• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

WAKTU PELAKSANAAN

G. Validasi Data

Skor Ideal = 12 2. Analisis Data

Menurut Patton, (Moleong, 1994:105) mengemukakan bahwa “Analisis data

adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar”. Sementara menurut Bogdan dan Taylor,

Moleong (1994:107) mengatakan bahwa “Analisis data adalah proses yang

merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu”. Sementara tujuan dari data itu sendiri adalah data dapat diberi makna yang berguna dalam memecahkan masalah masalah-masalah penelitian, memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian, untuk memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian, sebagai bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi-implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.

G. Validasi Data

1. Member Check

Member Check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan dari member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Sedangkan untuk pelaksanaannya sendiri dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan. Wiriaatmadja, (2005:51)

Meninjau kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru maupun siswa melalui kegiatan refleksi secara kolaborasi pada tiap akhir pembelajaran, kegiatan ini dilakukan untuk mengemukakan hasil temuan

sementara untuk memperoleh tanggapan , informasi tambahan baik dari guru maupun siswa.

2. Triangulasi

Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures (William Wiersma, 1986). Triangulasi adalah pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan kata lain memeriksa atau membandingkan kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan hasil yang diperoleh mitra secara kolaboratif dan mempertimbangkan bahwa masing-masing instrumen memiliki kelebihan dan kekurangan. Wiriaatmadja, (2005:51)

Selain itu juga dilakukan kegiatan wawancara dengan siswa, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan variasi lempar tangkap bola.

3. Audit trail

Audit trail yaitu dengan mengecek kebenaran dari prosedur dan metode

yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing. Wiriaatmadja, (2005:52)

Kegiatan yang sudah dilakukan yaitu mengecek kebenaran prosedur data dan mendiskusikannya dengan dosen pembimbing dan teman-teman peneliti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi yang cukup tinggi.

4. Expert Opinion

Expert opinion, yaitu mengecek kembali untuk terakhir kalinya terhadap

kesahihan temuan peneliti kepada pakar professional Wiriaatmadja, (2005:52) contohnya kepada Dosen Pembimbing.

Kegiatan yang sudah dilakukan yaitu mengkonsultasikan temuan-temuan dilapangan dan persiapan dalam melakukan penelitian yang telah dibuat peneliti kepada pihak ahli untuk memperoleh arahan dan masukan agar penelitian dapat dipertanggung jawabkan.

Daftar Pustaka

Adang Suherman. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ateng, Abdulkadir. (1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti Jakarta.

Husdarta dan Yudha M. Saputra, (2000). “Belajar dan Pembelajaran” PT Raja

Grafindo.Jakarta.

Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Depdikbud. Kusnandar. 2008. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembang Profesi Guru.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Lutan Rusli (2001), Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan Muhadi, Aip Syarifudin. (1992). Pendidikan Jasmani dan

kesehatan. Jakarta: Depdikbud.Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah, Direktorat Jendral Olahraga.

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Safari, Indra (2010). Pembinaan Kebugaran Jasmani di Sekolah. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Saptono (2008). Metode Team Game Tournament. Dalam Heny Christz-blogspot.com

Sukintaka. (1992). Teori Bermain Untuk D2 PGSD Penjas, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 1992.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Wiriaatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk

Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. (2000). Prinsip-prinsip Pengembangan dan

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Lempar Tangkap Bola Dalam Permainan Kasti Melalui Model kooperatif team game tournament (TGT) dan modifikasi bola Pada Siswa Kelas V SDN I Sutawinangun Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon

Peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perencanaan yang dilakukan dalam gerak dasar lempar tangkap melalui

Model kooperatif team game tournament (TGT) dan modifikasi bola meliputi menyusun rencana tindakan untuk memecahkan masalah peningkatan aktivitas KBM, salah satunya hasil belajar siswa tentang upaya perbaikan gerak dasar lempar tangkap, perbaikan difokuskan terhadap gerak dasar lempar tangkap melalui pemberian tugas gerak yang harus dikerjakan melalui aktifitas gerak. Dalam hal ini siswa melakukan kegiatan lempar tangkap secara berkelompok dan dilombakan dengan tiap kelompok mendapatkan satu buah bola yang terbuat dari kain yang dibuntalkan lalu diikat menggunakan karet gelang. Perencanaan ini mencakup menyiapkan RPP, dimana RPP terlampir, setelah RPP dibuat selanjutnya menyiapkan instrument pegumpul data dan lain-lain. Rancangan pembelajaran siklus ke I dengan alokasi waktu 2 X 35 menit dibagi ke dalam bagian pendahuluan 10 menit, inti dan pengetesan 50 menit dan penutup 10 menit. Perencanaan kedua adalah masih melalui pemberian tugas gerak yang harus dikakukan siswa, namun jumlah bolanya diperbanyak menjadi tiga buah di setiap kelompoknya, agar dalam proses pembelajaran setiap anak mendapatkan kesempatan melakukan gerak lempar tangkap lebih lama dan pembelajaran akan lebih menarik tidak menjenuhkan karena harus menunggu giliran.

2. Pada pelaksanaan meningkatkan gerak dasar lempar tangkap bola bola pada

lempar tangkap ditentukan 3 kali pertemuan. Siswa di bagi ke dalam 5 kelompok yang yang di setiap kelompoknya berjumlah 6 orang siswa dan satu kelompok berjumlah 7 orang. Agar proses pembelajaran berjalan efektif sistematika tahapan gerakan dimulai dengan tingkat kesulitan yang mudah, sampai dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Kinerja guru dalam pembelajaran gerak dasar lempar tangkap melalui model kooperatif team

game tournament (TGT) dan modifikasi bola mengalami peningkatan.

Berdasarkan analisis selama pembelajaran dapat dilihat peningkatan proses pembelajaran dari setiap siklusnya.

3. Aktivitas siswa setelah pembelajaran gerak dasar lempar tangkap melalui

model kooperatif team game tournament (TGT) dan modifikasi bola mengalami peningkatan. Berikut ini peningkatan presentase aktifitas siswa dari siklus I sampai dengan siklus III. Data Awal siswa yang mendapatkan kualifikasi baik sebesar 25,8%. Siklus I siswa yang mendapatkan kualifikasi baik sebesar 42%. Untuk siklus II kualifikasi baik sebesar 71%. Dan siklus III, kualifikasi baik sebesar 93,5%. Dari diagram diatas terlihat adanya peningkatan aktifitas siswa dari siklus I, dalam pembelajaran siklus I siswa kurang antusias dalam pembelajaran karena belum mengenal metode yang diterapkan, tetapi setelah siswa terbiasa dengan penggunaan model kooperatif

team game tournament (TGT) dan modifikasi bola, pada siklus II dan III ada

peningkatan pada aktifitas siswa.

4. Peningkatan hasil belajar gerak dasar lempar tangkap yang dilaksanakan di

Kelas V SDN I Sutawinangun Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon melalui model kooperatif team game tournament (TGT) dan modifikasi bola menunjukan peningkatan dari setiap siklusnya.

Berdasarkan hasil belajar siswa dari siklus I, II, dan III. Pada pembelajaran siklus I, siswa tuntas sebesar 48,4% atau 15 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas pada siklus I sebesar 51,6% atau 16 siswa. Untuk pembelajaran siklus II, ada peningkatan dari siklus I, terlihat dari presentase kenaikan siswa yaitu siswa yang tuntas sebesar 71% atau 22 siswa, dan siswa yang belum tuntas sebesar 29% atau 9 siswa. Kemudian untuk siklus III juga terlihat

adanya peningkatan hasil belajar siswa, yang apabila dipersentasekan sebesar 93,5 % atau 29 siswa tuntas, dan 6,5 % atau 2 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran lempar tangkap bola kasti.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh penulis selama peneliti ini diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Diharapkan para guru pendidikan jasmani mencoba berbagai macam

teknik pendekatan yang sesuai dengan karakter materi ajar, agar wawasan metodologi pembelajaran pendidikan jasmani menjadi berkembang.

b. Penerapan model kooperatif team game tournament (TGT) dan modifikasi

bola dalam proses pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dan diterapkan oleh guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran teknik dasar lempar tangkap bola dalam permainan kasti. Namun demikian, guru pendidikan jasmani harus mampu memilih dan mengembangkan teknik-teknik pembelajaran lainnya yang cocok untuk diterapkan pada pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa, kedalaman materi, dan hal-hal lainya yang masih perlu dipertimbangkan

c. Guru sebagai fasilitator harus mau dan mampu mengadakan perubahan

pada cara mengajar yang tadinya lebih banyak terpusat pada guru, sekarang harus mulai merubahnya menjadi suatu pembelajaran yang lebih minitikberatkan pada keaktifan dan kreatifitas peserta didik sehingga pembelajaran itu akan lebih menarik dan sekaligus mengasah dan membiasakan siswa untuk belajar menganalisis dan mencari sendiri permasalahan yang dihadapinya.

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan dengan menerapkan model kooperatif team game tournament

(TGT) dan modifikasi bola dalam pembelajran gerak dasar lempar tangkap dalam permainan kasti dapat meningkatkan motivasi maupun kemampuan siswa.

b. Para siswa perlu dibina untuk melakukan gerak dasar lempar tangkap yang bermanfaat bagi dirinya, sehingga dengan pembelajaran lempar tangkap bola nantinya siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Lembaga

a. Semoga pembelajaran ini dapat menjadi masukan sebagai pengembangan

gerak dasar lempar tangkap bola dalam permainan kasti.

b. Untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, maka

pihak sekolah diharapkan berupaya untuk memberikan kontribusi yang maksimal agar pembelajaran ini berlangsung dengan tuntutan kurikulum. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melengkapi sarana dan prasarana penunjang pembelajaran baik untuk siswa maupun guru.

c. Pembinaan dan pelatihan yang intensif terhadap para guru juga perlu

diadakan oleh pihak sekolah, ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya dalam rangka inovasi pembelajaran pendidikan jasmani.

4. Bagi Peneliti Lain

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi perbandingan sekaligus

landasan penelitian lanjut yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain

yang akan melakukan penelitian khususnya dengan menjadikan model kooperatif team game tournament (TGT) dan modifikasi bola dalam pembelajaran sebagai tindakan.

c. Bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas

hendaknya menggunakan sumber yang lebih banyak lagi, sehingga temuan-temuan dalam pelaksanaan pembelajaran teknik dasar lempar tangkap ini lebih lengkap.

Adang Suherman. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ateng, Abdulkadir. (1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti Jakarta.

Husdarta dan Yudha M. Saputra, (2000). “Belajar dan Pembelajaran” PT Raja

Grafindo.Jakarta.

Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Depdikbud.

Kusnandar. 2008. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Lutan Rusli (2001), Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan Muhadi, Aip Syarifudin. (1992). Pendidikan Jasmani dan kesehatan. Jakarta: Depdikbud.Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jendral Olahraga.

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Safari, Indra (2010). Pembinaan Kebugaran Jasmani di Sekolah. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Saptono (2008). Metode Team Game Tournament. Dalam Heny Christz-blogspot.com

Sukintaka. (1992). Teori Bermain Untuk D2 PGSD Penjas, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 1992.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Wiriaatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Dokumen terkait