LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
OLEH (IVONDA) (110406049)
SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU HAMDAN
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
OLEH (IVONDA) (110406049)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
di Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Oleh
IVONDA
110406049
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU
HAMDAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2015
Nama Mahasiswa : Ivonda Nomor Pokok : 110406049 Program Studi : Arsitektur
Koordinator Skripsi,
Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001
Ketua Departemen Arsitektur,
Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001 Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Tanggal: 23 Juli 2015
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. N Vinky Rahman, MT Anggota Komisi Penguji : 1. Agus Jhonson,ST, MT
Nama : Ivonda
NIM : 11 0406 049
Judul Proyek Tugas Akhir : SEKOLAH NATIONAL PLUS DI KAWASAN TERPADU HAMDAN
Tema : Arsitektur Kontemporer
Rekapitulasi Nilai :
A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:
No. Status
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikan Tanpa Sidang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini berisikan
penjelasan mengenai proyek Perancangan Arsitektur VI penulis yang berjudul “ Sekolah Negeri di Kawasan Terpadu Hamdan, Medan –Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir.Vinky Rahman, MT, selaku dosen pembimbing atas kesediaannya
membimbing dan mengarahkan penulis pada mata kuliah Perancangan
Arsitektur 6 dan Skripsi.
2. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des, Ph.D selaku dosen koordinator pada awal
proses perancangan arsitektur 6 yang telah memberi pengarahan dalam proses
awal perancangan arsitektur 6.
3. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, selaku dosen yang telah membantu
memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Agus Jhonson, ST, MT dan Bapak Chichi Asda Artha, ST, MT, selaku
Dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam sidang
preview 1, 2 dan 3.
5. Kedua orangtua yang telah memberi dukungan dan semangat selama
menyelesaikan laporan skripsi ini.
6. Teman-teman stambuk 2011 yang telah memberi semangat dan saran selama
menyelelesaikan laporan skripsi ini.
Penulis sungguh menyadari bahwa laporan skripsi ini masih mempunyai
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri terhadap segala
kritikan dan saran dari semua pihak bagi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2015
Hormat saya,
Ivonda
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...2
1.1.LATAR BELAKANG ...2
1.2.KERANGKA BERPIKIR ...5
1.3.SISTEMATIKA BAHASAN ...6
BAB II ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN ...9
2.1.RUMUSAN MASALAH ...9
BAB III DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN ...14
3.1.DEFINISI DAN SPESIFIKASI JUDUL KAWASAN ...14
3.2.TEMA KAWASAN ...15
3.2.1 Pengertian Urban Regeneration ...15
3.2.2 Interpretasi Urban Regeneration ...16
3.3.STUDI BANDING ...17
3.5.ANALISA KAWASAN ...29
3.5.1 Analisa UUD dan Peraturan ...29
3.5.2 Analisa View...31
3.5.3 Analisa Sosial dan Budaya...32
3.5.4 Analisa Sirkulasi ...34
3.5.5 Analisa Kebisingan ...37
3.6.KONSEP KAWASAN ...38
3.6.1 Konsep Zoning Tapak ...38
3.6.2 Konsep Sirkulasi Tapak...41
3.6.3 Konsep Penataan Kawasan...44
3.6.4 Konsep Bentukan Massa ...47
3.6.5 Konsep Ketinggian Bangunan...47
BAB IV HASIL PERANCANGAN KAWASAN ...50
4.1.MASTER PLAN ...50
4.2.POTONGAN TAPAK ...51
4.3.3DMASTER PLAN ...52
4.4.SUASANA TAPAK ...53
4.5.SKENARIO KAWASAN ...55
BAB V PENGANTAR FUNGSI ...57
BAB VI ISU SEKOLAH NATIONAL PLUS ...59
6.1.RUMUSAN MASALAH ...59
6.2.MAKSUD DAN TUJUAN ...59
6.3.METODE PERANCANGAN ...60
6.3.1 Pendekatan Masalah ...60
6.3.2 Lingkup/ Batasan Perancangan ...60
6.3.3 Asumsi ...60
BAB VII DESKRIPSI PERANCANGAN SEKOLAH NATIONAL PLUS .63 7.1.DEFINISI DAN SPESIFIKASI JUDUL BANGUNAN ...63
7.2.TEMA BANGUNAN ...64
7.2.1 Alasan Pemilihan Tema ...64
7.2.2 Pengertian Arsitektur Kontemporer ...64
7.2.3 Interpretasi Arsitektur Kontemporer...65
7.3.STUDI BANDING BANGUNAN ...67
7.3.2 Studi Banding Tema Sejenis ...74
7.6.1 Analisa Kegiatan dan Pemakai ...79
7.6.2 Analisa Jumlah Pengguna...83
7.8.3 Konsep Zoning Tapak ...93
7.8.4 Konsep Zoning Bangunan ...93
7.8.5 Konsep Bentukan Massa Bangunan ...94
BAB VIII HASIL PERANCANGAN BANGUNAN ...96
GAMBAR 1.1: SEKOLAH DASAR MADRASSAH AL-ISLAMIYAH ...4
GAMBAR 3.1: GARIS KONTUR PADA KAWASAN ...28
GAMBAR 3.2: LOKASI PROYEK, KEC. MEDAN MAIMUN, KOTA MEDAN ...28
GAMBAR 3.3: DATA UUD DAN PERATURAN KAWASAN KAMPUNG HAMDAN ...30
GAMBAR 3.4: REKOMENDASI ANALISA UUD DAN PERATURAN ...31
GAMBAR 3.5: DATA VIEW DAERAH SEKITAR KAMPUNG HAMDAN ....31
GAMBAR 3.6: REKOMENDASI DARI PERMASALAHAN ANAILASA VIEW ...32
GAMBAR 3.7: REKOMENDASI DARI POTENSI ANALISA VIEW ...32
GAMBAR 3.8: GAMBAR KEGIATAN MASYARAKAT DI TEPI SUNGAI DELI ...33
GAMBAR 3.9: REKOMENDASI DARI ANALISA SOSIAL DAN BUDAYA .34 GAMBAR 3.10: GAMBAR SITUASI JALAN PADA TAPAK ...35
GAMBAR 3.11: ANALISA SIRKULASI PEJALAN KAKI ...36
GAMBAR 3.12: ANALISA SIRKULASI KENDARAAN ...36
GAMBAR 3.13: DATA ANALISA KEBISINGAN ...37
GAMBAR 3.14: REKOMENDASI PENZONINGAN FUNGSI BERDASARKAN ANALISA KEBISINGAN ...37
GAMBAR 3.15: ZONING HIRARKI ...38
GAMBAR 3.16: ZONING FUNGSI ...39
GAMBAR 3.17: MATRIKS ...40
GAMBAR 3.18: FLOWCHART ...40
GAMBAR 3.19: KONSEP SIRKULASI PEJALAN KAKI DARI LUAR KE DALAM ...41
GAMBAR 3.20: KONSEP SIRKULASI PEJALAN KAKI DARI DALAM KE LUAR SITE ...42
GAMBAR 3.21: KONSEP SIRKULASI KENDARAAN DARI LUAR KE DALAM SITE ...43
GAMBAR 3.23: KONSEP PENATAAN KAWASAN ...44
GAMBAR 3.24: KONSEP BENTUKAN MASSA ...47
GAMBAR 3.25: KONSEP KETINGGIAN BANGUNAN ...48
GAMBAR 3.26: SKYLINE DARI JALAN IR. H. JUANDA ...48
GAMBAR 3.27: SKYLINE DARI JALAN MULTATULI DAN SAMANHUDI ...48
GAMBAR 7.1: DATA BANGUNAN SEKITAR ...77
GAMBAR 7.2: MASALAH, POTENSI DAN REKOMENDASI ANALISA SIRKULASI ...78
GAMBAR 7.3: MASALAH, POTENSI DAN REKOMENDASI ANALISA KEBISINGAN ...79
GAMBAR 7.4: KONSEP ENTRANCE ...91
GAMBAR 7.5: KONSEP PARKIR ...92
GAMBAR 7.6: KONSEP ZONING TAPAK ...93
GAMBAR 7.7: KONSEP ZONING BANGUNAN ...93
GAMBAR 7.8: KONSEP PEMBENTUKAN MASSA...94
DAFTAR TABEL TABEL 7.1: TABEL JUMLAH PENGGUNA ...84
TABEL 7.2: TABEL KEBUTUHAN RUANG ...86
TABEL 7.3: TABEL AKTIFITAS PENGGUNA SEKOLAH...87
DAFTAR DIAGRAM DIAGRAM 7.1: DIAGRAM ALUR KEGIATAN SISWA ...79
DIAGRAM 7.2: DIAGRAM ALUR KEGIATAN GURU...80
DIAGRAM 7.3: DIAGRAM ALUR KEGIATAN PEGAWAI ...80
DIAGRAM 7.4: DIAGRAM ALUR KEGIATAN ORANGTUA ...80
DIAGRAM 7.5: DIAGRAM ALUR PEMAKAI SISWA ...81
DIAGRAM 7.6: DIAGRAM ALUR PEMAKAI GURU ...81
DIAGRAM 7.7: DIAGRAM ALUR PEMAKAI PEGAWAI ...82
Kawasan permukiman kumuh terutama yang terletak di pinggiran sungai merupakan masalah utama perkotaan serta dapat memberikan citra yang buruk terhadap Kota Medan. Salah satunya adalah Kawasan Permukiman Padat Kampung Hamdan yang direncanakan akan direvitalisasi menjadi Kawasan Terpadu Hamdan yang terdapat rusun, pasar, sekolah, gedung olahraga dan gedung kesenian.
Skripsi kali ini akan membahas tentang perancangan bangunan komersial (sekolah national plus) yang terletak di Kawasan Terpadu Hamdan (simpang Jalan Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli) yang bertujuan untuk merevitalisasi kualitas pendidikan anak-anak yang tinggal di permukiman kumuh di bantaran sungai serta meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut.
Tema kawasan yang diangkat untuk perancangan ini adalah urban regeneration. Tema bangunan yang diangkat adalah arsitektur kontemporer. Tema yang diterapkan dalam bentukan massa bangunan menggunakan konsep ‘content,
more and missing’ serta penggunaan material yang sedang berkembang pada saat
ini.
Kata kunci: sekolah, permukiman kumuh, hamdan, urban regeneration, arsitektur kontemporer
ABSTRACT
Slum district especially on the riverside is an urban major problem and can give a poor image for the city of Medan. One of them is the Region of Solid Settlement Hamdan Village which is planned to be revitalized into Region Integrated Hamdan which contained housing, market, school, sports hall and art gallery.
The essay will discuss about the design of commercial buildings (national plus school) located in Region Integrated Hamdan (the intersection of Jalan Juanda, Samanhudi Road and Jalan Multatuli) which aims to revitalize the quality of education of children living in slums on the riverside as well as improving the economy in the region.
Region theme for this project is urban regeneration. Building theme is contemporary architecture. Theme applied in building mass formations are experiencing 'content, more and missing' as well as the use of materials that are being developed at this time.
ABSTRAK
Kawasan permukiman kumuh terutama yang terletak di pinggiran sungai merupakan masalah utama perkotaan serta dapat memberikan citra yang buruk terhadap Kota Medan. Salah satunya adalah Kawasan Permukiman Padat Kampung Hamdan yang direncanakan akan direvitalisasi menjadi Kawasan Terpadu Hamdan yang terdapat rusun, pasar, sekolah, gedung olahraga dan gedung kesenian.
Skripsi kali ini akan membahas tentang perancangan bangunan komersial (sekolah national plus) yang terletak di Kawasan Terpadu Hamdan (simpang Jalan Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli) yang bertujuan untuk merevitalisasi kualitas pendidikan anak-anak yang tinggal di permukiman kumuh di bantaran sungai serta meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut.
Tema kawasan yang diangkat untuk perancangan ini adalah urban regeneration. Tema bangunan yang diangkat adalah arsitektur kontemporer. Tema yang diterapkan dalam bentukan massa bangunan menggunakan konsep ‘content,
more and missing’ serta penggunaan material yang sedang berkembang pada saat
ini.
Kata kunci: sekolah, permukiman kumuh, hamdan, urban regeneration, arsitektur kontemporer
ABSTRACT
Slum district especially on the riverside is an urban major problem and can give a poor image for the city of Medan. One of them is the Region of Solid Settlement Hamdan Village which is planned to be revitalized into Region Integrated Hamdan which contained housing, market, school, sports hall and art gallery.
The essay will discuss about the design of commercial buildings (national plus school) located in Region Integrated Hamdan (the intersection of Jalan Juanda, Samanhudi Road and Jalan Multatuli) which aims to revitalize the quality of education of children living in slums on the riverside as well as improving the economy in the region.
Region theme for this project is urban regeneration. Building theme is contemporary architecture. Theme applied in building mass formations are experiencing 'content, more and missing' as well as the use of materials that are being developed at this time.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia
terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Apabila kondisi ini tidak segera
ditangani, diperkirakan Indonesia memiliki 67.100 hektar pemukiman kumuh
pada tahun 2020.
Berangkat dari permasalahan di atas, untuk mengatasi perumahan dan
pemukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada bantaran sungai, perlu suatu
konsep penataan dan revitalisasi yang baik sehingga mendapatkan suatu
peningkatan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota
serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan
pemukiman di Kota Medan.
Dalam konteks Kota Medan, permasalahan revitalisasi kawasan muka
sungai ini belum menemukan penerapan ideal yang dianggap berhasil
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah,
pengembang, ataupun masyarakat. Kawasan muka sungai sangat identik dengan
kesan kumuh, tidak sehat, dan jauh dari kata bersih.
Sungai Deli yang dahulunya merupakan urat nadi perdagangan pada masa
Kesultanan Deli di Kota Medan juga tidak terlepas dari permasalahan tersebut.
Dijadikannya sungai sebagai area belakang dan tercemarnya air sungai menjadi
warga kampung tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mandi,
mencuci, bahkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baik sampah maupun
limbah.
Pemukiman padat Kampung Hamdan (Kampung Multatuli), Kecamatan
Medan Maimun merupakan salah satu permukiman kumuh yang berada di Kota
Medan. Permukiman ini memiliki sirkulasi yang sangat sempit yaitu 2,5 meter
sehingga sangat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan apabila terjadi
bencana seperti kebakaran akan sulit bagi pemadam kebakaran untuk mengakses
daerah yang terjadi kebakaran. Selain itu, apabila terjadi kebakaran akan
menyebar ke rumah lain karena tidak memiliki GSB. Lingkungan di daerah ini
juga tidak memenuhi peraturan yang ada. Lokasi ini juga berada di pusat kota
yang lebih cocok untuk daerah perdagangan. Oleh karena itu, perlu adanya
revitalisasi pada permukiman padat Kampung Hamdan ini menjadi Kawasan
Terpadu Hamdan dengan berbagai fungsi bangunan komersial.
Pada daerah-daerah permukiman kumuh, kualitas pendidikan yang ada
tentunya kurang bagus. Oleh karena itu, perlu adanya bangunan sekolah dan
fasilitas pendukung yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
tersebut.
Beberapa alasan mendesain sekolah di Kawasan Terpadu Hamdan:
a. Sesuai dengan peruntukan kawasan yang terdapat di RUTRK Kota Medan
Maimun, WPP D, yang merupakan salah satu kawasan yang dapat difungsikan
b. Untuk menyediakan fasilitas yang dapat mengembangkan kemampuan
anak-anak serta meningkatkan mutu kehidupan masyarakat yang tinggal di Kawasan
Terpadu Hamdan.
c. Untuk menggantikan bangunan Sekolah Dasar Madrassah Al-Islamiyah yang
sebelumnya ada di kawasan tersebut serta menambah fasilitas Sekolah
Menengah Pertama pada sekolah tersebut.
Gambar 1.1: Sekolah Dasar Madrassah Al-Islamiyah
d. Untuk membantu meningkatkan tingkat perekonomian di dalam kawasan
dengan mendesain Sekolah Swasta dalam Kawasan Terpadu Hamdan.
Sekolah yang akan dirancang adalah sekolah national plus untuk
anak-anak SD dan SMP yang tinggal di kawasan tersebut dengan latar belakang
ekonomi menengah ke bawah dan anak-anak dari lingkungan lain dengan latar
Kawasan Terpadu Hamdan, Kec. Medan Maimun - Sumatera Utara
LATAR BELAKANG
TUJUAN DAN SASARAN KAWASAN Tujuan:
Merancang kawasan terpadu multifungsi sebagai salah satu program pemerintah dalam merevitalisasi kawasan kumuh di pinggiran Sungai Deli Sasaran:
Masyarakat lokal Kampung Hamdan
PERMASALAHAN KAWASAN
Bagaimana merancang suatu kawasan terpadu dengan fungsi – fungsi yang membentuk satu kesatuan Bagaimana merencanakan sirkulasi yang baik di kawasan perancangan Kampung Hamdan
PENGUMPULAN DATA KAWASAN
ANALISA KAWASAN
PRA DESAIN KAWASAN KONSEP KAWASAN
SURVEI LAPANGAN KAWASAN STUDI BANDING KAWASAN
DESAIN KAWASAN
Perencanaan Sekolah National Plus di Kawasan Terpadu Hamdan
MAKSUD DAN TUJUAN
- Merancang sekolah national plus di Kawasan Terpadu Hamdan agar rakyat mampu bersaing pada era globalisasi ini.
- Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran
- Memberikan keringanan biaya terhadap anak-anak yang tinggal di rusun Kawasan Terpadu Hamdan
PERMASALAHAN -Bagaimana meningkatkan sarana fisik pendidikan.
-Bagaimana memanfaatkan kondisi tapak.
-Bagaimana menerapkan tema pada bangunan.
-Bagaimana mengintegrasikan keadaan bangunan sekitar dalam desain.
PENGUMPULAN DATA
SURVEI LAPANGAN STUDI PUSTAKA
1.3. Sistematika Bahasan
Sistematika penulisan laporan adalah tata cara penulisan laporan
sebagai pedoman agar laporan dapat tersusun dengan benar. Berikut adalah
sistematika penulisan Sekolah National Plus di Kawasan Terpadu Hamdan.
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang kajian latar belakang, kerangka berpikir dan sistematika bahasan.
BAB II : ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN
Berisi tentang perumusan masalah, maksud dan tujuan serta metode perancangan
yang berisi lingkup dan batasan perancangan, pendekatan perancangan, dan
asumsi kawasan.
BAB III : DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN
Berisi tentang judul, tema, studi banding, data, analisa, dan konsep kawasan.
BAB IV : HASIL PERANCANGAN KAWASAN
Berisi gambaran hasil perancangan pra-desain kawasan.
BAB V : PENGANTAR FUNGSI
Berisi tentang peralihan antara desain kawasan dengan desain bangunan.
BAB VI : ISU SEKOLAH NATIONAL PLUS
Berisi tentang perumusan masalah, maksud dan tujuan serta metode perancangan
yang berisi lingkup dan batasan perancangan, pendekatan perancangan, dan
asumsi bangunan.
BAB VII : DESKRIPSI PERANCANGAN SEKOLAH NATIONAL PLUS
Berisi tentang judul, tema, studi banding, data, analisa, dan konsep bangunan.
BAB IX : KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari proses desain kawasan dan bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN
2.1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalan perencanaan perancangan Kawasan
Terpadu Hamdan, Medan Maimun – Sumatera Utara ini adalah:
1. Bagaimana merancang suatu kawasan terpadu agar membentuk satu kesatuan
dan mencerminkan kawasan CBD
2. Bagaimana menentukan lokasi yag sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan
bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan
3. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi
antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda, misalnya:
RUSUN
SEKOLAH
PASAR
PUSAT OLAHRAGA
PUSAT SENI BUDAYA
PLAZA
PUSAT KULINER...etc
4. Bagaimana menerapkan tema “urban regeneration” dalam rancangan masterplan kawasan lokasi perancangan
5. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/ aksebilitas yang mudah untuk
2.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakannya perancangan ini adalah:
Pengembangan kawasan Kampung Hamdan sebagai kawasan CBD di Kota
Medan
Menyediakan suatu kawasan sebagai area rekreasi
Pengadaan ruang terbuka hijau dalam kawasan Hamdan, Kelurahan Hamdan,
Kecamatan Medan Maimun
2.3. Metode Perancangan
2.3.1 Lingkup/Batasan Perancangan
Lingkup atau batasan digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian
yang akan dilakukan. Lingkup dan batasan dalam perancangan ini adalah:
Lokasi yang menjadi lingkup pembahasan dalam Perancangan Arsitektur VI ini
adalah Kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara dengan batasan
wilayah ± 5,8 Ha
Fokus perancangan dikaitan dengan aspek fisik dan non-fisik perancangan
yang menyangkut pemakai, pengunjung, kebutuhan ruang, sirkulasi dalam dan
luar, perancangan tapak, massa bangunan, serta potensi pada lokasi
Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara
mendalam
Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini, pemilik
perancangan diasumsikan pihak pemerintah daerah Kota Medan
Secara umum perancangan kawasan memadukan perancangan bangunan
disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur apabila
dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan
diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran-pemikiran,
studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat perkembangan teknologi
serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang ada
2.3.2 Pendekatan perancangan
Adapun pendekatan perancangan yang dapat dilakukan untuk pemecahan
masalah perancangan ini adalah:
Pemilihan lokasi, lokasi yang dipilih adalah kawasan perumahan kumuh yang
padat penduduk berada di Kecamatan Medan Maimun – Medan
Studi banding dengan melakukan pendekatan permasalahan dan kasus yang
memiliki kesamaan dalam perancangan sejenis maupun tema dalam judul
perancangan ini yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet,
media cetak dan lainnya dan sumber-sumber yang dianggap penting
Survey lapangan, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan
data-data yang akurat dari data-data yang didapat di lokasi tersebut
Wawancara dengan instansi terkait mengenai permasalahan lokasi perencanaan
kasus perancangan
2.3.3 Asumsi
Karena kasus perancangan bersifat fiktif, maka diperlukan beberapa
Perancangan ini merupakan salah satu proyek pemerintah dalam membersihkan
/ merevitalisasi Sungai Deli
Dalam perancangan ini, fungsi telah ditetapkan oleh pemerintah
Kepemilikan tanah kawasan perancangan adalah tanah milik pemerintah yang
digarap masyarakat
Pemerintah sedang menata Kel. Hamdan dengan mengalokasikan pedagang
kaki lima di sepanjang JL. Multatuli ke fungsi pasar
Dana untuk perancangan ini tidak terbatas
Tersedianya tempat alokasi masyarakat selama pembangunan
BAB III
DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN
3.1. Definisi dan Spesifikasi Judul Kawasan
Judul dari Perancangan adalah “Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun” yang merupakan kawasan terpadu multifungsi yang berada di kawasan
CBD sebagai wujud dari revitalisasi permukiman kumuh Hamdan.
Sesuai dengan UU No. 4/1992 pasal 27, lingkup penanganan lingkungan
permukiman kumuh mencakup hal-hal sebagi berikut:
1. Perbaikan dan pemugaran
Secara konseptual, implementasi prinsip perbaikan dan pemugaran meliputi :
a. Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang
pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan
kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki oleh sebua kota,
b. Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik
lingkungan permukiman yang mengalami degradasi,
c. Renovasi adalah melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari
komponen pembentukan lingkungan permukiman,
d. Rekontruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman
sedakat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan
komponen-komponen baru maupun lama,
e. Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan pemukiman
penyusutan dini (kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrument: ijin
mendirikan bangunan (IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang: Koefisien
Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan,
Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai .
2. Peremajaan
Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan
lingkungan perumahan dan pemukiman dan kemudian di tempat yang sama
dibangun prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan pemukiman baru yang
lebih layak dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama dari
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal
sesuai dengan potensi lahannya.
3. Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan
Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan adalah upaya-upaya untuk
mencengah, mengendalikan atau mengurangi dampak negatif yang timbul, serta
meningkatkan dampak positif yang timbul terhadap lingkungan hunian.
3.2. Tema Kawasan
Tema yang diangkat dalam Perancangan Kawasan Terpadu Hamdan,
Medan Maimun ini adalah Urban Regeneration.
3.2.1 Pengertian Urban Regeneration
Urban Regeneration adalah arsitektur yang mengubah pola tingkah laku
dengan pola kehidupan yang lebih baik tanpa mengubah karakteristik
masyarakatnya.
3.2.2 Interpretasi Urban Regeneration
Syarat kawasan yang perlu menggunakan tema urban regeneration ada tiga, yaitu:
1. Urban centre yaitu memiliki jaringan transportasi yang kuat, terdapat CBD
dengan tata guna lahan yang padat dan harga lahan tinggi.
2. Informal settlement yaitu tingkat kemiskinan yang tinggi, lingkungan kumuh
dan tidak sehat, rendahnya kualitas hidup, tingkat kriminalitas yang tinggi.
3. Exclusion areas yaitu kurangnya fasiitas lingkungan.
Spesifikasi tema yang akan diterapkan pada Proyek Kawasan Terpadu
Hamdan, Medan Maimun - Sumatera Utara ini adalah:
1. Desain untuk ruang publik yang inklusif dan aman dalam segala bentuk.
2. Mencegah penggunaan sementara kelas rendah, seperti parkir, dari
gelandangan dan lahan kosong.
3. Pengelolaan sumber daya air perkotaan.
4. Tentukan ruang terbuka hijau dalam rencana pembangunan.
5. Membuat rute pejalan kaki hijau yang komprehensif di sekitar dan / atau di
setiap tapak.
6. Berikan prioritas untuk kebutuhan pejalan kaki dan pengendara sepeda dalam
pengembangan dan jalan pada tapak.
7. Mengembangkan proyek-proyek yang memprioritaskan berjalan, bersepeda
lainnya.
9. Menetapkan standar maksimum tempat parkir satu mobil per hunian bagi
semua pembangunan pemukiman baru perkotaan.
10. Memberlakukan pembatasan ketat atas penggunaan mobil pribadi, seperti
biaya parkir.
11. Mendorong pola perkembangan, yang mengurangi kebutuhan untuk
perjalanan dengan mobil.
12. Gunakan publik, mode efisien kurang polusi dan lebih banyak energi
perjalanan.
13. Mengurangi jumlah limbah yang tidak diolah dibuang ke TPA dan
memastikan bahwa praktek TPA sesuai dengan standar yang dapat diterima.
14. Meminimalkan limbah dengan menggunakan kembali, daur ulang, menjual
kembali, memulihkan bahan yang dapat digunakan atau menghasilkan energi
dari limbah.
15. Mengurangi penggunaan energi dan menghasilkan sumber energi terbarukan.
16. Membangun dan mengembangkan potensi keterampilan di daerah.
3.3. Studi Banding
3.3.1 Studi Banding Perancangan Kawasan Sejenis
a. Kampung Stren Kali Surabaya
Kawasan stren kali pada awalnya bukan merupakan kawasan yang
disediakan untuk pemukiman, melainkan merupakan bagian dari lahan irigasi
Namun masyarakat dengan kalangan ekonomi yang rendah mulai
menempati lahan ini dan membangun rumah dengan material seadanya sehingga
akhirnya kawasan ini semakin padat dengan pemukiman yang kumuh. Pemerintah
tidak menyediakan jalan pada kawasan ini, melainkan masyarakat sendiri yang
mengusahakan untuk membuatnya.
Berkaitan dengan perbaikan prasarana dari stren kali, banyak ide dan
usulan yang diajukan, agar pemukiman dan kegiatan sehari-hari dari warga tidak
mengganggu kepentingan dari sungai itu sendiri. Ide perbaikan-perbaikan tersebut
disesuaikan dengan peraturan yang ada, yaitu Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur oleh Gubernur Jawa Timur Tentang Penataan Sempadan
Sungai Kali Surabaya dan Kali Wonokromo, No. 9 Tahun 2007 dan juga rencana
tata kota yang ada. Dapat dilihat pada beberapa alternatif desain yang dibuat
kebersihan sungai, menjaga lingkungan kampung yang sehat dan tidak
mencemari sungai, menghadapkan bangunan/rumah ke arah sungai,menjaga
ikatan sosial dan budaya kampung.
Menguatkan sistem tabungan yang sudah berjalan di kampung dari hasil
penjualan sampah plastik dan kertas yang dipilah dan dikumpulkan tiap hari
Minggu, sebagai modal untuk merenovasi kampung dan rumahnya
Membuat sistem pengolahan limbah rumahtangga dan praktek kampung ramah
Merenovasi rumah-rumah kumuh dengan menggunakan konsep kampung
berkepadatan rendah, yaitu dengan cara membuat rumah-rumah menghadap ke
arah sungai, peremajaan wajah rumah, membuat bertingkatkan menjadi 2-3
lantai, membuat jalan inspeksi dan penghijauan secara swadaya.
Membuat penghijauan di sepanjang sungai dan lingkungan rumah dengan
TOGA (tanaman obat keluarga)
Chinatown ini adalah kawasan dimana orang-orang dapat menikmati
atmosfer yang berbeda yaitu melalui moment-moment budaya serta kekayaan
arsitektural di tempat tersebut (Zhu, 1996).
Awalnya ini adalah sebuah kawasan kota tua yang sudah usang. Namun
pemerintah mulai menata kawasan ini untuk menjadikannya sebagai salah satu
tempat yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan.
Kota tua atau kawasan bersejarah ini memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan dengan memanfaatkan kembali bangunan-bangunan yang sudah
ada (adaptive re-use) sesuai fungsi lama atau bahkan fungsi yang sama sekali
Kekayaan arsitektural pada masa lampau adalah nilai lebih dan potensi
dari kawasan ini. Maka dalam hal ini dipertahankan atau dibangun kembali seperti
aslinya (restorasi).
Kemudian pemerintah membuat Landmark, sebagai penanda kawasan ini
yaitu membangun kuil atau bangunan yang menjadi pusat kegiatan atau paling
berbeda dengan bangunan lainnya.
Dan membuat skenario pariwisata seperti : Menjadikan distrik tersebut
sebagai lokasi pusat-pusat budaya dan kesenian, adanya jalan-jalan yang bertema
dan membangun estetika lingkungan, pencahayaan dan landscaping
Dengan perubahan yang dibuat di kawasan ini, semakin banyak wisatawan
yang berkunjung ke kawasan Chinatown ini dan menjadi ramai dengan pusat
kuliner dan toko-toko yang menjadi khas dari kebudayaan China.
3.3.2 Studi Banding Tema Sejenis
a. New East Manchester
Dalam perancangan kawasan New East Manchester juga digunakan tema
Urban Regeneration. Kawasan ini meliputi lebih dari 1,900ha dari tepi
Manchester City Centre ke batas timur kota, East Manchester.
Pada kawasan ini terdapat bangunan dengan fungsi-fungsi yang berbeda.
sudah terlihat usang seperti tidak terawat, yang menyebabkan tidak banyak orang
yang berminat untuk tinggal ataupun berada di kawasan ini.
Pemerintah berupaya meregenerasinya untuk memasarkan dan
mempromosikan kawasan ini. Dengan mengkoordinasi dan mengintegrasikan
program sosial dan ekonomi seperti: bangunan komunitas tunggal, zona
pendidikan, zona kesehatan, zona olahraga, kelurahan Ancoats, dan menentukan
biaya yang baru dalam memasarkan rumah. Dan kawasan ini menggunakan dana
dari anggaran kas daerah yang diberikan pemerintahnya. Dengan memanfaatkan
sumber daya masyarakat lokalnya dan pihak swasata untuk menciptakan program
yang komprehensif.
Dengan sumberdaya dan dana yang ada, mereka membuat ruang hijau baru
dalam kawasan. Membuat jalur-jalur pejalan kaki yang bagus, agar orang-orang
merasa nyaman berjalan di dalam kawasan tersebut.
Membuat Gedung Olahraga untuk meningkatkan daya tarik pengujung
untuk datang ke kawasan ini.
Merancang bangunan yang dapat meningkatkan perekonomian dan
melestraikan hal-hal yang menjadi karakteristik dari kawasan ini.
b. Dublin Docklands
Dublin Docklands merupakan kawasan padat yang dekat dengan laut.
Kawasan yang berada tidak jauh dari pelabuhan ini merupakan kawasan dengan
peruntukan fungsi sebagai sektor ekonomi dan pendidikan.
Kawasan ini juga penggunakan proses regenerasi dalam mengembangkan
fungsi kawasan tersebut.
Yang menjadi sasaran dalam upaya regenerasi kawasan ini adalah untuk
meningkatkan taraf pendidikan, dan bertambahknya lapangan pekerjaan baru bagi
digunakan untuk Residential dan Komunitas, Komersil dan Retail, serta
Pariwisata.
3.4. Data Perancangan
Letak geografis daerah adalah sebagai berikut :
Lokasi : Kecamatan Medan Maimun Kota Medan
Nama Kawasan : Kawasan Pemukiman Kumuh Kampung Hamdan
Tipe Kawasan : Kawasan Permukiman Kumuh
Luas Kawasan : 58.665 m2
Batas Wilayah :
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Juanda
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Komplek Multatuli
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Multatuli dan Jalan Samanhudi
Iklim : Tropis, suhu minimum 23°C – 24,1°C, suhu
maksimum 30,6°C – 33,1°C, kelembaban udara 60-95%
Jenis Kawasan : Daerah pusat kota
Gambar 3.1: Garis kontur pada kawasan (Sumber. Google 2015)
3.5.1 Analisa UUD dan Peraturan
Pembahasan mengenai Undang – Undang dan peraturan dari bangunan dan lingkungan di sekitar tapak sangat terlihat dari tidak adanya kepatuhan hukum dan
peraturan yang ada di sekitar Kampung Hamdan ini seperti tidak adanya area
resapan sungai yang berupa garis sempadan sungai dan garis sempadan jalan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun
2011, kawasan Kampung Hamdan diperuntukkan sebagai kawasan CBD sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai daerah pusat pemerintah, hutan kota, pusat
pendidikan, perkantoran, rekreasi dan permukiman.
Peraturan-peraturan site:
a. Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan dengan batas
kapling, bisa batas depan, samping atau belakang.
GSB site berdarkan RTRW Kota Medan:
GSB untuk jalan Juanda: 15 meter
GSB untuk jalan Samanhudi: 15 meter
GSB untuk jalan Multatuli: 10 meter
GSB sungai Deli: 15 meter
b. KDB yaitu perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Menurut RTRW
Kota Medan, Koefisien Dasar Bangunan pada Site adalah 60%.
KDB bangunan = 60% x 5,87ha
c. KLB yaitu perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total
luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat.
KLB site = 4,5 x 5,87ha
= 26,415ha
d. Jumlah lantai maksimum yaitu perbandingan KLB dengan KDB.
Jumlah lantai= 26,415 / 4,322
= 6 lantai
e. KDH yaitu perbandingan luas daerah hijau pada lahan
KDH site = 25% x 5,87ha
= 1,47ha
Gambar 3.3: Data UUD dan Peraturan Kawasan Kampung Hamdan
Gambar 3.4: Rekomendasi Analisa UUD dan Peraturan
3.5.2 Analisa View
Gambar 3.5: Data view daerah sekitar Kampung Hamdan
Gambar 3.6: Rekomendasi dari permasalahan analisa view
Gambar 3.7: Rekomendasi dari potensi analisa view
3.5.3 Analisa Sosial dan Budaya
Kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul menjadi sorotan utama di
Area berkumpul warga pun tersebar di banyak tempat, mulai dari area tepi sungai,
warung-warung makan, area ruang terbuka, bahkan pada jalan di dalam tapak.
Gambar 3.8: Gambar kegiatan masyarakat di tepi Sungai Deli
Kegiatan yang mereka lakukan juga cukup beragam, misalnya apabila
berkumpul di sungai mereka melakukan beberapa kegiatan seperti mandi,
mencuci baju, memancing, bahkan melakukan pembuangan akhir seperti buang
air bahkan buang sampah. Bisa dibayangkan bagaimana tercemarnya air sungai
apabila pembuangan itu tetap berlangsung walaupun kegiatan pokok masyarakat
di sungai lebih mengutamakan air yang bersih dan sehat karena akan digunakan
untuk konsumsi langsung seperti mandi bahkan minum.
Dilihat dari kebiasaan warga Kampung Hamdan yang tingkat sosialnya
sangat tinggi maka direncanakan untuk menyediakan ruang-ruang terbuka
Gambar 3.9: Rekomendasi dari analisa sosial dan budaya
3.5.4 Analisa Sirkulasi
Pada kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak sekali jalan kecil
yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan sepeda motor. Bahkan becak, yang
sebagian besar warga gunakan sebagai kendaraan yang mendukung pekerjaan
mereka di kawasan tersebut sebagai penarik becak harus diparkirkan di rumah
pemukiman penduduk.
Gambar 3.10: Gambar situasi jalan pada tapak
Karena terlalu banyaknya jalan kecil yang berada di kawasan ini, apabila
berada di kawasan ini bisa saja orang tersesat dan tidak tahu jalan untuk keluar.
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 3.10. Perbatasan antar rumah warga pun
juga bisa digunakan sebagai jalur yang dapat ditembus untuk menuju suatu
daerah. Apabila orang yang baru saja berkunjung ke daerah ini pasti merasakan
seperti ada di sebuah labirin yang tidak ketahui di mana ujungnya karena setiap
sela rumah warga pasti dapat ditembus. Jalur ke sungai pun tidak dapat diketahui
dengan pasti karena tertutup oleh rumah warga. Jalan primer pada kawasan ini
terletak pada jalan sekitar tapak yaitu, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Samanhudi, dan
Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan gang-gang kecil yang terdapat di
Gambar 3.11: Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
Gambar 3.13: Data Analisa Kebisingan
Bagian tapak yang menghadap ke sumber kebisingan diusahakan terletak
pada penzoningan yang tidak memerlukan ketenangan misalnya ruang publik.
Pada bagian site yang menghadap sumber kebisingan terutama daerah di pinggir
jalan diberikan buffer misalnya tanaman. Peletakan bangunan agak menjauhi
sumber kebisingan juga dapat dilakukan.
3.6. Konsep Kawasan
3.6.1 Konsep Zoning Tapak
Penzoningan pada tapak terdiri dari 3, yaitu publik, privat, dan ruang hijau.
Zona-zona ini diletakan sesuai dengan urutan keintimannya. Zona publik
diletakan dekat dengan jalan dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi dan
pencapaiannya. Zona privat diletakkan lebih kedalam dekat dengan sungai
dimaksudkan untuk menjaga keprivasian dan keamanan. RTH diletakan ditengah
dimaksud sebagai pusat site, sebagai penghubung dan pedoman site.
Gambar 3.15: Zoning Hirarki
Penzoningan fungsi-fungsi ditentukan berdasarkan fungsinya, pencapaian,
Gambar 3.16: Zoning Fungsi
KETERANGAN
1. Pasar
2. Parkir
3. Rusun
4. Sekolah
5. RTH
6. Sport ground
7. Pusat Olahraga
8. Parkir
9. Pusat seni dan
budaya
10. Taman komunitas
11. Plaza
12. Sungai Deli
13. Pusat kuliner
Hubungan kedekatan antar fungsi yang membantu dalam penentuan
perletakan fungsi dalam tapak.
Gambar 3.17: Matriks
Alur ruang dalam site membantu perencanaan sirkulasi dari luar ke dalam
site dan dari dalam ke luar site.
a. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki
Pencapaian pejalan kaki ke site dapat melalui pedestrian Jl.Mutatuli,
pedestrian Jl.Juanda dan pedestrian Jl.Samanhudi. Adanya pedestrian di sepanjang
site yang berbatasan dengan jalan bertujuan untuk memfasilitasi pejalan kaki.
Entrance utama pejalan kaki berada di Jl.Mutatuli. Hal ini dikarenakan
intensitas kendaraan yang lebih sedikit dan banyaknya pejalan kaki. Entrance
Kedua juga terletak di Jl.Mutatuli. Entrance ketiga dan keempat terletak di Jl
Juanda.
Konsep sirkulasi pejalan kaki dalam site adalah pejalan kaki dapat
mengakses setiap sudut site sehingga perlunya penghubung sirkulasi pejalan kaki
antar fungsi.
Adanya sirkulasi pejalan kaki yang menghubungkan pedestrian Jl.Mutatuli
dan perdestrian Jl.Juanda dari dalam site agar memudahkan pejalan kaki
mengakses site.
Site yang terpisah oleh sungai dihubungkan dengan jembatan yang hanya
dapat dilalui pejalan kaki.
Gambar 3.20: Konsep sirkulasi pejalan kaki dari dalam ke luar site
b. Konsep Sirkulasi Kendaraan
Pencapaian kendaraan ke site dapat melalui Jl.Mutatuli (2 arah), Jl.Juanda
(2 arah) dan Jl.Samanhudi (2 arah). Entrance utama berada di Jl.Mutatuli. Hal ini
dari kawasan. Dengan bentuk site seperti ini sirkulasi radial akan memudahkan
dalam pencapaian setiap fungsi dan memperjelas arah sirkulasinya.
Gambar 3.21: Konsep sirkulasi kendaraan dari luar ke dalam site
Sirkulasi radial yang digunakan hanya satu arah. Hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi sirkulasi yang silang antar kendaraan yang dapat memicu kemacatan.
Entrance kedua dan ketiga hanya digunakan untuk keluar site. Hal ini
dimaksudkan untuk memusatkan sirkulasi pada RTH sesuai dengan konsep
sirkulasi radial.
Jalur kendaraan yang mengarah ke belakang site dimaksudkan 2 arah. Hal
ini bertujuan untuk memudahkan jalur bus dan kendaraan yang berkelilingi dalam
Gambar 3.22: Konsep sirkulasi kendaraan dari dalam ke luar site
3.6.3 Konsep Penataan Kawasan
1) Parkir Pasar
Diletakkan di area ini agar dekat dengan sirkulasi kendaraan dalam site
sehingga akses keluar lebih mudah.
2) Bangunan Pasar
Diletakkan di area ini agar pasar yang merupakan fungsi publik akan lebih
mudah dicapai dari luar site dan penghuni rusun.
3) Parkir Sekolah
Diletakkan di area ini agar sirkulasi fungsi ini tidak mengganggu sirkulasi
Jl.Multatuli sehingga tidak menimbulkan kemacetan.
4) Bangunan Sekolah
Diletakkan di area ini agar mudah dicapai dari luar site, rusun, dan sekolah
mudah mengakses gedung olahraga / gedung kesenian serta fungsi publik ini tidak
mengganggu fungsi private.
5) Parkir Rusun
Diletakkan di area ini agar dekat ke entrance ketiga sehingga memudahkan
akses keluar masuk rusun.
6) Bangunan Rusun
Diletakkan di area ini untuk menghindari kebisingan dari jalan,
memberikan privasi dan memudahkan akses ke semua sudut site
7) Sport ground
Diletakkan di area ini sebagai koneksi fungsi rusun dan gedung olahraga
Diletakkan di area ini untuk memudahkan akses ke dan dari fungsi lain
yang berhubungan dengan fungsi ini
9) Taman komunitas
Diletakkan di area ini sebagai ruang koneksi komunitas dari fungsi gedung
seni-budaya dan gedung olahraga
10) Parkir Umum
Diletakkan di area ini untuk memudahkan akses parkir dari entrance utama
dan agar parkiran mudah diakses dari gedung seni budaya dan gedung olahraga
11) Gedung Pusat Kesenian
Diletakkan di area ini agar mudah terlihat dari tiga jalan sehingga menjadi
ikon kawasan dan memudahkan akses dari gedung olahraga ke taman komunitas
serta plaza
12) Plaza
Diletakkan di area ini untuk memenuhi peraturan dan UU tentang GSB
sungai, sebagai ruang komunal, pelestarian sungai dan sebagai salah satu daya
tarik dari kawasan ini
13) Amphitheater
Diletakkan di area ini agar lebih dekat ke pusat seni budaya, taman
komunitas, dan plaza.
14) Pasar Kuliner
Diletakkan di area ini sebagai wadah untuk warga yang berdagang kaki
Konsep bentukan massa memperhitungkan arah view, pencahayaan,
sirkulasi, pengudaraan, dan tipikal ruang yang dibutuhkan.
Gambar 3.24: Konsep Bentukan Massa
3.6.5 Konsep Ketinggian Bangunan
Dari segi UU dan peraturan, ketinggian maksimum bangunan di kawasan
ini adalah 6 lantai. Bangunan di sekitar tapak memiliki ketinggian 1-5 lantai.
Dalam kawasan ini fungsi yang paling utama adalah rusun sehingga
rusunlah yang tertinggi di site yaitu 6 lantai. Oleh karena itu fungsi-fungsi lainnya
tidak boleh melebihi tinggi rusun yaitu sekitar 3-4 lantai. Hal ini terlihat pada
Gambar 3.25: Konsep Ketinggian Bangunan
Selain itu, dengan adanya perbedaan ketinggian di dalam kawasan
diharapkan dapat tercipta skyline dalam kawasan tersebut.
Gambar 3.26: Skyline dari Jalan Ir. H. Juanda
BAB IV
PENGANTAR FUNGSI
Pada perancangan ini diasumsikan permukiman padat kampung hamdan
merupakan salah satu proyek pemerintah dalam usaha merevitalisasi permukiman
kumuh. Kawasan ini nantinya akan berubah nama menjadi ‘Kawasan Terpadu Hamdan’.
Pada kawasan ini akan dibangun sekolah, rusun, pasar, gedung olahraga,
dan gedung kesenian yang bertujuan untuk mengalokasi permukiman penduduk
serta meningkatkan perekonomian di daerah tersebut. Tema yang digunakan pada
kawasan ini adalah urban regeneration.
Pada skripsi ini, penulis lebih membahas tentang bangunan sekolah yang
akan dirancang pada kawasan ini. Sekolah yang akan dirancang merupakan
ISU SEKOLAH NATIONAL PLUS
6.1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam peraancangan Sekolah Negeri di
Kawasan Terpadu Hamdan ini adalah :
1. Bagaimana meningkatkan sarana fisik pendidikan agar dapat membantu proses
belajar dan mengajar.
2. Bagaimana memanfaatkan kondisi tapak agar dapat menjadi fungsional dalam
menambah pengetahuan siswa.
3. Bagaimana menerapkan tema yang digunakan pada bangunan sekolah.
4. Bagaimana mengintegrasikan keadaan bangunan sekitar dalam desain.
6.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakannya perancangan ini adalah :
Merancang sekolah national plus di kota Medan, khususnya di Kawasan
Terpadu Hamdan agar rakyat mampu bersaing pada era globalisasi ini.
Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran
anak-anak yang bersekolah di sekolah ini.
Memberikan keringanan biaya terhadap anak-anak yang kurang mampu,
khususnya anak-anak yang tinggal di rusun Kawasan Terpadu Hamdan untuk
6.3. Metode Perancangan
6.3.1 Pendekatan Masalah
Pendekatan perancangan yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah
perancangan ini adalah :
Melakukan survei terhadap lokasi tapak.
Melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan judul dan tema untuk
mendapatkan informasi.
Melakukan studi literatur mengenai sekolah dari buku dan internet.
6.3.2 Lingkup/ Batasan Perancangan
Batasan proyek digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian yang
akan dilakukan. Batasan dalam proyek perancangan ini adalah:
Hanya membahas masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah
sekolah.
Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu
arsitektur kontemporer.
6.3.3 Asumsi
Oleh karena kasus perancangan bersifat fiktif, maka diperlukan beberapa
asumsi sebgai dasar perencanaan dan perancangan yaitu:
a. Proyek ini merupakan proyek pemerintah yang dijual kepada pihak swasta
b. Dalam proyek ini, fungsi telah ditetapkan oleh pemerintah
c. Dana tidak terbatas
d. 75% dari total siswa yang belajar di sekolah tersebut merupakan anak dengan
yang tinggal di rusun Kawasan Terpadu Hamdan dan mendapatkan beasiswa
DESKRIPSI PERANCANGAN SEKOLAH NATIONAL PLUS
7.1. Definisi dan Spesifikasi Judul Bangunan
Sekolah Nasional Plus adalah sekolah-sekolah yang menggunakan
kurikulum Nasional Indonesia dan kurikulum lain misalnya kombinasi dengan
kurikulum dari negara lain atau dari badan akreditasi tertentu.
Spesifikasi yang digunakan oleh ANPS (Association of National Plus
Schools) untuk menilai apakah sebuah sekolah bisa digolongkan sebagai sekolah
Nasional Plus adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan dan Prosedur Sekolah yaitu visi dan misi sekolah serta struktur
manajemen, kebijakan, proses dan prosedur di dalam sekolah tersebut.
b. Lingkungan dan Kebudayaan Indonesia yaitu pengetahuan serta penghargaan
mengenai nilai & keragaman budaya serta lingkungan hidup di Indonesia.
c. Bahasa Pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris dan Indonesia.
d. Pengembangan Profesional yaitu komitmen sekolah untuk mengembangkan
karyawannya secara berkesinambungan.
e. Hasil Pembelajaran yaitu pengembangan dan penggunaan kurikulum nasional
& internasional.
f. Program Pembelajaran dan Pengajaran yaitu program pendidikan, metode
g. Sumber Daya dan Fasilitas Kecukupan sumber daya dan fasilitas untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan seperti rasio guru dan murid
serta standar keamanan.
7.2. Tema Bangunan
7.2.1 Alasan Pemilihan Tema
Tema bangunan yang terdapat dalam suatu kawasan harus memiliki ciri
yang sama. Mengingat Kawasan Terpadu Hamdan berada di pusat kota serta
bentuk bangunan yang perlu disesuaikan dengan fungsi-fungsi bangunan dalam
kawasan ini, maka tema bangunan yang cocok digunakan pada kawasan ini adalah
arsitektur kontemporer.
Dengan estetika bangunan, orang-orang akan tertarik untuk datang ke
kawasan ini, serta murid-murid yang bersekolah di Sekolah National Plus
Hamdan akan lebih bersemangat untuk belajar di sekolah tersebut. Selain estetika
bangunan, fungsi dan struktur di dalam bangunan juga perlu diperhatikan.
7.2.2 Pengertian Arsitektur Kontemporer
Beberapa pengertian Arsitektur Kontemporer adalah sebagai berikut:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arsitektur adalah seni
bangunan sedangkan kontemporer adalah masa kini, kekinian atau dewasa ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Kontemporer adalah seni bangunan
yang sedang berkembang sekarang atau masa kini.
Menurut Konemann dalam bukunya yang berjudul “World of Contemporary
Architecture XX”, Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang
arsitektur, berusaha menciptakan suatu kenyataan yang nyata-terpisah dari
suatu komunitas yang tidak seragam.
Menurut Sumalyo dalam bukunya “Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX”. Arsitektur Kontemporer adalah bentuk-bentuk aliran arsitektur
yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur atau sebaliknya
berbagai arsitektur tercakup di dalamnya.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
pengertian Arsitektur Kontemporer, yaitu:
“Arsitektur Kontemporer adalah aliran arsitektur yang lahir pada akhir abad XX
dan memiliki kebebasan berekspresi dan berusaha untuk menampilkan suatu yang
berbeda dari komunitas di sekitarnya yang merupakan sebuah aliran baru atau
penggabungan dari beberapa aliran arsitektur.”
7.2.3 Interpretasi Arsitektur Kontemporer
Menurut Konemann, ciri-ciri Arsitektur Kontemporer, yaitu:
Ekspresi bangunan bersifat subjektif
Kontras dengan lingungan sekitar
Bentuk simple namun berkesan kuat
Menurut Laporan Mata Kuliah Seminar Arsitektur mengenai Arsitektur
Kontemporer di Bali, ciri-ciri Arsitektur Kontemporer dibagi berdasarkan 3 faktor
penentu, yaitu sebagai berikut:
Menggunakan bahan-bahan yang baru berkembang dan terkesan artificial
(buatan atau hasil pabrikasi).
Faktor Warna
Dominasi satu warna
Menggunakan warna-warna monokromatik
Mencolok dari lingkungan sekitar
Faktor Bentuk
Bermain dengan bentuk geometris
Bentuk simple, tegas dan dinamis
Cenderung mencolok dari lingkungan sekitar
Personal dan ekspresi yang subjektif
Cenderung tidak menggunakan ornamen
Mengekspresikan teknologi
Teori elementer (ukuran kolom, balok, dinding, perbadingan panjaang dan
lebar, dan lain-lain) tidak diperhitungkan lagi
Dari kedua rincian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interpretasi
tema Arsitektur Kontemporer yang akan digunakan pada bangunan sekolah, yaitu
sebagai berikut:
Bentuk sederhana, tapi kuat dan dinamis
Menggunakan warna-warna monokromatik
Terlihat mencolok dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya
7.3.1 Studi Banding Fungsi Sejenis
1. SMP Negeri 1 Medan
SMP Negeri 1 Medan adalah salah satu Sekolah Menengah
Pertama Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia terletak di Jalan
Bunga Asoka no 6, Medan. Sama dengan SMP pada umumnya
di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMPN 1 Medan ditempuh dalam waktu
tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas VII sampai Kelas IX.
a. Jumlah Siswa
Jumlah Siswa Kelas VII adalah 398 orang
Jumlah Siswa Kelas VII adalah 248 orang
Jumlah Siswa Kelas VII adalah 216 orang
Total Siswa di SMP Negeri 1 adalah 862 orang
b. Jumlah Tenaga Pengajar dan Pegawai
Jumlah Tenaga Pengajar : 73 orang
Jumlah Tenaga Tata Usaha : 6 orang
Jumlah Tenaga Perpustakaan : 1 orang
c. Jumlah Beban Belajar
Kantor Kepala Sekolah
Kantor Wakil Kepala Sekolah
Kantor Guru
Ruang Bimbingan Konseling
Ruang Seni Musik
Taman Sanggar pramuka
Ruang Tata Usaha
Ruang Pengelolaan Sampah 3R
Lapangan Voli Lapangan Sepak Bola
Ruang Kelas Ruang 3R (Reduce, Reuse, Recyle)
Aula Perpustakaan
e. Kegiatan Pembiasaan Sekolah
Bintal Setiap Hari Jumat Lomba Kebersihan Kelas
f. Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah
Pramuka Palang Merah Remaja Sepak Bola
Tari Menanam tumbuhan Paskibra
Tanggapan:
1. SMP Negeri 1 Medan mempunyai lahan yang sangat luas sehingga dapat
memiliki 3 lapangan olahraga. Sebaiknya ada lapangan yang digabung
fungsinya sehingga dapat menampung fungsi lainnya ataupun memanfaatkan
bangunan yang berada di dalam kawasan.
2. SMP Negeri 1 Medan mempunyai fasilitas yang lumayan lengkap.
3. Bentuk dan fasad bangunan termasuk monoton, seperti sekolah-sekolah pada
SD-SMP Holy Faithful Obedient National Plus School adalah salah
sekolah swasta yang ada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia terletak di Jalan
Kamboja no 18, Depok. Sekolah ini menggunakan kurikulum Singapore dan
KTSP, serta menyelenggarakan pendidikan yang professional, Kristiani, dan
berwawasan global dalam iptek, seni, dan sains.
a. Jumlah Siswa
Jumlah Siswa SD adalah 397 orang
Jumlah Siswa SMP adalah 58 orang
b. Tenaga Pengajar
Tenaga Pengajar di sekolah ini merupakan sarjana (S1)
c. Fasilitas
Laboratorium Komputer
Laboratorium Bahasa
Laboratorium IPA
Kantin yang steril
Toilet yang bersih
d. Aktivitas
Seni Paskibra
Tanggapan:
1. Bentuk dan fasad bangunan termasuk monoton, seperti sekolah-sekolah
pada umumnya.
2. Memanfaatkan fungsi bangunan yang ada di dalam kawasan sebagai
penunjang fasilitas sekolah.
3. Bangunan SD dan SMP terdapat dalam satu gedung.
Kav. G-8, Jakarta.. Sekolah ini terdiri atas beberapa tingkat yaitu TK, SD, SMP,
dan SMA. Bangunan sekolah terdiri atas 9 lantai dan 2 basement.
Fasilitas:
Lapangan basket indoor dan
lapngan bulu tangkis
Playground
Laboratorium Komputer
Laboratorium IPA
Studio Musik
Pusat Drama
Ruangan Full AC
Loker
Klinik Kesehatan
Tempat Konselor
Konektivitas Wi-Fi yang dapat
diakses pada segala area di
sekolah
Ruang Tari Lapangan basket Ruang Seni
Tanggapan:
1. Penggunaan basement pada bangunan untuk menghindari kemacetan yang
sering terjadi di sekolah.
2. Penyediaan fasilitas yang lengkap serta modern.
3. Desain pada fasad bangunan agak berbeda dengan desain sekolah pada
umumnya.
7.3.2 Studi Banding Tema Sejenis
1. Habitat 67 di Montreal, Kanada
Habitat 67 terdiri 354 prefabrikasi konkrit identik yang disusun dalam
berbagai kombinasi, dengan tinggi mencapai 12 lantai. Bangunan ini membentuk
146 tempat tinggal dari berbagai ukuran dan konfigurasi, masing-masing
terbentuk dari satu sampai delapan unit beton terkait. Kompleks awalnya berisi
158 apartemen, tetapi beberapa apartemen telah digabung untuk membentuk unit
yang lebih besar. Setiap unit terhubung ke setidaknya satu teras pribadi, yang
dengan ukuran antara 20 sampai 90 m2. Project yang impresif ini memiliki tema
kekokohan/kekekaran dan memiliki konsep bangunan masa depan pada interior,
pilar lift, plaza, jalan pedestrian, dan teras gantung. Ukuran kamar tidur bervariasi
dari 1 bedroom(luas: 56 m2) sampai dengan 4 bedroom (luas: 167,5 m2). Untuk
komplek hunian ini.
Pada bangunan ini juga terdapat 3 lift utama, sebagai transportasi vertical,
lift ini berhenti pada setiap 4 lantai, untuk melayani akses ke jalan pedestrian, dan
selanjutnya dari jalan tersebut terhubung ke hunian masing-masing.
Pada bulan Maret 2012, Habitat 67 memenangkan secara online polling
Arsitektur Lego dan merupakan kandidat yang akan ditambahkan ke daftar
bangunan terkenal yang menginspirasi khususnya replika Lego. Blok lego
benar-benar digunakan dalam perencanaan awal untuk Habitat; menurut perusahaan
Safdie ini, "model awal proyek yang dibangun menggunakan Lego dan iterasi
berikutnya juga dibangun dengan Lego".
Habitat 67 menggunakan gaya arsitektur kontemporer, sehingga bangunan
ini tidak terlihat monoton dan mempermainkan lekukan pada fasadnya.
Ruangan-ruangan disusun secara acak seperti dalam Lego sehingga menciptakan sesuatu
yang berbeda. Habitat 67 juga didesain dengan satu warna yang monokromatik
dan menggunakan bentuk yang simple yaitu kubus yang juga melambangkan
pengetahuan, kejujuran dan kesempurnaan moral.
Apartemen Harbour Isle dirancang oleh arsitek Denmark Lundgaard &
Tranberg. Bangunan apartemen ini memiliki pemandangan laut yang indah dan
merupakan bagian dari daerah Havneholmen baru Kopenhagen, yang dikenal
sebagai bekas kawasan industri yang telah berubah menjadi daerah pemukiman
dan bisnis.
Proyek bangunan apartemen ini terdiri dari 236 apartemen di dua blok
yang berbentuk U dengan halaman dalam yang terbuka ke pelabuhan. Fasad
bangunannya yang di desain persegi dan dengan bentuk-bentuk susunan yang
tidak beraturan menbuat mata tergelitik untuk melihatnya, ditambah dengan
warnanya yang keseluruhan putih dengan partisi kaca yang tipis membuat
bangunan tampak elegan.
Arsitek Lundgaard & Tranberg telah mencampurkan fasad dan atap dalam
kerangka rencana perkotaan yang didirikan, menciptakan interaksi komposisi atap
miring dan rendah serta roof garden. Ada berbagai macam unit perumahan dalam
kompleks yang terdiri dari Gate House, Townhouse, Garden House, Canal House
dan Menara apartemen yang terlihat di fasad, balkon dan teluk.
Apartemen Harbour Isle menggunakan tema arsitektur kontemporer pada
desain bangunannya. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan material kaca, warna
bangunan yang berwarna putih serta penggunaan bentuk bangunan yang
Gambar 7.1: Data bangunan sekitar
7.5. Analisa
7.5.1 Analisa Sirkulasi
Sirkulasi menuju site dapat dilalui dari Jalan Multatuli maupun dari dalam
Kawasan Terpadu Hamdan. Sirkulasi dari dalam kawasan dapat dicapai dengan
kendaraan mobil, sepeda motor, maupun bus dalam kawasan. Sirkulasi menuju
pada sekolah dan tidak tersedianya area drop off untuk menaikkan maupun
menurunkan anak. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya area drop off yang
disediakan oleh sekolah serta penambahan parkir pada sekolah. Bila lahan sekolah
kurang untuk memuat parkir yang banyak, sekolah dapat menyediakan basement
sebagai tempat parkir.
Gambar 7.2: Masalah, potensi dan rekomendasi analisa sirkulasi
7.5.2 Analisa Kebisingan
Tingkat kebisingan sangat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah.
Sekolah tentunya memerlukan ketenangan agar murid-murid dapat berkonsentrasi
untuk belajar. Sekolah berbatasan dengan pasar, Jalan Multatuli, dan RTH yang
tingkat kebisingannya tinggi. Akan tetapi, Jalan Multatuli tidak dilalui oleh
angkutan umum sehingga Jalan Multatuli memiliki tingkat kebisingan yang tinggi
pada saat-saat tertentu, begitu pula dengan RTH. Untuk mengatasi hal tersebut,
dapat ditanam vegetasi pohon di sekitar tapak yang ingkat kebisingannya tinggi
untuk meredam suara bising ataupun menggunakan material dinding bangunan
Gambar 7.3: Masalah, potensi dan rekomendasi analisa kebisingan
7.6. Program Ruang
7.6.1 Analisa Kegiatan dan Pemakai
Diagram Alur Kegiatan
a. Siswa
b. Guru
Diagram 7.2: Diagram alur kegiatan guru
c. Pegawai
Diagram 7.3: Diagram alur kegiatan pegawai
d. Orang Tua
a. Siswa
Diagram 7.5: Diagram alur pemakai siswa
b. Guru
c. Pegawai
Diagram 7.7: Diagram alur pemakai pegawai
d. Orang Tua