• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Validitas internal menunjukkan bahwa dalam pembuatan rancangan penelitian tidak ada kesalahan. Validitas eksternal menunjukkan kemampuan untuk menggeneralisasikan hasil temuan dari satu penelitian pada satu kelompok kecil ke kelompok yang lebih besar. Validitas eksternal sangat erat hubungannya dengan teknik penarikan sampel. Penelitian yang dilakukan memiliki validitas ineternal, seorang peneliti dapat mengukur dari sisi validitas dan realibilitas. Validitas berkaitan dengan ketepatan penggunaan indikator untuk menjelaskan arti konsep yang sedang diteliti. Reabilitas berkaitan dengan keterandalan dan konsistensi suatu indikator. (Prasetyo &Jannah; 2014; hal. 97-98)

Menilai validitas kita dapat melakukan dengan dua cara, yaitu secara subjektif dengan menilai apakah sebuah definisi operasional telah sesuai dengan apa yang hendak diukur atau dengan cara membandingkan hasil definisi operasional itu dengan hasil ukuran lain, yang mungkin berkaitan atau mungkin juga tidak berkaitan. (Prasetyo &Jannah; 2014; hal. 99)

Ada berbagai jenis validitas yang dikenal dalam penelitian, yaitu sebagai berikut.

validitas permukaan (

1. Face Validity), pengukuran satu konsep dilakukan dengan melihat konsensus dalam masyarakat ilmiah atau kesepakatan penilaian subjektif para pakar mengenai apakah indikator benar-benar merupakan ukuran yang tepat untuk mengukur suatu konstruk.

validitas isi (

2. Content Validity), berdasarkan konsensus masyarakat ilmiah, suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas isi jika keseluruhan isi definisi tercangkup dalam perangkat ukur yang digunakan.

validitas kriteria (Critorion Validity), jika kita ingin 3.

mengembangkan suatu perangkat ukur untuk kepentingan praktis, bukan sekedar uji hipotesis saja.

Ada dua jenis validitas kriteria, yaitu sebagai berikut: Validitas konfurent (

a. Concurrent Validity), validitas

konkuren merujuk pada tingkatan sejauh mana data hasil pengukuran berkolerasi dengan hasil pengukuran konsep lain yang diasumsikan sebagai kriteria keadaan mendatang.

validitas prediktif (

b. Predictive Validity), validitas ini merujuk pada kemampuan suatu perangkat ukur untuk memprediksi suatu keadaan individu dimasa mendatang.

4. Validitas konstruk (Construct Validity), berangkat dari logika model kerangka teoritis, yang menghubungkan suatu konsep dengan konsep-konsep lainnya. Ada empat macam pengujian yang digunakan untuk membuktikan validitas konstruk, yaitu sebagai berikut :

kolerasi dengan variabel-variabel yang berkaitan. a.

konsistensi antara indikator dan metode-metode b.

pengukuran yang berbeda.

korelasi dengan variabel-variabel yang tidak berkaitan. c.

perbedaan antara kelompok-kelompok. d.

Ada dua jenis validitas konstruk, yaitu validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan (distriminant validity). Validita konvergen, yaitu tingkatan sejauh mana hasil pengukuran suatu konsep menunjukan kolerasi positif dengan hasil pengukuran konsep lain yang secara teoritis harus berkolerasi positif. (Prasetyo & Jannah; 2014)

Reabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Informasi yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah, atau yang disebut dengan konsisten. Artinya, bila suatu pengamatan dilakukan dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, hasil pengamatan itu (seharusnya) sama. Bila tidak sama, dikatan perangkat ukur tersebut tidak reliabel.

Ada beberapa jenis reabilitas, yaitu sebagai berikut : (Prasetyo & Jannah; 2014)

reabilitas ini menggunakan metode yang paling sederhana, 1.

yaitu test-retest method atau prenpost-test method dengan menggunakan lebih dari satu kali pengujian terhadap satu konsep dan perangkat ukur yang sama. Pada reabilitas jenis ini, suatu alat ukur atau indikator memberikan jawaban yang sama/konsisten bila diujikan pada waktu yang berbeda. Realibilitas ini memiliki kelemahan, yaitu ada kemungkinan responden mengingat jawaban yang pertama sehingga dapat terjadi manipulasi jawaban dan menimbulkan realibilitas yang semu.

realibialitas equivalensi, terjadi jika suatu alat ukur dapat 2.

memberikan hasil yang sama/konsisten dengan pengukuran lain yang serupa atau pengukuran yang dilakukan oleh pengamat/peneliti lain yang menggunakan alat ukur yang sama.

Menurut Prasetyo & Jannah (2014), Ada beberapa metode untuk pengujian realibilitas equivalensi, sebagai berikut:

metode alternatif/paralel, metode ini menggunakan lebih a.

dari satu alat ukur yang setara untuk mengukur konsep yang sama pada objek penelitian yang sama. Hal ini dilakukan untuk mencegah masalah yang terjadi dengan metode uji ulang (test-pretest method). Keuntungannya adalah jawaban pertanyaan pada satu alat ukur tidak akan memengaruhi jawaban pada alat ukur yang lain karena pertanyaannya berbeda, tidak perlu menunggu terlalu lama agar responden diperkirakan sudah lupa dengan jawaban meraka pertama kali, dan kemungkinan terjadinya perubahan amat kecil karena kedua perangkat ukur diujikan pada saat yang nyaris bersamaan. Kesulitan metode ini adalah bagaimana membuat item-item yang sebanding dalam mengatur konsep.

uji reabilitas interkodet/peneliti, merupakan jenis realibitas b.

dilakukan dengan membandingkan antara indikator yang digunakan oleh seorang peneliti dengan indikator yang digunakan peneliti lain yang setara.

analisis subpopulasi, metode ini membandingkan indikator c.

pada subpopulasi yang berbeda dan menggunnakan penge-tahuan yang didapatkan dari sumber independen menge-nai subpopulasi yang diteliti tersebut. dari analisis ini dapat diketahui apakah indikator yang ada memberikan jawaban yang sama/konsisten bila diterapkan pada subpopulasi yang berbeda (agama,etnik,usia, gender,pendidikan).

Reliabilitas homogenitas, metode belah tengah (split-half method), digunakan suatu alat ukur yang memiliki indikator-indikator ynag sebanding (seperti pada metode alternatif), namun dilakukan hanya sekali. alat ukur ini kemudian dibagi menjadi dua kemudian dari hasilnya dilihat konsistensinya. indek dan skala baisanya digunakan jika variabel-variabel yang ada termasuk dalam variabel ordinal. dibandingkan dengan skala, indeks lebih sering digunakan karena lebih diguanakan. indeks dibuat dari akumulasi nilai-nilai yang diberikan pada atribut-atribut individual, tanpa melihat ada tidaknya bobot. Jadi setiap pertanyaan dianggap memiliki nilai yang sama. Ada beberapa skala pengukuran yang dapat digunakan dalam merancang skala pengukuran pada penelitian perilaku misalnya skala thurstone, guttman, dan likert. (Prasetyo & Jannah; 2014)

VALIDITAS DAN RELIABITAS DALAM PENELITIAN