• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

4. Validasi Produk

Validasi produk atau penilaian produk merupakan proses kegiatan untuk menilai kelayakan produk sebelum diujicobakan. Desain produk yang sudah dibuat, kemudian dinilai atau divalidasi oleh tiga ahli yang berbeda bidangnya yaitu ahli bahasa, ahli Montessori dan guru SD kelas I. Tujuan validasi produk ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori sebelum diujicobakan. Peneliti memilih melakukan penilaian produk dengan tiga ahli yang berbeda supaya desain produk yang dihasilkan memiliki tingkat kelayakan dari segi bahasa, segi kekhasan alat peraga Montessori, dan sesuai untuk digunakan oleh siswa SD kelas I. Hasil penilaian produk oleh ahli dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Produk Oleh Ahli Bahasa Ahli Bahasa Indonesia

No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4

Total Skor 37

Rerata 3,7

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor rerata yang diperoleh untuk penilaian alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori oleh ahli bahasa memperoleh skor 3,7. Perhitungan skor rerata ini mengunakan rumus yang ada pada rumus 3.1. Jika dilihat dalam tabel 3.9 , pengklasifikasian skor ini termasuk dalam rentang skor 3,25 <X ≤ 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, alat peraga buku

95

latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang telah dinilai oleh ahli bahasa termasuk dalam kategori sangat baik sehingga layak untuk digunakan.

Tabel 4.13 Hasil Penilaian Produk Oleh Ahli Montessori Ahli Montessori

No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4

Total Skor 37

Rerata 3,7

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor rerata yang diperoleh untuk penilaian alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori oleh ahli Montessori memperoleh skor 3,7. Perhitungan skor rerata ini mengunakan rumus yang ada pada rumus 3.1. Jika dilihat dalam tabel 3.9 , pengklasifikasian skor ini termasuk dalam rentang skor 3,25< X ≤4,00. Rentang skor ini termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang telah dinilai oleh ahli Montessori termasuk dalam kategori sangat baik sehingga layak untuk digunakan.

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Produk Oleh Guru SD Kelas I Guru SD Kelas I

No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Total Skor 30

Rerata 3

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa skor rerata yang diperoleh untuk penilaian alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis

metode Montessori oleh guru SD kelas I memperoleh skor 3. Perhitungan skor rerata ini mengunakan rumus yang ada pada rumus 3.1. Jika dilihat dalam tabel 3.9 , pengklasifikasian skor ini termasuk dalam rentang skor 2,50< X ≤ 3,25. Rentang skor ini termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori yang telah dinilai oleh guru SD kelas I termasuk dalam kategori baik sehingga layak untuk digunakan.

Penilaian alat peraga yang telah dilakukan oleh ketiga ahli digabungkan dan dicari nilai reratanya dengan rumus berikut ini.

Rumus 4.1 Perhitungan Rerata Skor Akhir Hasil Penilaian Produk

Dari perhitungan menggunakan rumus 4.1 diperolehlah skor rerata hasil penilaian produk oleh ketiga ahli adalah sebesar 3,46. Skor ini termasuk dalam rentang skor 3,25 < X ≤ 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam kategori sangat baik sehingga alat peraga layak untuk diujicobakan.

5. Revisi Desain

Revisi desain merupakan prosedur kelima dalam penelitian ini. Setelah produk dinilai oleh tiga ahli yaitu ahli bahasa, ahli Montessori dan guru SD kelas

97

I, komentar ataupun saran para ahli dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan revisi desain produk. Adapun komentar ahli terhadap alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.15 Rekap Komentar Ahli Terhadap Alat Peraga

No. Ahli Komentar

1. Ahli Bahasa Secara keseluruhan sudah baik dan sudah layak untuk diujicobakan. Namun beberapa gambar perlu dipilih lagi agar bisa lebih sesuai.

2. Ahli Montessori Alat peraga sudah baik dan sudah memenuhi karakteristik alat peraga Montessori.

3. Guru SD kelas satu Alat peraga sudah baik dan cocok digunakan untuk latihan membaca permulaan siswa kelas satu SD. Gambar-gambar dalam alat peraga sudah menarik sehingga dapat menambah minat siswa dalam belajar membaca.

Berdasarkan komentar ketiga ahli, maka peneliti melakukan perbaikan terhaap alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Peneliti memilih lagi gambar-gambar yang sesuai dengan konteks siswa. Peneliti mengganti gambar “Dito membawa keju” menjadi “Dito membawa roti”. Hal yang menjadi pertimbangan adalah karena keju masih jarang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga kurang sesuai dengan konteks siswa. Sebaliknya, roti lebih sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat sesuai dengan konteks siswa. Peneliti mengganti “gambar keju” pada kartu gambar menjadi “gambar roti”, mengganti kata “keju” pada kartu kata menjadi kata “roti”, serta mengganti kartu kalimat “Dito membawa keju” menjadi “Dito

membawa roti” pada kartu kalimat. Hasil revisi alat peraga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.16 Revisi Alat Peraga Berdasarkan Komentar Ahli Komentar Ahli Sebelum Revisi Setelah Revisi Keterangan

Memilih lagi gambar agar lebih

sesuai dengan konteks siswa

Peneliti mengganti kartu gambar keju menjadi kartu gambar roti.

Peneliti mengganti kartu kata “keju” menjadi kartu kata “roti”. Peneliti mengganti kartu gambar kegiatan Dito membawa keju menjadi kegiatan Dito membawa roti. Peneliti mengganti kartu kalimat “Dito membawa keju” menjadi kalimat “Dito membawa roti”.

6. Uji Coba Produk

Prosedur keenam dalam penelitian dan pengembangan ini adalah uji coba produk. Setelah memperbaiki alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori sesuai dengan komentar ahli, peneliti melakukan uji coba produk. Uji coba produk ini dilakukan secara terbatas. Uji coba produk dilakukan pada lima siswa-siswi SD Negeri Perumnas Condongcatur.

99

Kelima siswa-siswi ini terdiri dari dua siswa perempuan dan tiga siswa laki-laki. Siswa-siswi ini merupakan siswa yang direkomendasikan oleh guru kelas I SD Negeri Perumnas Condongcatur. Selama uji coba produk, peneliti melakukan observasi pada siswa terhadap penggunaan alat peraga. Pedoman observasi penggunaan alat peraga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.17 Hasil Observasi Penggunaan Alat Peraga Hal yang Diamati Siswa

AD Siswa BN Siswa CS Siswa DT Siswa ER Membawa alat peraga dengan

benar

√ √ √ √ √

Menggunakan alas √ √ √ √ √

Meletakkan semua kartu kata di bawah kartu gambar objek dengan benar

x x

Meletakkan semua kartu kalimat di bawah kartu gambar kegiatan Dito dengan benar.

x x x

Menggunakan kartu pengendali kesalahan

√ √ √ √ √

Meletakkan kartu pada wadahnya √ √ √ √ √ Menyimpan alat peraga pada

wadah penyimpanan

√ √ √ √ √

Berdasarkan tabel observasi penggunaan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori di atas dapat diketahui bahwa, semua siswa dapat menggunakan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori. Semua siswa dapat membawa alat peraga dengan benar sesuai dengan cara membawa alat peraga Montessori. Semua siswa menggunakan alas berupa kain hitam yang dibentangkan di atas lantai.

Gambar 4.13 Peneliti memperkenalkan alat peraga pada siswa

Gambar 4.14 Peneliti mencontohkan cara menggunakan alat peraga

101

Siswa pertama bernama AD. Ketika AD melihat alat peraga AD merasa tertarik untuk menggunakannya. Hal ini terlihat dari ekspresi wajah AD yang terlihat senang saat peneliti membuka alat peraga dan memperkenalkan alat peraga pada AD. Saat melakukan uji coba, AD melakukannya dengan penuh konsentrasi. Meskipun ada gangguan dari beberapa temannya yang berada dalam satu ruangan yang sama, namun AD tetap melanjutjkan pekerjaannya. Pada latihan pertama, AD berhasil memasangkan sepuluh kartu kata dengan sepuluh kartu gambar. AD terlihat sangat senang dan melanjutkan mengerjakan latihan kedua yaitu memasangkan sepuluh kalimat sederhana. AD menggunakan kartu pengendali kesalahan untuk memeriksa pekerjaannya. Pada latihan kedua, AD kembali berhasil memasangkan sepuluh kartu kalimat di bawah sepuluh kartu gambar kegiatan Dito. AD terlihat senang dan puas. Pada saat mengembalikan alat peraga ke dalam wadahnya, AD dapat melakukannya dengan baik. AD dapat mengembalikan semua komponen alat peraga ke dalam wadahnya masing-masing.

Siswa kedua bernama BN. Pada saat peneliti memperkenalkan alat peraga, BN merasa senang dan berkata “Hore”. Ketika peneliti meminta BN untuk duduk di sebelah kirinya, BN terlihat tidak sabar untuk memulai menggunakkan alat peraga. Ketika peneliti memperkenalkan alat peraga, BN memperhatikan dengan baik. Ketika memcoba menggunakan alat peraga pada latihan pertama, BN belum berhasil memasangkan sepuluh kartu kata di bawah sepuluh kartu gambar objek. BN menggunakan kartu pengendali kesalahan untuk memeriksa pekerjaannya. BN dapat menemukan bahwa dirinya salah dalam meletakkan kartu kata “sapu” di

bawah kartu gambar “susu”. Dengan perlahan, BN mengambil kartu kata “sapu” dan meletakkannya di sisi bawah. Kemudian BN melihat kartu pengendali kesalahan dan mencari kartu kata yang sesuai untuk gambar susu. BN menemukan kartu kata susu terletak di bawah kartu gambar sapu. BN kemudian mengambil kartu kata susu dan meletakkannya di bawah kartu gambar susu serta mengambil kartu kata sapu dan meletakkannya di bawah kartu gambar sapu. Ketika berhasil menyelsaikannya, BN tersenyum dan terlihat senang. Pada saat mencoba mengerjakan latihan kedua, kembali BN belum dapat memasangkan sepuluh kartu kalimat di bawah sepuluh kartu gambar yang sesuai. BN melakukan kesalahan

dalam meletakkan kartu kalimat “Dito membawa susu” pada kartu gambar “Dito

membawa sapu”. BN menggunakan kartu pengendali kesalahan dan menyadari kesalahan yang dibuatnya. BN mengambil kartu kalimat “Dito membawa susu” dan meletakkannya di bawah kartu gambar “Dito membawa susu” serta mengambil kartu kalimat “Dito membawa sapu” dan meletakkannya di bawah kartu gambar “Dito membawa sapu”.

Siswa ketiga bernama CS. Ketika peneliti memperkenalkan alat peraga, siswa CS terlihat senang. Ketika peneliti memperlihatkan kartu gambar, CS merasa senang dan suka pada gambar yang ada. CS mengekspresikan rasa sukanya dengan berkata, “Aku suka gambarnya, lucu”. CS terlihat asik saat mengerjakan latihan pertama. Namun, pada latihan pertama, CS belum dapat menyelesaikannya dengan sempurna. CS menggunakan kartu pengendali kesalahan dan kaget ketika menemukan bahwa ada kartu kata yang ia letakkan tak seuai pada tempatnya. CS langsung mengambil kartu kata itu dan memegangnya.

103

Kemudian CS mencari di mana tempat seharusnya kartu itu diletakkan. CS meletakkan kartu kata itu di bawah kartu gambar. CS melihat kartu pengendali kesalahan dan tersenyum ketika menemukan dirinya berhasil memasangkan kartu kata di bawah kartu gambar yang benar. Pada latihan kedua, CS meletakkan kartu-kartu gambar di atas kain sambil tersenyum CS tersenyum ketika melihat tokoh Dito dalam gambar. Dengan hati-hati, CS melihat satu per satu kartu gambar seolah-olah sedang memperhatikan kegiatan apa yang dilakukan sang tokoh dalam gambar. CS mengambil kartu kalimat yang pertama dan memasangkannya pada kartu gambar yang dirasanya adalah gambar yang benar. Ketika selesai memasangkan sepuluh kartu kalimat, CS menggunakan kartu pengendali kesalahan untuk memeriksa pekerjaannya. Saat sedang asik memeriksa pekerjaannya, tiba-tiba CS berhenti pada gambar yang keenam. Dia lelihat gambar itu, gambar yang menunjukkan kegiatan Dito membawa roti. CS melihat kartu pengendali kesalahan dan mengernyitkan dahi. Kemudian CS mengambil kartu kalimat yang ada di bawah gambar Dito membawa roti dan memegangnya. Tak lama kemudian, CS meletakkan kartu kalimat tersebut di bawah kartu gambar Dito memakai topi dan mengambil kartu kalimat yang ada di bawah kartu gambar Dito memakai topi serta meletakkannya di bawah kartu gambar Dito membawa roti. Ternyata CS salah meletakkan kartu kalimat Dito membawa topi di bawah kartu gambar Dito membawa roti. Namun CS dapat menyadari kesalahannya dan meletakkan kartu kalimat di bawah kartu gambar yang sesuai. Setelah menggunakan alat peraga, CS meletakkan komponen-komponen alat peraga ke dalam masing-masing wadahnya.

Siswa keempat bernama DT. Pada saat peneliti memperkenalkan alat peraga, DT memperhatikan kotak alat peraga yang dibawa peneliti. DT penasaran dan bertanya, “Apa yang ada dalam kotak ini, mbak?” Peneliti kemudian membuka kotak alat peraga dan memperkenalkan komponen-komponen alat peraga. DT memperhatikan penjelasan dari peneliti. Pada saat peneliti mencontohkan menggunakan alat peraga, DT terlihat antusias dan tidak sabar ingin menggunakan alat peraga. DT memulai latihan pertama. DT mengambil kartu objek, dan meletakkannya di atas kain hitam. DT mengambil kartu kata dan memperhatikan setiap gambar objek. DT mengambil satu kartu kata, membacanya, melihat gambar-gambar yang berdampingan, kemudian meletakkan kartu kata itu di bawah kartu gambar yang menurutnya sesuai. Setelah selesai meletakkan sepuluh katu kata di bawah sepuluh kartu gambar, DT mengambil kartu pengendali kesalahan, dan meletakkannya di bawah kartu-kartu yang tadi sudah ia susun. DT memperhatikan kartu pengendali kesalahan yang pertama dan mencocokkan dengan kartu pertama yang ia kerjakan dan mengangguk. Pada kartu yang kedua, DT berhenti dan membaca perlahan kata yang ada di kartu pengendali kesalahan. DT terdiam dan memperhatikan kartu kata yang ia letakkan. DT mengambil kartu kata itu dan meletakannya di bahwa kartu pengendali kesalahan. DT kemudian melihat kartu-kartu kata yang telah ia susun dan mencari kartu kata yang dia ingin temukan. Akhirnya DT menemukannya, mengambilnya dan meletakkan kartu kata tersebut pada kartu gambar yang kedua. DT memperhatikan kembali kartu kata dan kartu gambar objek. Setelah menyelesaikan latihan pertama, DT melanjutkan latihan kedua. DT meletakkan

105

kartu objek dan kartu kata ke dalam wadahnya. DT mengambil kartu gambar kegiatan Dito, dan meletakkannya di atas kain. DT menyusun kartu-kartu tersebut dari arah kiri ke kanan seperti yang telah dicontohkan peneliti sebelumnya. Pada latihan kedua, DT belum dapat menyelesaikannya dengan sempurna. DT meletakkan kartu kalimat “Dito menggosok gigi” di bawah kartu gambar “Dito mencuci kaki”. Namun DT dapat menyadarinya dan dapat menyelaikan latihan kedua. Setelah selesai menggunakan alat peraga, DT meletakkan komponen-komponen alat peraga ke dalam wadahnya masing-masing.

Siswa kelima bernama ER. Ketika peneliti memperkenalkan alat peraga, ER langsung tertarik dan langsung diam memperhatikan. Ketika peneliti memperkenalkan komponen dalam alat peraga, ER tidak bertanya ataupun bicara, ia hanya diam dan memperhatikan. Pada saat peneliti mencontohkan cara penggunaan alat peraga, ER memperhatikan gambar-gambar yang disusun oleh peneliti. Pada latihan pertama, ER berhasil memasangkan sepuluh kartu kata pada sepuluh kartu gambar objek dengan benar. ER terlihat bahagia ketika berhasil dengan sempurna menyelesaikan latihan pertama. Pada latihan kedua, ER kembali berhasil memasangkan sepuluh kartu kalimat dengan sepuluh kartu gambar kegiatan Dito. ER sangat senang ketika berhasil menyelesaikan latihan kedua. Ketika menyimpan komponen alat peraga pada wadahnya masing-masing, ER meminta agar ia boleh menggunakan alat peraganya sekali lagi.

Berdasarkan hasil uji coba produk pada kelima siswa dapat diketahui bahwa, alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori disukai oleh siswa. Alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode

Montessori dapat menarik minat siswa untuk belajar membaca. Dengan demikian, alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori dapat membantu siswa dalam latihan membaca khusunya latihan membaca pada tahap permulaan.

Selain melakukan observasi terhadap penggunaan alat peraga, peneliti juga melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam membaca kalimat sederhana. Observasi kemampuan siswa dalam membaca kalimat sederhana dilakukan dua kali yaitu sebelum siswa menggunakan alat peraga dan setelah siswa menggunakan alat peraga. Hasil observasi peneliti terhadap kemampuan siswa dalam membaca kalimat sederhana sebelum menggunakan alat peraga adalah sebagai berikut.

Tabel 4.18 Hasil Unjuk Kerja Siswa Sebelum Menggunakan Alat Peraga

Kalimat Siswa

AD BN CS DT ER

Dito makan nasi.

Dito minum susu.

Dito bermain bola. x x

Dito membaca buku. x

Dito memegang sapu. x x x x

Dito menjemur baju x x x

Dito membawa roti. x x x

Dito menggosok gigi. x x x x x

Dito mencuci kaki. x x x

Dito memakai topi. x x x

Total √ 6 5 4 4 7

Total x 4 5 6 6 3

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebelum menggunakan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori, siswa AD dapat membaca enam kalimat sederhana dari jumlah total sepuluh kalimat

107

sederhana yang diberikan peneliti. Kalimat-kalimat yang berhasil dibaca oleh siswa AD adalah Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, Dito membawa roti, dan Dito memakai topi. Sedangkan kalimat yang belum berhasil dibaca oleh siswa AD ada tiga kalimat, yaitu Dito memegang sapu, Dito menggosok gigi, Dito mencuci kaki.

Siswa BN dapat membaca lima kalimat sederhana dari jumlah total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan peneliti. Kelima kalimat tersebut yaitu, Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, dan Dito mencuci kaki. Sedangkan lima kalimat yang belum berhasil dibaca oleh siswa BN adalah, Dito memegang sapu, Dito menjemur baju, Dito membawa roti, Dito menggosok gigi, dan Dito memakai topi.

Siswa CS dapat membaca empat kalimat sederhana dari jumlah total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan peneliti. Keempat kalimat tersebut yaitu, Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito mencuci kaki, dan Dito memakai topi. Sedangkan enam kalimat yang belum berhasil dibaca oleh siswa CS yaitu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, Dito memegang sapu, Dito menjemur baju, Dito membawa roti, dan Dito menggosok gigi.

Siswa DT dapat membaca empat kalimat dari jumlah total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan oleh peneliti. Keempat kalimat tersebut, yaitu, Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito membaca buku, dan Dito menjemur baju.Sedangkan enam kalimat yang belum berhasil dibaca oleh siswa DT yaitu, Dito bermain bola, Dito memegang sapu, Dito membawa roti, Dito menggosok gigi, Dito mencuci kaki, dan Dito memakai topi.

Siswa ER dapat membaca tujuh kalimat dari total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan peneliti. Ketujuh kalimat tersebut yaitu, Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, Dito memegang sapu, Dito menjemur baju, dan Dito membawa roti. Sedangkan tiga kalimat yang belum berhasil dibaca oleh siswa ER yaitu, Dito menggosok gigi, Dito mencuci kaki, dan Dito memakai topi.

Setelah siswa menggunakan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori, peneliti kembali melakukan observasi unjuk kerja siswa dalam membaca sepuluh kalimat sederhana.

Tabel 4.19 Hasil Unjuk Kerja Siswa Setelah Menggunakan Alat Peraga

Kalimat Siswa

AD BN CS DT ER

Dito makan nasi.

Dito minum susu.

Dito bermain bola.

Dito membaca buku.

Dito memegang sapu. x x x

Dito menjemur baju

Dito membawa roti.

Dito menggosok gigi. x x x

Dito mencuci kaki.

Dito memakai topi.

Total √ 8 9 8 9 10

Total x 2 1 2 1 0

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah menggunakan alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori, siswa AD berhasil membaca delapan kalimat sederhana dari total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan peneliti. Delapan kalimat tersebut yaitu, Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, Dito menjemur

109

baju, Dito membawa roti, Dito mencuci kaki, dan Dito memakai topi. Sedangkan dua kalimat sederhana yang belum berhasil dibaca oleh siswa yaitu, Dito memegang sapu, dan Dito menggosok gigi.

Siswa BN dapat membaca sembilan kalimat sederhana dari total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan peneliti. Sembilan kalimat tersebut yaitu, Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, Dito menjemur baju, Dito membawa roti, Dito menggosok gigi, Dito mencuci kaki, dan Dito memakai topi. Sedangkan satu kalimat yang belum berhasil dibaca siswa BN yaitu, Dito memegang sapu.

Siswa CS dapat membaca delapan kalimat sederhana dari total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan peneliti. Delapan kalimat tersebut yaitu, Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, Dito menjemur baju, Dito membawa roti, Dito mencuci kaki, Dito memakai topi. Sedangkan dua kalimat yang belum berhasil dibaca oleh siswa CS yaitu Dito memegang sapu, dan Dito menggosok gigi.

Siswa DT dapat membaca sembilan kalimat sederhana dari total sepuluh kalimat sederhana yang diberikan peneliti. Sembilan kalimat tersebut, yaitu Dito makan nasi, Dito minum susu, Dito bermain bola, Dito membaca buku, Dito memegang sapu, Dito menjemur baju, Dito membawa roti, Dito mencuci kaki,

Dokumen terkait