makna Kosa Kata (Makna Mufradat)

 



: Menurut umumnya ahli tafsir klasik, yang dimaksud dengan kata-kata “Min Dhakarin Wa 'Unthá” pada ayat ini adalah Adam dan Isterinya.

 : Kata tunggalnya adalah sya’bun yaitu kehidupan kelompok besar yang dinisbahkan kepada asal (rumpun) yang satu.

Misalnya sya’ban Rabi’ah dan sya’ab Mudhar. Dalam istilah sekarang tampak identik dengan suku bangsa.

Kelompok masyarakat (sosial) yang jumlahnya lebih sedikit daripada sya’bun. Dalam istilah sekarang biasa disamakan dengan suku, seperti istilah kabilah Tamim dari suku Mudhar dan kabilah Bakar dari suku Rabi’ah, dan begitu seterusnya.

Dari kalangan bangsa arab dahulu, hubungan keturunan (al-nasl) itu di bedakan ke dalam 7 kelompok :

1) sya’bun, 2) kabilah, 3) imarah, 4) bathnu, 5) al-fakhdz, 6) al-fashilah, 7) al-‘asyirah.

2. Sebab Nuzul

(27)

sama sekali tidak ada diskriminasi. (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abi Mulaikah).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ayat di atas turun bertalian dengan kasus Abi Hindin yang berhak dikawinkan oleh Rasul Allah SAW kepada seorang wanita dari kalangan Bani Bayadhah. Bani Bayadhah bertanya: “wahai Rasul Allah! Pantaskah kalau kami menikahkan petera-puteri kami dengan budak-budak kami?” Lalu turunlah ayat di atas.

Satu lagi periwayatan disebutkan bahwa ayat 13 surat al-Hujurat (49) di atas diturunkan berkenaan dengan dua orang Anshar yang terlibat tawar-menawar dalam memperoleh haknya. Salah seorang di antara mereka berkata: “Aaku akan mengambilnya dengan kekerasan, karena aku banyak memiliki kawan; sementara yang lain mengajak untuk menyerahkan keputusannya kepda Nabi SAW. Orang tersebut lalu menolaknya, sehingga terjadilah pukul memukul dengan tangan dan sandal; akan tetapi tidak terjadi pertumpahan darah. Ayat diatas memerintahkan supaya melawan rang yang menolak perdamaian (diriwayatkan oeh Ibn Jarif dan Qatadah).”

3. Penjelasan

(28)

Kerjasama yang demikian pada dasarnya mutlak perlu dilakukan oleh setiap bangsa kapan dan di manapun, lebih-lebih oleh bangsa yang penduduknya bersifat majemuk atau heterogin seperti hanya Indonesia. Malahan sebaliknya harus diusahakan kerjasama yang adil dan saling menguntungkan semua pihak, demi persatuan dan kesatuna bangsa yang telah lama dinikmati bangsa Indonesia.

4. Kesimpulan

Dari ayat 13 surat al-Hujurat diatas, dapatlah disimpulkan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah sama. Karena itu maka asas persamaan antar sesama manusia harus dijunjung tinggi, terutama dalam kaitannya dengan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).

Dalam pandangan Allah SWT, manusia itu hanya dapat dibedakan berdasarkan ketaqwaannya, tidak didasarkan pada yang lain seperti bahasa, suku, bangsa dan lain-lain. Segala perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakat, tidak boleh menjadikan penghalang bagi kerjasama anatar kelompok yang ada, dan sekaligus tidak boleh mengusik persatuan dan kesatuan.

E. Kisah-kisah dalam al-Qur’an

Di dalam makalah ini, pemakalah kiranya perlu sekali memberikan uraian perihal kisah, yang memang ada pertalian antara kisah dengan hajat hidup manusia pada lingkungan masyarakat, tersebab adanya muatan pendidikan dan pengajaran.

1. Pengertian kisah

Dalam buku karya Prof. Dr. Nashruddin Baidan “Wawasan Baru Ilmu Tafsir”20, Lafal “kisah” berasal dari bahasa Arab qishshat jamanya

qishash yang menurut Muhammad Ismail Ibrahim, berarti “hikayat [dalam bentuk] prosa yang panjang.”21

Adapun qashash adalah akar kata (mashdar) dari qashsha yaqushshu, secara lughawi konotasinya tak jauh berbeda dari yang disebutkan diatas, yang dipahami sebagai “ceritera yang ditelusuri”

20 Nasruddin Baidan, Wawasan baru ilmu tafsir, Pustaka pelajar, cetakan II, 2011, hlm.223-246

(29)

Dari pengerian lughawi itu dan setelah memperhatian kisah yang diungkapkan oleh al-Qur’an maka kita dapat menerima pengertian yang dikemukkan oleh manna al-Qaththan bahwa yang dimaksud dengan kisah Al-Qur’an ialah “Informasi Alqur’an tentang umat-umat yang silam para Nabi, dan peristiwa yang terjadi”.

2. Macam-macam kisah

Apabila diamati ksah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an maka paling tidak ditemukan tida kategori. 22

Pertama mengenai para Nabi, diantaranya mengenai dakwah terhadap suatu kaum, mukjizat, pendurhaka dll. Kedua, kisah yang terjadi dimasa lampau, yang bukan kisah Nabi, seperti Qabil dan Habil, Zulkarnain, Maryam dan lain-lain. Ketiga, kisah yang terjadi di masa Rasul Allah sepeti perang Badar dan perang Uhud, Hujrah, Isra’ dan sebagainya.

Jika diperhatikan ketiga macam kisah yang terdapat dalam qur’an itu maka tampak dengan jesa semuanya bertujuan memberikan pelajaran memanggil umat kejalan yang benar agar mereka selamat hidup di duni dan berbahagi sampai ke akhirat.

3. Tujuan kisah

Adanya kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti yang kuat bagi umat manusia bahwa al-Qur’an sanat sesuai dengan kondisi mereka karena sejak kecil smapai dewasa dan tua Bangka, tiak ada orang yang tak suka kepada kisah, apalagi kisah itu mempunyai tujuan ganda, yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai hiburan.

4. Pertalian kisah dengan hajat hidup manusia

(30)

hal yang aneh, bila kisah-kisah dalam al-Qur’an sangat menarik dan cocok dengan kebutuhan hidup umat dimuka bumi ini karena yang menurunkannya ialah Allah sendiri pencipta manusia, dialah yang mengetahui kebutuhan dan perkembangan jiwa mereka.

5. Kandungan kisah

Kisah-kisah dalam al-Qur’an diungkapkan dalm rangkan mendidik umat tentang bagaimana cara hidup sebagai khalifah yang deserahi amanah memakmurkan dan membangun kehidupan yang layak bagi umat manusia di muka bumi ini. Dari itu kisah tersebut berisi materi anatara lain: tahid, akhlak, dan mu’amalah. Ketiga unsur ini amat penting dalam kehidupan umat.

Lebih jelasnya, pemakalah akan memberikan gambaran nilai-nilai yang terkandung dalam kisah al-Qur’an khususnya dalam surat al-Hujurat (49) : 10-13, pada pokok bahasan berikut ini.

F. Nilai-Nilai Pendidikan Kemasyarakata dalam Surat Hujurat 10-13

Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan. Didalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 11-13 memiliki makna yang sangat luas, didalamnya membahas cara berhubungan sesama manusia dengan baik, khususnya etika kepada sesama Muslim.

1. Pendidikan menjunjung tinggi kehormatan sesama muslim

Menjunjung tinggi kehormatan sesama muslimim merupakan kewajiban setiap muslimin terhadap muslimin yang lainnya. Dalam al-Qur’an banyak memuat kisah-kisah yang menggambarkan tentang ayat-ayat saling menghormati. Ada beberapa sifat tercela yang harus dihindari dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ini untuk dihindari oleh setiap muslim, berikut uraiannya :

a. Mengolok-olok

Mengolok-olok atau mengejek adalah perbuatan yang dilarang dan diharamkan. Pada QS. . Al-Hujurat ayat 11 dijelaskan larangan supaya jangan menghina atau merendahkan orang lain, karena manusia tidak ada yang sempurna. Setiap kelebihan pasti akan ada kekurangan, begitu juga sebaliknya.

(31)

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada orang yang bersangkutan.23

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad diceritakan bahwa pada suatu hari, Abdullah bin Mas’ud berkumpul dengan para sahabat. Bertepatan pada waktu itu kain yang menutupi kain Abdullah bin Mas’ud tersingkap, sehingga kelihatan betisnya yang kecil dan kurus. Sebagian sahabat menertawakan Abdullah bin Mas’ud itu karena betisnya yang sangat kecil itu. Secara spontan Rosulullah SAW meegur sikap sahabat-sahabat yang menghina atau meredahkan Abdullah bin Mas’ud itu seraya berkata:“apakah kamu tertawa karena betisnya yang kecil itu? Demi Tuhan yang menguasai diriku, kedua betis (Abdullah bin Mas’ud) lebih berat timbangannya dari gurun Uhud.” (HR. Ahmad).

Dari ungkaapan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa seseorangyang mempunyai kekurangan, pasti memiliki kelebihan. Kita tidak dapat menilai seseorang hanya dilihat dari satu sisi. Kekurangan seseorang dapat ditutupi dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya.

b. Mencela.

Dalam potongan ayat 11 QS. . Al-Hujurat dijelaskan

“..Janganlah kamu mencela dirimu sendiri..” kata (

اُوززممللتت

)

terambil dari kata al- lamz. Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai kata ini. Ibnu Asyur misalnya memahaminya dalam arti, ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman.24
(32)

c. Memanggil dengan gelar yang buruk

Wa la Tanabazu (

َلُوت

اُوززبتَانتتت

)

Tanabazu berasal dari akar kata

nabaza- yanbazu-nabzan yang berarti memberikan julukan dengan maksud mencela. Bentuk jamaknya adalah anbaz. Tanabazu melibatkan dua pihak yang saling memberikan julukan. Tanabuz lebih sering digunakan untuk pemberian gelar yang buruk. Maksud dari Tanabuz hampir sama dengan lamz yaitu mencela, hanya dalam Tanabuz ada makna keterus terangan dan timbal balik. Seseorang yang melakukan lamz belum tentu dihadapan orang yang dicelanya, tetapi kalau tanabuz dilakukan dengan terag- terangan dihadapan orang yang bersangkutan.26

d. Az-zann (berperasangka).

Kata az-zann adalah bentuk masdar dari kata zanna-yazunnu yang berarti menduga, menyangka dan memperkirakan. Dalam ayat ini Allah menjelaskan agar menjauhi zann (prasangka) karena sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa. Prasangka yang tidak berdasar tentu meresahkan kehidupan bermasyarakat karena satu sama lainnya saling mencurigai dan akan mengakibatkan perpecahan.27

Perasangka yang dimaksud disini adalah perasangka jelek. Dari kata نﻣ yang artinya dari/sebagian. Artinya adalah sebagian yang jelek, karena perasangka ada dua, yaitu perangka yang baik dan perasangka yang buruk. Allah melarang kita berprasangka buruk karena perasangka buruk akan membawa kita pada perpecahan. Akan tetapi Allah memerintahkan kepada kita akan senantiasa berperasangka yang baik agar senantiasa terjalin hubungan yang harmonis dengan sesame manusia terutama sesama Muslim.

e. Tajassus

Wala tajassasu (dan janganlah kamu saling mencari-cari kesalahan/ memata- matai). Biasanya tajassus dilakukan untuk tujuan yang tidak baik atau bahkan untuk keburukan. Orang yag melakukan tajassus disebut jasus (mata-mata). Lain dengan tahassus (mencari berita), yang biasanya digunakan untuk tujuan baik, sebagaimanadisebutkan Allah SWT dalam megisahkan

(33)

Ya’qub.28











































Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(QS. Yusuf: 87).

f. Ghibah

Allah SWT berfirman : “Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya (QS. . AL-Hujurat: 12).”

Ghibah atau menggunjing yaitu membicarakan kejelekan orang di belakang orangnya. Kejelekan orang yang dibicarakan itu baik tentang keadaan dirinya sendiri atau keluarganya, badannya atau akhlaknya. Menggunjing itu dilarang, baik dengan kata-kata, isyarat atau lain sebagainya.29

Islam melarang pemeluknya untuk menyakiti saudaranya yang sesama Muslim, dengan sarana apapun, baik itu dengan tindakan maupun ucapan.30



























Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka Telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. . Al-Ahzab:58)

(34)

Muslim, maka Allah juga akan membantunya.31

g. Pendidikan Berperasangka baik (Husnudzon)

Hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lainnya, dan khususnya antara Muslim yang satu dengan Muslim yang lainnya, merupakan sesuatu yang harus diupayakan dan dijaga dengan sebaik- baiknya. Oleh karena itu kita harus berperasangka baik.32

Allah melarang kita untuk berburuk sangka. Buruk sangka biasanya berupa tudingan seseorag tanpa didasarkan pada bukti yang mendukung kebenarannya.

































































Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. . Al-Hujurat: 12)

2. Pendidikan Ta’aruf

Ta’aruf adalah saling mengenal, untuk menjadikan keharmonisan dalam hubungan menjadi lebih baik, maka harus dilestarikan dengan adanya silaturrahmi.

Menurut Imam Nawawi silaturrahmi adalah ungkapan berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi yang menyambung atau yang disambungkadang kala dengan harta benda, pelayanan, kunjungan, salam dan lain-lain.33



























































Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya 31 Ahmad Umar Hasyim, Menjadi Muslim KaffahBerdasarkan Al-Qur’an danSunnahNAbi saw,

(Yogyakarta: MitraPustaka, 2007), hal. 542

(35)

Allahmenciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasikamu. (QS. . An-Nisa’: 1)

G. Urgensi Kajian Ini dalam Pendidikan

Tentang urgensi pendidikan masyarakat dalam perspektif al-qur’an dapat difahami dari ayat al-qur’an yang telah dibicarakan pada bab ii diatas, yang berbicara tentang

Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan secara tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadar atau tidak, ia telah mendidiknya sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat.

Kedudukan ilmu pengetahuan, kedudukan akal, dan pentingnya pembinaan generasi muda. Setidaknya melalui pembahasan urgensi pendidikan masyarakat yang telah dimaksud pada QS. . Al-hujurat ayat 10-13.

Tujuan yang ingin dicapai oleh al-Qur’an adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedang pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu, iman dan amal.

(36)

sosial yang terbaik, dan norma-norma Islam yang tinggi. Semua ini bagi Allah sebagai pendidik yang Maha Agung, tidak sulit untuk mewujudkannya, namun Allah ingin menguji hamba-Nya.

Metode praktis yang dapat dipergunakan di dalam pedidikan kemasyarakatan menurut Abdullah Nashih Ulwan (1988: 391-571) adalah dengan penanaman dasar-dasar psikis yang mulia, seperti: taqwa, persaudaraan, kasih sayang, mengutamakan orang lain, pemberian maaf dan keberanian.

(37)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita hendaklah benar-benar menginsyafi bahwa hidup kini hanyalah sebentar, relative singkat, berbentuk sandiwara dan olok-olok dimana berlaku ujian tentang, Iman, Ilmu dan Amal, 11:7, 29:64. Bahwa hidup sebenarnya adalah disorga pada alam akhirat nanti dimana jin dan manusia hidup sempurna selamanya dengan pengabdian khusus pada Allah, 3:133, 3:139, 76:14 dan 51:56

Maka kita hendaklah berusah mendidik dan mengajarkan ilmu yang terkandung dalam al-Qur’an kepada setiap anggota keluarga, 56:95, 69:51, dengan itu diharapkan semoga kita dapat mencegah anggota keluarga dari siksan neraka, 66:6, dan kita merasa cemas kalau-kalau kita meninggalkan anak cucu berganda dengan kehidupan tak menentu tanpa iman pada ketentuan Allah, 2:180, 4:9.

Dari uraian dan penjelasan diatas kiranya dapatlah diambil kesempulan diantaranya adalah :

1. Bahwa perdamaian yang adil merupakan cara terbaik untuk mengakhiri persengketaan yang terjadi di tengah masyarakat. Lebih-lebih jika persengketaan itu terjadi antara sesama kelompok mukminin. Sebab, menurut al-Qur’an antara orang mukmin dengan orang mukmin pada hakikatnya adalah bersaudara (ikhwah).QS. 49:9

(38)

dibedakan berdasarkan ketaqwaannya, tidak didasarkan pada yang lain seperti bahasa, suku, bangsa dan lain-lain. Segala perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakat, tidak boleh menjadikan penghalang bagi kerjasama antar kelompok yang ada, dan sekaligus tidak boleh mengusik persatuan dan kesatuan.

4. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat tersebut yaitu: Pendidikan menjunjung tinggi kehormatan sesama Muslim. Pendidikan berperasangka baik, agar tercipa persaudaraan yang harmonis dan senantiasa menjaga kepercayaan sesama manusia terutama sesama Muslim. Pendidikan ta’aru, QS. 49:13. Sehubungan dengan berperasangka baik, ta’aruf adalah salah satu jalan agar tidak terjadi buruk sangka. Agar saling menjalin komunikasi yang baik dan menjaga silaturrahmi.

B. Saran-Saran

Dari hasil kesimpulan diatas, maka penulis ingin memberikan saran-saran, yang sedapatnya untuk dijadikan bahan masukan bagi siapa saja yang mengaku diri seorang muslimin untuk lebih mengembangkan Pendidikan dalam bermasyarakat.

Seluruh orang beriman bersaudara maka setiapnya hendaklah sama memperlihatkan sikap persaudaraan, tolong menolong dengan kebaikan untuk kesempurnaan hidup bersama berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait