• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Usia Dewasa Awal

Hurlock (1980) mengemukakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 – 40 tahun, saat perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

Di Indonesia batas kedewasaan adalah 21 tahun, karena pada usia itu seseorang sudah dianggap dewasa dan selanjutnya dianggap sudah mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya (Monks et all, 2004). Hal ini

didukung pendapat Mappiare (1983) yang mengemukakan bahwa usia dewasa awal dimulai dalam usia 21/22 tahun. Sedangkan, Levinson (dalam Monks et all,

1998) menyatakan bahwa memasuki masa dewasa awal mencakup tiga periode, yakni periode pengenalan orang dewasa (22-28 tahun) dimana individu menyadari peran dan tanggung jawabnya sebagai orang dewasa serta berusaha membentuk struktur kehidupan yang stabil dalam dunia kerja dan hubungan sosial. Usia 28-33

tahun merupakan pemantapan dari masa sebelumnya, begitu juga dengan usia 33-40 yang merupakan fase pemantapan, dimana individu memantapkan diri dalam karir, kehidupan keluarga dan tempatnya dalam masyarakat. Pada usia 40 tahun merupakan puncak masa dewasa, sampai menuju masa dewasa madya pada usia 45 tahun. Pada penelitian ini batasan usia dewasa awal mengacu pada teori Levinson.

2. Perkembangan usia dewasa awal

Dewasa awal merupakan individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1980). Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru, dan sebagai orang dewasa mereka diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Pembuatan keputusan yang dimaksud adalah secara luas, yakni meliputi tentang karir, nila-nilai, keluarga, hubungan, dan gaya hidup (Santrock, 2002).

Dewasa awal yang memiliki sikap bergantung, akan sangat sukar mengambil keputusan sendiri ; apakah akan menikah atau tidak; akan bekerja dimana, dan sebagainya (Mappiare, 1983). Individu dewasa awal yang mandiri, akan mampu mengambil keputusan dalam hidupnya secara bertanggung jawab.

Sedangkan individu yang tidak mandiri, semua keputusan yang harus dibuatnya tidak akan jadi-jadi, karena ketidakmampuan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya. Hal tersebut akan menghambat individu yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.

Havighurst (dalam Monks ea all, 2004) mengemukakan bahwa perjalanan

hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dapat dipenuhi. Konsep diri dan harga diri akan turun bila seseorang tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik. Lebih lanjut dikatakannya bahwa tugas perkembangan dewasa awal adalah mulai bekerja yang menandai kemampuannya untuk mandiri secara ekonomi, menerima tanggung jawab sebagai warga negara, memilih jodoh, belajar hidup berkeluarga, dan menemukan kelompok sosialnya. Individu dewasa awal, sebagai orang yang dewasa diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri terhadap harapan sosial barunya (Hurlock, 1980).

Perkembangan pada usia dewasa awal dapat dilihat dalam berbagai aspek (Santrock, 2002), antara lain :

a) Kondisi fisik

Kondisi fisik pada usia dewasa awal tidak hanya mencapai puncaknya saja, tetapi juga mulai menurun selama periode ini. Perhatian pada kesehatan meningkat di antara orang dewasa awal. Kondisi fisik menggapai puncaknya antara usia 18-30 tahun, terutama usia 19-26 tahun. Menuju akhir dari usia dewasa awal, pelambatan dan penurunan kondisi fisik mulai

tampak. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian seseorang (Basri, 2004). Individu dewasa awal yang mandiri berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya dengan mengandalkan dirinya sendiri, sehingga bila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang prima, maka hal tersebut bisa terhambat.

b) Kognitif

Integrasi baru dari pikiran terjadi pada masa dewasa awal. Pemikiran pada usia dewasa awal akan menghasilkan pembatasan-pembatasan pragmatis yang memerlukan strategi penyesuaian diri yang sedikit mengandalkan analisis logis dalam memecahkan masalah (Labouvie-Vief dalam Santrock, 2002). Perry (dalam Santrock, 2002) mengemukakan bahwa pola pikir usia dewasa awal menuju pada pola pikir yang beragam, dan semakin relatif. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa memasuki usia dewasa awal, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang ada, percaya bahwa setiap orang memiliki pandangan pribadi serta setiap pendapat yang ada sebaik pendapat orang lainnya. Sehingga menjadikan orang dewasa memahami bahwa kebenaran adalah relatif.

Pandangan lain yang mengemukakan tentang perubahan kognitif pada usia dewasa awal adalah Schaie, yang mengajukan urutan fase-fase kognitif, terdiri dari :

1) Fase mencapai prestasi (achieving stage)

situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan.

2) Fase tanggung jawab (the responsibility stage)

Fase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan pada keperluan-keperluan pasangan dan keturunan. Perluasan kemampun kognitif yang sama diperlukan saat karir individu meningkat dan tanggung jawab kepada orang lain muncul dalam pekerjaan dan komunitas.

3) Fase eksekutif (the executive stage)

Fase dimana individu bertanggung jawab pada sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial (pemerintahan atau perusahaan, misalnya). Selain itu individu juga mulai membangun pemahaman tentang bagaimana organisasi sosial bekerja dan berbagai hubungan kompleks yang terlibat di dalamnya. Fase ini terjadi di masa dewasa tengah.

4) Fase reintegratif (the reintegrative stage)

Fase dimana individu memilih untuk memfokuskan tenaga pada tugas dan kegiatan yang bermakna bagi mereka. Fase ini terjadi pada akhir masa dewasa.

c) Sosio-emosional

Memasuki masa dewasa awal, individu mengalami ketegangan emosional yang nampak dalam bentuk keresahan (Hurlock, 1980). Keresahan yang dialami tergantung dari masalah-masalah penyesuaian diri yang harus

dihadapi saat itu dan berhasil tidaknya dalam upaya penyelesaiannya. Salah satunya adalah penyesuaian terhadap kehidupan sosial yang baru, dimana individu menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru, dan komitmen baru yang menjadi landasan dikemudian hari. Dengan berakhirnya pendidikan formal dan memasuki ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang sebagai akibatnya akan mengalami keterpencilan sosial atau krisis keterasingan. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat kuat untuk maju dalam karir. Dengan demikian keramah-tamahan masa remaja diganti persaingan pada masa dewasa. Banyk waktu dicurahkan untuk pekerjaan, sehingga hanya terdapat sedikit waktu untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubungan yang akrab. Akibatnya menimbulkan sikap egosentris dan menambah keterasingan. Lama

tidaknya perasaan keterasingan ini tergantung dari kemampuan individu untuk membina hubungan sosial yang baru, guna menggantikan hubungan sosial yang berukurang sebelumnya.

D Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Kemandirian Pada

Dokumen terkait