• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.6 UTAUT

UTAUT adalah model yang diusulkan oleh Venkatesh pada tahun 2003 dalam meneliti niat dan perilaku pengguna dalam penggunaan teknologi. Menurut Venkatesh dalam Jati & Laksito (2012), model UTAUT merupakan model penerimaan teknologi yang dikembangkan dari delapan model penerimaan teknologi lainnya yang digabungkan satu sama lain. Delapan model tersebut terdiri dari TRA (Theory of Reasoned Action), TAM (Technology Acceptance Model), TPB (Theory of Planned Behavior), C-TAM-TPB (Combined TAM and TPB), MM (Motivational Model), IDT (Innovation Diffusion Theory), SCT (Social Cognitive Theory) dan MPCU (Model of PC Utilization).

Menurut Shin dalam Handayani & Sudiana (2015), alasan pengembangan model UTAUT adalah karena adanya keterbatasan dalam model TAM, dimana TAM adalah model yang paling sering digunakan dari kedelapan model yang digunakan dalam pengembangan UTAUT. Keterbatasan yang ada pada model TAM adalah karena adanya kekurangan pada model TAM yaitu tidak

mempertimbangkan satu faktor penting yaitu pengaruh sosial dari penggunaan dan pemanfaatan teknologi baru. TAM juga tidak mempertimbangkan hambatan yang menghalangi seseorang untuk menggunakan sistem tertentu yang dia ingin gunakan.

Gambar 2.1 Model Penelitian UTAUT (Venkatesh et al., 2003)

Menurut Venkatesh et.al dalam Handayani & Sudiana (2015), model UTAUT terbukti lebih berhasil daripada delapan teori lainnya yang menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna. Setelah mengevaluasi kedelapan model,

Venkatesh, dkk. menemukan tujuh konstruksi yang tampaknya menjadi penentu langsung yang signifikan dari niat perilaku atau perilaku penggunaan dalam satu atau lebih dari setiap model. Konstruk tersebut terdiri dari performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, attitude toward using technology, dan self-efficacy. Setelah dilakukan pengujian lebih lanjut, hasil pengujian menemukan bahwa dari tujuh konstruk yang ada, empat konstruk utama berperan penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior yaitu, performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions. Sedangkan konstruk yang lain tidak signifikan sebagai determinan langsung dari behavioral intention. Selain itu juga ada empat moderator yang terdiri dari gender, age, voluntariness, dan experience yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari empat konstruk utama pada behavioral intention dan use behavior. Menurut Winduwiratsoko (2018), keunggulan model UTAUT dibandingkan dengan model penelitian sebelumnya terletak pada jangkauan variabel yang ada. Hal ini terjadi karena UTAUT sendiri mengabungkan variabel-variabel pada model sebelumnya menjadi satu konsep utama yang mempresentasikan masing-masing model sebelumnya. Sehingga melalui model UTAUT, reaksi dan persepsi seseorang terhadap teknologi dapat lebih dipahami.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadi salah satu alasan perlunya pengembangan model UTAUT yang baru. Hasil pengembangan model UTAUT dinamakan model UTAUT 2 yang terdiri dari tiga konstruk tambahan yaitu Hedonic Motivation, Price Value dan Habit memperluas UTAUT ke

UTAUT 2 (Pertiwi & Ariyanto 2017). Model UTAUT 2 mempelajari penerimaan dan penggunaan dari suatu teknologi dalam konteks konsumen (Venkatesh et al., 2012). Tujuan dari model UTAUT 2 adalah untuk mengidentifikasi tiga konstruk penting dari penelitian penerimaan dan penggunaan teknologi baik untuk masyarakat umum maupun konsumen, mengubah beberapa hubungan yang sudah ada dalam konsep model UTAUT, dan memperkenalkan hubungan baru (Venkatesh et al., 2012).

Gambar 2.2 Model Penelitian UTAUT 2 (Venkatesh et al., 2012)

Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang terdapat dalam model UTAUT menurut Venkatesh et al. dalam Rivai (2014):

Venkatesh et al. mendefinisikan ekspektasi kinerja (perfomance expectancy) sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem akan membantu orang tersebut memperoleh manfaat kinerja pada pekerjaan mereka (Jati & Laksito, 2012). Terdapat kombinasi faktor-faktor yang diperoleh dari penelitian sebelumnya tentang penerimaan dan penggunaan teknologi. Adapun faktor tersebut adalah:

a. Persepsi Terhadap Kegunaan (perceived usefulness)

Persepsi terhadap kegunaan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Faktor penelitian ini terdapat pada penelitian Davis, et al. (1989) dan ada pada model TAM.

b. Motivasi Ekstrinsik (extrinsic motivation)

Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) didefinisikan sebagai persepsi bahwa pengguna ingin melakukan suatu aktivitas karena dianggap sebagai alat untuk mencapai hasil yang berharga yang berbeda dari aktivitas itu sendiri, seperti prestasi kerja, pembayaran, dan promosi. Faktor penelitian ini ditemukan dalam penelitian Davis et al. (1992) dan ada dalam model MM.

c. Kesesuaian Pekerjaan (job fit)

Kesesuaian pekerjaan (job fit) diartikan sebagai bagaimana kapabilitas suatu sistem meningkatkan kinerja pekerjaan individu.

Faktor penelitian ini ditemukan dalam penelitian Davis et al. (1992) dan ada dalam model MM.

d. Keuntungan Relatif (relative advantage)

Keuntungan relatif (relative advantage) didefinisikan sebagai sejauh mana menggunakan inovasi dianggap lebih baik daripada menggunakan pendahulunya. Faktor penelitian ini ditemukan dalam penelitian Moore dan Benbasat (1991) dan ada dalam model IDT.

e. Ekspektasi Hasil (outcome expectations)

Ekspektasi hasil (outcome expectations) berhubungan dengan konsekuensi perilaku. Berdasarkan bukti empiris, mereka dipisahkan menjadi ekspektasi-ekspektasi kinerja (perfomance expectations) dan ekpektasi-ekspektasi personal (personal expectations). Faktor penelitian ini ditemukan dalam penelitian Compeau & Higgins (1995) dan Compeau et al. (1999).

Menurut Davis dalam Rivai (2014), mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu dapat meningkatkan prestasi kerja seseorang. Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang percaya dan merasa bahwa menggunakan suatu teknologi informasi akan sangat bermanfaat dan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi kerja.

2. Ekspektasi Usaha (Effort Expectancy)

Ekspektasi usaha (effort expectancy) merupakan tingkat kemudahan dalam menggunakan sistem yang diharapkan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Faktor tersebut dirumuskan berdasarkan 3 konstruk pada teori sebelumnya yaitu persepsi kemudahan penggunaan (perceived easy of use-PEOU) dari model TAM, kompleksitas dari model of PC utilitazation (MPCU), dan kemudahan penggunaan dari teori difusi inovasi (IDT).

Menurut Venkatesh et al. dalam Rivai (2014), mengidentifikasikan bahwa kemudahan pemakaian mempunyai pengaruh terhadap penggunaan teknologi informasi. Kemudahan penggunaan teknologi informasi akan menimbulkan perasaan dalam diri seseorang bahwa sistem memiliki kegunaan dan oleh karena itu dapat menimbulkan perasaan nyaman saat bekerja dengannnya. Kompleksitas yang dapat membentuk konstruk ekspektasi usaha yang didefinisikan oleh Venkatesh tahun 2003 adalah sejauh mana inovasi diartikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk didefinisikan dan digunakan oleh individu.

3. Faktor Sosial (Social Influence)

Faktor sosial didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang mengasumsikan bahwa orang lain meyakinkan dirinya bahwa dia harus menggunakan sistem baru. Ada tiga varietas luas dari faktor sosial, yaitu:

a. Kepatuhan adalah ketika orang tampak setuju dengan orang lain, tetapi sebenarnya masih tidak setuju dan cocok dengan pendapat pribadinya.

b. Identifikasi adalah ketika orang dipengaruhi oleh seseorang yang mereka sukai dan hormati, seperti selebriti terkenal.

c. Internalisasi adalah ketika orang menerima kepercayaan atau perilaku dan menyetujui baik umum maupun pribadi.

Dalam konsep ini terdapat kombinasi faktor-faktor yang diperoleh dari teori penelitian sebelumnya tentang penerimaan dan penggunaan teknologi. Adapun faktor tersebut adalah:

a. Norma subyektif (subjective norms)

Norma subjektif adalah persepsi seseorang bahwa kebanyakan orang yang penting menurutnya harus atau tidak boleh melakukan perilaku yang bersangkutan.

b. Faktor-faktor sosial (social factors)

Faktor-faktor sosial adalah internalisasi individu terhadap referensi budaya subyektif kelompok, kesepakatan khusus yang dibuat individu dengan orang lain, dalam situasi sosial tertentu.

c. Gambaran (image)

gambaran merupakan tingkat penggunaan inovasi yang dianggap dapat meningkatkan citra atau status seseorang dalam sistem sosial seseorang.

Menurut Venkatesh dalam Jati & Laksito (2012), faktor sosial adalah determinan dari tujuan perilaku dalam menggunakan teknologi informasi yang direpresentasikan sebagai norma subyektif dalam TRA, TAM, TPB, faktor sosial dalam MPCU, dan gambaran dalam teori difusi inovasi (IDT). Dalam lingkungan tertentu, penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan status (image) seseorang di dalam sistem sosial.

Pengaruh sosial dapat mempengaruhi perilaku individu melalui tiga mekanisme, yaitu kepatuhan (compliance), internalisasi (internalization), dan identifikasi (identification). Dapat disimpulkan bahwa semakin besar pengaruh suatu lingkungan terhadap calon pengguna teknologi informasi untuk menggunakan suatu teknologi informasi baru, maka semakin besar pula minat yang muncul dari personal calon pengguna tersebut dalam menggunakan teknologi informasi tersebut karena pengaruh lingkungan sekitarnya yang kuat.

4. Kondisi Yang Memfasilitasi (Facilitating Conditions)

Menurut Venkatesh dalam Suprapto (2016), kondisi yang memfasilitasi penggunaan teknologi informasi adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur organisasi dan teknis untuk mendukung penggunaan sistem tersebut. Teori sikap dan perilaku (Theory Of Attitude and Behavior) dari Triandis dalam Jati & Laksito (2012) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi oleh pekerja dipengaruhi oleh perasaan individu (affect) terhadap penggunaan komputer pribadi, normal sosial

(social norms) dalam tempat kerja yang memperhatikan penggunaan komputer pribadi, kebiasaan (habit) yang berkaitan dengan penggunaan komputer, konsekuensi yang diharapkan individu (consequencies) dari penggunaan komputer pribadi, dan kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions) dalam penggunaan teknologi informasi.

Penelitian oleh Thompson et al. yang mengadopsi sebagian dari teori yang dikemukakan oleh Triandis menemukan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi yang memudahkan pengguna dengan penggunaan teknologi informasi. Dalam konsep ini terdapat kombinasi faktor-faktor yang diperoleh dari teori-teori penelitian sebelumnya tentang penerimaan dan penggunaan teknologi. Adapun faktor tersebut adalah:

a. Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control)

Kontrol perilaku yang dirasakan mencerminkan persepsi kendala internal dan eksternal pada perilaku dan mencakup selfficacy, kondisi fasilitasi sumber daya, dan kondisi yang memfasilitasi teknologi.

b. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions)

Kondisi-kondisi yang memfasilitasi merupakan faktor obyektif dalam lingkungan dimana peneliti merasa mudah untuk mengambil suatu tindakan, termasuk penyediaan dukungan komputer.

c. Kompatibilitas (compatibility).

Kompatibilitas adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan nilai, kebutuhan, dan pengalaman pengadopsi potensial.

5. Minat Pemanfaatan (Behavioral Intention)

Menurut Venkatesh et al. dalam Jati & Laksito (2012), minat pemanfaatan teknologi informasi (behavioral intention) diartikan sebagai tingkat keinginan atau niat pengguna untuk menggunakan sistem secara terus menerus dengan asumsi bahwa mereka memiliki akses terhadap informasi. Seseorang akan tertarik untuk menggunakan suatu teknologi informasi baru jika pengguna yakin bahwa dengan menggunakan teknologi informasi ini akan meningkatkan kinerjanya, penggunaan teknologi informasi dapat dilakukan dengan mudah, dan pengguna mendapatkan pengaruh lingkungan sekitarnya dalam menggunakan teknologi informasi tersebut.

6. Perilaku Penggunaan (Use Behavior)

Perilaku penggunaan teknologi informasi (use behavior) diartikan sebagai intensitas atau frekuensi pengguna dalam menggunakan suatu teknologi informasi. Menurut Triandis dalam Jati & Laksito (2012), mengemukakan bahwa perilaku seseorang merupakan ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intention), dimana keinginan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial, perasaan (affect) dan konsekuensi yang dirasakan (perceived consequences).

Dokumen terkait