POLA PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI PADA ANAK 0-2 TAHUN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PESISIR
DESA WEUJANGKA KECAMATAN KUALA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 061000056 KHANDILA SARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
POLA PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI PADA ANAK 0-2 TAHUN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PESISIR
DESA WEUJANGKA KECAMATAN KUALA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 061000056 KHANDILA SARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :
POLA PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI PADA ANAK 0-2 TAHUN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PESISIR
DESA WEUJANGKA KECAMATAN KUALA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010 Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
KHANDILA SARI NIM. 061000056
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2010 Dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
((Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes)) (Dra. Jumirah, Apt, MKes) NIP. 196205291989032001 NIP. 195803151988112001
Penguji II Penguji III
(Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi) (Ernawati Nasution, SKM, MKes) NIP. 196806161993032003 NIP. 197002121995012001
Medan, Juli 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
ABSTRAK
Sampai saat ini masih ditemukan pemberian makanan pada anak yang belum sesuai umur, seperti pemberian MP-ASI tidak tepat dan diberikan pada anak di bawah 6 bulan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemberian ASI dan MP-ASI pada 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi keluarga.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah keluarga yang memiliki anak 0-2 tahun sebanyak 40 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang aspek sosial ekonomi keluarga dan pola pemberian ASI dan MP-ASI dengan metode wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI pada anak 0-6 bulan tidak baik karena telah diberikan makanan tambahan dan susu formula, namun pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 6-24 bulan umumnya baik. Pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun umumnya baik dari ibu yang berpengetahuan baik.
Disarankan bahwa kepada pihak Puskesmas lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan dan makanan tambahan yang diberikan sesuai usia dan kebutuhan anak dengan cara penyuluhan di Posyandu.
ABSTRACT
Until now still be found feeding on age appropriate child who is not like giving inaccurate complementary feeding ang given ti children under 6 month. Therefore, this research was aimed to know the pattern of breastfeeding and complement feeding to 0-2 year old babies, viewed from the families’ socio-economic aspects.
This research was descriptive with cross-sectional design. The samples were 40 families who owned children 0-2 year. The data were gathered by using the questionnaires which contained questions about the families’ socio-economic aspects and the pattern of breastfeeding and complement feeding with interview method.
The result of the research showed that giving breasfeeding to children 0-6 month was not good because they had been given complementary feeding and formula milk, but giving breastfeeding and complementary feeding to children 6-24 month was generally good. The pattern of giving breastfeeding and complement feeding children 0-2 years was generally good from mother’s good knowledge.
It was suggested that the management of the Primary Healthy Center should conduct the counseling at Posyandu in order to increase mothers’ knowledge and awareness in giving only breastfeeding during the 6 month period and the complement feeding according to the ages and needs of the children.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Khandila Sari
Tempat/Tanggal Lahir : Bireuen, 28 Juli 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Bersaudara : 3 (Tiga) Bersaudara
Alamat : Jalan dr. Soemarsono no. 16 Komp USU Medan
Riwayat Pendidikan
Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri Bertingkat Bireuen
Tahun 2000 – 2003 : SLTP Negeri 1 Bireuen
Tahun 2003 – 2006 : SMU Negeri 1 Bireuen
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
ridho-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi
ini yang berjudul “Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun
Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi di Wilayah Pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tahun 2010”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen Penasehat Akademik
4. Seluruh dosen dan staff serta seluruh civitas akademika FKM USU yang telah
membimbing dan membantu selama perkuliahan.
5. Bapak Muhammad Nasir selaku kepala Desa Weujangka yang telah memberikan
6. Ayahanda M. Nasir Ishak dan Ibunda Rosdiana Djafar yang telah banyak
berkorban materi dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis.
7. M. Andriansyah Putra yang telah memberikan support, semangat, dan bantuan
kepada penulis.
8. Dian Maya Sari, SKM, Thessiane Prahara Dipta, SKM, Junita, SKM, Wahyuni
Deylyana Siregar, dan Dessy Puji Astuti yang telah memberikan doa dan
semangat kepada penulis.
9. Hengky, Iqbal, Mansur, Dila Aini, teman-teman angkatan ’06, peminatan Gizi
Masyarakat, dan Soemarsono 16 serta temen-temen seperjuangan yang telah
memberikan doa, bantuan dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Riwayat Hidup Penulis... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 0-2 Tahun ... 6
2.2. Pola Pemberian Makan Anak 0-2 Tahun ... 10
2.3. Makanan Anak Usia 0-2 Tahun ... 10
2.3.1. Air Susu Ibu (ASI) ... 10
2.3.2. Susu Formula ... 12
2.3.3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 12
2.4. Aspek yang Terkait Pemberian Makanan ... 13
2.4.1. Aspek Sosial Ekonomi ... 13
2.4.2. Usia Pemberian Makanan Tambahan ... 16
2.4.3 Jenis Makanan yang Diberikan Selain ASI ... 17
2.5. Kerangka Konsep ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
3.1. Jenis dan Desaian Penelitian ... 18
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
3.3. Populasi dan Sampel ... 18
3.3.1. Populasi ... 18
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 19
3.4.1. Data Primer... 19
3.4.2. Data Sekunder ... 19
3.5. Defenisi Operasional... 19
3.6. Aspek Pengukuran ... 20
3.7. Pengolahan dan Analisa Data ... 23
3.7.1. Pengolahan Data ... 23
3.7.2. Analisa Data ... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 25
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 25
4.2. Gambaran Umum Responden ... 25
4.3. Aspek Sosial Ekonomi Responden ... 26
4.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Anak 0-2 Tahun ... 31
4.4.1 Usia Pemberian Makanan Tambahan Pertama Kali dan Jenis Makanan yang Diberikan ... 33
4.5. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga ... 35
BAB V PEMBAHASAN ... 42
5.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun ... 42
5.1.1. Usia Pemberian Makanan Tambahan dan Jenis Makanan Pertama Kali Diberikan ... 44
5.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga ... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 51
6.1. Kesimpulan... 51
6.2. Saran ... 51
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Anak Menurut
Golongan Umur ... 10
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 26
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 26
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 27
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 27
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan tentang Pola Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangkan
Tahun 2010 ... 28
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 29
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaaan Ibu
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 29
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 30
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga di Desa Weukangka Tahun 2010 ... 30
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 31
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Keluarga
di Desa Weujangka Tahun 2010... 31
Tabel 4.12. Distribusi Jenis Makanan yang Diberikan Pada Anak Berdasarkan Usia Anak di Desa Weujangka
Tabel 4.13. Distribusi frekuensi Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pola Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangka
Tahun 2010 ... 33
Tabel 4.14. Distribusi Usia Pemberian Makanan Tambahan
Berdasarkan Jenis Makanan Tambahan yang Diberikan
pada Anak 0-2 Tahun di Desa Weujangka Tahun 2010 .... 34
Tabel 4.15. Distribusi Usia Pemberian Susu Formula Pertama Kali
pada Anak Di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 34
Tabel 4.16. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 TahunBerdasarkan Pendidikan Ibu di
Desa Weujangka Tahun 2010 ... 35
Tabel 4.17. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pengetahun Ibu di
Desa Weujangka Tahun 2010 ... 36
Tabel 4.18. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pekerjaan di
Desa Weujangka Tahun 2010 ... 37
Tabel 4.19. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pendapatan Keluarga
di Desa Weujangka Tahun 2010... 38
Tabel 4.20. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 39
Tabel 4.21. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Tipe Keluarga
ABSTRAK
Sampai saat ini masih ditemukan pemberian makanan pada anak yang belum sesuai umur, seperti pemberian MP-ASI tidak tepat dan diberikan pada anak di bawah 6 bulan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemberian ASI dan MP-ASI pada 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi keluarga.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah keluarga yang memiliki anak 0-2 tahun sebanyak 40 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang aspek sosial ekonomi keluarga dan pola pemberian ASI dan MP-ASI dengan metode wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI pada anak 0-6 bulan tidak baik karena telah diberikan makanan tambahan dan susu formula, namun pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 6-24 bulan umumnya baik. Pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun umumnya baik dari ibu yang berpengetahuan baik.
Disarankan bahwa kepada pihak Puskesmas lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan dan makanan tambahan yang diberikan sesuai usia dan kebutuhan anak dengan cara penyuluhan di Posyandu.
ABSTRACT
Until now still be found feeding on age appropriate child who is not like giving inaccurate complementary feeding ang given ti children under 6 month. Therefore, this research was aimed to know the pattern of breastfeeding and complement feeding to 0-2 year old babies, viewed from the families’ socio-economic aspects.
This research was descriptive with cross-sectional design. The samples were 40 families who owned children 0-2 year. The data were gathered by using the questionnaires which contained questions about the families’ socio-economic aspects and the pattern of breastfeeding and complement feeding with interview method.
The result of the research showed that giving breasfeeding to children 0-6 month was not good because they had been given complementary feeding and formula milk, but giving breastfeeding and complementary feeding to children 6-24 month was generally good. The pattern of giving breastfeeding and complement feeding children 0-2 years was generally good from mother’s good knowledge.
It was suggested that the management of the Primary Healthy Center should conduct the counseling at Posyandu in order to increase mothers’ knowledge and awareness in giving only breastfeeding during the 6 month period and the complement feeding according to the ages and needs of the children.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut,
pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis
sesuai pentahapannya (SKN, 2009).
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya
perbaikan gizi yang berbasis pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal.
Kurang gizi berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat
berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan,
menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian.
Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh
berbagai faktor penyebab. Penyebab langsung gizi kurang adalah makan tidak
seimbang, baik jumlah maupun mutu asupan gizinya. Di samping itu, asupan zat gizi
tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan
penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak
cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola pengasuhan anak
terutama dalam pola pemberian makan pada balita, kurang memadainya sanitasi dan
kesehatan lingkungan serta kurang baiknya pelayanan kesehatan (Direktorat Gizi
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang dilakukan oleh Depkes,
prevalensi gizi buruk secara nasional pada balita mencapai 5,4 persen. Pencapaian ini
dinilai memenuhi target rencana jangka panjang menengah untuk perbaikan gizi
sebesar 20 persen dan target Millenium Development Goals (MDGs) sebesar 18,5
persen padan tahun 2015.
Menurut Riskesdas tahun 2007, prevalensi gizi buruk pada balita di
Kabupaten Bireuen mencapai 9,0 persen dari 5.999 balita berdasarkan BB/U.
Usia 0-2 tahun merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode
emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini anak memperoleh asupan gizi yang
sesuai untuk tumbuh kembang. Sebaliknya apabila pada masa ini anak tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang anak, baik pada saat
ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2006) pada keluarga miskin di
Kelurahan Gundaling-I Kecamatan Berastagi, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara praktek pemberian makan yang baik dengan status gizi anak 0-24 bulan.
Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, empat hal penting harus
dilakukan yaitu; 1. Memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera setelah bayi
lahir; 2. Memberikan ASI saja (ASI Eksklusif) selama 6 bulan; 3. Memberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 - 24 bulan; 4. Meneruskan
Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang bergizi bagi anak 0-2 tahun.
ASI merupakan makanan yang paling lengkap, aman, dan murah. ASI tidak dapat
digantikan oleh susu manapun mengingat komposisi ASI yang sangat ideal dan sesuai
dengan kebutuhan anak, serta mengandung zat kekebalan yang sangat penting untuk
mencegah timbulnya berbagai penyakit. Akan tetapi, ASI hanya dapat memenuhi
kebutuhan zat-zat gizi anak sampai usia 6 bulan, setelah itu diberikan makanan
pendamping ASI (Pudjiadi, 2005).
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), distribusi
pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Aceh tahun 2006 sebesar 53,3 persen dan tahun
2007 sebesar 44,6 persen. Sedangkan distribusi pemberian ASI Eksklusif di Indonesia
pada tahun 2006 sebesar 64,1 persen dan tahun 2007 sebesar 62,2 persen. Dari hasil
survei ini, distribusi pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Aceh masih di bawah
rata-rata pemberian ASI Eksklusif di Indonesia.
Bertambahnya umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak
usia 6 bulan bayi diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap
yang dibuat dari makanan pokok secara khusus untuk bayi. Sementara itu ASI harus
tetap diberikan secara teratur dan sering (Depkes, 2007). Secara sosial ekonomi dan
budaya, MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah
diperoleh di daerah setempat (indigenous food).
WHO (2001) menyebutkan bahwa ada 51% angka kematian anak balita
disebabkan oleh pneumonia, diare, campak, dan malaria. Lebih dari separuh kematian
utama penanganan utama adalah memperbaiki pemberian makan kepada bayi dan
anak serta perbaikan gizi ibunya (Depkes, 2007).
Desa Weujangka adalah salah satu desa di antara 20 desa yang ada di wilayah
Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen yang terletak di sebelah utara pusat
pemerintahan kecamatan. Sebagian besar penduduk berpenghasilan tidak tetap
kira-kira Rp. 500.000,00 per bulan. Menurut hasil survei pendahuluan, anak-anak
diberikan makanan tambahan saat anak berusia dibawah 6 bulan dan anak-anak tidak
makan ikan dan sayur.
Mengacu dari uraian latar belakang di atas, penulis ingin melakukan
penelitian tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau dari
aspek sosial ekonomi di wilayah pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala
Kabupaten Bireuen tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “ Bagaimana pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau
dari aspek sosial ekonomi di wilayah pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala
Kabupaten Bireuen tahun 2010”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak
0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi di wilayah pesisir Desa Weujangka
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga anak 0-2 tahun meliput i
pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI, pekerjaan orang
tua, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga
di wilayah pesisir Desa Wuejangka.
2. Mengetahui gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun di
wilayah pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen tahun
2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan di Puskesmas Kuala tentang pola
pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun.
2. Sebagai masukan bagi pengelola program gizi di Puskesmas Kuala dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 0-2 Tahun
Menurut Hidayat (2005), proses-proses pertumbuhan dan perkembangan anak
0-2 tahun adalah sebagai berikut:
1. Masa Neonatal (0-28 hari)
Pertumbuhan dan perkembangan bayi setelah lahir adalah terjadinya adaptasi
pada semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi tersebut dimulai dari sistem
pernapasan yaitu pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per
menit, penyesuain denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran
jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, kemudian terjadi
aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi
seperti menangis, memutar-mutar kepala, menghisap, dan menelan.
Pada masa neonatal, perkembangan motorik kasar ditandai dengan gerakan
seimbang tubuh, mulai mengangkat kepala. Kemudian perkembangan motorik halus
ditandai dengan kemampuan anak mengikuti garis tengah bila kita memberikan
respon terhadap gerakan jari atau tangan. Perkembangan bahasa adanya kemampuan
bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara dan perkembangan sosial anak
mulai tersenyum serta menatap untuk mengenali seseorang.
2. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a. 1-4 bulan
Pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan mencapai 700-1000 gram
Perkembangan motorik kasar yaitu kemampuan anak mengangkat kepala saat
tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala
tegak, kontrol kepala mulai sempurna, berguling dan terlentang ke miring, dan
berusaha merangkak.
Perkembangan motorik halus yaitu anak dapat memegang suatu objek,
mencoba memegang benda ke dalam mulut, memerhatikan tangan dan kaki,
memegang benda dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun sebentar.
Perkembangan bahasa ditandai dengan kemampuan bersuara dan tersenyum,
berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, mengoceh spontan atau
bereaksi dengan mengoceh.
Perkembangan adaptasi sosial yaitu anak mulai mengamati tangan, tersenyum
spontan, dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenali ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pandengaran ,dan kontak, serta waktu tidur dalam sehari
lebih sedikit dari pada waktu terjaga dengan membentuk siklus tidur bangun.
b. 4-8 bulan
Pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2 kali dari berat badan lahir dan
rata-rata kenaikan 500-600 gram per bulan apabila anak mendapatkan gizi yang baik.
Sedangkan tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan.
Perkembangan motorik kasar terjadi perubahan dalam aktivitas seperti
telungkup pada alas dan mengangkat kepala dengan gerakan menekan kedua tangan,
dapat memalingkan ke kanan dan ke kiri, serta sudah mulai duduk dengan kepala
Perkembangan motorik halus anak mulai mengamati benda, mulai
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang
dipegang, serta mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan.
Perkembangan bahasa anak mulai menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh
ke arah suara atau menoleh ke arah sumber bunyi, menggunakan vokalisasi semakin
banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua
bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba.
Perkembangan adaptasi sosial anak mulai bermain dengan mainan, takut akan
kehadiran orang asing, dan memukuk-mukul lengan serta kaki ketika kesal.
c. 8-12 bulan
Pertumbuhan berat badan dapat mencapai 3 kali dari berat badan lahir apabila
mencapai usia 1 tahun dan pertambahan berat badan per bulan sekitar 350-450 gram
pada usia 7-9 bulan dan 250-350 gram per bulan pada usia 10-12 bulan dalam
pemenuhan gizi anak baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan
saat lahir dan saat usia satu tahun panambahan tinggi badan tersebut masih stabil dan
diperkirakan tinggi badan akan mencapai 75 cm.
Secara umum perkembangan bayi pada tahun pertama yaitu terjadi
peningkatan pada beberapa organ fisik atau biologis seperti penambahan ukuran
panjang badan kurang lebih 25-30 cm pada tahun pertama, peningkatan jaringan
subkutan, perubahan pada fontanel anterior menutup pada usia 9-18 bulan, perubahan
pada lingkar kepala dan lingkar dada, dimana lingkar kepala sama besar dengan
terjadi perubahan berat otak anak menjadi 25 % berat otak orang dewasa dan
pertumbuhan gigi dimulai dari gigi susu pada umur 5-9 bulan.
Perkembangan motorik kasar yaitu diawali kemampuan anak dengan duduk
tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, dan bangkit terus berdiri. Perkembangan
motorik halus anak mulai mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu
memindahkannya, mengambilnya, dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari.
Perkembangan bahasa mulai mampu mengatakan papa mama yang belum spesifik,
dapat mengucapkan 1-2 kata. Sedangkan, perkembangan adaptasi sosial dimulai
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, menirukan kegiatan orang lain.
d. Masa anak 1-2 tahun
Pada masa anak 1-2 tahun anak mengalami kenaikan berat badan sekitar
1,5-2,5 kg dan panjang 6-10 cm. Pertumbuhan gigi terdapat tambahan 8 buah gigi susu
termasuk gigi geraham pertama dan taring sehingga seluruhnya berjumlah 14-16
buah.
Perkembangan motorik kasar yaitu anak sudah mampu melangkah dan
berjalan dengan tegak mampu menaiki tangga dengan satu tangan dipegang, mampu
berlari-lari kecil. Perkembangan motorik halus mampu mencoba menyusun atau
membuat menara pada kubus. Perkembangan bahasa anak mampu memiliki sepuluh
pembendaharaan kata, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengombinasikan
kata-kata. Perkembangan adaptasi sosial anak mulai membantu kegiatan di rumah,
2.2. Pola Pemberian Makan Anak 0-2 Tahun
Pola pemberian makan anak 0-2 tahun sesuai dengan rekomendasi Depkes RI
(2007) seperti tertera dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Menurut Golongan Usia Anak Gol. Usia
Anak (bulan)
Jenis Makanan Frekuensi Sehari
0-6 ASI Sesuka bayi
6- 9
ASI/susu formula, makanan lumat (bubur susu, bubur, sumsum, pisang saring/dikerok, pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dll)
ASI/susu formula sesuka bayi, makanan lumat 2 kali
9-12
ASI/susu formula, makanan lunak (bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang pur i, dll)
ASI/susu formula sesuka bayi, makanan lunak 2-3 kali
12-24 ASI/susu formula, makanan padat atau makanan keluarga
ASI/susu formula sesuka anak, makanan keluarga 3-5 kali
Sumber: Depkes RI, 2007
2.3. Makanan Anak Usia 0-2 Tahun 2.3.1. Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang
dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, dimana
komposisinya sesuai untuk pertumbuhan bayi (Pudjiadi, 2005). Pemberian ASI
tahun, baik dalam situasi normal terlebih dalam situasi darurat. Frekuensi pemberian
ASI dianjurkan setiap 2-3 jam sekali (Depkes, 2006).
ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, lemaknya banyak mengandung
polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda), protein utamanya
lactabumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan mineralnya banyak, rasio
kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi penyerapan. Selain itu,
ASI juga mengandung zat anti infeksi (Arisman, 2004).
Beberapa keunggulan ASI antara lain mengandung kolostrum mengandung
zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare
dan infeksi saluran pernapasan akut, meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan
yang tidak diberikan ASI, mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling
sempurna serta cairan hidup yang sesuia dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan ASI masih dibutuhkan sampai anak berusia 2 tahun, ASI yang
bersih, aman, mudah dicerna dan tersedia dengan suhu yang sesuai (Depkes, 2007).
Peran ibu dalam mewujudkan anak sehat dapat dilaksanakan dengan
pemberian ASI secara baik dan benar. Cara pemberian ASI yang baik adalah;
1. Persiapkan sejak atau sebelum hamil dengan mempelajari perihal ASI dan
menyusui serta berniat benar untuk menyusui; 2. Kontak dengan bayi dan mulai
menyusui dalam setengah jam setelah malahirkan, berikan kolostrum; 3. Menyusui
bayi sesering mungkin; 4. Menyusui bayi dengan benar, yaitu tubuh bayi yang
menempel ke perut ibu dan mulut bayi memasukkan semua areola ke dalam mulut
bayi; 5. Berikan ASI eksklusif segera setelah lahir sampai 6 bulan; 6. Berikan
beraktivitas di luar rumah, usahakan mengatur jadwal untuk tetap menyusui atau
berikan ASI perah dengan sendok; 8. Berikan ASI sampai 2 tahun (Kasdu, 2004).
2.3.2. Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi atau susu kedelai atau protein hidrolisa,
lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral diperuntukkan sebagai makanan bayi.
Formula dibuat aman untuk dikonsumsi atau bebas dari mikroorganisme yang
patogen dan dipertahankan stabilitasnya. Zat-zat gizi yang dikandungnya disusun
sedemikian rupa mendekati komposisi ASI. Teknologi pembuatannta dikembangkan
terus-menerus, walaupun begitu susu formula tidak menyamai ASI. Oleh karena itu
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, susu formula tidak dapat digunakan sebagai
pengganti ASI tetapi sebagai pelengkap makanan bayi (Suhardjo, 2003)
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002
menunjukkkan bahwa pemberian susu formula kerap dilakukan pada bayi kurang dari
2 bulan. Hal ini terjadi karena ibu bekerja kembali saat bayi berusia 6-8 minggu. Oleh
sebab itu, cakupan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dalam kurun
waktu antara 1997 sebesar 10,8 persen menjadi 32,4 persen di tahun 2002
(Susanto, 2010).
2.3.3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus
bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh
kembang anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran
yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Makanan
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI (Depkes, 2006).
MP-ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai
usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga
suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin
meningkat (WHO, 2003). MP-ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan,
seperti memenuhi kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu seimbang
dan memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan
daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi / higiene
(Pudjiadi, 2005).
Tujuan memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah
melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI/susu formula, mengembangkan
kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai rasa dan
tekstur, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan
melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi
(Persagi, 1992).
2.4. Aspek yang terkait dalam Pemberian Makanan Anak 0-2 Tahun 2.4.1. Aspek Sosial Ekonomi.
Faktor sosial ekonomi merupakan data sosial meliputi keadaan penduduk,
keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, dapur, penyimpanan makanan, sumber air,
kakus. Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan,
pengeluaran, dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim
suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan sebagai tolak ukur.
a. Pendidikan
Menurut Apriadji, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan
orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah,
kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan
mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (Foster, 2006). Tetapi, status
pendidikan rendah keluarga akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi
dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya kebutuhan gizi dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2005).
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu unsur kebudayaan. Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan
harapan-harapan.
pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris (Anonim, 2009).
Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi diperoleh dari pengalaman
empiris dan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyediakan,
mengolah, menyajikan makanan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena
penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam memilih makanan,
menentukan cara pengolahan yang benar serta menyajikan secara baik sesuai dengan
c. Pekerjaan
Pekerjaan yang layak dapat mempengaruhi penghasilan seseorang sehingga
mampu memenuhi kebutuhan makanan berprotein yang diperlukan anak-anak
sehingga tidak kekurangan kalori protein (Juwono, 1997).
d. Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berati semakin baik makanan yang
diperoleh (Berg, 1986). Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar
pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran, dan beberapa
jenis makanan lainnya.
e. Jumlah Anggota Keluarga
Menurut Bogin (1997), keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Terpenuhinya gizi yang baik, seringkali dapat dicapai dengan adanya
keadaan sosial ekonomi yang baik. Tumbuh kembang dapat dipengaruhi oleh banyak
hal antara lain: faktor genetis (keturunan), kondisi psikologis yang baik, situasi
politik yang stabil di negara tempat tinggal, kondisi kesehatan, jumlah anggota
keluarga yang tinggal di dalam satu rumah, dll. Jumlah anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena semakin
banyak anggota di dalam satu rumah, maka semakin berkurangnya makanan yang
f. Jumlah Anak
Jumlah anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena, jumlah
anak yang sedikit maka anak mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari orang
tua yang dapat membangkitkan rasa percaya diri (Juwono, 1997).
g. Tipe Keluarga
Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang
merupakan gabungan dari pola-pola kebudayaan yang disalurkan malalui dua sisi
keluarga. Menurut Efendi (1997), keluarga dibagi atas beberapa 2 tipe keluarga yaitu;
1. Keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak; 2. Keluarga
luas (extended family) yang terdiri dari keluarga inti, kakek-nenek, paman-bibi,
sepupu, dan sebagainya (Unila, 2009) . Di Aceh, peran nenek sangat dominan dalam
pemberian makanan terhadap cucunya, hal ini disebabkan karena dalam satu keluarga
tidak hanya terdiri dari keluarga inti tetapi juga keluarga luas.
2.4.2. Usia Pemberian Makanan Tambahan
Kebiasaan pemberian makanan anak umur 0-24 bulan dikelompokkam
berdasarkan pengelompokan yang sudah terbentuk sendirinya di masyarakat.
Pengelompokan ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh team Bina Gizi
Masyarakat Masyarakat, Depkes RI di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur pada
tahun 1986/1987 mengenai pola pemberian makanan bayi dan anak sampai umur 24
bulan. Kelompok usia pemberian makanan adalah: 1). 0 – 1 bulan; 2). 2 – 4 bulan; 3)
2.4.3. Jenis Makanan yang Diberikan Selain ASI
Makanan pendamping ASI adalah adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi diberikan kepada anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selaindari ASI (Depkes, 2006). Makanan tambahan untuk bayi dapa
berupa makanan setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil
teknologi. Komposisi zat-zat gizi disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap
pertumbuhan dan kesehatan yang optimal. Makanan tambahan yang diberikan juga
dapat dibuat sendiri dirumah dari bahan makanan yang tersedia setempat dan
harganya terjangkau. Seperti, sari buah diberikan lebih dini daripada sayur-sayuran.
Nasi tim diberikan mulai umur enam bulan (Suhardjo, 2003).
2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep di atas faktor sosial ekonomi (pendidikan ibu,
pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI, pekerjaan orang tua, pendapatan
keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga) dapat
mempengaruhi pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun di Desa Weujangka
Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen.
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Anak 0-2 Tahun Aspek Sosial Ekonomi Keluarga:
- Pendidikan ibu
- Pengetahuan pola ASI dan MP-SI - Pekerjaan orang tua
- Pendapatan keluarga - Jumlah anggota keluarga - Jumlah anak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desaian Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang pola
ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, yaitu penelitian yang mengamati
subjek dengan pendekatan suatu saat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten
Bireuen. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena:
- Anak-anak diberikan makan saat anak berusia dibawah 6 bulan
- Anak-anak tidak makan ikan atau sayur
- Penghasilan keluarga di bawah Rp.500.000,00 per bulan
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juli Tahun 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang
mempunyai anak berumur 0-2 tahun pada saat penelitian di Desa Weujangka
Kabupaten Bireuen tahun 2010 sebanyak 40 orang.
3.3.2. Sampel
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah dilakukan dengan metode
wawancara. Data yang diambil data sosial ekonomi keluarga. Data sosial ekonomi
responden meliputi pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI,
pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan
tipe keluarga. Kusioner yang digunakan juga mengukur pola ASI dan MP-ASI anak
0-2 tahun.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari Puskesmas Kuala yang
berkaitan dengan penelitian.
3.5. Definisi Operasional
1. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan secara formal yang pernah diselesaikan
oleh responden.
2. Pengetahuan pola ASI dan MP-ASI adalah segala sesuatu yang diketahui
responden tentang pola ASI dan MP-ASI.
3. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh responden
yang bersifat menghasilkan uang.
4. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan kepala keluarga dari responden
dalam satu hari, minggu, atau bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
6. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang ada dalam satu rumah dan dari orang tua
yang sama terutama anak balita.
7. Tipe keluarga adalah susunan keluarga yang ada dalam satu rumah.
8. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI adalah tindakan ibu dalam memberika ASI
meliputi frekuensi pemberian ASI dan pemberian MP-ASI pada anak 0-2 tahun
meliputi jenis dan bentuk makanan serta frekuensi pemberian makanan sesuai
umur anak.
3.6. Aspek Pengukuran 1. Pendidikan Ibu
1) Tidak sekolah
2) SD
3) SLTP
4) SLTA
5) Perguruan tinggi
2. Pengukuran pengetahuan tentang ASI dan MP-ASI
Pengetahuan tentang ASI dan MP-ASI diukur melalui wawancara tentang
pemberian makan anak dengan 12 pertanyaan. Setiap pertanyaan memiliki jawaban
dengan skor tertinggi yaitu 3 dan skor terendah yaitu 1. Jawaban dari responden akan
dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang.
Kategori aspek pengukuran pengetahuan berdasarkan Arikunto (2000) yaitu:
a. Baik, bila jawaban responden yang benar > 66% dari nilai seluruh pertanyaan
b. Cukup, bila jawaban responden yang benar 33–66% dari nilai seluruh
pertanyaan pengetahuan, dengan nilai antara 12 - 24.
c. Kurang, bila jawaban yang benar < 33% dari nilai seluruh pertanyaan tentang
pengetahuan, dengan nilai < 12.
Skala: Ordinal
3. Pekerjaan Orang Tua
a. Pekerjaan Ayah
1) PNS/Polri/ABRI
2) Peg swasta/karyawan
3) Nelayan
4) Petani
5) Pedagang
6) Lainnya
b. Pekerjaan Ibu
1) Bekerja
2) Tidak bekerja
4. Pendapatan Keluarga
1) < Rp. 1.300.000,00 , jika pendapatan keluarga di bawah UMP Aceh
2) ≥ Rp. 1.300.000,00, jika pendapatan keluarga diatas UMP Aceh
5. Jumlah anggota keluarga
1) ≤ 4 orang, jika jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan 4 orang
dalam 1 rumah
6. Jumlah anak
1) ≤ 2 orang, jika kurang atau sama dengan 2 orang anak dalam keluarga
2) > 2 orang, jika lebih dari 2 orang anak dalam keluarga
7. Tipe keluarga
1) Keluarga inti, jika keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak
2) Keluarga luas, jika keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek, kakek, atau
saudara lainnya.
8. Pengukuran pola pemberian ASI dan MP-ASI
Kategori aspek pengukuran pola pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan
Depkes RI (2007) yaitu:
a. Pola pemberian makanan pada anak 0-6 bulan, yaitu:
- Baik, jika pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan dan frekuensi pemberian
ASI minimal 8 kali sehari.
- Tidak baik, jika pemberian ASI saja < 6 bulan dan frekuensi pemberian ASI < 8
kali sehari.
b. Pola pemberian makanan pada anak 6-9 bulan, yaitu:
- Baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula minimal 6 kali sehari,
pemberian makan 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah
makanan lumat
- Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula < 6 kali sehari,
pemberian makan < 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan
c. Pola pemberian makanan pada anak 9-12 bulan, yaitu:
- Baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula minimal 4 kali sehari,
pemberian makan 2 - 3 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah
makanan lunak.
- Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula < 4 kali sehari,
pemberian makan < 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan
makanan lunak.
d. Pola pemberian makanan pada anak 12-24 bulan, yaitu:
- Baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula minimal 3 kali sehari,
pemberian makan 3-5 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah
makanan padat.
- Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula < 3 kali sehari,
pemberian makan < 3 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan
makanan padat.
Skala: Ordinal
3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden berdasarkan sosial ekonomi keluarga diolah menggunakan
program SPSS dan hasil disajikan dengan ke dalam tabel program Microsoft
2. Pola ASI dan MP-ASI diolah secara manual dan disajikan ke dalam tabel dengan
menggunakan Microsoft Excel.
3.7.2. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografis
Desa Weujangka termasuk wilayah Kemukiman Ujong Blang Kecamatan
Kuala Kabupaten Bireuen dengan luas wilayah 104 Ha dan berbatasan dengan:
- Sebelah utara : Desa Ujong Blang Mesjid
- Sebelah selatan : Desa Cot Batee
- Sebelah timur : Desa Cot U Sibak
- Sebelah barat : Desa Ujong Blang dan Krueng Juli Timu
Desa Weujangka terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Cot Gadong, Dusun
Bong-bong, Dusun Lancang Teungoh. Desa ini merupakan daerah dataran rendah dan
terletak pada ketinggian tanah 5 meter dari permukaan laut.
4.1.2. Demografi
Desa Weujangka mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak
1090 jiwa dengan perincian laki-laki 554 jiwa dan perempuan 536 jiwa serta jumlah
kepala keluarga sebanyak 254 KK.
4.2 Gambaran Umum Responden 4.2.1. Usia Responden
Gambaran distribusi responden berdasarkan usia ibu dari usia 20 tahun sampai
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Usia Ibu (Tahun) Jumlah %
1. 20 – 24 4 10,0
2. 25 – 29 13 32,5
3. 30 – 34 10 25,0
4. 35 – 40 13 32,5
Total 40 100,0
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran usia ibu paling banyak pada
kelompok usia 25 – 29 tahun dan 35 – 40 tahun sebesar 3,5% dan sebaran usia ibu
paling sedikit pada kelompok 20 – 24 tahun sebesar 10%.
4.2.2. Usia Anak
Gambaran distribusi responden berdasarkan usia anak 0 – 2 tahun di Desa
Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Usia Anak (Bulan) Jumlah %
1. 0 – 6 13 32,5
2. 7 – 9 11 27,5
3. 10 – 12 6 15,0
4. 13 – 24 10 25,0
Total 40 100,0
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran umur anak paling banyak
pada kelompok usia 0-6 bulan yaitu 13 orang (32,5%) dan yang paling sedikit pada
kelompok usia 10-12 bulan (15%).
4.3. Aspek Sosial Ekonomi Responden 4.3.1. Pendidikan Ibu
Gambaran distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu di Desa
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Pendidikan Ibu Jumlah %
1. SD 2 5,0
2. SLTP 12 30,0
3. SLTA 17 42,5
4. Perguruan tinggi 9 22,5
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang
memiliki anak 0 - 2 tahun paling banyak menamatkan pendidikan SLTA yaitu
sebanyak 17 orang sebesar 42,5% dan paling sedikit pendidikan ibu menamatkan SD
yaitu sebanyak 2 orang sebesar 5%.
4.3.2. Pengetahuan Pola ASI dan MP-ASI
Gambaran distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang pola ASI
dan MP-ASI yang dikelompokkan berdasarkan kategori baik, cukup, dan kurang di
Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Pengetahuan Ibu Jumlah %
1. Baik 28 70,0
2. Cukup 12 30,0
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 ibu, 28 orang sudah
berpengetahuan baik tentang pola ASI dan MP-ASI sebesar 70% dan ibu
berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang sebesar 30%.
Pada tabel 4.5. dapat dilihat distibusi responden berdasarkan pertanyaan
tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI yang diberikan saat wawancara adalah
[image:41.612.114.535.454.523.2]Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan tentang Pola Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Daftar Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Jum- lah % a (skor 3) b (skor 2) c (skor 1)
n % n % n %
1. Apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?
7 17,5 7 17,5 26 65,0 40 100,0
2. Apakah yang dimaksud dengan kolostrum?
27 67,5 13 32,5 0 0,0 40 100,0
3. Bagaimanakah posisi ibu dan bayi yang baik saat menyusui?
30 75,0 10 25,0 0 0,0 40 100,0
4. Apa yang dimaksud dengan MP-ASI?
31 77,5 9 22,5 0 0,0 40 100,0
5. Menurut ibu, ASI baik diberikan sampai bayi berusia berapa?
37 92,5 2 5,0 1 2,5 40 100,0
6. Menurut ibu, ASI diberikan berapa kali dalam sehari?
38 95,0 2 5,0 0 0,0 40 100,0
7. Menurut ibu, makanan tambahan baik
diberikan kepada anak saat anak berusia?
6 15,0 8 20,0 26 65,0 40 100,0
8. Menurut ibu, mulai umur berapakah pisang wak baik diberikan?
6 15,0 8 20,0 26 65,0 40 100,0
9. Bagaimana cara pemberian MP-ASI?
9 22,5 15 37,5 25 62,5 40 100,0
10. Menurut ibu, kapankah anak diberikan
makanan dewasa (makanan keluarga)?
36 90,0 2 5,0 2 5,0 40 100,0
11. Menurut ibu, berapa kali anak makan dalam sehari?
38 95,0 2 5,0 0 0,0 40 100,0
12. Menurut ibu, susunan makanan anak usia 1-2 tahun terdiri dari?
19 47,5 21 52,5 0 0,0 40 100,0
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar ibu belum mengetahui tentang
makanan tambahan diberikan pada usia 1-3 bulan, tetapi sebagian besar ibu sudah
mengetahui pemberian ASI sampai 2 tahun 92,5%.
4.3.3. Pekerjaan Orang Tua
Gambaran distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan kepala keluarga di
Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Pekerjaan Jumlah %
1. Nelayan 7 17,5
2. Petani 22 55,0
3. Pedagang 5 12,5
4. Supir 2 5,00
5. Wiraswasta 4 10,0
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan kepala
keluarga paling banyak sebagai petani yaitu 22 orang (55%) dan paling sedikit kepala
[image:43.612.111.534.452.535.2]keluarga supir sebesar 2 orang (5%).
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Weujangkan Tahun 2010
No. Pekerjaan Jumlah %
1. Bekerja 8 20,0
2. Tidak bekerja 32 80,0
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di desa
weujangka adalah ibu rumah tangga (80%) dan 20% ibu bekerja seperti guru, bidan
4.3.4. Pendapatan Keluarga
Gambaran distribusi responden menurut pendapatan keluarga berdasarkan
Upah Minimum Propinsi (UMP) Aceh dari peraturan perpajakan tahun 2009 di Desa
[image:44.612.113.537.220.283.2]Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Pendapatan Jumlah %
1. < Rp. 1.300.000,00 31 77,5
2. ≥ Rp. 1.300.000,00 9 22,5
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga di
bawah UMP Aceh yaitu 31 keluarga (77,5%) dan di atas UMP yaitu 9 keluarga
(22,5%).
4.3.5. Jumlah Anggota Keluarga
Gambaran distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga dalam satu
[image:44.612.112.535.473.545.2]rumah di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah %
1. ≤ 4 orang 17 42,5
2. > 4 orang 23 57,5
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tinggal
dalam satu rumah dengan anggota keluarga lebih dari 4 orang sebanyak 23 orang
(57,5%) dan responden yang tinggal dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 4
4.3.6. Jumlah Anak
Gambaran distribusi responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki oleh
[image:45.612.110.537.178.259.2]ibu di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Jumlah Anak Jumlah %
1. ≤ 2 orang 30 75,0
2. > 2 orang 10 25,0
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak dikategorikan
baik yaitu 30 ibu (75%) yang memiliki jumlah anak hanya satu atau dua anak.
Sedangkan ibu-ibu yang memiliki anak di atas dua orang yaitu 10 orang (25%).
4.3.7. Tipe Keluarga
Gambaran distribusi responden berdasarkan tipe keluarga di Desa Weujangka
[image:45.612.111.538.458.519.2]dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Dstribusi Responden Berdasarkan Tipe Keluarga di DesaWeujangka Tahun 2010
No. Tipe keluarga Jumlah %
1. Keluarga inti 23 55,0
2. Keluarga luas 17 45,0
Total 40 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe keluarga responden
adalah keluarga inti yaitu 22 keluarga (55%) dan keluarga luas yaitu 18 keluarga
(45%).
4.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Anak 0-2 Tahun
Pada Tabel 4.12. dapat dilihat gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI
diberikan sesuai dengan acuan yang telah ditetapkan oleh Depkes yaitu sebagai
[image:46.612.113.534.149.504.2]berikut:
Tabel 4.12. Distribusi Jenis Makanan yang diberikan Pada Anak berdasarkan Usia Anak di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Jenis Makanan Jumlah %
1.
0-6 bulan ASI saja
ASI + susu formula ASI + MP-ASI
ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI
1 3 2 4 1 9,1 27,3 18,1 36,4 9,1
Total 11 100,0
2.
6-9 bulan ASI + MP-ASI
ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI
2 5 2 22,2 55,6 22,2
Total 9 100,0
3.
9-12 bulan ASI + MP-ASI
ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI
5 3 0 62,5 37,5 0,0
Total 8 100,0
4.
12-24 bulan ASI + MP-ASI
ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI
0 8 4 0,0 66,7 33,3
Total 12 100,0
Berdasarkan Tabel 4.12. menunjukkan bahwa dari 11 anak yang berusia 0-6
bulan 1 anak (9,1%) yang diberikan ASI saja dan selebihnya telah diberikan susu
formula dan makanan tambahan. Kelompok anak usia 6-9 bulan sebanyak 55,6% ibu
memberikan ASI, susu formula, dan MP-ASI, anak usia 9-12 bulan sebanyak 62,5%
ibu memberikan ASI dan MP-ASI dan anak usia 12-24 bulan sebanyak 66,7% ibu
Menurut tabel di atas anak usia 0-2 tahun dapat dikelompokkan berdasarkan
pola pemberian ASI dan MP-ASI baik atau tidak baik sesuai dengan usia anak dan
[image:47.612.115.533.179.453.2]jenis makanan yang diberikan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pola Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Jumlah %
1. 0-6 bulan Baik Tidak baik 1 10 9,1 90,9
Total 11 100,0
2. 6-9 bulan Baik Tidak baik 9 0 100,0 0,0
Total 9 100,0
3. 9-12 bulan Baik Tidak baik 5 3 62,5 37,5
Total 8 100,0
4. 12-24 bulan Baik Tidak baik 12 0 100,0 0,0
Total 12 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dari 11 anak usia 0-6 bulan
sebanyak 9,1% pola pemberian ASI baik karena diberikan ASI saja. Anak usia 6-9
bulan dan 12-24 bulan sebanyak 100% pola pemberian ASI dan MP-ASI baik. Anak
usia 9-12 bulan sebanyak 37,5% pola pemberian ASI dan MP-ASI tidak baik karena
bentuk nasi keras seharusnya bentuk nasi lunak.
4.4.1. Usia Pemberian Makanan Tambahan Pertama kali dan Jenis Makanan yang Diberikan
Pada Tabel 4.14. dari 40 anak usia 0-2 tahun ada 36 anak telah diberikan
dinbawah 6 bulan. Tabel di bawah ini menunjukkan usia pertama kali anak diberikan
[image:48.612.114.534.144.380.2]makanan tambahan dan jenis makanan yang diberikan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.14. Distribusi Usia Pemberian Makanan Tambahan Pertama Kali Berdasarkan Jenis Makanan Tambahan yang Diberikan pada Anak di Desa Weujangka Tahun 2010
No.
Usia Pemberian
Makanan Selain ASI
Jenis Makanan Tambahan
Jum- lah % Pisang Dihaluskan Bubur Susu Diolah Sendiri Bubur Susu Instan Pisang Dihalus- kan dan Bubur Susu Instan
n % n % n % n %
1. ≤ 1 bulan 20 83,3 1 41,7 0 0,0 3 12,5 24 100,0
2. 2 bulan 8 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 8 100,0 3. 3 bulan 2 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 100,0 4. 4 bulan 1 50,0 0 0,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0 Total 31 86,1 1 2,8 1 2,8 3 8,3 36 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 anak diberikan makanan
tambahan pada usia di bawah 1 bulan dan 83,3% anak diberikan pisang yang
dihaluskan.
Pada tabel 4.15. menunjukkan distibusi usia pemberian pemberian susu
formula. Dari 40 anak 0-2 tahun hanya 22 anak yang diberikan susu formula seperti
yang tertera dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.15. Distribusi Usia Pemberian Susu Formula Pertama Kali pada Anak di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Usia Pemberian Susu Formula
Pertama Kali Jumlah %
1. ≤ 1 bulan 14 63,6
2. 2 bulan 8 36,4
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 22 anak yang diberikan
susu formula, 63,3% anak diberikan susu formula pada usia 1 bulan.
4.5. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga
4.5.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendidikan Ibu
Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan
pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Pendidikan Ibu
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Total % Baik Tidak Baik
n % n %
1. 0-6 bulan SD SLTA Perguruan tinggi 0 0 1 0,0 0,0 20,0 1 5 4 100,0 100,0 80,0 1 5 5 100,0 100,0 100,0
Total 1 10 11 100,0
2. 6-9 bulan SLTP SLTA Perguruan tinggi 3 4 2 100,0 100,0 100,0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 3 4 2 100,0 100,0 100,0
Total 9 0 9 100,0
3. 9-12 bulan SLTP SLTA Perguruan tinggi 3 2 0 60,0 100,0 0,0 2 0 1 40,0 0,0 100,0 5 2 1 100,0 100,0 100,0
Total 5 3 8 100,0
4. 12-24 bulan SD SLTP SLTA Perguruan tinggi 1 4 6 1 100,0 100,0 100,0 100,0 0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 1 4 6 1 100,0 100,0 100,0 100,0
[image:49.612.115.534.268.636.2]Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 anak usia 0-6 bulan pola
pemberian ASI tidak baik dari ibu berpendidikan SD, namun ibu tamatan perguruan
tinggi 1 anak usia 9-12 bulan pola ASI dan MP-ASI tidak baik.
4.5.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Pola ASI dan MP-ASI
Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan
pengetahuan ibu tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.17. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010 No Pengetahuan Ibu
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Total % Baik Tidak Baik
n % n %
1. 0-6 bulan Baik Cukup 1 0 11,1 0,0 8 2 88,9 100,0 9 2 100,0 100,0
Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0
2. 6-9 bulan Baik Cukup 5 4 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 5 4 100,0 100,0
Total 9 100,0 0 0,0 9
3. 9-12 bulan Baik Cukup 5 0 83,3 0,0 1 2 16,7 100,0 6 2 100,0 100,0
Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0
4. 12-24 bulan Baik Cukup 9 3 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 9 3 100,0 100,0
[image:50.612.114.533.315.606.2]Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 ibu yang
berpengetahuan baik, 8 anak (88,9%) pola pemberian ASI tidak baik pada anak 0-6
bulan. Pada kelompok anak 12-24 bulan, ibu berpengetahuan baik telah menerapkan
pola pemberian ASI dan MP-ASI yang baik.
4.5.3. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan pekerjaan orang tua
[image:51.612.114.533.280.580.2]dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 Tahun berdasarkan Pekerjaan di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Pekerjaan Orang Tua
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Total % Baik Tidak Baik
n % n %
1. 0-6 bulan Bekerja Tidak Bekerja 1 0 25,0 0,0 3 7 75,0 100,0 4 7 100,0 100,0
Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0
2. 6-9 bulan Bekerja Tidak Bekerja 2 7 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 2 7 100,0 100,0
Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0
3. 9-12 bulan Bekerja Tidak Bekerja 0 5 0,0 62,5 0 3 0,0 37,5 0 8 100,0 100,0
Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0
4. 12-24 bulan Bekerja Tidak Bekerja 1 11 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 1 11 100,0 100,0
Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 anak usia 0-6 bulan pola
pemberian ASI tidak baik dari ibu tidak bekerja, 3 anak dari 8 anak usia 9-12 bulan
4.5.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendapatan Keluarga
Pada Tabel 4.19 dapat dilihat pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2
tahun berdasarkan pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Pendapatan Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010 No. Pendapatan
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Total % Baik Tidak Baik
n % n %
1.
0-6 bulan
< Rp.1.300.000,00
≥ Rp.1.300.000,00 0 1
0,0 25,0 7 3 100,0 75,0 7 4 100,0 100,0
Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0
2.
6-9 bulan
< Rp.1.300.000,00
≥ Rp.1.300.000,00 6 3
100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 6 3 100,0 100,0
Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0
3.
9-12 bulan
< Rp.1.300.000,00 ≥ Rp.1.300.000,00
4 1 66,7 50,0 2 1 33,3 50,0 6 2 100,0 100,0
Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0
4.
12-24 bulan < Rp.1.300.000,00
≥ Rp.1.300.000,00 11 1
100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 11 1 100,0 100,0
Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki pendapatan di
bawah Rp.1.300.000,00 sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24
bulan baik (100%). Walaupun pendapatan keluarga di atas Rp.1.300.000,00 namun
75%% keluarga belum menerapkan pola pemberian ASI tidak baik pada anak 0-6
bulan.
4.5.5. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Jumlah Anggota Kelurga Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan
[image:52.612.114.533.184.471.2]Tabel 4.20. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Jumlah Anggota Keluarga
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Total % Baik Tidak Baik
n % n %
1.
0-6 bulan ≤ 4 orang > 4 orang
0 1 0,0 14,3 4 6 100,0 85,7 4 7 100,0 100,0
Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0
2.
6-9 bulan ≤ 4 orang > 4 orang
3 6 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 3 6 100,0 100,0
Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0
3.
9-12 bulan ≤ 4 orang > 4 orang
3 2 50,0 100,0 3 0 50,0 0,0 6 2 100,0 100,0
Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0
4.
12-24 bulan ≤ 4 orang > 4 orang
5 7 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 5 7 100,0 100,0
Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 anak (10%) pola pemberian ASI dan
MP-ASI anak pada keluarga yang jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang
adalah tidak baik. Walaupun jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang, tetapi pola
pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan pada umumnya telah baik (100%).
4.5.6. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Jumlah Anak
Gambaran distribusi pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun
[image:53.612.115.532.115.403.2]Tabel 4.21. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Jumlah Anak di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Jumlah Anak
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Total % Baik Tidak Baik
n % n %
1.
0-6 bulan ≤ 2 orang > 2 orang
1 0 14,3 0,0 7 3 85,7 100,0 8 3 100,0 100,0
Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0
2.
6-9 bulan ≤ 2 orang > 2 orang
7 2 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 7 2 100,0 100,0
Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0
3.
9-12 bulan ≤ 2 orang > 2 orang
4 1 57,1 100,0 3 0 42,9 0,0 7 1 100,0 100,0
Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0
4.
12-24 bulan ≤ 2 orang > 2 orang
8 4 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 8 4 100,0 100,0
Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya ibu
memerhatikan dan menerapkan pola pemberian ASI dan MP-ASI baik pada anak
12-24 bulan walaupun ibu memiliki anak lebih dari 2 orang (100%%) namun sebesar
85,7% ibu yang memiliki anak kurang dari 2 orang belum menerapkan pola ASI dan
MP-ASI yang baik pada anak 0-6 bulan.
4.5.7. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Tipe Keluarga
Gambaran distribusi pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun
[image:54.612.112.532.94.410.2]Tabel 4.22. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Tipe Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010
No. Tipe Keluarga
Pola Pemberian ASI dan MP-ASI
Total % Baik Tidak Baik
n % n %
1. 0-6 bulan Keluarga inti Keluarga luas 0 1 0,0 16,7 5 5 100,0 83,3 5 6 100,0 100,0
Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0
2. 6-9 bulan Keluarga inti Keluarga luas 4 5 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 4 5 100,0 100,0
Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0
3. 9-12 bulan Keluarga inti Keluarga luas 3 2 50,0 100,0 3 0 50,0 0,0 6 2 100,0 100,0
Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0
4. 12-24 bulan Keluarga inti Keluarga luas 7 5 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 7 5 100,0 100,0
Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0
Hasil penelitian menunjukkan