• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

Dalam dokumen RU II Dumai BAB I PENDAHULUAN (Halaman 78-89)

5.1. Utilitas

Utilitas merupakan suatu bagian yang penting guna menunjang operasi kilang karena sebagian besar jalannya operasi ditentukan oleh adanya utilitas ini. Fasilitas utilitas yang terdapat pada Pertamina RU II Dumai adalah :

1. Air tawar, yang berfungsi sebagai : a. Air pendingin pompa

b. Air umpan boiler c. Air minum d. Water Hydrant

e. Air bersih untuk perumahan 2. Steam, yang berfungsi sebagai :

a. Penggerak turbin b. Pemanas

c. Proses

3. Udara bertekanan (Pressed Air), yang berfungsi sebagai :

a. Udara instrument, untuk menjalankan instrument pengontrol b. Pembersihan alat- alat

4. Air Laut, yang berfungsi sebagai :

a. Air pendingin pada cooler dan condenser b. Pendingin mesin- mesin di power plant c. Fire Safety

Unit- unit proses yang merupakan bagian dari unit utilitas adalah : a. Unit Penjernihan Air (Water Treatment Plant)

Sumber air tawar diperoleh dari sungai Rokan. Pengolahan air ini terutama ditujukan untuk memperoleh air yang memenuhi syarat sebagai air minum dan air pendingin, sedangkan air untuk umpan boiler (Boiler Feed Water) perlu pengolahan lebih lanjut di demineralizer. Air sungai Rokan diolah untuk

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 79

menghilangkan turbiditas, COD, suspended solid, dan warna atau untuk menghindari korosi yang disebabkan oleh pH air yang rendah, maka diinjeksikan larutan NaOH sampai netral. Untuk kebutuhan air minum dilakukan proses sterilisasi dengan menginjeksikan desinfektan seperti Cl2 atau Ca(OCL)2.

Air baku dari sungai Rokan dipompa menuju WTP (Water Treatment Plant) Bukit Datuk yang berjarak 45 km, kemudian ditampung dalam raw water pond. Di dalam raw water pond terjadi pengendapan Lumpur, pasir, dan partikulat. Kemudian air baku dipompa menuju clearator dan diinjeksikan :

 Aluminium Sulfat : Al2(SO4)3.18H2O

 Caustic Soda : NaOH

Coagulant Aid

Didalam clearator air baku dan bahan kimia diaduk dengan rapid mixer sehingga akan terjadi reaksi koagulasi antara bahan kimia dengan kotoran dan akan terbentuk flok. Reaksi yang terjadi adalah :

Al2(SO4)3.18H2O + 3Na2CO3  3Na2SO4 + 2Al(OH)3 + 18H2O Flok-flok yang akan terbentuk akan mengendap dan dibuang secara periodik. Air jernih akan mengalami over flow dan ditampung dalam intermediate pond. Intermediate Pond hanya berfungsi sebagai bak penampung air jernih. Lalu air jernih dialirkan ke sand filter yang berfungsi untuk memisahkan carry over flok dari clearator. Air jernih dari sand filter secara gravitasi ditransfer menuju treated water pond. Dari treated water pond air didistribusikan dengan pompa melalui sistem manifold. Manifold untuk kilang diinjeksikan corrosion inhibitor, sedangkan air untuk perumahan diinjeksikan Cl2 atau Ca(OCl)2 untuk desinfektan. Refinery Water (raw water) dari WTP Bukit Datuk dikirim ke new plant dan dikirim ke sand filter. Outlet sand filter ditampung pada filtered water tank. Dari tangki tersebut diditsribusikan dengan pompa menuju :

1. Portable Water Tank 2. Plant Water Calciner 3. Demineralizer

4. Make RU Cooling Water 5. Plant Water dan House Station

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 80

b. Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant)

Air umpan boiler memiliki persyaratan khusus karena dalam air masih terdapat zat- zat yang bisa membentuk kerak pada tube boiler dan zat- zat yang korosif. Kerak pada tube boiler disebabkan oleh garam-garam silikat dan karbonat. Kerak ini akan menyebabkan over heating sebab menghambat transfer panas. Korosi pada pipa disebabkan adanya gas-gas korosif seperti O2, CO2, pH air yang rendah, karena itu gas-gas harus dihilangkan dan pH air dijaga tetap netral di dalam BFW. Garam-garam mineral yang larut dalam air bisa mengakibatkan buih sehingga perlu dihilangkan dengan demineralizer yang terdiri dari kation dan anion.

Outlet demineralizer ditampung dalam tangki lalu dipompakan ke dearator guna mengurangi kandungan O2 terlarut. Air yang keluar dearator diinjeksikan hydrazine untuk menghilangkan O2 sisa kemudian didistribusikan ke boiler dengan pompa. Steam yang dihasilkan terbagi menjadi tiga jenis :

1. High Pressure Steam (HPS), P = 2 1

40 bar, T = 398oC, Kapasitas = 60 ton 2. Middle Pressure Steam (MPS), P = 11 bar, T = 200oC, Kapasitas = 60 ton 3. Low Pressure Steam (LPS), P = 3

2 1

bar, T = 190oC, Kapasitas = 60 ton c. Unit Air Pendingin (Cooling Water Unit)

Unit ini berfungsi untuk menampung air yang akan digunakan sebagai air pendingin pompa dan compressor. Air yang digunakan adalah air tawar dari WTP Bukit Datuk. Cooling tower di new plant berpusat di utilitas circulation. Air dari tangki didistribusikan ke cooling tower maka diperlukan make-up karena air yang kembali return cooling tower sangat sedikit. Untuk membuang sludge dan lumpur dilakukan dengan blow down. Untuk menghindari pertumbuhan jasad renik (algae dan lumut), diinjeksikan chlorine ke dalam cooling tower sebanyak 10 kg selama 6 jam dalam satu hari. Di samping itu, diinjeksikan juga corrosion inhibitor berupa dulcam 704 (untuk satu shift diberikan sebanyak 37,5 liter) yang berfungsi untuk membentuk lapisan pada pipa sehingga tidak terjadi kontak langsung antara air dengan material pipa yang bisa mengakibatkan perkaratan.

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 81

d. Unit Penyedia Udara Bertekanan

Fungsi dari udara bertekanan yang dihasilkan oleh unit ini adalah sebagai berikut, yaitu :

1. Unit Instrumen

Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke dalam receiver. Udara biasa masuk melalui filter dihisap oleh kompresor dan ditekan keluar melalui pendingin dan cyclone untuk memisahkan air, setelah itu masuk ke receiver. Tekanan udara dijaga dengan pressure recorder controller (PRC) sebesar 6,5 kg/cm2.

2. Udara Kilang

Digunakan sebagai pembersih dan flushing pipa-pipa. Di dalam unit kompresor juga terdapat cooling water untuk mengatur air pendingin yang mendinginkan pompa dan kompresor. Untuk menjaga agar suhu air tetap rendah digunakan fan. Untuk mencegah korosi, diinjeksikan polycrin I dan polycrin AI (merupakan corrosion inhibitor).

e. Unit Penyediaan Fuel

Sistem penyediaan fuel oil di new plant berpusat di utilitas. Fuel oil dari tangki penampungan didistribusikan dengan pompa menuju :

1. Boiler Utilitas 2. Vacuum Unit 3. Platforming Unit

4. Naphtha Hydrotreating Unit 5. Distillate Hydrotreating Unit 6. Hydrocracking Unibon

f. Unit Penyediaan Power (Power Plant)

Merupakan unit yang penting dalam operasi kilang. Unit berfungsi sebagai penyedia tenaga listrik untuk kebutuhan kilang maupun perumahan karyawan. Unit terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Power Generation

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 82

TG-II : tidak beroperasi

TG-III : 31,47 ton/h dengan 8,3 MW steam TG-IV : 43,77 ton/h dengan 10 MW steam 2. Power Distribution

3. Bengkel Listrik

Pembangkit listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lsitrik perumahan, kantor dan pabrik adalah :

 Kilang lama (existing plant), mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan empat buah engine kapasitas masing-masing 3,5 MW dan Pembangkit Tenaga Listrik Gas (PLTG) terdapat dua buah dengan kapasitas masing-masing 17,5 MW.

 Kilang baru (new plant), terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang terdiri empat engine dengan kapasitas masing-masing 14 MW dengan tegangan 11 kV, dengan supply steam dari boiler.

Untuk menggerakkan turbin generator dipakai steam yang digerakkan oleh boiler, sedangkan untuk operasi pembangkit listrik di dua kilang tersebut diintegrasikan dengan trafo integrasi. Untuk keperluan perumahan, PLTG dengan tegangan 10,5 kV dinaikkan menjadi 11 kV dan dinaikkan lagi menjadi 27 kV.

5.2. Pengolahan Limbah

Dampak dari limbah industri yang dihasilkan oleh pertamina RU II Dumai, diiusahakan ditekan serendah mungkin. Komitmen ini sejalan dengan keberhasilan pertamina RU II Dumai memperoleh sertifikasi ISO 14001 (sistem manajemen lingkungan) pada Desember 2001.

Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pertamina RU II Dumai dalam menekan dampak dari limbah industrinya, adalah :

1. Melaksanakan Good Housekeeping di lingkungan kerja, dengan cara mengoptimasi pengunaan air, energi, dan bahan baku.

2. Pada saat pembangunan pabrik, pertamina RU II Dumai dilengkapi dengan unit-unit untuk mengelola dan mereduksi limbah.

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 83

3. Sistem proses yang digunakan dilengkapi dengan recycle dan recovery bahan, produk.

Adapun unit-unit yang digunakan untuk mengelola dan mereduksi kuantitas dan bahaya limbah adalah :

 Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan oleh pertamina RU II Dumai adalah emisi gas yang mengandung SOx, NOx, H2S, NH3, CO2, CO, hidrokarbon, debu, jelaga, dan bau yang sebagian besar berasal dari flare atau gas cerobong. Upaya penangulangan yang dilakukan adalah dengan menggunakan stack atau cerobong yang didesain dengan ketinggian tertentu agar memenuhi baku mutu emisi dan baku mutu ambient. Upaya lain yang dilakukan oleh pertamina RU II Dumai adalah dengan memasang CEM (Continuous Emission Monitoring), yang diletakkan pada cerobong (stack) unit HVU, yang merupakan unit yang setelah dianalisa menghasilkan emisi gas terbesar.

Pengelolaan lebih lanjut untuk limbah gas tidak dilakukan sebab selama ini ternyata udara emisi maupun ambient di lingkungan pertamina RU II Dumai masih memenuhi baku mutu lingkungan. Tolak ukur yang digunakan untuk menilai kualitas udara di RU II Dumai dicantumkan pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1 Tolak Ukur Dampak Kualitas Udara

No.

Parameter Baku mutu Satuan

1. SO2 0,1 260 ppm kg/cm3 2. CO 20 2260 ppm kg/cm3 3. NOx 0,05 92,5 ppm kg/cm3 4. HC 0,24 160 ppm kg/cm3 5. H2S 42 kg/cm3 6. Partikulat/debu 260 kg/cm3

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 84

Pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengendalian dan penanggulangan dampak terhadap kualitas udara adalah dengan menerapkan program “waste minimization” yang didalamnya terdapat empat tahap :

a. Reduksi limbah dari sumbernya b. Reuse

c. Recycle

d. Recovery (perolehan kembali)  Limbah Cair

Limbah cair yang dominant berasal dari aktivitas kilang, yaitu berupa minyak, sludge, sour water. Limbah tersebut berasal dari hasil proses maupun tumpahan dari sistem pemproses. Peralatan yang digunakan untuk menangani limbah cair tersebut antara lain :

a. Untuk mengatasi tumpahan- tumpahan minyak di perairan (laut) digunakan peralatan :

Oil boom, digunakan untuk menahan tumpahan minyak di perairan agar tidak tersebar luas. Oil boom tersebut berupa pembatas yang ditarik oleh dua buah kapal.

Oil skimmer, digunakan untuk menghisap tumpahan minyak yang telah terkumpul.

Oil sorbent, digunakan untuk menyerap minyak yang masih tersisa di perairan, yang berupa lapisan film.

Oil dispersant, merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk menghilangkan sisa- sisa minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan peralatan lainnya seperti diatas. Prinsip dari oil dispersant adalah membentuk koloid antara minyak dispersant sehingga berat jenisnya meningkat dan larutan minyak dispersant tenggelam ke dasar laut.

b. Oil separator II, digunakan untuk memisahkan campuran air-minyak yang terkandung di dalam air limbah. Pada tahap ini hanya akan terjadi pemisahan antara minyak dan air. Oleh karena itu kandungan senyawa polutan lain selain minyak yang ada di dalam air limbah akan tetap sama. Minyak yang tertampung

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 85

pada tahap ini akan dipompakan menuju slope tank untuk kemudian diproses lagi menjadi produk, sedangkan air yang telah terpisahkan akan masuk ke tahap selanjutnya untuk kemudian diolah lagi sebelum dibuang ke badan air. Pada unit separator ini terdapat 2 buah pompa untuk memompakan minyak menuju slope oil tank. Pompa yang digunakan menggunakan tenaga listrik.

Pertamina RU II Dumai memiliki 3 oil separator yang berada di bawah tanggung jawab bagian Oil Mov (OM).

c. Sour Water Stripper, digunakan untuk mengolah limbah cair yang bersifat asam yang keluar dari proses. Unit ini terletak pada area hydrocracking Complex (HCC). Baku mutu limbah cair yang harus dicapai yakni :

Tabel 5.2 Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Pengilangan Minyak Bumi

No. Parameter Kadar Maksimum

(mg/L) Beban Pencemaran Maks. (gr/cm3) 1. BOD5 100 100 2. COD 200 200 3. Oil Content 25 25 4. Sulfida terlarut 1.0 1.0 5. Ammonia terlarut 10.0 10.0 6. Phenol total 1.0 1.0 7. Temperatur 45oC 45oC 8. pH 6.0-9.0 6.0-9.0

9. Debit limbah maksimum 1000 m3/m3 bahan baku minyak

1000 m3/m3 bahan baku minyak

Sumber : Laboratory Test Report (Identifikasi 18 Juli 2001, diterima 10 Juli 2006)

Air limbah unit produksi yang mengandung sulfat dan ammonia akan dialirkan ke SWS. Kandungan sulfat dan ammonia pada air limbah tersebut akan dikurangi kadarnya sampai seminimal mungkin untuk kemudian diproses dalam pengolahan limbah cair selanjutnya. Dahulu, air yang keluar dari SWS ini sebenarnya direncanakan untuk digunakan unit Desalter. Namun karena unit ini tidak terpakai, maka air yang keluar dari SWS langsung dialirkan ke (930) ME-57.

Unit 930 ME-57 menampung semua limbah yang berasal dari kilang baru untuk kemudian dipompakan menuju separator II dan separator III (jika mengaktifkan screw pump). Penggunaan pompa pada unit ini sangat dibutuhkan.

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 86

Pompa yang tersedia pada unit ini 3 buah pompa 930 P5ABC dan 2 buah screw pump P54AB

d. Kolam Ekualisasi

Pada dasarnya proses yang terjadi di kolam ekualisasi ini adalah secara fisika yaitu menurunkan suhu, menangkap minyak yang masih terbawa dalam air limbah. Minyak yang terkumpul akan dipompakan menuju slope tank untuk kemudian diolah lagi ke dalam unit produksi dan menghasilkan suatu produk. Selain itu bak ekualisasi ini juga berfungsi untuk menghindari shock loading dalam pengolahan limbah secara biologi (pada kolam aerasi).

e. Kolam Aerasi

Proses yang terjadi pada kolam aerasi ini adalah proses lumpur aktif. Pada proses ini kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses yang berjalan. Mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendegradasi senyawa polutan yang terdapat dalam air limbah. Kolam aerasi ini berukuran besar dan menggunakan 3 buah aerator dalam pengoperasiannya. Pemberian nutrisi dilakukan setiap harinya dengan perbandingan N : P adalah 15 kg N : 15 kg P. Unsur N dan P ini merRUakan mayor element nutrisi mikroorganisme dan diperlukan mikroorganisme sabagai energinya dalam mendegradasi senyawa polutan. Selain itu suplai udara juga sangat dibutuhkan mikroorganisme dalam proses lumpur aktif ini. Untuk itulah digunakan aerator. Nutrisi diberikan secara kontinyu setiap harinya pada kolam aerasi.

f. Kolam Pengendap

Limbah dari kolam aerasi yang masuk ke dalam kolam ini mengandung partikel-partikel dari lumpur aktif dan hasil degradasi. Untuk itu perlu diendapkan di kolam pengendap. Karena berfungsi sebagai pengendap, aliran air dikolam ini diusahakan laminar. Endapan yang ada pada kolam pengendap ini sewaktu-waktu dipompa dan ditampung pada tangki pembiakan. Di dalam tanki tersebut juga terdapat mikroba yang akan dibiakkan. Hal ini dilakukan tidak tentu waktunya. Namun lumpur yang telah aktif tersebut akan secara rutin dimasukkan ke dalam kolam aerasi satu kali dalam seminggu.

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 87

g. Separator III

Separator III sebagai penampung terakhir air limbah yang berasal dari unit biotreatment dan area ME-57. Di kolam ini akan terjadi pencampuran limbah hasil proses pengolahan dengan limbah yang belum mengalami proses.

 Limbah Padat

Upaya pengolahan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan untuk menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air tanah, air laut, maupun kualitas udara agar memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Sedangkan pengolahan limbah padat domestik bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan kebersihan lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan di RU II Dumai termasuk cara pengolahannya antara lain adalah :

Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator.

Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan dapat dipisahkan dari sludge. Dilakukan juga yang dinamakan SOR (Sludge Oil Recovery) dengan cara mengencerkan sludge, lalu disentrifusi agar terpisah fase minyak dan air. Minyak yang diperoleh dari metode ini akan dikembalikan ke unit crude distilling untuk diolah kembali. Cara ini juga bermanfaat secara ekonomis, agar tidak ada minyak yang terbuang begitu saja. Sludge yang telah diolah tersebut kemudian dijual, dihibahkan, atau dikirim ke PPLI (Pusat Pengolahan Limbah Industri) untuk diolah lebih lanjut.

 Spent katalis

RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat digunakan untuk mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak digunakan biasanya dijual, karena banyak mengandung unsure platina yang cukup bernilai ekonomis.

 Karbon aktif

Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi spesifikasi, dicampur dengan coke dan dijual.

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 88

 Limbah perbengkelan berupa logam, kaleng, dan bungkus

Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara kemudian dibuang atau dikirim ke PPLI.

RU II Dumai

Teknik Kimia

Universitas Riau 89

Dalam dokumen RU II Dumai BAB I PENDAHULUAN (Halaman 78-89)

Dokumen terkait