• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Bidang Peternakan

1. Urusan Pertanian

Bab II/46-52

Tabel 2.13: Produksi Ikan Kabupaten Ponorogo

Seluruh kinerja sasaran strategis di atas dapat dicapai karena pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan secara berkesinambungan selama kurun waktu 2011 -2015.

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah

Beberapa tantangan dan peluang yang saat ini dihadapi guna mewujudkan Sistem Pertanian Modern Sebagai Basis Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Ponorogo dalam 5 (lima) tahun mendatang adalah :

1. Urusan Pertanian

a. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah penghasil tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar di Jawa Timur. Komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang telah berkembang dan dihasilkan oleh petani di Kabupaten Ponorogo antara lain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, jeruk, durian, manggis, mangga, pisang, melon, bawang merah, dan lombok. Komoditas tersebut

No Komoditi Produksi (ton)

2011 2012 2013 2014 2015

1 Lele 1.773 2.005 2.165 1.860 1.369,08

2 Nila 400 561,80 100,55 96,30 133,06

3 Gurami 94,50 92,80 92,20 108,00 146,88

Bab II/47-52

mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani. Tantangan untuk urusan pertanian selama lima tahun mendatang antara lain adalah:

a. Pendapatan petani pada umumnya masih rendah;

b. Luas baku lahan pertanian semakin menurun karena adanya konversi lahan sawah produktif untuk kegiatan non-pertanian;

c. Sumber daya air untuk pertanian semakin langka akibat kerusakan alam. Penurunan efisiensi saluran irigasi semakin bertambah karena kurangnya pemeliharaan dan rehabilitasi yang disebabkan terbatasnya dana pemerintah; d. Pembangunan pertanian harus mengindahkan aspek

kelestarian lingkungan, sehingga pemilihan teknologi dan pengelolaannya tidak hanya didasarkan pada keuntungan sesaat (jangka pendek);

e. Usaha pertanian yang sebagian besar berupa petani gurem dan kecil dihadapkan kepada keterbatasan akses terhadap layanan usaha, terutama permodalan, mengakibatkan petani banyak terjebak dalam sistem ijon yang melemahkan posisi tawar mereka. Di samping itu, kemampuan petani terbatas dalam menyimpan produknya, sehingga sering kali hasil panen harus segera dijual sesaat sesudah panen;

f. Rantai pemasaran yang panjang berakar dari kondisi infrastruktur perdesaan yang kurang memadai, seperti ketersediaan informasi pasar, sarana transportasi, dan jalan desa;

g. Sistem adopsi atau alih tekhnologi dinilai masih lemah karena lambatnya diseminasi teknologi baru dan pengembangan teknologi yang sudah ada di tingkat petani.

Bab II/48-52

Sistem penyampaian hasil teknologi yang dilakukan penyuluh melalui proses aplikasi teknologi di area percontohan terkendala oleh terbatasnya sarana dan anggaran yang ada;

h. Adanya peningkatan intensitas kejadian iklim ekstrim yang mengakibatkan pergeseran pola tanam dan peningkatan serangan organisme pengganggu tanaman.

Adapun peluang pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut:

a. Kabupaten Ponorogo bermata pencaharian sebagai petani, kondusif bagi pertumbuhan sektor pertanian;

b. Pertumbuhan jumlah penduduk menuntut meningkatnya

penyediaan pangan baik kuantitas maupun kualitas;

c. Pengembangan pupuk organik, agensia hayati, pestisida nabati, serta anjuran penggunaan pupuk serta pestisida melalui penyuluhan yang intensif;

d. Perkembangan iptek yang pesat dan semakin gencarnya issue/gerakan pembangunan pertanian berkelanjutan; e. Modernisasi pertanian melalui penggunaan alat-alat

pertanian tepat guna untuk mengantisipasi menurunnya petani di usia produktif;

f. Liberalisasi perdagangan menambah peluang pasar hasil komoditi pertanian.

b. Bidang Perkebunan

Tanaman perkebunan memiliki potensi yang masih besar dan sangat berpeluang untuk selalu dikembangkan. Untuk kabupaten Ponorogo komoditi yang unggulan yang berpeluang untuk dikembangkan diantaranya adalah tebu, kopi, tembakau, cengkeh, kelapa, dan kakao. Beberapa tantangan yang kira-kira akan dihadapi selama 5 (lima) tahun mendatang

Bab II/49-52

kurang lebih sama dengan bidang tanaman pangan dan hortikultura, yaitu:

a. Peningkatan serangan organisme pengganggu tanaman

(serangan hama kwangwung pada kelapa; penggerek buah kakao dan helopelitis pada tanaman kakao; penyakit BPKC pada tanaman cengkeh; dll) yang mengakibatkan kwalitas dan produktivitas rendah;

b. Pemeliharaan tanaman perkebunan kurang intensif; c. Kurangnya benih unggul bersertifikat (aren dan lada);

d. Banyaknya tanaman perkebunan yang sudah tua dan

kurangnya kemampuan petani dalam melakukan

regenerasi tanaman;

Beberapa peluang yang bisa diandalkan hampir sama dengan peluang-peluang dalam pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di atas.

c. Bidang Peternakan

Peluang usaha di bidang peternakan masih terbuka lebar. Sejauh ini berdasarkan hasil ST2013, rumah tangga pertanian, khususnya sub sektor peternakan terbanyak kedua setelah sub sektor tanaman pangan. Ada 151.011 rumah tangga yang memelihara/berkecimpung dengan usaha peternakan. Adapun hewan ternak yang paling banyak dipelihara adalah kambing, sapi, dan ayam. Beberapa tantangan untuk pembangunan peternakan di masa mendatang antara lain:

a. Terbatasnya persediaan benih/bibit unggul sapi perah; b. Sarana pelayanan kesehatan hewan jumlahnya masih

kurang ideal jika dibandingkan cakupan luas wilayah yang ditangani;

c. Jumlah SDM paramedik veteriner, dokter hewan maupun tenaga teknis peternakan masih sangat kurang;

Bab II/50-52

d. Mendukung ketertersediaan bahan pangan asal hewan yang ASUH untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat;

e. Upaya pemenuhan pakan ternak yang berkualitas;

f. Pelaksanaan pola perencanaan yang baik dan

berkesinambungan dalam menunjang pembangunan peternakan nasional;

g. Penekanan angka kematian ternak (mortalitas rate) < 1%;

h. Tercapainya pengurangan/menyempitnya wilayah

terancam wabah (population at risk);

i. Tercapainya penurunan kasus penyakit (insiden rate) menjadi < 10%;

j. Terbebasnya air susu sapi yang beredar di masyarakat dari residu antibiotika;

k. Tercapainya pola usaha peternakan tradisional ke pola bisnis;

l. Terbentuknya iklim usaha kemitraan yang kondustif;

m. Terciptanya tata niaga ternak dan produk peternakan yang berkualitas dan berorientasi pada mekanisme pasar;

n. Tercapainya usaha peternakan yang ramah lingkungan; o. Terwujudnya kawasan sentra industri peternakan rakyat

berbentuk usaha rearing, fattering dan breeding di pedesaan.

Usaha di bidang peternakan sangat berpeluang untuk terus dikembangkan. Mengingat beberapa hal diantaranya adalah:

a. Usaha peternakan berperan penting dalam penyediaan pangan hewani, terutama daging, susu, dan telur dimana dalam fungsi pemenuhannya tidak bisa digantikan oleh zat lainnya;

Bab II/51-52

b. Jumlah konsumsi protein hewani masih kurang jika dinilai dari konsumsi protein hewani standart Pola Pangan Harapan (PPH).

Dokumen terkait