• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

4. Validitas

Validitas merupakan instrumen tertentu yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas adalah sebuah tes yang dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2009: 247). Berdasarkan definisi di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa instrument tes yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang diingikan dan bisa mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data dan mengukurnya itu valid (dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur).

Validitas dibagi menjadi dua macam, yaitu validitas logis dan validitas empiris (Arikunto, 2012: 80).

a. Validitas Logis

Validitas logis adalah sebuah instrumen evaluasi yang menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang sudah ada. Validitas logis tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen sudah selesai disusun. Validitas logis ada dua macam, yaitu: validitas isi dan validitas konstrak (Arikunto, 2012: 81).

1) Validitas isi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena nya materi yang diajarkan sudah tertera dalam kurikulum (Sudijono, 2006: 164). Maka validitas isi ini sering disebut juga sebagai validitas kurikulum. Validitas isi dapat diusakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum, buku pelajaran. Dapat peneliti simpulkan bahwa validitas isi adalah kesesuaian antara butir soal dengan materi yang telah diajarkan

dalam pembelajaran Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika tetapi menggunakan analisis rasional. Pengujian validitas isi sangat penting dalam proses penyusunan tes prestasi belajar dan harus dilakukan dengan seksama. Salah satu cara untuk mengetahui terpenuhi atau kesesuaian validitas isi adalah dengan menyesuaikan butir-butir soal yang diujikan dengan blue print atau domain ukurnya. Domain ukur dalam penelitian ini adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang didapatkan peneliti melalui Lembar Kerja Siswa (LKS). Validitas isi ini sangat penting dalam proses penyusunan tes prestasi belajar dan harus dilakukan dengan seksama, butir soal harus di validitaskan terlebih dahulu kepada suatu panel ahli dibidang tersebut (Azwar, 1996: 175). Validitas isi inilah yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis kualitas soal yang diujikan kepada siswa. Sesuai atau tidak dengan apa yang indikator yang telah dibuat oleh pemerintah.

2) Validitas konstrak

Sebuah tes dikatakan memiliki validasi konstrak apabila butir- butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir. Validitas konstruk dapat diketahui dengan cara merinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek. Proses validasinya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman (Sudijono, 2006: 164).

b. Validitas Empiris

Validitas empiris adalah sebuah instrumen evaluasi yang menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid setelah diuji dari pengalaman (Arikunto, 2012: 81).

Suatu instrumen dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang diingikan dan bisa mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment simpangan dan product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2012:85).

Adapun kriteria koefisien korelasi/ validitas soal sebagai berikut (Arifin, 2009: 257):

Tabel 2.1 Koefisien Korelasi/ Validitas

No Rentang Angka Kriteria

1 0,81 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,61 – 0,80 Tinggi 3 0,41 – 0,60 Cukup 4 0,21 – 0,40 Rendah 5 0,00 – 0,20 Sangat Rendah Sumber: Arifin (2009: 257)

Tabel 2.1 menunjukkan nilai koefisien korelasi/ validitas, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi dibagi menjadi lima kriteria yaitu koefisien korelasi sebesar 0,00 – 0,20 yang menunjukkan kategori

sangat rendah, 0,21 – 0,40 menunjukkan kategori rendah, 0,41 – 0,60 menunjukkan kategori cukup, 0,61 – 0,80 menunjukkan kategori tinggi, dan 0,81 – 1,00 menunjukkan kategori sangat tinggi.

5. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan reliabel, bila memberikan hasil yang tepat/benar walaupun dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja sehingga alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur digunakan berulangkali (Oemar, 2003: 72).

Setuju dengan pendapat tokoh di atas, reliabilitas menunjukkan kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama. Suatu instrumen atau alat ukur dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap instrumen itu ajeg atau stabil.

Instrumen dikatakan reliabel, bila memberikan hasil yang tepat/benar walaupun dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja sehingga instrumen dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas didasarkan pada perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach (Arikunto, 2000:235-236)

Faktor utama yang mempengaruhi reliabilitas adalah adanya perbedaan individual. Tinggi rendahnya koefisien reliabilitas dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain panjang suatu tes, kecepatan, homogenitas belahan, dan tingkat kesukaran soal (Crocker & Algina dalam Surapranata, 2004:92). Secara empirik, angka yang menunjukka tinggi-rendahnya reliabilitas disebut koefisien reliabilitas Berikut kriteria soal dikatakan reliabel. Semakin tinggi koefisien korelasi antara hasil ukur dari dua tes parallel, menandakan keduanya semakin baik dan dapat dikatakan reliabel dan sebaliknya. Kriteria reliabilitas berdasarkan pendapat Basuki & Hariyanto (2014: 119) seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Angka Kriteria

1 0,90 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,70 – 0,89 Tinggi

3 0,40 – 0,69 Cukup

4 0,20 – 0,39 Rendah

5 0,00 – 0,19 Amat rendah

Sumber: Basuki & Hariyanto (2014:119)

Kriteria reliabilitas dibedakan menjadi lima, yaitu koefisien reliabilitas pada angka di antara 0,00 – 0,19, di antara 0,20 – 0,39, di antara 0,40 – 0,69, di antara 0,70 – 0,89, dan 0,90 – 1,00 (Basuki & Hariyanto, 2014: 119). Angka di antara 0,00 – 0,19 bermakna korelasi yang amat rendah, di antara 0,20 – 0,39 bermakna korelasi yang rendah, di antara 0,40

– 0,69 bermakna korelasi yang cukup, di antara 0,70 – 0,89 bermakna korelasi yang tinggi, dan 0,90 – 1,00 bermakna korelasi yang amat tinggi.

Uji reliabilitas butir soal peneliti menggunakan program Iteman 3.0 dengan melihat nilai Alfa.

6. Daya Beda

Daya beda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa atau kelompok yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa atau kelompok lain yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Azwar, 1996: 137). Semakin tinggi koefisien daya beda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara siswa yang yang sudah menguasai kompetensi dan siswa yang belum atau kurang menguasai kompetensi. Apabila proporsisi penjawab benar dari dua kelompok sama, itu menunjukkan butir soal yang bersangkutan tidak mampu membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah. Setiap butir soal yang memiliki indeks/angka pembeda lebih bedar daripada 0,50 dapat langsung dianggap sebagai butir soal yang berdaya beda baik. Sedangkan untuk butir soal yang memilili indeks/angka deskriminasi kurang dari 0,20 dapat langsung dibuang dan sisa lainnya dapat ditelaah atau direvisi (Thorndike & Cunningham dalam Azwar, 1996: 139)

Rumus daya beda menurut Azwar (1996: 137) adalah sebagai berikut: D = N it / NT– nir / NR

Keterangan:

n it = banyaknya penjawab butir soal dengan benar dari kelompok tinggi

NT = banyaknya penjawab dari kelompok tinggi

n ir = banyaknya penjawab butir soal dengan benar dari kelompok rendah

NR = banyaknya penjawab dari kelompok rendah

Daya beda adalah indeks/angka yang digunakan untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta yang berkemampuan rendah. Angka daya pembeda berkisar antara -1 sampai +1. Tanda negatif menunjukkan siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat menjawab benar dan sebaliknya angka positif menunjukkan peserta dengan kemampuan tinggi yang menjawab salah. Dengan penjabaran tersebut soal yang indeks daya pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta tes (Azwar, 1996: 139). Berikut empat kriteria daya beda (Arikunto, 2012: 232):

Tabel 2.3 Kriteria Daya Beda

No Indeks Daya Beda Kriteria

1 0,00 – 0,20 Jelek

2 0,21 – 0,40 Cukup

3 0,41 – 0,70 Baik

4 0,70 - 1,00 Baik Sekali

Sumber: Arikunto (2012: 232)

Tabel 2.3 menunjukkan kriteria daya beda kriteria yang terdiri dari 0,00 – 0,20 yang termasuk dalam kategori jelek, 0,21 – 0,40 yang termasuk dalam kategori cukup, 0,41 – 0,70 yang termasuk dalam kategori baik, dan 0, 71 – 1,00 yang termasuk dalam kategori baik sekali.

7. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran atau taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan tingkat kesukaran atau kemudahan suatu soal (Arikunto: 2010, 223). Tingkat kesukaran merupakan rasio antara penjawab butir soal dengan benar dan banyaknya penjawab butir soal (Azwar, 1996: 134). Dapat peneliti simpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah perbandingan antara penjawab benar dengan banyaknya penjawab yang di tunjukkan dengan angka. Rentang perbandingan indeks kesukaran ini berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0. Jika indeks kesukaran menunjukkan angka 1,0 maka itu berarti soal itu tidak terlalu sukar dikerjakan. Sebaliknya jika indeks kesukarannya 0,00 maka soal tersebut sangat sukar dikerjakan. Tingkat kesukaran suatu butir soal tidak selalu sama antara satu kelompok dengan kelompok siswa yang lain karena memang suatu butir soal yang dirasakan sulit bagi satu kelompok siswa, mungkin terasa mudah bagi kelompok siswa yang lain yang lebih pandai. Apabila siswa dapat menjawab benar suatu butir soal itu menunjukkan bahwa tingkat kesukaran butir soal tersebut lebih rendah dari pada taraf kemampuan menjawabnya (Azwar, 1996: 136).

Tingkat kesukaran diberi simbol P yaitu merupakan singkatan dari proporsi. Rumus untuk mencari P yang dikemukakan oleh Arikunto (2012: 223) adalah:

Keterangan :

P = tingkat kesukaran

B = banyaknya peserta yang menjawab dengan benar JS = jumlah seluruh peserta tes

Tabel 2.4 Kategori tingkat kesukaran

No Nilai p Kategori

1 0,00 ≤ 0,30 Sukar

2 0,31 ≤p ≤ 0,70 Sedang

3 0,7 ≤ 1,00 Mudah

Sumber: Arifin (2009: 273)

Kategori tingkat kesukaran dibedakan menjadi 3 kategori seperti pada tabel di atas. karakteristik tingkat kesukaran yang berkisar antara 0,00 ≤ 0,30 termasuk soal yang sulit, antara 0,31 ≤ p ≤ 0,70 termasuk soal yang sedang, dan 0,7 ≤ 1,00 termasuk soal yang mudah (Arifin, 2009: 273).

Analisis tingkat kesukaran dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk menentukan adanya perbedaan kemampuan peserta tes. Soal yang memiliki tingkat kesukaran 0 maupun 1 hanya akan berpengaruh terhadap rerata (mean), tetapi tidak akan berpengaruh terhadap reliabilitas, validitas ataupun keputusan berdasarkan skor yang diperoleh peserta tes. Tingkat kesukaran akan berpengaruh pada variabilitas skor dan ketepatan membedakan antara kelompok peserta tes (Surapranata, 2004:22).

8. Keberfungsian Pengecoh

Keberfungsian merupakan suatu jawaban salah yang berfungsi jika dipilih secara merata oleh siswa. Arikunto (2012: 234) menyebutkan bahwa suatu pengecoh dikatakan dapat berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes. Butir soal yang baik adalah jika pengecohnya dipilih secara merata oleh siswa yang menjawab salah (Arifin, 2009: 279). Kombinasi penyebaran jawaban akan bervariasi namun dasar terpenting dalam melakukan penilaian terhadap kualitas butir soal adalah dengan melihat fungsi pilihan jawaban, terutama pengecohnya yang harus terlihat sebagai jawaban benar bagi subjek dari kelompok rendah. Idealnya jika penyusunan butir soal yang pengecohnya dapat dijawab dengan benar oleh semua subjek kelompok tinggi, sedangkan subjek kelompok rendah semua memilih pengecoh (Azwar, 1996: 144). Keberfungsian pengecoh dapat diperiksa dengan frekuensi pemilih masing-masing alternatif jawaban, yakni jumlah pemilih yang sudah terdistribusi dengan cukup merata. Apabila pengecoh dipilih oleh sedikit sekali peserta, tes itu menunjukkan bahwa terlalu jelas salahnya sehingga tidak dapat berfungsi. (Azwar, 1996: 149). Perhitungan efektivitas pengecoh dapat menggunakan rumus Arifin (2009: 279) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

IP = indeks pengecoh

P = jumlah siswa yang memiliki pengecoh N = jumlah siswa yang ikut tes

B = jumlah siswa yang menjawab benar pada setiap soal n = jumlah alternatif jawaban (opsi)

1 = bilangan tetap

Keberfungsian pengecoh dapat dilihat dari dua kriteria: a.) pengecoh yang dipilih oleh siswa dari kelompok rendah, b.) pengecoh yang dipilih oleh kelompok tinggi (Azwar, 1996: 142). Jika nilai IP = 0 maka soal tersebut jelek, dan demikian pengecoh tidak berfungsi. Berikut kriteria keberfungsian pengecoh Arifin (2009: 280).

Tabel 2.5 Kriteria Keberfungsian Pengecoh

No Nilai IP Kriteria

1 76% - 125% Sangat baik

2 51% - 75% atau 126% - 150% Baik

3 26% - 50% atau 151% - 175% Kurang baik

4 0% - 25% atau 176% - 200% Jelek

5 Lebih dari 200% Sangat jelek

Sumber: Arifin (2009: 280)

Tabel 2.5 menunjukkan kriteria pengecoh yang dibagi menjadi 5 kategori. Jika pengecoh menunjukkan persentase sebesar 76% - 125% maka pengecoh tersebut berfungsi dengan sangat baik, pengecoh menunjukkan

persentase sebesar 51% - 75% atau 126% - 150% maka pengecoh tersebut berfungsi dengan baik, jika pengecoh menunjukkan persentase sebesar 26% - 50% atau 151% - 175% maka pengecoh tersebut berfungsi dengan kurang baik, jika pengecoh menunjukkan persentase sebesar 0% - 25% atau 176% - 200% maka pengecoh tersebut jelek, jika pengecoh menunjukkan persentase sebesar Lebih dari 200% maka pengecoh tersebut sangat jelek.

9. ITEMAN

Item and Test Analysis (ITEMAN) merupakan sebuah perangkat lunak yang dibuat melalui bahasa pemrograman komputer yang diciptakan khusus untuk analisis statistik butir soal dan tes. Program ini berguna untuk menentukan kualitas butir soal dan tes berdasarkan data empiris hasil uji coba. Hasil analisis butir mencangkup tingkat kesukaran, daya beda dan keberfungsian pengecoh. Selain statistik butir soal, ITEMAN juga menghasilkan statistik tes (Kusaeri & Suprananto, 2012: 178).

Berikut statistik dari output dari butir soal yang dianalisis peneliti (Kusaeri & Suprananto, 2012: 179):

a. Sequence. No adalah nomor urut butir soal dalam file data. Fungsinya untuk penomoran butir soal.

b. Scala-item adalah nomor urut butir soal dalam skala (tes/subtes)

c. Prop. Correct adalah proporsi siswa( peserta tes) yang menjawab benar butir soal. Nilai ekstrim (mendekati nol atau satu) menunjukkan bahwa

butir soal tersebut terlalu sukar atau terlalu mudah untuk peserta tes. Indeks ini disebut juga indeks tigkat kesukaran soal secara klasikal. d. Biser adalah indeks daya pembeda soal dengan menggunakan koefisien

korelasi biserial. Nilai positif menunjukkan bahwa peserta tes yang menjawab benar butir soal, mempunyai skor yang relatif tinggi dalam tes/skala tersebut. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa peserta tes yang menjawab benar butir soal, memperoleh skor yang relatif rendah dalam tes/skala tersebut. Untuk statistik pilihan jawaban (alternatif) korelasi biserial negatif sangat tidak dikehendaki untuk kunci jawaban dan sangat dikehendaki untuk pilihan jawaban yang lain (pengecoh).

e. Point-biser adalah juga indeks daya pembeda soal dan pilihan jawaban (alternatif) dengan menggunakan koefisien korelasi point-biserial. Penafsirannya sama dengan statistik biserial.

Catatan: Nilai -9.000 menunjukkan bahwa statistik butir soal atas pilihan jawaban tidak dapat dihitung. Hal ini sering kali terjadii apabila tidak ada peserta tes yang menjawab butir soal/ pilihan jawaban tersebut

Statistik pilihan jawaban (alternatif) memberikan informasi yang sama dengan statistik butir soal. Perbedaannya adalah bahwa statistik pilihan jawaban dihitung secara terpisah. Untuk setiap piihan jawaban dan didasarkan pada dipilih tidaknya alternatif tersebut, bukan pada benarnya

jawaban. Tanda (*) yang muncul di sebelah kanan hasil analisis menunjukkan kunci jawaban.

Langkah kerja input data pada program ITEMAN sebagai berikut: Contoh data penelitian peneliti adalah sebagai berikut.

a. Buka file data (misalkan: skripsi.txt), contoh dibawah ini yang berisi: 030 o N 14 (MUSTOKOREJO, RINGINSARI, ADI SUCIPTO 1, 2 ) BABDDCCBACBCADCBCABDBDBCACDBCA 4444444444444444444444444444444444444444 YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY 000001 BABBABCBACBCAACCDABDBDACAAADCA 000002 BDBBDBBBDCDCCADCAADDBCBACCDBCB 000003 OABADCDABCACAOABDABDBBADCCDBAA 000004 AACBAADBDACDAAABBDCDBDCADCDCCB Berikut penjelasan singkat program ITEMAN:

1) Baris pertama adalah baris pengontrol yang mendeskripsikan data.

Kolom Keterangan

1-3 Jumlah soal (30 butir soal)

4 Kosong (spasi)

5 Jawaban omit (kosong)

6 Kosong (spasi)

7 Soal yang belum sempat dijawab (N)

9-10 Jumlah identitas (14)

2) Baris kedua adalah daftar kunci jawaban setiap butir soal. 3) Baris ketiga adalah daftar jumlah option untuk setiap butir soal. 4) Baris keempat adalah daftar butir soal yang hendak dianalisis (jika

butir yang akan dianalisis diberi tanda Y (yes), jika tidak diikutkan dalam analisis diberi tanda N (no).

5) Baris kelima dan seterusnya adalah data siswa dan pilihan jawaban siswa.

Setiap pilihan jawaban siswa (untuk soal bentuk pilihan ganda) diketik dengan menggunakan huruf, misal ABCD atau angka 1234 untuk 4 pilihan jawaban atau ABCDE atau 12345 untuk 5 pilihan jawaban.

b. Double click pada software ITEMAN

1) Isikan nama input data yang akan diolah dalam ITEMAN (misalkan skripsi.txt) tekan enter.

2) Isikan nama output data (misalkan skripsi-out.txt) tekan enter. 3) Tuliskan Y/N untuk pemunculan hasil skor.

4) Jika Y tuliskan nama output hasilnya (misalkan skripsi-scr.txt) tekan enter maka akan muncul pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.6 Output Statistik Butir Soal ITEMAN

MicroCAT (tm) Testing System

Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation

Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00

Item analysis for data from file skripsi.txt Page 1

Item Statistics Alternative Statistics --- --- Seq. Scale Prop. Point Prop. Point No. -Item Correct Biser. Biser. Alt. Endorsing Biser. Biser. Key ---- --- --- --- --- --- --- --- --- --- 1 0-1 0.658 0.529 0.410 A 0.189 -0.456 -0.315 B 0.658 0.529 0.410 * C 0.021 -0.522 -0.184 D 0.129 -0.220 -0.138 Other 0.002 0.232 0.035 2 0-2 0.705 0.568 0.429 A 0.705 0.568 0.429 * B 0.153 -0.435 -0.285 C 0.033 -0.436 -0.179 D 0.107 -0.325 -0.194 Other 0.002 -0.196 -0.030

Tabel 2.6 di atas menunjukkan output ITEMAN. Bersadarkan tabel di atas diketahui bahwa Prop.correct menunjukkan angka 0.658. Berdasarkan penjelasan sebelumnya tentang ITEMAN, Prop.correct menunjukkan besarnya angka tingkat kesukaran butir soal. Sebagai contoh butir soal nomor 1 pada Prop.correct menunjukkan angka 0.658 menunjukkan kategori sedang. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Point biser menunjukkan kategori daya beda butir soal. Point biser menunjukkan angka 0.410 yang termasuk dalam kategori baik. Sedangkan Prop. Endorsing menunjukkan besarnya angka keberfungsian pengecoh butir soal. Sebagai contoh butir soal nomor 1 yaitu

Daya Beda Tingkat Kesukara n Efektivitas Pengecoh

pada alternatif jawaban A sebesar 0.189 atau sebesar 18,8%, pilihan C sebesar 0.021 atau sebesar 021%dan pilihan D sebesar 0.129 atau sebesar 12,9%. Berdasarkan hasil alternatif jawaban dapat ditarik kesimpulan bahwa pengecoh tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan ada alternatif jawaban yang dipilih oleh siswa <5% (kurang dari 5%).

Berdasarkan output ITEMAN di atas, dapat dilihat bahwa butir soal nomor 1 memiliki daya beda yang sedang yaitu sebesar 0.658, tingkat kesukaran baik dsebesar 0.410 dan pengecoh yang tidak berfungsi dengan baik.

Tabel 2.7 Statistik Tes

There were 852 examinees in the data file.

Scale Statistics --- Scale: 0 --- N of Items 30 N of Examinees 852 Mean 16.481 Variance 23.649 Std. Dev. 4.863 Skew 0.331 Kurtosis 0.167 Minimum 3.000 Maximum 30.000 Median 16.000 Alpha 0.749 SEM 2.437 Mean P 0.549 Mean Item-Tot. 0.348 Mean Biserial 0.457 Koefisien Reliabilita

Tabel 2.7 menunjukkan hasil output ITEMAN. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Alpha sebesar 0.749. Alpha menunjukkan besarnya reliabilitas butir soal. Reliabilitas butir soal sebesar 0.749 menunjukkan bahwa reliabilitas butir soal peneliti termasuk dalam kategori yang tinggi.

10.Mata Pelajaran PKn

a. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak erta kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Pendidikan Kewarganegaraan mengarahkan siswa untuk menjadi warga negara yang demokratis, yang menghargai perbedaan, dan mencintai keadilan dan kebenaran (Utami, 2010: 2). Materi yang ada didalam mata pelajaran PKn ini menyangkut pemahaman tentang persatuan dan kesatuan, kesadaran warga Negara dalam bernegara, hak dan kewajiban warga Negara dalam berbangsa dan bernegara, serta pendidikan bela negara. Pendidikan Kewarganegaraaan sangat penting diajarkan bagi siswa sekolah dasar untuk membentuk manusia Pancasila yang dapat bermanfaat dan membanggakan bangsa. Melalui pelajaran PKn siswa dapat

belajar menjadi warga negara yang baik mulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan Pemerintahan.

Tujuan PKn dibagi menjadi dua, yaitu tujuan secara umum dan secara khusus. Tujuan PKn secara umum adalah membawa siswa untuk menjadi ilmuan dan professional yang memiliki rasa kebanggan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban. Tujuan secara umum adalah untuk menjadikan warga negara yang berkarakter yang memiliki daya saing, berdisiplin, berparsisipas aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila dan UUD 1945 (Wiharyanto, 2007: 5)

Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Azis (2002:20) ialah :

1) Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila secara dinamis dan terbuka. Dinamis dan terbuka dalam arti bahwa nilai dan moral yang dikembangkan mampu menjawab tantangan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia, yang merdeka, bersatu, dan berdaulat.

2) Mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

3) Membina pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antar warga negara dengan negara, antara warganegara dengan warganegara, dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajiban sebagai warganegara.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, menurut Wiharyanto (2008: 5), adalah membawa siswa untuk menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan berkeadaban, dan menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai pancasila.

b. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator PKn

Mata Pelajaran PKn kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 memiliki standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator sebagai berikut. Dapat dilihat di tabel 2.8

Tabel 2.8 SK, KD dan Indikator No Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

3 3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat 3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK dll. 3.1.1 Mengidentifikasi lembaga-lembaga pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, Presiden, MAK, MK dan BPK 3.1.2 Menjelaskan tugas lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat

3.1.3Menjelaskan tanggung jawab lembaga-lembaga negara tingkat pusat 3.2.1 Membuat bagan struktur organisasi pemerintah tingkat pusat seperti presiden wakil presiden dan para menteri 3.2.2 Menjelaskan tugas pemerintahan tingkat pusat 3.2.3 Menjelaskan tanggung jawab pemerintah tingkat pusat 3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri 4 4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya 4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi

Dokumen terkait