• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

F. Validitas Data

Validitas data akan menunjukkan bahwa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada pada lokasi penelitian dan penjelasan dari deskripsi permasalahan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. H.B Sutopo (2002:77) mengemukakan bahwa, ”Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian”. Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk menjamin validitas data. Menurut Lexy J. Moleong (2004:178), “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Sedangkan Menurut H.B Sutopo (2002: 78) “Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang”.

Ada empat macam triangulasi menurut Patton (1984) yang dikutip oleh HB Sutopo (2002:31) yaitu:

1. Data Triangulation (Triangulasi Data)

Dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama.

2. Investigator Triangulation (Triangulasi Penyelidik)

Pengumpulan data yang semacam dilakukan oleh beberapa orang peneliti.

3. Methodological Triangulation (Triangulasi Metode)

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda ataupun dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.

4. Theoritical Triangulation (Triangulasi Teori)

Melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa perspektif teoritis yang berbeda.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Dimana triangulasi data digunakan untuk pengumpulan data sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. Sedangkan triangulasi metode digunakan untuk membandingkan data hasil wawancara, yaitu membandingkan apa yang ada dalam dokumen dengan hasil observasi serta membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

G. Analisis Data

Pada penelitian kualitatif, proses analisis pada dasarnya dilakukan secara bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Menurut Lexy J. Moleong (2004:103) analisis data adalah ”Proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Sedangkan Noeng Muhadjir (2000: 142) mengemukakan bahwa analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Miles dan Huberman dalam bukunya HB Sutopo (2002:91) menyatakan “Dalam proses analisis terdapat empat komponen utama yang benar-benar harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 macam kegiatan dan penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang tersedia. Menurut HB Sutopo (2002:92), “Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”.

2. Sajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian ini dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan. Penyajian informasi ini dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan yang tersusun secara terpadu sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Kegiatan penyajian data di samping sebagai kegiatan analisis, juga merupakan kegiatan reduksi data. 3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik pada saat matriks terisi, tetapi hal tersebut belum begitu jelas, dan hal ini dapat menggiring pada pengambilan keputusan untuk menentukan langkah berikutnya yang harus dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data terakhir. Hal ini sangat bergantung pada besarnya kumpulan catatan-catatan lapangan, angka pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan. Jadi bukan berarti sesudah dilakukan penarikan kesimpulan merupakan final dari analisis karena pada dasarnya makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. Sehingga hal ini menuntut peneliti siap dan mampu bergerak diantara kegiatan tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang berkelanjutan, berulang dan terus menerus, saling susul menyusul antara proses yang satu dengan proses yang lainnya.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Pengumpulan data

Reduksi data

Verifikasi (penarikan kesimpulan)

Sajian data

Gambar III.1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir (Sumber: HB. Sutopo, 2002: 96)

H. Prosedur Penelitian

Untuk mempermudah penulisan laporan penelitian ini, maka diperlukan prosedur penelitian yang sistematis dan berurutan sehinga hasil yang dicapai akan sesuai dengan yang diinginkan. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini dilakukan mulai berbagai kegiatan sebelum peneliti terjun ke lapangan mulai dari pengajuan judul, pembuatan proposal penelitian dan mengurus ijin untuk memperlancar jalannya penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan pengumpulan data peneliti menggunakan tiga teknik yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan benar-benar valid.

3. Tahap Analisis Data Awal

Tahap ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan.

4. Tahap Analisis Data Akhir

Analisis data akhir dilakukan setelah data awal dianalisis. Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam pengumpulan data yang merupakan data pendukung dalam mencapai tujuan penelitian.

5. Tahap Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan ditarik berdasarkan pada tujuan penelitian yang didukung oleh data yang valid, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan hasil yang dicapai, ditulis dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan bentuk laporan yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema tahap prosedur penelitian berikut ini:

Persiapan Pengumpulan Analisis Data Awal

Penelitian data

Analisis Data Akhir

Pembuatan Proposal Penelitian dan Perijinan Penarikan Kesimpulan Pembuatan dan Penggandaan Laporan

Gb. III.2 Skema Prosedur Penelitian (Sumber: Lexy J. Moleong 2004:85)

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Negeri 6 Surakarta

Pada mulanya SMK Negeri 6 Surakarta bernama SMEA Negeri 3 Surakarta yang berdiri pada tahun 1966 berdasarkan SK No 103/UKK/3/1968 per Januari 1968. SMEA Negeri 3 Surakarta didirikan oleh Bapak Marwan yang kemudian diangkat menjadi kepala sekolah pertama. Sekolah tersebut kemudian mendapat status Negeri dari pemerintah dan mendapatkan bantuan pinjaman berupa meja,kursi, gamelan serta tanah untuk pendirian sekolah. Sebelum di daerah Manahan SMEA Negeri 3 Surakarta berdomisili di daerah Jebres. Selanjutnya lembaga ini berusaha mencari bantuan dana guna perbaikan gedung, pada akhirnya tahun 1967 pindah ke SMP 13 atas perintah Kakanwil Dinas Pendidikan dengan latar belakang akan dijadikan komplek lembaga pendidikan.

Pada tahun 1972, kepala SMEA Negeri 3 Surakarta, Bapak Marwan memasuki masa purna tugas, kemudian digantikan oleh Bapak Drs. Ramelan yang berasal dari SMEA Negeri 1 Surakarta. Setelah menduduki jabatan kepala sekolah selama 2 tahun, beliau meninggal dunia. Selanjutnya, jabatan kepala sekolah dilimpahkan kepada Bapak Mujud Soetomo selama 2 tahun (Kakandep Pendidikan Boyolali) dan dikarenakan Bapak Mujud Soetomo meninggal dunia, jabatan kepala SMEA Negeri 3 Surakarta untuk selanjutnya dipegang oleh Bapak Slamet Efendi. Beliau memegang jabatan kepala sekolah selama 15 tahun. Beliau berasal dari SMEA Negeri Sukoharjo. Pada bulan Agustus 1992, beliau diganti oleh Drs. Hendratno, dimana beliau sebelumya memegang jabatan kepala SMEA Negeri Banyudono.

Kemudian bulan November 1992, SMEA Negeri 3 Surakarta dipegang oleh Drs. H. M. Walkam dari SMEA Negeri Sukoharjo. Dan pada November 1996 Jabatan kepala sekolah dipegang oleh Bapak Moechtingudin, Bsc. Pada bulan Juli 1997 SMEA Negeri 3 diubah menjadi SMK Negeri 6 Surakarta.

Pada bulan Agustus 1999, terjadi pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Moechtingudin, Bsc digantikan oleh Drs. Sumarjata Naftali, yang menjabat sampai tanggal 2 Juli 2001. Kemudian jabatan kepala sekolah untuk sementara dipegang oleh Dra. Agnes Sri Suhartini, yang kemudian tanggal 1 Juli 2002 digantikan oleh Dra. Sri Supartini sampai sekarang.

Pada tahun 2005, SMK Negeri 6 Surakarta telah mendapat predikat SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) oleh Dirjen Pendidikan Nasional, namun karena adanya perubahan peraturan yang terbaru maka pada tahun 2009 predikat tersebut diganti oleh Dirjen Pendidikan Nasional menjadi RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).

2. Visi, Misi, Tujuan dan Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta a. Visi:

“TERWUJUDNYA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DENGAN MENGEDEPANKAN PENGUATAN KOMPETENSI DAN KEMANDIRIAN LULUSAN.”

b. Misi :

1) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan berstandar dan berwawasan mutu.

2) Menghasilkan lulusan yang berkepribadian unggul, berwawasan luas dan mempunyai keahlian kejuruan di bidangnya.

c. Tujuan sekolah 1) Tujuan umum

a) Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan bertaraf internasional. b) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangkan sikap profesional.

c) Menyiapkan siswa memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri.

2) Tujuan khusus

a) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan professional yang memadai untuk berani bersaing global.

b) Memiliki kecerdasan dan karakter yang kuat dalam membangun pribadi yang unggul.

c) Memiliki kemampuan, keberanian, keuletan untuk bergerak sendiri dalam bisnis.

3. Kebijakan Mutu

SMK Negeri 6 Surakarta bertekad menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada mutu di semua kegiatannya. Dalam layanan jasa pendidikan dan pelatihan selalu mengadakan peninjauan,melaksanakan penyempurnaan mutu secara terus-menerus dan dikomunikasikan agar dapat memenuhi kepuasan pelanggan/stakeholders sesuai dengan persyaratan sistem manajemen mutu 150 9001:2000.

Di SMK Negeri 6 Surakarta terdapat budaya semangat yang dibangun dalam melaksanakan berbagai aktivitas di sekolah. Budaya kerja tersebut adalah ”SEMANGAT”, yang terdiri dari:

a. Serasi, bersama mencapai tujuan

b. Etos kerja, giat mewujudkan hasil terbaik c. Mandiri, mengoptimalkan sumber daya sendiri d. Aksi, kesedian berbuat prestasi

e. Giat, kesediaan berbuat prestasi f. Aktual, mengikuti perkembangan. g. Tanggap, keinginan untuk maju.

4. Jurusan di SMK Negeri 6 Surakarta

SMK Negeri 6 Surakarta merupakan sekolah kejuruan yang membuka keahlian di bidang bisnis manajemen dan pariwisata. Di SMK Negeri 6 Surakarta menggunakan sistem penjurusan secara langsung yaitu siswa telah dijuruskan sejak dari kelas satu

a. Jurusan Bisnis dan Manajemen, yaitu :

1) Program keahlian Akuntansi terdiri dari 6 kelas dengan tiap tingkatan terdiri daru 2 kelas

2) Program keahlian Administrasi Perkantoran terdiri dari 6 kelas dengan tiap tingkatan terdiri daru 2 kelas

3) Program keahlian Penjualan terdiri dari 6 kelas dengan tiap tingkatan terdiri dari 2 kelas

b. Jurusan Pariwisata terdiri dari 8 kelas dengan perincian 3 kelas untuk kelas 1, 3 kelas untuk kelas 2, 2 kelas untuk kelas 3.

c. Jurusan Multimedia terdiri dari 6 kelas dengan perincian 2 kelas untuk 1, 2 kelas untuk kelas 2, dan 2 kelas untuk kelas 3.

5. Keadaan Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar SMK Negeri 6 Surakarta sangat kondusif, sehingga mendukung pelaksanaan kegiatan Belajar mengajar. Letak SMK Negeri 6 yang strategis membuat sekolah ini mudah dijangkau oleh kendaraan umum dari berbagai jurusan sehingga memudahkan siswa untuk menuju ke sekolah.

Untuk lingkungan secara umum, SMK Negeri 6 Surakarta adalah sekolah yang asri dan bersih. Di setiap sudut bangunan terdapat taman, terdapat beberapa pohon dan juga tempat hijau dan terawat.

Sedangkan keadaan kelas pada umumnya, ditata menurut keahlian. Kelas juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang berupa inventaris kelas seperti white board, meja dan kursi,dsb. Selain itu, untuk menunjang kegiatan belajar disediakan laboratorium dan perpustakaan. Dengan adanya berbagai fasilitas penunjang, kegiatan belajar mengajar di SMK 6 Surakarta dapat berjalan dengan maksimal.

Rasa dan suasana kekeluargaan juga tercipta di sekolah ini, dengan diterapkan suasana yang hangat dan penuh keakraban dengan saling menyapa bila berpapasan. Dengan hal tersebut diharapkan akan tercipta suatu kerjasama yang penuh dengan rasa kekeluargaan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

6. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta

Organisasi RSBI SMK Negeri 6 Surakarta untuk melaksanakan tugas- tugas atau kegiatan sekolah dibentuk suatu organisasi sekolah (Dapat dilihat

dalam lampiran no.5). Masing-masing pihak dalam organisasi sekolah mengetahui tugas dan kewajibannya. Organisaasi RSBI SMK Negeri 6 Surakarta, terdiri dari:

a. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah mempunyai tugas dalam pengelolaan teknik edukatif program diklat berdasarkan visi dan misi sekolah, yaitu :

1) Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan program diklat Kurikulum SMK berdasarkan KBK

2) Mengelola unsur pokok-pokok manajemen sekolah: Man (guru, karyawan, murid); Money (dari orang tua murid dan pemerintah), dan

Material (fasilitas berupa gedung, perabotan sekolah, alat-alat

pelajaran teori dan praktek).

3) Mengadakan kerjasama dengan pihak luar seperti orang atau pengguna produk (tamatan), jajaran pemerintah, dll.

b. QMR ( Quality Managemennt Representatif )

1) Memeriksa kecukupan dokumen pedoman mutu pada Sistem Manajemen mutu.

2) Mengesahkan dokumen Standard Opening prosedure (SOP) pada Sistem Manajemen Mutu.

c. Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum

1) Menjabarkan Kurikulum menjadi program operasional diklat di sekolah melalui analisis Kurikulum, sinkronisasi, menetapkan kurukulum validasi.

2) Menetapkan program pembelajaran, jadwal kegiatan, pembagian tugas mengajar, jadwal pelajaran dan bahan ajar.

3) Mengorganisasi/mengkoordinasi KBM baik teori maupun praktek yang terdiri dari : persiapan KBM, pelaksanaan KBM, evaluasi hasil belajar, perbaikan dan pengayaan.

4) Mengelola administrasi pendidikan / pengajaran.

5) Merencanakan dan menyusun program pengembangan Kurikulum. 6) Bersama WKS 2 melaksanakan tugas PSB.

d. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan

1) Menyusun program kegiatan kesiswaan dengan mengkoordinasi pelaksanaannya.

2) Mengkoordinasi pelaksanaan dan bimbingan siswa. 3) Memonitor dan mengavaluasi seluruh kegiatan kesiswaan.

4) Merencanakan dan melaksanakan pendaftaran dan penerimaan siswa baru.

5) Menegakkan disiplin dan tata tertib siswa. 6) Mengkoordinasi program BP/BK.

7) Pembinaan dann pengembangan kepribadian siswa. 8) Pembinaan osis dan ekstrakurikuler.

9) Mengelola administrasi penjualan siswa.

10)Memperhatikan, memelihara, menjaga suasana sekolah (keamanan, kebersihan, kerapian, kesehatan, kekeluargaan, dan kenyamanan).

11)Merencanakan membuata dan merevisi buku pedoman siswa. e. Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana

1) Menyusun program pemberdayagunaan dan pengembangan ketenagaan.

2) Mengarahkan urusan ketenagaan agar berfungsi sebagaimana mestinya.

3) Secara rutin menyampaikan hasil kerja kepada kepala sekolah.

4) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemberdayaan dan Pengembangan ketenagaan.

5) Menetapkan kompetensi personil sesuai dengan tugas masing-masing. 6) Pendampingan seluruh guru sekolah.

7) Mengusulkan kebutuhan guru.

8) mengusulkan pengembangan kemampuan guru. f. Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Industri.

1) Menyusun program kerjasama dengan DU/DI dan instansi terkait 2) Menjalin kerjasama dengan DU/DI dan instansi terkait.

4) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan yang berkaitan dengan hubungan masyarakat.

g. Kepala program keahlian

1) Bersama WKS 1 menyusun jadwal kegiatan KBM praktek. 2) Membuat ttata tertib labolatorium.

3) Menentukan kebutuhan bahan dan alat KBM praktek.

4) Melaksanakan perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana KBM praktek.

5) Melaksanakan pengembangan labolatorium. h. Wali kelas

1) Mewakili Kepala Sekolah dan orang tua dalam pembinaan siswa. 2) Membina kepribadian, ketertiban dan kekeluargaan.

3) Membantu pengembangan peningkatan kecerdasan dan keterampilan siswa.

4) Evaluasi nilai rapor dan kenaikan kelas.

5) Membantu WKS 1 dan WKS 2 dalam permasalahan yang terkait i. Guru

1) Pembinaan terhadap Siswa. 2) Pengelolaan kelas

j. KTU

1) Menjabarkan kebijakan Kepala Sekolah. 2) Mengkoordinasi Administrasi sekolah.

3) Melaksanakan hubungan masyarakat, khususnya instansi pendidikan, sekolah, DU/DI yang relevan

4) Melaksanakan administrasi umum/korespodensi ke dalam dan ke luar. 5) Membuat daftar gaji

6) Mengelola ketatausahaan.

7) Mengelola administrasi kepegawaian dan pensiun. 8) Mengelola buku induk siswa dan buku induk pegawai.

B. Deskripsi Masalah Penelitian

Pelaksanaan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMK Negeri 6 Surakarta dimulai pada tahun 2009, namun predikat SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) telah didapat SMK Negeri 6 Surakarta sejak tahun 2005. Penggantian predikat tersebut dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Nasional karena adanya pergantian peraturan yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia.

Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu mengenai Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMK Negeri 6 Surakarta, deskripsi data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Proses dalam kontek ini menunjukkan adanya interaksi antara komponen- komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana.

Dalam Pembelajaran model RSBI di SMK lebih diorientasikan pada kemampuan skill dan keterampilan indivdu, karena lulusan SMK disiapkan untuk menjadi lulusan yang siap kerja. Dan dalam pembelajaran ini siswa dituntut lebih aktif berperan dalam pembelajaran serta digunakannya media IT dan komunikasi bilingual dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 19 April 2010 sebagai berikut:

”Pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta menitikberatkan pada kemampuan skill individu siswa, hal ini karena SMK lebih menyiapkan lulusan yang siap kerja. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran dikelas, praktik dan magang di DUDI yang bekerjasama dengan SMK Negeri 6. Dalam pembelajaran dikelas telah menggunakan IT serta media-media elektronik dalam penyampaian bahan ajar dan sekarang siswa dituntut lebih berperan aktif serta peran guru hanya sebagai fasilitator. Dan

dalam pembelajaran, orientasi tidak terpaku pada nilai akhir namun lebih pada kemampuan individu serta skill anak didik sedangkan nilai hanya sebagai tolak ukur secara akademis saja.”

Pendapat serupa dikemukakan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

“Pelaksanaan pembelajaran sudah hampir memenuhi standar RSBI, namun masih perlu adanya perbaikan dikarenakan program ini masih dalam proses adaptasi bagi tenaga pendidik maupun anak didik. Fasilitas-fasilitas pembelajaran juga sudah menerapkan IT dan penyampaian bahan ajar juga sudah melalui media elektronik. Hanya saja penerapan komunikasi bilingual masih belum maksimal dikarenakan kurangnya kemampuan skill tenaga pendidik dan anak didik, jadi tenaga pendidik lebih mengedepankan pemahaman siswa dengan menggunakan bahasa Indonesia saja.”

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut:

“Dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI guru hanya sebagai fasilitator saja, dan siswa dituntut aktif berperan dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengantar bahan ajar kemudian para siswa dituntut lebih banyak mencari informasi-informasi terkait dengan bahan ajar tersebut, sehingga para siswa lebih banyak aktif dalam meningkatkan kemampuan individu mereka sampai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Bahan ajar pun juga tidak harus ditetapkan oleh guru, namun siswa juga dapat menampilkan bahan ajar yang mereka dapatkan dari berbagai sumber yang mereka dapatkan. Penggunaan media pembelajaran juga mengggunakan alat multimedia yang variatif namun belum maksimal, serta proses belajar-mengajar juga bervariasi lewat metode ceramah, presentesi dan diskusi.”

Dari informan IV dalam wawancara 29 April 2010 juga diperoleh pendapat yang serupa sebagai berikut:

“Pelaksanaannya sangat menarik karena media-media yang digunakan sudah modern seperti laptop dan LCD serta gambar-gambar visual yang membuat mudah dalam menerima pembelajaran. Selain itu kami dituntut aktif dalam proses belajar dikelas seperti presentasi, diskusi sehingga proses belajar-mengajar menjadi tidak membosankan. Namun penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi membuat kami kadang- kadang tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan.”

Berdasar observasi yang dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta berjalan sangat aktraktif.

Siswa berperan aktif dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran diskusi. Media pembelajaran telah digunakan dalam pembelajaran, namun penggunaannya belum maksimal. Sedangkan penggunaan metode komunikasi

bilingual belum digunakan dalam penyampaian materi pelajaran, hanya

beberapa tugas rumah yang diberikan oleh guru telah menggunakan bahasa Inggris.

Dari data diatas dan hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan di SMK Negeri Surakarta telah berjalan sesuai dengan standar-standar RSBI namun masih belum sempurna. Penggunaan komunikasi bilingual antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris masih belum berjalan maksimal.

Dalam pelaksanaan pembelajaran melibatkan berbagai komponen- komponen pembelajaran yaitu: Kurikulum, Siswa, Guru, Bahan Pembelajaran, Media Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Lingkungan Pembelajaran Dan Evaluasi Pembelajaran.

a) Kurikulum KTSP Spektrum

Dalam pembelajaran program RSBI ini telah digunakan Kurikulum KTSP yang telah distandarkan dengan SNP (Standar Nasional Pendidikan Nasional) oleh Dirjen Pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh informan I pada wawancara tanggal 19 April 2010 sebagai berikut: “Kurikulum dalam pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 disesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh Dirjen Pendidikan dan Kurikulum ini diterapkan pada semua sekolah RSBI, dan Kurikulum yang diterapkan sekarang adalah KTSP Spektrum.”

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III pada wawancara tanggal 21 April 2010 sebagai berikut : “Pelaksanaan pembelajaran program RSBI di SMK Negeri 6 telah menggunakan Kurikulum KTSP Spektrum sesuai dengan yang diperintahkan dalam peraturan yang dikeluarkan Dirjen Pendidikan Nasional.”

Dari hasil observasi melalui pengamatan Kurikulum yang digunakan di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah KTSP Spektrum.

Berdasar data di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI di SMK Negeri 6 Surakarta adalah Kurikulum KTSP Spektrum.

b) Kompetensi Siswa

Kualitas standar anak didik di program RSBI SMK Negeri 6 Surakarta masih jauh dibawah standar yang diterapkan, hal ini dikarenakan seleksi dalam penerimaan siswa baru tidak dilakukan secara ketat oleh pihak sekolah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan I dalam

Dokumen terkait