Cakupan Puskesmas Kelurahan
2.2.2.2.3. Urusan Pangan
Berdasarkan Tabel 2.39 dapat diketahui bahwa Indikator kinerja urusan pangan di DKI Jakarta sudah menunjukkan arah yang positif. Tahun 2014 telah dikeluarkan Peraturan Gubernur tentang ketahanan pangan. Sementara itu ketersediaan pangan utama sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 telah mencapai lebih dari 100%, yang artinya
97
ketersediaan pangan utama selama empat tahun terakhir telah melebihi angka jumlah penduduk DKI Jakarta. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.39 Indikator Kinerja Urusan Pangan
No Indikator Tahun 2012 2013 2014 2015 1. Regulasi Ketahanan Pangan - - 1 Pergub - 2. Ketersediaan Pangan Utama A Rata-rata jumlah ketersediaan pangan utama per Tahun (kg) 1.427.400.000 1.228.989.924 1.226.297.700 1.162.728.156 B Jumlah penduduk 9.862.088 9.969.948 10.075.310 10.177.924 C Ketersediaan pangan utama 144,74 % 123,27 % 121,71 % 114,24 %
Sumber : Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta, 2016
Ketersediaan sumber bahan pangan yang tersedia di Jakarta hanya padi. Untuk jagung dan kedelai produksi yang dihasilkan sangat kecil, bahkan beberapa kali hasil produksinya 0. Dilhat dari data produksi padi DKI Jakarta, tren produksi dari 2012-2015 memiliki tren yang cenderung menurun. Meskipun bahan makanan utama penduduk DKI Jakarta adalah dari padi namun jarang terlihat secara langsug bagaimana proses budidaya tanaman padi di sawah. Kegiatan pertanian di Jakarta tidak dilakukan dengan basis lahan namun dengan teknologi. Salah satu contohnya adalah pertanian hidroponik yang dikemas dalam produk wisata atau agro wisata. Hal tersebut ditunjukkan dengan kembali meningkatnya produktivitas padi pada tahun 2015.
Terdapat beberapa kelemahan dalam mewujudkan ketahanan pangan di DKI Jakarta antara lain keterbatasan lahan pertanian, ketergantungan pasokan pangan dari daerah lain, semakin meningkatnya jumlah penduduk, terbatasnya akses informasi ketahanan pangan; serta pola konsumsi beras. Salah satu usaha untuk mengembangkan ketahanan pangan di DKI Jakarta adalah melalui kebijakan impor beras. Strategi yang dapat dikembangkan meliputi pengembangan dan peningkatan intensitas jaringan kerjasama, peningkatan kapasitas distribusi pangan, pembangunan sistem cadangan pangan, serta pengembangan diversifikasi dan konsumsi. Berikut data dari produksi dan produktivitas padi di DKI Jakarta.
98 2.2.2.2.4. Urusan Lingkungan Hidup Pencemaran Status Mutu Air
Terkait indikator pencemaran status mutu air yang merupakan tolok ukur kinerja pemantauan pencemaran status mutu air di seluruh kawasan permukiman atau industri dan sumber mata air tercatat mengalami peningkatan setiap tahunnya sepanjang tahun 2010-2015. Pada tahun 2010 pemantauan hanya terlaksana sebanyak 23% dari keseluruhan kawasan permukiman atau industri dan sumber mata air. Kemudian pada tahun 2015 pelaksanaan pemantauan meningkat signifikan menjadi 86% dari keseluruhan kawasan permukiman atau industri dan sumber mata air. Kondisi tersebut menunjukkan adanya pengendalian terhadap pencemaran sumber air yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010. Namun demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu terus meningkatkan kinerja cakupan pemantauan, sehingga seluruh kawasan permukiman atau industri dan sumber mata air dapat dipantau status mutu air-nya. Hal ini sejalan dengan amanah Permen LH No.19/2008 tentang SPM, bahwa indikator SPM yang menunjukkan prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air, nilai pencapaian secara bertahap sampai dengan sebesar 100 %; dan batas waktu pencapaian secara bertahap sampai dengan tahun 2013. Adapun data pencemaran status mutu air disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.40 Pencemaran Status Mutu Air
Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah kawasan permukiman atau industri dan
sumber daya air yang dipantau mutu airnya 75 161 221 226 231 287 Jumlah kawasan permukiman atau industri dan
sumber mata air 332 332 332 332 332 332 Pencemaran status mutu air 23% 48% 67% 68% 70% 86%
Sumber : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, 2016
Cakupan Periode Pemantauan Status Mutu Air
Data cakupan periode pemantauain status mutu air sepanjang tahun 2010-2015 menunjukkan bahwa hanya pada tahun 2012 dan tahun 2014 telah dilakukan seluruh periode pemantauan badan air sesuai jumlah periode pemantauain badan air yang harus dipantau. Sementara tahun 2010, 2011, 2013 dan 2015 jumlah periode pemantauan
99
badan air masih belum dilakukan sesuai jumlah periode yang harus dipantau. Penjelasan secara numerik dapat disimak pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.41 Pemantauan Badan Air
Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah periode pemantauan badan air (13 sungai, 40 situ, 267 titik air tanah, 45 titik air laut)
7 10 12 11 12 8
Jumlah periode pemantauan badan air yang harus dipantau (sungai, situ, air tanah, air laut)
12 12 12 12 12 12 Pemantauan badan air 58% 83% 100% 92% 100% 67%
Sumber : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta
Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal (Jumlah Perusahaan yang di Awasi)
Pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL di Provinsi DKI Jakarta masih belum terlaksana 100%. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL pada tahun 2015 sebanyak 47% dari seluruh perusahaan wajib AMDAL (Tabel 2.42). Meski demikian, capaian tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang hanya sebanyak 38% dari seluruh perusahaan wajib AMDAL.
Tabel 2.42 Pengawasan Terhadap Amdal
Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah kegiatan usaha yang mempunyai dokumen lingkungan (AMDAL dan UKL/UPL) yang diawasi
1.064 1.152 1.234 1.827 1.674 2.302 Jumlah kegiatan usaha yang mempunyai
dokumen lingkungan (AMDAL dan UKL/UPL) 2.811 3.338 3.651 3.982 4.415 4.899 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan
Dokumen Lingkungan (AMDAL) 38% 35% 34% 46% 38% 47%
Sumber : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta
Persentase Luas Permukiman Yang Tertata
Berdasarkan Tabel 2.43 dapat diketahui bawah persentase luas permukiman yang tertata di DKI Jakarta sejak tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2010 tercatat sebesar 0,29% menjadi 0,14% pada tahun 2015. Sehingga dalam perspektif kedepan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih perlu menitikberatkan penyelesaian persoalan penataan permukiman.
100
Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Luas area permukiman tertata (ha) (Perhitungan SIPPT Perumahan & Apartemen)
89,67 251,96 175,07 950,91 128,87 39,48 Luas area permukiman
keseluruhan (ha) (Sumber: Zona Kuning RDTR)
30.594,00 30.594,00 30.594,00 30.594,00 28.911,00 28.911,00 Persentase Luas
permukiman yang tertata 0,29 0,82 0,57 3,11 0,45 0,14
Sumber : Dinas Penataan Kota DKI Jakarta
Penegakan Hukum Lingkungan
Penegakan hukum lingkungan di Provinsi DKI Jakarta pada periode 2010-2015 telah menunjukkan capaian kinerja yang positif. Selama lima tahun, persentase penanganan penegakan hukum lingkungan telah mencapai angka 100%, kecuali pada tahun 2014 yang mencapai 94% (Tabel 2.44). Hal ini bermakna Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berhasil menyelesaikan setiap kasus lingkungan yang terjadi.
Tabel 2.44 Penegakan Hukum Lingkungan
Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah kasus lingkungan yang ditangani
pemda 87 61 59 70 271 147
Jumlah kasus lingkungan yang ada 87 61 59 70 288 147 Penanganan Penegakan hukum
lingkungan 100% 100% 100% 100% 94,00% 100%
Sumber : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, 2016
Persentase Penanganan Sampah
Indikator kinerja penanganan sampah di Provinsi DKI Jakarta selama tahun 2010-2015 telah menunjukkan capaian yang positif. Hal ini terlihat dari meningkatnya persentase penanganan sampah seiring dengan peningkatan volume produksi sampah setiap tahunnya. Tahun 2010 persentse penanganan sampah tercatat 79,83% dari 6.341 ton produksi sampah, kemudian di tahun 2015 penanganan sampah meningkat menjadi 91,10% dari 7.046 ton produksi sampah. Penjelasan lebih lanjut disajikan dalam grafik di bawah ini.
101
Gambar 2.23 Persentase Penanganan Sampah
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2016