• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 SURAKARTA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SURAKARTA

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

OLEH

ADITYA TRI NUGROHO K 7405019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta,July 2010

This research aims to (1)Describing about the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI) of SMK Negeri 6 Surakarta, (2 ) Knowing the supporting factors and the obstacle factors in the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI ) of SMK Negeri 6 Surakarta, ( 3) Knowing how to overcome and the solutions of the obstacle factors in the implementation of teaching in International Qualification School ( RSBI ) of SMK Negeri 6 Surakarta.

The research formed into qualitative research,and using descriptive method with single strategy. The data source taken from informant, place and scene, and document. The sampling technique used in this research are purposive sampling and snow ball sampling techniques. The data collected by using interview, direct observation, and documentation. To measure the validity of the data, the researcher uses triangulation data and method. The data analized by using interactive analysis model.

(3)

MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta, (2) Mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta, (3) Mengetahui cara-cara mengatasi dan solusi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif, sedangkan metode penelitian adalah metode deskriptif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan terdiri dari informan, tempat dan peristiwa, dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan (purposive sampling)dan Teknik bola salju (snow ball sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. Untuk mengukur validitas data digunakan triangulasi data dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta dipengaruhi oleh komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari: Kurikulum KTSP Spektrum, Kompetensi Guru, Kompetensi Siswa, Bahan pembelajaran berupa modul, Media pembelajaran bervariasi, Metode Pembelajaran inovatif, Lingkungan Pembelajaran kondusif, Evaluasi Pembelajaran yang valid. Sistem bilingual dan moving class belum diterapkan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. 2) Faktor penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta: (a) Tenaga pendidik yang berkualitas secara akademis dan berpengalaman serta berprestasi. (b) Lingkungan sekolah yang kondusif dan lahan yang luas menjadi alternatif dalam melaksanakan pembelajaran. (c) SMK Negeri 6 Surakarta telah bersertifikat ISO 9001:2000 3) Faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah (a) Belum sempurnanya proses adaptasi para tenaga pendidik dan anak didik dalam perubahan paradigma pembelajaran yang menjadi pembelajaran model RSBI. (b) Terbatasnya skill individu tenaga pendidik dan anak didik. (c) Komponen-komponen pembelajaran belum sesuai dengan standar program RSBI. 4) Cara-cara mengatasi faktor pengahambat dalam pelakanaan pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta adalah (a) Perbaikan sumber daya tenaga pendidik melalui pelatihan-pelatihan dan kursus. (b) Peningkatan kualitas anak didik dan sosialisasi program pembelajaran RSBI bagi para siswa. (c) Perbaikan terhadap fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran RSBI.

(4)

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama penyusunan skripsi ini mulai dari awal sampai akhir, banyak sekali pihak yang membantu hingga skripsi ini terselesaikan. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS

yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PAP FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

5. Bapak Drs. Ign. Wagimin, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Patni Nigharjanti, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK PAP FKIP UNS yang telah membantu peneliti dalam pembekalan materi untuk penyusunan skripsi ini. 8. Ibu Dra. Sri Supartini, M.M. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 6 Surakarta

yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah yang beliau pimpin.

9. Bapak Drs. Sukarmanto, selaku WAKA kurikulum yang telah banyak membantu dalam penyediaan infomasi.

(5)

ix

11.Teman-teman seperjuangan PAP ’05: Lupin, Lian, Ika, Apris, Basuki, Deffi, Husna, Lala, Septi, Arum, Iyut, Husna, Lilis, Lis, Fanny, Ima, Dwina, Linda,

Nurul, Vina, Mita, Arif, Angga, Prima, Rangga, Mahmud, Bayu, Wuri, Panji, Fajar, Efi terima kasih atas semuanya, banyak hal yang telah kita lalui bersama dan semuanya akan menjadi kenangan yang indah.

12.Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Walaupun disadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2010

(6)

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya”

(QS. Al Baqarah: 286)

Sometimes a dreamer is a looser, but sometimes a looser be a winner

(penulis)

Cara berfikir yang akan merubah nasib kita, bukan nasib yang akan

merubah cara berfikir kita

(penulis)

Terus bergerak atau mati dalam gelisah

(penulis)

(7)

Karya ini dipersembahkan kepada:

#

Ibu dan Bapak tercinta,

#

Kakak’ku Ika&Ari utul tercinta

#

Seseorang yang telah menjadi bintang dalam hidupku

#

Sahabatku -sahabatku..dalam susah dan senang

#

Teman-teman PAP 2005,

#

Almamater

(8)

HALAMAN PERSETUJUAN………... iii

HALAMAN PENGESAHAN……….... iv

HALAMAN ABSTRAK……….... v

HALAMAN MOTTO………... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……….... vii

KATA PENGANTAR……….... viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR GAMBAR………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Perumusan Masalah………... 8

C. Tujuan Penelitian………... 9

D. Manfaat Penelitian……….. 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka………...…. 11

1. Tinjauan tentang Pembelajaran……..………..….... 11

2. Tinjauan tentang Sekolah Menengah Kejuruan... 21

3. Tinjauan tentang Sekolah Bertaraf Internasional…. 26 B. Kerangka Pemikiran………...…… 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………..…….. 38

B. Bentuk dan Strategi Penelitian………..……… . 39

C. Sumber Data……….…... 42

D. Teknik Sampling………..…...……. 43

E. Teknik Pengumpulan Data…………...………….…….. 44

F. Validitas Data……….. 47

(9)

A. Deskripsi Hasil Penelitian………...………. 53 1. Sejarah singkat berdirinya SMK Negeri 6

Surakarta……….... 53

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta…… 54 3. Kebijakan Mutu………... 55 4. Jurusan di SMK negeri 6 Surakarta…………..….... 55 5. Keadaan Lingkungan Belajar………... 56 6. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta…….. 56 B. Deskripsi Masalah Penelitian………... 60

1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)

SMK Negeri 6 Surakarta……… 60 2. Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor

Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran

di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta …….………….. 71 3. Cara-cara untuk Mengatasi dan Solusi

Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan

Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta….. 84 C. Temuan Studi yang dihubungkan dengan Kajian Teori... 87

1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)

SMK Negeri 6 Surakarta……… 87 2. Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor

Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran

di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta…....……… 95 3. Cara-cara untuk Mengatasi dan Solusi

Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan

Pembelajaran di RSBI SMK Negeri 6 Surakarta.…. 98

(10)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

Gambar III.1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir 50

Gambar III.2. Skema Prosedur Penelitian 52

(12)

xiv Lampiran 3. Field Note

Lampiran 4. Surat Perijinan Lampiran 5. Data Umum Sekolah

(13)

Kehidupan pada abad ke-21 ini menuntut sumber daya manusia yang prima yang dapat survive di dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan. Upaya peningkatan SDM harus dilakukan melalui peningkatan kompetensi manusia Indonesia yang siap hidup di peradaban global. Dalam dunia pendidikan diperlukan sekolah yang tidak hanya mengembangkan keunggulan lokal melalui tenaga-tenaga terdidik, tetapi juga perlu tersedianya satuan pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan berstandar internasional. Berangkat dari kondisi tersebut, perubahan orientasi pendidikan kita harus segera dilakukan reformasi secara mendasar (mind set pelaku) pada semua komponen dalam sistem pendidikan kita. Perubahan orientasi pendidikan tidak hanya berkutat pada perubahan kurikulum semata, namun yang terpenting saat ini adalah adanya “revolusi” sikap mental, pola pikir dan perilaku pelaku pendidikan (aparat, pengelola dan pengguna pendidikan) secara mendasar. Kebijakan ini dilakukan agar dapat mewujudkan pendidikan yang lebih demokratis, memiliki keunggulan komparatif dan kompetetif, memperhatikan kebutuhan daerah, mampu mengembangkan seluruh potensi lingkungan dan potensi peserta didik serta lebih

mendorong peran aktif dari masyarakat. Untuk mendukung pencapaian kondisi tersebut, pengelola pendidikan hendaknya memiliki pemahaman konsep pendidikan yang komprehensif.

Menurut Syafaruddin (2002:74), globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Peningkatan kompetisi, pilihan, dan tuntutan masyarakat mempengaruhi pendidikan saat ini. Pendidikan di Indonesia perlu mendapat pengaturan dan standarisasi untuk memenangkan kompetisi dan peningkatan mutu terus-menerus. Oleh karena itu, manajemen sekolah harus mampu mencakup hal yang dapat meningkatkan kreativitas, inovasi, dan modernisasi bagi kemajuan pendidikan.

(14)

Selain itu tantangan-tantangan yang harus dihadapi juga datang dari dalam sistem pendidikan tersebut. Sumber-sumber pendidikan dan pengelolaannya yang tidak efektif serta sistem pendidikan yang masih lemah dan tidak relevan dengan kemajuan zaman membuat pendidikan di Indonesia sekarang sangat jauh tertinggal dari negara-negara lainnya. Hal ini harus ditanggulangi dengan

meningkatkan kualitas pendidikan, mengubah sistem pendidikan agar relevan dengan kemajuan zaman serta perlunya pengembangan manajemen pendidikan agar sistem pendidikan kita tertata dan terkelola dengan baik.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Pendidikan merupakan faktor yang menentukan kecerdasan suatu bangsa. Melalui pendidikan, manusia akan dibekali ilmu pengetahuan dan pengajaran tentang kehidupan yang mencakup banyak hal seperti afektif, psikomotor, dan kognitif. Sebagai salah satu cita-cita nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka proses pencerdasan dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal. Upaya pencerdasan melalui pendidikan nonformal dapat diperoleh melalui pengalaman

(15)

setiap masyarakat sehingga pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat.

Adanya sekolah sebagai sarana untuk mendapat pendidikan formal dirasa penting untuk memberikan mutu pendidikan dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Sekolah sebagai suatu sistem dalam kehidupan masyarakat,

memiliki fungsi dan mempengaruhi satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu sekolah harus ditunjang oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) ahli yang menunjang proses belajar mengajar guna membekali siswa dalam menghadapi era globalisasi.

Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta didik agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud berarti luas, baik kecakapan personal (personal skill) yang mencakup; kecakapan mengenali diri sendiri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill), maupun kecakapan vokasional (vocational skill). Kegiatan pendidikan pada tahap melatih lebih mengarah pada konsep pengembangan kemampuan motorik peserta didik. Terkait dengan proses melatih ini, perlu dilakukan pembiasaan dan pengkondisian anak dalam berpikir secara kritis, strategis dan taktis dalam proses pembelajaran. Peserta dilatih memahami, merumuskan, memilih cara pemecahan dan memahami proses pemecahan masalah. Berangkat dari kondisi tersebut, maka budaya instant dalam pembelajaran yang selama ini dibudayakan harus ditinggalkan, menuju proses pemberdayaan seluruh unsur dalam sistem pembelajaran. (http://pakguruonline.pendidikan.net)

Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

(16)

didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai

sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. (http://franciscusti.blogspot.com)

Menurut Sardiman.A.M (2004:14), ”Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya”. Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa itulah yang harus mendapatkannya. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pengajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru.

Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur

(17)

berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi, maupun kuantitas sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik obyek atau karya. Karakteristik proses pembelajaran tersebut haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

memberikan motivasi kepada siswa agar mampu membangkitkan semangat belajar, kreatif, dinamis, dan mandiri sesuai dengan bakat dan minatnya. (http://elmuttaqie.wordpress.com/)

Munculnya Rintisan Sekolah Bertaraf International (RSBI) di Indonesia dianggap sebagai langkah maju tumbuhnya perkembangan pendidikan setara luar negeri atau Internasional. Pengembangan RSBI sendiri didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat 3 yang secara garis besar ketentuan ini berisi bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.

“Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah nasional dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada”. (http://id.wikipedia.org)

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan kemajuan di dunia pendidikan dengan memperhatikan kualitas pendidikan di mana secara awam ditafsirkan sekolah dengan kualitas lulusan yang mampu menggunakan bahasa Inggris khususnya yang sampai saat ini atau bahkan untuk tahun ke depanpun merupakan tolak ukur utama siswa atau seseorang dikatakan mempunyai kemampuan lebih di dunia pendidikan.

Pada dasarnya RSBI dimaksudkan agar mutu pendidikan dapat dimaksimalkan dengan melakukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dengan

(18)

sekolah yang lebih tinggi dibutuhkan kemampuan lebih atau bahkan untuk memasuki dunia kerja nantinya diutamakan seseorang yang mempunyai berbagai keahlian dan kemampuan. Salah satu yang sampai saat ini yang sangat penting adalah kemampuan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dalam arti mampu aktif berbahasa Inggris. Lebih-lebih diprasyaratkan adanya sertifikat

TOEFL yang menjadikan momok bagi sebagian besar lulusan sekolah untuk memasuki dunia kerja.

Proses untuk mendapatkan predikat Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dimulai dengan menstandartkan proses manajemen sekolah yang telah diakui oleh International Organization for Standardization dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2008 untuk proses manajemen. Dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2008, maka sekolah tersebut diverifikasi oleh Dinas Pendidikan pusat yang berakhir dengan penandatanganan MoU bahwa sekolah tersebut sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

Pembentukan SBI sendiri harus mengacu pada standar perumusan SBI yakni SBI = SNP + X. SNP adalah Standar Nasional Pendidikan dan X adalah penguatan untuk berdirinya SBI seperti sebagai penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman, adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional seperti Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO. SNP sendiri memiliki 8 kompetensi yakni lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarpras, dana, pengelolaan dan penilaian.

Pelaksanaan pembelajaran dalam SBI harus sesuai dengan standart internasional. Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar Internasional dimulai dari Input, Process, dan output. Proses belajar mengajar dalam SBI meliputi Lifeskill, Empat pilar pendidikan (Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, and

Learning To Live together) dan Multiple Intelligences. Dengan kata lain, Proses Belajar Mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui penekanan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi.

(19)

diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam melakukan proses PBM, tentunya pendidik untuk SBI harus memiliki kompetensi tinggi dalam menerapkan bahasa Inggris pasif atau aktif. Secara konsep, memang siswa SBI dirintis untuk menyamai kompetensi internasional seperti pada Cambridge atau International Baccalaureate (IB). Output SBI yang sudah ada akan diarahkan

kemana nantinya, terutama ketika mereka akan menginjakkan pendidikan di Universitas. Konsep SBI secara tujuan dan visi memang sangat bagus, dimana siswa sudah terlatih untuk berkomunikasi secara global dengan bahasa Internasional.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diyakini merupakan sekolah yang mampu menciptakan produk pendidikan yang inovatif, kreatif dan produktif. Menurut Supriadi (2002:17-18) “Bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat, dan bangsanya”. Sebagai sub-sistem dari pendidikan nasional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki peran strategis mewujudkan sumber daya Indonesia yang handal. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 yaitu : “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.” Dan dilanjutkan PP No. 73 Tahun 1991, Pasal 3 ayat 6 mengatakan bahwa : “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.”

Salah satu sasaran Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK tahun 2005-2009 adalah terwujudnya 443 SMK Bertaraf Internasional (SBI) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pengembangan SMK bertaraf internasional dimaksudkan untuk mempersiapkan SMK memasuki era perdagangan bebas yang menuntut kemampuan bersaing di tingkat nasional dan internasional. Pada

(20)

SMK Negeri 6 Surakarta yang merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional menjadi fenomena yang menarik bagi semua kalangan. Perubahan status sekolah yang akan bertaraf internasional ini merupakan langkah awal yang menjadi tanggung jawab besar dalam pelaksanaannya untuk menghasilkan lulusan siswa-siswa berpestasi, terlatih dan menguasai

kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang dapat ditunjukkan melalui penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global.

Banyak tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah bertaraf Internasional ini. Selain kompetensi tenaga pendidik yang diharapkan dapat berstandar internasional, pengadaan fasilitas-fasilitas pembelajaran juga diharapkan memadai untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Dan juga siswa-siswa yang merupakan input diharuskan merupakan input yang berkualitas tinggi sehingga dapat mengikuti pelaksanaan pembelajaran bertaraf internasional yang akan dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah menjadi tanggung jawab bersama dari pihak sekolah, pendidik dan anak didik di SMK Negeri 6 Surakarta dalam pengembangan diri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pembelajaran agar nantinya output yang dihasilkan dapat bersaing tidak hanya berkualitas nasional saja juga harus mampu bersaing di internasional sebagai tuntutan dari era globalisasi.

Dari permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 6 Surakarta dengan latar belakang masalah:

“PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMK NEGERI 6 SURAKARTA”

B. Perumusan Masalah

Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:312) ”Perumusan masalah

(21)

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta?

2. Apa saja faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta?

3. Bagaimanakah cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:313), “Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan”. Jadi setiap kegiatan yang dilakukan pastilah untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula penelitian ini, juga tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

3. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMK Negeri 6 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

(22)

meningkatkan dan mengembangkan ilmu lebih lanjut dalam bentuk kegunaan praktis yang menyangkut pemecahan-pemecahan masalah yang aktual. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoristis

a. Untuk menambah khasanah dan mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang pelaksanaan proses pembelajaran.

b. Untuk mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

c. Untuk mengenal lebih mendalam tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi sekolah dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam pengembangan kualitas pelaksanaan pembelajaran sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

b. Bagi para guru dan siswa dapat digunakan untuk memberi inspirasi dalam mengembangkan diri agar dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas diri yang dimilikinya untuk menunjang proses pembelajarannya.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ilmiah diperlukan pemahaman teori-teori yang relevan dan mendukung. Winarno Surakhmad (2004:83) mengemukakan “Teori adalah sekumpulan data yang tersusun dalam suatu pemikiran yang memberi jalan lapang kepada penyelidik karena mempunyai arti dan guna”. Teori dapat dipakai sebagai pedoman dan pegangan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Kajian teori yang tepat akan mempermudah proses penelitian sebab hal tersebut akan memberikan inspirasi bagi peneliti dalam memecahkan masalah masalah penelitian.

Dalam penelitian ini teori-teori yang peneliti kemukakan adalah sebagai

berikut: 1) Tinjauan tentang Pembelajaran, 2) Tinjauan tentang Sekolah Menengah Kejuruan, 3) Tinjauan tentang Sekolah Bertaraf Internasional. Untuk lebih memperjelas teori-teori tersebut, peneliti akan menjabarkannya sebagai berikut:

1. Tinjauan Tentang Pembelajaraan a. Hakikat Belajar

Kegiatan belajar selalu dihubungkan dengan perkembangan intelektual dan pendidikan formal. Belajar itu sendiri merupakan akivitas yang

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat karena belajar merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan potensi diri dalam kehidupannya. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar tidak hanya mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan jenjang

(24)

pendidikan tertentu saja, melainkan suatu proses aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan pada individu yang belajar. Kegiatan belajar memberikan pengaruh yang besar kepada manusia, maka terdapat beberapa ahli merumuskan pengertian belajar. Muhibbin Syah (2005:89) mengemukakan bahwa:

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Slameto (2003:2) bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Sardiman (2004:26) menyatakan bahwa ”Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”.

Berdasarkan dari berbagai definisi tersebut, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan proses kognitif. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan dan mengembangkan kehidupan.

b. Hakikat Mengajar

Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak,

(25)

membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan potensi intelektual, emosional serta spiritualnya sehingga potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara optimal. Sardiman A.M (2007:47) mengungkapkan pengertian mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan

memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Menurut Rooijakkers (2003: 1), “Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan”. Pengertian ini menggambarkan bahwa proses pembelajaran sepenuhnya menjadi kekuasaan guru, karena guru adalah tokoh utama kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya sebagai obyek pembelajaran yang dibiarkan pasif.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu usaha menciptakan kondisi yang baik agar berlangsung suatu proses interaksi antara guru dan siswa dengan tujuan agar siswa menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar dilakukan oleh guru. Dalam mengajar hendaknya seorang guru dapat menciptakan keadaan yang bersifat membantu, mendorong, membimbing dan mengarahkan sehingga hasil proses belajar mengajar tercapai yaitu adanya perubahan kemampuan yang lebih tinggi.

Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dalam bentuk berbagai mata pelajaran agar siswa menyerap bahan pelajaran saja, tetapi mereka harus memahami pula. Selain itu, sebagai akibat adanya proses belajar mengajar siswa akan termotivasi untuk menambah dan memperluas pengetahuan dengan usaha sendiri tanpa adanya suatu paksaan. Seorang guru harus menguasai bahan pelajaran dan selalu memperluasnya untuk mengikuti perkembangan zaman.

c. Hakikat Pembelajaran

(26)

(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu

perubahan individu kearah yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu atau subyek belajar menuju kearah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar merupakan usaha seorang guru dalam menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Belajar mengajar dianggap sebagai proses karena didalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) diantara guru dan siswa. Proses itulah yang disebut dengan pembelajaran. Pada hakekatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan guru dan siswa. Dalam hal ini seorang guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar.

Menurut Mulyasa, (2002:100) “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik”. Proses dalam kontek ini menunjukkan adanya interaksi antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana..

Menurut Oemar Hamalik (2003: 57), ”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu :

1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik.

2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

(27)

lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta proses pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Pengertian pembelajaran mengandung dua komponen belajar dan mengajar yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran sebagai suatu sistem

tentunya melibatkan komponen-komponen belajar mengajar, tujuan, dan proses saling mendukung, saling melengkapi, dan saling bersinergi. Nana Sudjana (2004:35) menegaskan bahwa, “Pembelajaran merupakan proses dinamis untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, namun dapat ditentukan dari 2 kriteria umum yaitu : (1) kriteria ditinjau dari sudut prosesnya dan (2) kriteria ditinjau dari sudut hasilnya”

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar yang mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu memperhatikan unsur-unsur yang terikat dalam proses pembelajaran.

d. Komponen Pembelajaran

(28)

menggambarkan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan oleh siswa sangat dipengaruhi kualitas dan kuantitas interaksi diantara komponen-komponen pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk

sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. HJ. Gino, dkk (1998:30) menyebutkan bahwa komponen kegiatan belajar mengajar meliputi siswa, guru, isi pelajaran, media, metode, tujuan dan evaluasi. Sedangkan Margono (1995:9) mengungkapkan bahwa komponen-komponen pembelajaran terdiri dari:

1) Tujuan 2) Materi

3) Strategi belajar mengajar 4) Evaluasi

Berdasarkan uraian tersebut, penulis menguraikan komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:

1) Komponen Kurikulum

Secara bahasa kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani kuno yang biasa digunakan dalam bidang olahraga yaitu curir yang artinya pelari. Curere berarti tempat berlari, dan curriculum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari sampai garis finis yang telah ditetapkan. Istilah

ini kemudian yang dipergunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian awal sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didiknya untuk memperoleh ijazah.

(29)

Sukmadinata (1995:27) menjelaskan bahwa ada 3 konsep mengenai kurikulum, yaitu

(1) Kurikulum dapat juga digambarkan sebagai dokumen tertulis hasil persetujuan bersama penyusunan kurikulum dan pemegang kebijakan, pendidik dengan masyarakat.

(2) Kurikulum sebagai suatu sistem artinya merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana menyusun, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakan. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi sistem kurikulum agar tetap dinamis. (3) Kurikulum sebagai bidang studi bertujuan mengembangkan ilmu

tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai sumber penelitian dan percobaan merencanakan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi.

2) Komponen Siswa.

Siswa adalah seseorang yang menerima dan menyimpan materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran komponen siswa sangat besar pengaruhnya sehingga siswa harus dijadikan pusat kegiatan pembelajaran.

3) Komponen Guru

Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai perancang sekaligus menjadi bagian dalam jalannya kegiatan pembelajaran yang mengusahakan terjadinya kondisi-kondisi tertentu agar kegiatan

pembelajaran efektif dalam mencapai tujuannya. Guru sebagai fasilitator lebih menekankan pengembangan dan pengkondisisan psikologis siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan

(30)

Menurut Wina Sanjaya (2006:148-153) guru berperan sebagai : a) Sebagai fasilitator, guru berperan memudahkan siswa dalam

proses pembelajaran lebih mengarahkan pertanyaan pada apa yang harus dilakukan agar siswa mudah mempelajari bahan dan mencapai tujuan.

b) Guru sebagai pengelola, berperan sebagai pencipta iklim belajar yang memungkinkan siswa bisa belajar secara nyaman. c) Demonstrator, guru harus bisa menjadi sosok teladan bagi

siswa-siswanya

d) Evaluator, evaluasi tidak hanya kepada sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan namun juga mengumpulkan berbagai informasi tentang kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik.

Dari pendapat diatas maka pengetahuan siswa bukan hanya dari informasi yang diberikan oleh guru, namun lebih penting dari proses

menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya. Guru harus menghindari penyampaian pengetahuan tanpa melibatkan siswa untuk menggali informasi. Guru harus memberdayakan diri dengan menyadari perlunya perubahan peran diri dalam proses pembelajaran yang melibatkan penggunaan ICT (information and communication technology) dimana sudah seharusnya banyak menempatkan diri sebagai fasilitator.

4) Komponen Bahan Pembelajaran

Pemilihan bahan pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pembelajaran. Guru selain memilih bahan pembelajaran juga dapat mengembangkan bahan pembelajaran baik untuk tujuan pengayaan maupun peningkatan kualitas bahan pembalajaran. Bahan belajar bisa berupa bahan tertulis yang nampak secara fisik yaitu dalam bentuk buku materi, lembar kerja siswa atau non fisik seperti rangsangan visual yang dipergunakan dalam pengajaran.

Dasar yang dipakai dalam memilih bahan atau materi pelajaran menurut A. Samama (1992:7) dalam bukunya S. Suryosubroto (2001:32) terdiri dari :

a) Tujuan instruksioanl Umum

(31)

d) Alokasi waktu

Menurut Suharsini Arikunto (1999:61) mengemukakan dasar pemilihan materi pelajaran adalah sebagai berikut :

a) Tujuan

b) Keadaan siswa c) Situasi tempat

d) Tersedianya waktu dan fasilitas

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan dasar pemilihan materi pelajaran adalah sebagai berikut :

a) Tujuan Instruksional Umum b) Tingkat perkembangan siswa c) Pengalaman siswa

d) Tersedianya waktu dan fasilitas 5) Komponen Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan komponen belajar yang paling besar dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekan berbagai cara metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi.

Fungsi metode adalah sebagai suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa untuk menerima,menguasai, dan mengembangkan. Menurut Hadari Nawawi (1985:123) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:33) “Metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh guru berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas dan kesemuanya berguna untuk mendapatkan pengajaran tertentu”.

Dasar pemilihan metode mengajar menurut Abu Ahmadi (1990:111) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:33) terdiri dari 4 hal yaitu:

a) Relevansi dengan tujuan b) Relevansi dengan bahan

(32)

Sedangkan menurut Lardizal (1987:47) yang dikutip oleh S. Suryosubroto (2001:34), dasar pemilihan metode mengajar terdiri dari: a) Tujuan

b) Materi c) Fasilitas d) Guru

Dari dua pendapat tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dasar pemilihan metode mengajar adalah :

a) Relevansi dengan tujuan b) Relevansi dengan materi

c) Relevansi dengan kemampuan guru d) Relevansi dengan siswa

e) Relevansi dengan perlengkapan atau fasilitas sekolah 6) Komponen Media Pembelajaran

Media menurut Briggs yang dikutip Arief S Sadiman (1990:6) adalah “Segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Maka dari itu media sangat penting dari strategi pembelajaran yang harus dirancang dan direncanakan. Media juga sebagai salah satu komponen pembelajaran yang dapat menyalurkan pesan untuk mengatasi berbagai masalah dalam proses belajar mengajar seperti gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh dan jarak

geografis.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:05) menyarankan bahwa dalam memilih media pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria berikut:

a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran b) Dukungan terhadap isi dan bahan pelajaran c) Kemudahan memperoleh media

(33)

7) Komponen Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah seluruh kondisi, keadaan, dan pengaruh yang mempengaruhi pada pengembangan makhluk hidup atau sekelompok makhluk hidup. Apabila diterapkan dalam pendidikan, lingkungan belajar adalah seluruh kondisi, keadaan, dan pengaruh-pengaruh yang mencapai

perkembangan pembelajaran.

Lingkungan belajar berbentuk fisik meliputi lingkungan kelas dalam hubungan kegiatannya dinamakan iklim kelas. Sedangkan lingkungan belajar yang non fisik meliputi situasi yang terbentuk dalam suatu sekolah seperti, kenyamanan, ketertiban. Pada interaksi belajar mengajar guru juga harus menemukan cara menciptakan suasana belajar yang demokratis dan hubungan psikologis yang baik dengan siswa maupun menciptakan situasi yang dapat merangsang hubungan baik diantara siswa.

8) Komponen Evaluasi

Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi yang ditujukan kepada siswa merupakan suatu proses penilaian terhadap hasil kegiatan dan hasil belajar peserta, meliputi kegiatan pengukuran ,serta pemberian nilai terhadap tingkat penguasaan hasil belajar yang dicapainya. Maka dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses dimana evaluator menggunakan beragam informasi dari berbagai sumber untuk sampai pada nilai tertentu untuk melakukan justifikasi.

2. Tinjauan Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) a.Hakikat Sekolah

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan

mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Mulyasa (2002:142-145) berpendapat:

(34)

dasar. Sementara orang tua peserta didik merupakan pemberi pendidikan pertama dan utama yang besar pengaruhnya terhadap pembinaan dan pengembangan pribadi peserta didik.

Sedangkan Sekolah menurut Jacob Breemer (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_%28institusi%29) adalah “Suatu lembaga formal yang menyelenggaraka kegiatan belajar mengajar pada ruang dan menggunakan media yang disajikan oleh guru sebagai pemateri dan siswa sebagai obyek yang belajar.”

Menurut UU No.2 tahun 1989 pasal 11 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Jenis pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional”.

Kemudian pendidikan yang ditawarkan kepada masyarakat ada yang bersifat akademis dan ada yang mengutamakan keterampilan yang memudahkan lulusan yang memperoleh pekerjaan. Pendidikan yang bersifat akademis adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang menitikberatkan kepada keterampilan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Dan pada kajian teori ini akan dibahas tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Untuk pembahasan teori yang lebih mendalam dapat dilihat dari pembahasan teori dibawah ini.

b. Hakikat Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_kejuruan)

(35)

memiliki kemampuan mengadakan dan mengembangkan kemampuannya lebih lanjut dalam dunia kerja maupun untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Berdasarkan PP RI No. 29 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 yaitu : “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan

kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Dan dilanjutkan PP No. 73 Tahun 1991, Pasal 3 ayat 6 mengatakan bahwa : “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”.

Sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemuadian hari.

Berdasarkan keputusan Mendikbud RI No. 180/U/1993 tentang kurikulum SMK, tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan :

1) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

2) Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan sikap profesional.

3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

4) Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

Menurut M. Yusuf Tuloli (2006:76), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik antara lain:

1) SMK diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja.

2) SMK didasarkan atas “demand driven” atau kebutuhan dunia kerja.

3) Fokus isi SMK ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja.

4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada ”hands on” atau performa dalam dunia kerja.

(36)

6) SMK yang baik harus memiliki sifat responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi.

7) SMK seharusnya lebih menekankan pada “learning by doing” dan “hands on experience”.

8) SMK memerlukan fasilitas mutakhir untuk kegiatan praktik.

9) SMK memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dibandingkan SMA atau pendidikan umum lainnya.

Selain itu, Sekolah Menengah kejuruan juga memiliki ciri atau kekhususan yang berbeda dengan jalur pendidikan yang lain. Menurut Soekamto (2000:2), mengemukakan bahwa terdapat tujuh aspek yang menjadi ciri khas bagi Sekolah Menengah Kejuruan diantaranya adalah :

1) Orientasi Pendidikan

Orientasi pendidikannya adalah pada lulusan yang dihasilkan, yang disesuaikan dengan tujuan SMK yakni menghasilkan lulusan siap kerja. 2) Justifikasi untuk eksistensi

Justifikasi untuk eksistensi dimaksudkan adanya keterampilan yang dibekalkan di sekolah kepada siswanya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3) Fokus kurikulum

Kurikulum SMK yang diharapkan untuk dapat mengembangkan segala aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

4) Kriteria keberhasilan

Siswa SMK yang dapat dikatakan berhasil adalah bila siswa tersebut dapat memenuhi persyaratan kurikuler di sekolah dan juga memperoleh keberhasilan di dunia sesungguhnya.

5) Kepekaan

Pendidikan SMK memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan yang terjadi di sekelilingnya.

6) Perbekalan dan logistik

Pendidikan SMK banyak membutuhkan sarana dan prasarana untuk melancarkan program pendidikan.

7) Hubungan masyarakat

SMK harus mengadakan hubungan baik dengan masyarakat terutama institusi untuk bekerjasama.

(37)

1) Teknologi dan Rekayasa

Bidang studi teknologi dan rekayasa terdiri dari 18 (delapan belas) program studi keahlian, yang diurai lagi menjadi 66 (enam puluh enam) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang teknologi dan rekayasa antara lain konstruksi bangunan, survei pemetaan, ketenagalistrikan, permesinan, otomotif, penerbangan, perkapalan, pertekstilan, grafika, pertambangan, kimia, pelayaran, teknik perminyakan, elektronika.

2) Teknologi Informasi dan Komunikasi

Bidang studi teknologi informasi dan komunikasi terdiri dari 3 (tiga) program studi keahlian yang diurai menjadi 9 (sembilan) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerejaan di bidang telekomunikasi, komputer dan jaringan, multi media, broadcasting.

3) Kesehatan

Bidang studi kesehatan terdiri dari 2 (dua) program studi keahlian dan diuraikan menjadi 6 (enam) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerejaan di bidang kesehatan seperti keperawatan dan farmasi serta perawatan sosial.

4) Seni, Kerajinan dan Pariwisata

Bidang studi seni kerajinan dan pariwisata terdiri dari 7 (tujuh) program studi keahlian yang diurai menjadi 22 (dua puluh dua) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang seni kerajinan seperti seni rupa terapan, industri kerajinan, seni pertunjukkan, di bidang pariwisata seperti perhotelan, boga , busana dan kecantikan.

5) Agribisnis dan Agroteknologi

Bidang studi agribisnis dan agroteknologi terdiri dari 7 (tujuh) program studi keahlian yang diurai menjadi 13 (tiga belas) kompetensi keahlian yang orientasi programnya mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang pertanian, perikanan, peternakan, pengelolaan hasil pertanian, mekanisasi pertanian dan kehutanan.

6) Bisnis dan Manajemen

(38)

3. Tinjauan Tentang Sekolah Bertaraf Internasional a. Pengertian dan Konsep SBI

Berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 tentang “Pedoman penjaminan mutu Sekolah/Madrasah bertaraf internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah” bahwa dalam tahapan penyelenggaraan SBI dimulai pada fase rintisan terlebih dahulu, selanjutnya menuju fase kemandirian. Fase rintisan ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pengembangan kemampuan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan serta tahap konsolidasi. Dalam fase rintisan ini bentuk pembinaannya antara lain melalui sosialisasi tentang SBI, peningkatan kemampuan SDM sekolah, peningkatan manajemen, peningkatan sarana dan prasarana, serta pemberian dana block grant dalam bentuk sharing dengan pemerintah daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu tertentu. Dan diharapkan pada saatnya sekolah mampu secara mandiri menyelenggarakan SBI.

Sekolah dengan Standar Mutu Internasional atau SBI adalah Sekolah Nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki Kemampuan Daya Saing Internasional.

SMK-SBI adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dengan instrumental input (perangkat keras dan lunak), proses dan

outputnya memiliki standar tertentu yang diakui/setara dengan standar internasional, dengan memperhatikan potensi ungulan daerah. (http://groups.yahoo.com/group/dikmenjur/message/61367)

Pelaksanaan SBI didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3: “Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”

(39)

1). Pemerataan dan Perluasan Akses

2). Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing. Salah satunya pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/kota melalui kerja sama yang konsisten antara

Pemerintah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.

3). Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.

SBI dapat dirumuskan sebagai berikut: SBI = SNP + X. Dengan pengertian SNP adalah standar nasional pendidikan yang meliputi: standar kompetensi, lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik, dan tenaga kependidikan, standar sarana, dan prasarana, standar pembiayaan, standar pengelolaan, dan standar penilaian. Komponen X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik dalam negeri maupun luar negeri, yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional (Depdiknas, 2007:3).

Penyelenggaraan SBI didasari filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. (Kir Haryana, 2007:37)

Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk

mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ).

(40)

kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together,

and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan

praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya. (Kir Haryana, hal. 37-38)

Esensi lainnya dari konsepsi tentang SBI adalah adanya daya saing pada forum internasional terhadap komponen-komponen pendidikan seperti output pendidikan, proses penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki daya saing yang kuat dan tinggi. Masing-masing komponen tersebut harus memiliki keunggulan yang diakui secara internasional, yaitu berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Bukti bahwa telah diakui dan teruji secara internasional adalah dengan sertifikasi minimal berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD, negara maju lainnya atau lembaga yang relevan.

Menurut Kir haryana (2007:41) ada dua cara yang dapat dilakukan sekolah untuk memenuhi karakteristik (konsep) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu sekolah yang telah melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja minimal ditambah dengan (X) sebagai indikator kinerja kunci tambahan. Dua cara itu adalah:

1) Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

(41)

Visi SBI adalah terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional. Sedangkan Misi SBI adalah mewjudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Tujuan penyelenggaraan SBI adalah mengasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional

(Depdiknas, 2007:5).

b. Karakteristik Esensial Sekolah Bertaraf Internasional

Dalam pelaksanaan sekolah bertaraf internasional haruslah memenuhi indikator 8 karakteristik esensial jaminan mutu pendidikan betaraf internasional. Berdasarkan rumusan yang ditetapkan oleh direktorat menengah kejuruan, direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah, profil SMK

bertaraf Internasional mencakup komponen-komponen utama di sekolah seperti uraian berikut:

1) Kurikulum dan Proses Pembelajaran a) Kurikulum

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memberikan penekanan kurikulum sebagai suatu program dengan menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (Bab I, Pasal I butir 9).

Oemar Hamalik (2003:24-30) menyebutkan komponen-komponen kurikulum meliputi :

(1) Tujuan : setiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional

(2) Materi : merupakan isi dari kurikulum. Isi dari kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian pelajaran mencapai penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.,

(3) Metode : cara yang dipergunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam mencapai tujuan kurikulum yang dilaksanakan menurut prosedur tertentu.

(42)

(5) Evaluasi : berperan penting untuk memperoleh informasi akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa belajar karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Kurikulum SBI adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan dan strategi pembelajaran sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah pelaksana SBI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan kualitas kompetensi siswa. Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

Dalam Sekolah Bertaraf Internasional, kurikulum nasional yang dikembangkan sekolah dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). SBI menggunakan KTSP yang diperkaya agar memenuhi standar nasional pendidikan plus kurikulum internasional yang digali (adopsi dan adaptasi) dari berbagai sekolah mitra baik dalam maupun luar negeri, yang memiliki reputasi internasional. Selain itu juga menerapkan sistem satuan kredit semester dalam kurikulumnya.

Menurut Dirut Pembinaan SMK (2007), profil Kurikulum yang harus dikembangkan dan diterapkan di SMK pelaksana program SBI adalah sebagai berikut :

(1) Menggunakan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berlaku

(2) Program normative menggunakan kurikulum yang berlaku

(3) Program adaptif menggunakan kurikulum dan atau berdasarkan kesepakatan dengan mitra internasional sesuai dengan standar kompetensi masing-masing program keahlian.

(4) Program produktif menggunakan kurikulum dengan standar kompetensi internasional yang disepakati bersama dengan mitra internasional.

b) Proses pembelajaran

(43)

menunjukkan adanya interaksi antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana

Mutu setiap SBI harus dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses

pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kerja minimal, yaitu memenuhi standar proses.

Dalam Sekolah Bertaraf Internasional, menurut Kir Haryana (2007:45) proses pembelajaran harus memenuhi standar proses pembelajaran internasional. Antara lain:

(1) Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator

(2) Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.

(3) Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mapel

(4) Pembelajaran pada mata pelajaran sains, Matematika, dan teknologi/produktif dengan bahasa Inggris, kecuali mapel bahasa Indonesia.

. Pada konteks pembelajaran di SMK SBI baik dikelas maupun di laboratorium yang melibatkan banyak perangkat, peralatan, dan sumber belajar diperlukan suatu cara pengaturan tersendiri agar bisa memberikan situasi dan kondisi nyaman bagi siswa. Pada interaksi belajar mengajar guru juga harus menemukan cara menciptakan suasana belajar yang demokratis dan hubungan psikologis yang baik

(44)

Dari komponen–komponen kurikulum dan proses pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa Direktorat Pembinaan SMK telah menetapkan standar proses pembelajaran SBI adalah sebagai berikut:

(1) Bahan ajar minimal 4 mata diklat produktif menggunakan modul dengan bahasa Inggris. Setiap siswa memiliki dan menggunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran.

(2) Buku Pegangan, setiap siswa memiliki dan mengunakan satu paket modul untuk setiap pembelajaran. Setiap guru memiliki buku referensi sesuai dengan mata diklat yang diajarkan.

(3) Administrasi pengajaran setiap guru kelas harus mengunakan silabus dan Satuan Acara Pembelajaran untuk setiap mata diklat. Minimal 4 mata diklat produktif mengunakan bahasa Inggris. Adanya jadwal yang jelas dan telah disepakati oleh mitra internasional.

(4) Penilaian mengunakan berbasis kompetensi, memiliki kartu hasil studi, transkrip nilai

(5) Guru produktif harus bersertifikat asesor di bidangnya

(6) Pengujian sertifikat harus dilakukan oleh Mitra internasional dengan standar MI

2) Organisasi dan Manajemen Sekolah

SMK pelaksana program SBI wajib memiliki organisasi yang sehat. Dalam pengelolaan SBI harus dijamin dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah. Hal tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu memenuhi standar pengelolaan. Profil Organisasi SMK SBI menurut Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah adalah :

a) Memiliki Visi dan Misi sekolah. b) Memiliki rencana strategis

c) SMK SBI memiliki rencana tahunan / RAPBS yang merupakan rencana tindakan (action plan)

Selain itu menurut Kir Haryana (2007:45) SBI juga harus memenuhi standar pengelolaan yang diwujudkan dalam:

a) Sekolah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000

b) Merupakan sekolah multi kultural

(45)

d) Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual, dan lain-lain

e) Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah

Sistem manajemen di SMK SBI memiliki rumusan sistem dan telah melaksaanakan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dan terkomputerisasi dan memiliki pangkalan data (database) yang meliputi: kesiswaan, kepegawaian, sarana prasarana, perpustakaan, dan website sekolah serta semua komputer yang telah terhubung suatu sistem jaringan lokal (internet).

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang pelaksanaan pendidikan yang bertaraf intenasional. SMK SBI harus memiliki beberapa bangunan sebagai sarana prasarana pendidikan di sekolah yang memenuhi standar internasional yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Serta berbagai media ICT yang berfungsi sebagai media dalam proses pembelajaran. Ruang teori dengan luasan 63 m2, sesuai dengan jumlah kelompok belajar dan menerapkan kelas berjalan (moving class). Sekolah memiliki ruang praktek kelas, jumlah dan luasnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian. Setiap ruang kelas dilengkapi sarana

(46)

4) Tenaga Pendidik

Setiap SBI harus dijamin dengan guru yang menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya. Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas professional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran serta melakukan pembimbingan dan pelatihan.

Menurut Hermana Soemantri (2007), penjaminan mutu tenaga pendidik SBI ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK b) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika dan inti

kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris c) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi

yang program studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.

Pada SMK SBI guru mata diklat normative dan adpatif minimal berpendidikan S1 atau D4, pendidikanya sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi yang sesuai di bidangnya, mampu berbahasa Inggris aktif dengan skor TOEIC (Test of English in Convesation) untuk guru bahasa Inggris minimal 600, guru adaptif 400, guru normatif 300. Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A.

Guru mata Diklat produktif, tingkat pendidikan minimal S1 atau D4 sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, memiliki sertifikasi sesuai di bidangnya, mampu berbahsa Inggris aktif dengan skor TOEIC minimal 550, mempu mengoperasikan komputer, mampu men-download maple dari internet. Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.

(47)

manajerial dan kepemimpinan yang dibuktikan dengan telent acounting atau yang sejenis, mampu berbahasa Inggris aktif dengan skor TOEIC minimal 500, mampu mengoperasikan komputer, mampu merumuskan rencana strategi dan program pengembangan ICT sekolah.

5) Standar Anak Didik

Kualitas standar anak didik di SMK SBI perlu diperhatikan sejak awal masuk, pembinaan selama proses sampai dengan siswa tersebut tamat. Menurut Kir Haryana (2007:44) bahwa

Siswa baru SBI di seleksi secara ketat mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian dan kesehatan fisik. Seleksi penerimaan siswa baru juga harus memenuhi persyaratan akademik dan non akademik. Persyaratan akademik meliputi nilai Bahasa Inggris 7,0 bahasa Indonesia 7,0 dan nilai matematika 7,0. sedangkan persyaratan non akademik mengacu pada sekolah atau dunia industri yang berskala internasional antara lain : psikotes, tes matematik, tes bahas Inggris, tidak buta warna dan bebas narkoba.

6) Lingkungan sekolah dan masyarakat

Pada lingkungan sekolah terdiri dari 2 macam yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari gedung, halaman sekolah, taman sekolah, dan kebun sekolah. Lingkungan non fisik diwarnai oleh kualitas interaksi warga sekolah. Kerjasama saling menghormati, bersikap sopan, ramah dan toleran perlu dikembangkan di sekolah

Penyelengaraan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab pemerintah, orang tua dan masyarakat secara bersama-sama. Kebersamaan itu diwujudkan dengan adanya partisipasi sesuai dengan porsinya masing-masing. Peran serta masyarakat di sekolah biasanya disalurkan dan difasilitasi oleh komite sekolah atau dewan sekolah.

Menurut Dirut Pembinaan SMK (2007) bahwa:

Gambar

Gambar II.1 Skema Kerangka Pemikiran
Gambar III.1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir

Referensi

Dokumen terkait

Peserta/Penyedia yang tidak dapat melakukan pembuktian kualifikasi serta tidak dapat menunjukkan dokumen asli beserta salinannya atau ketidaksesuaian dokumen asli

Apabila sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan tetap menurut sebuah garis lurus, maka resultante dari gaya seluruhnya yang bekerja pada benda itu adalah

Abstract : the objectives of this study were to find out the consumers’ perceptions and attitudes toward two brands of automatic motorcycle products, namely Yamaha Mio and Honda

[r]

Based on the fact found in the result and dis- cussion, there are several conclusions can be made regarding the objective of the research; (1) Both configuration method of

Syarat- syaratnya adalah: Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual dan pembeli, pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan teremahannya (Bandung: CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2013), h.113.. yang lebih mendalam tentang materi-materi yang ada didalam

Wacana-wacana besar terkait jamu antara lain wacana institusi, wacana medis, wacana ekonomi politik dan wacana kultural/ historis yang pada umumnya dikonstruksi oleh