• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun

5.1.1. Usia Pemberian Makanan Tambahan dan

Jadi berdasarkan hasil penelitian umumnya ibu memberikan makanan dengan menu lengkap pada anak 1 tahun yaitu nasi, sayur, dan ikan.

5.1.1. Usia Pemberian Makanan Tambahan dan Jenis Makanan Pertama Kali Diberikan

Pada umumnya anak tidak mendapatkan ASI saja di Desa Weujangka karena sebesar 66,7% anak telah diberikan makanan tambahan dan 63,6% anak diberikan susu formula saat anak berusia kurang dari 1 bulan. Hal ini dikarenakan anak selalu menangis dan dianggap lapar. Umumnya ibu memberikan pisang wak atau pisang ayam saja yang dilumatkan. Memberikan pisang juga menjadi tradisi turun temurun. Saat ini ibu lebih banyak memberikan pisang ayam kepada anaknya. Karena pisang ayam lebih mudah didapatkan.

Budaya Peucicap juga memengaruhi pemberian ASI saja selama 6 bulan. Karena adat Peucicap dilakukan saat anak berusia 7 hari dan anak diberikan sari buah (pisang, apel, jeruk, anggur, nangka), gula, garam, madu yang dioleskan pada bibir anak serta hati ayam dan paha ayam yang diberikan sebagai syarat saja disertai doa. Hal ini dilakukan supaya anak menjadi orang yang dilambangkan seperti makanan tersebut, seperti nangka diberikan supaya anak dapat mengharumkan nama keluarga, nusa, dan bangsa, paha ayam diberikan supaya anak gigih mencari rezeki, dll. Dilihat dari segi kesehatan, adat Peucicap tidak berdampak positif bagi anak karena dengan memberikan makanan belum tentu anak kelak menjadi anak yang saleh, berbakti

kepada kedua orang tua, agama, nusa dan bangsa seperti seperti yang dilambangkan makanan tersebut.

5.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga

5.2.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendidikan Ibu

Pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 6-24 bulan berdasarkan pendidikan ibu sebagian besar adalah baik. Ibu yang pendidikan SLTA persentase pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan adalah 100% yang artinya sebagian besar mereka telah telah memberikan makanan yang baik sesuai dengan usia anak. Tetapi ibu tamatan perguruan tinggi pola pemberian ASI dan MP-ASI anak usia 0-6 bulan sebagian besar tidak baik (80%), karena anak sudah diberikan susu formula dan makanan tambahan. Pada umumnya ibu tamatan perguruan tinggi bekerja di luar rumah. Hal ini mempengaruhi ibu memberikan susu formula dan makanan tambahan karena ibu jarang memberikan ASI. Jadi, pendidikan ibu bukan suatu acuan jika pola pemberian ASI dan MP-ASI menjadi baik.

Sedangkan menurut pernyataan Suhardjo (1986), tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperolehnya. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi kemampuan ibu menyerap informasi serta lebih mudah menerapkan dalam keluarga.

5.2.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan sikap dan perilaku didalam pemilihan bahan makanan yang selanjutnya berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Sebagian besar ibu yang memiliki

pengetahuan baik dan cukup telah menerapkan pola pemberian ASI dan MP-ASI yang baik pada anak, namun pola pemberian ASI dan MP-ASI baik pada anak 6-24 bulan sedangkan anak 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI saja.

Tidak diberikannya ASI saja selama 6 bulan dapat disebabkan oleh faktor budaya dan kurangnya informasi yang didapat dari petugas kesehatan. Hal ini terbukti dari pertanyaan yang diberikan, sebagian besar ibu menjawab bahwa pemberian ASI saja diberikan sampai umur 4 bulan dan makanan tambahan atau pisang diberikan saat anak berusia 2 bulan. Jadi sebagian besar ibu belum mengetahui tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan, tetapi ibu mengetahui tentang pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun dan pola makanan yang baik pada anak 6-24 bulan. Jika informasi diberikan secara terus-menerus maka akan meningkatkan pengetahuan ibu dan perubahan sikap serta perilaku ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manik (2007), informasi dapat mempengaruhi pola pemberian makan anak balita jika informasi yang diberikan sesering mungkin untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu.

5.2.3 Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Petani adalah jenis pekerjaan yang banyak dijalani oleh ayah yang memiliki anak 0-2 tahun dan sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI baik. jenis pekerjaan lain seperti nelayan, pedagang, supir, dan wiraswasta pola pemberian ASI dan MP-ASI baik juga. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tertentu tidak berkaitan dengan pola pemberian ASI dan MP-ASI menjadi baik atau buruk. Karena ayah tidak berperan langsung dalam pemberian makan anak, maka status gizi anak tidak berkaitan dengan pekerjaan ayah. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan

oleh Hendra Yudi tahun 2007, mengatakan pekerjaan ayah tidak ada hubungan dengan status gizi anak tetapi pekerjaan ibu berhubungan dengan status gizi anak. Karena pada ibu yang tidak bekerja sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan adalah baik (100%), ibu memegang peran penting dalam pengasuhan anak seperti ibu menyediakan dan memberikan makan anak, serta anak mendapatkan perhatian yang cukup.

5.2.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendapatan Keluarga Sebagian besar keluarga di Desa Weujangka memiliki penghasilan di bawah Rp.1.300.00,00 per bulan seperti telah diuraikan di atas bahwa sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai petani, nelayan, supir dan menghasilkan uang dalam sebulan antara Rp.300.000,00-Rp.500.000,00. Walaupun penghasilan mereka di bawah UMP, tetapi sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 6-24 bulan dikategorikan baik. Karena pada umumnya beras dan sayur diperoleh dari hasil panen sehingga mereka tidak perlu membelinya. Sayur yang ditanam adalah sawi, kangkung, bayam, daun ubi, selada, dll. Jika ibu bosan dengan sayur tersebut maka ibu akan membeli sayur lain seperti touge, wortel, kentang, dll. Sedangkan ikan yang dikonsumsi, mereka lebih sering mengkonsumsi ikan Tongkol, Bandeng, Udang, Mujair. Jadi pendapatan rendah tidak menjamin bahwa pola pemberian makanan pada anak menjadi tidak baik. Hal ini dapat disebabkan ibu telah mengetahui dan menerapkan pola pemberian makanan yang baik dengan memanfaatkan bahan makanan disekitarnya sesuai kebutuhan anak. Jika anak berusia 1 tahun ke atas ibu menyediakan nasi, sayur, dan ikan dan umumnya ibu menyediakan makanan berbeda dengan makanan keluarga karena anak belum bisa makan makanan yang pedas

seperti nasi dengan sayur bayam rebus dan ikan yang goreng atau nasi yang dicampurkan dengan kecap dan ikan. Anak usia 9-12 bulan ibu memberikan nasi tim dari campuran nasi, wortel, kentang, bayam, daun sop, ceker ayam, tahu, tempe, dll. Sebagian besar ibu membeli bahan makanan tersebut. Anak usia 6-9 bulan ibu memberikan pisang dan nasi dilumatkan. Tetapi anak usia 0-6 bulan, ibu belum memberikan ASI saja namun diberikan makanan tambahan serta susu formula. Hal ini disebabkan pengetahuan ibu tentang ASI saja selama 6 bulan masih rendah.

Sedangkan keluarga yang memiliki pendapatan di atas Rp.1.300.000,00 sebesar 44,4% keluarga belum menerapkan pola pemberian ASI dan MP-ASI karena dengan penghasilan yang cukup, ibu telah memberikan susu formula pada anak usia di bawah 6 bulan.

5.2.5. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dan Jumlah Anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan 4 orang pola pemberian ASI dan MP-ASI baik (64,7%) dan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang pola pemberian ASI dan MP-ASI baik (69,6%). Karena keluarga mampu menyediakan makanan yang baik untuk anak walaupun jumlah keluarga lebih dari 4 orang dan pendapatan perbulan Rp.300.000,00-Rp.500.000,00. Untuk menyediakan makanan bagi anak dan keluarga sebagian besar keluarga hanya membeli ikan, tetapi beras dan sayur yang dikonsumsi diperoleh dari hasil panen.

Jumlah anggota keluarga paling banyak adalah 10 orang dari seluruh keluarga yang memiliki anak 0-2 tahun. Keluarga ini merupakan keluarga luas yang terdiri dari

beberapa kepala keluarga. Jadi setiap keluarga mengelola dan menyediakan makanan bagi keluarganya.

Sebagian besar keluarga yang memiliki anak 2 orang atau lebih menunjukkan bahwa pola pemberian ASI dan MP-ASI anak usia 6-24 bulan baik. Jadi dari analisis hasil penelitian, banyaknya jumlah anak tidak berkaitan dengan pola pemberian ASI dan MP-ASI karena ibu tetap memerhatikan pola pemberian ASI dan MP-ASI dan menyediakan makanan yang seimbang, frekuensi pemberian makan 2-5 kali sehari, serta pemberian ASI/susu lebih dari 6 kali sehari atau sesuai keinginan anak. Tetapi anak usia 0-6 bulan, pada umumnya pola pemberian ASI tidak baik walaupun ibu memiliki anak 2 orang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor budaya yaitu memberikan pisang dilumatkan sejak umur di bawah 1 bulan.

5.2.6. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Tipe Keluarga

Sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 6-24 bulan yang tinggal di keluarga inti baik begitu juga yang tinggal di keluarga luas. Anak yang tinggal dalam keluarga inti atau luas, pola pemberian ASI dan MP-ASI umumnya baik pada usia 6-24 bulan. tetapi usia di bawah 6 bulan umumnya tidak baik karena telah diberikan makanan tambahan.

Peran nenek dalam keluarga luas juga besar dalam pemberian makanan pada anak. Nenek merupakan faktor pendorong dalam pemberian pisang saat anak berusia di bawah 6 bulan. Nenek menganggap anak sering menangis karena lapar jika anak diberikan ASI saja. Oleh karena itu, dengan pengetahuan ibu kurang tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan dan dorongan orang tua yang sangat kuat agar

diberikan makanan maka banyak anak-anak diberikan makanan tambahan di bawah 6 bulan.

Dokumen terkait