DAFTAR PUSTAKA BUKU
Baso, Ahmad. Civil Society Versus Masyarakat Madani.Bandung : Pustaka
Hidayah.1999
Bedlington, Stainley S. Proses Politik di Malaysia dalam Perbandingan Sistem
Politik. Yogyakarta: Gajah mada University Press. 2001.
Chadwick, Bruce A,dkk. Social Science Research Methods. Terj. Sulistia, dkk.
Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang : IKIP Semarang Press. 1991
Culla, Adi Suryadi. Masyarakat madani : Pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan
cita-cita Reformasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1999.
Esposito, John L. dan John O.Voll. Demokrasi di Negara-Negara Muslim. Bandung :
Mizan. 1999.
Harahap, Syahrin. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta dan Medan :
Istiqamah Mulya Press. 2006.
Heri, Zulfan. Suara Reformasi dari Negeri Jiran. Pekan Baru : UNRI Press:2001.
Ibrahim,Anwar. Renaissans Asia, Gelombang Reformasi di Ambang Alaf Baru.
Bandung: Mizan. 1998.
Manan, Munafrizal. Gerakan Rakyat Melawan Elite. Yogyakarta: Resist Book.2005 Mas’oed, Mochtar dan Colin Mac Andrews. Perbandingan Sistem Politik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2001.
Nata, Abuddin . Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2000.
Prasetyo, Hendro .dkk. Islam dan Civil Society, pandangan muslim Indonesia.
Rahardjo,M. Dawam Masyarakat Madani,Agama,Kelas Menengah dan Perubahan
Sosial. Jakarta : LP3ES. 1999.
Salleh bin Abas, Dato’ Mohammad. Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di
Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1968.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial,Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, tata langkah
dan teknik-teknik teorisasi data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003 Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2001
Taufik, Ahmad,dkk. Metodologi Studi Islam, Suatu Tinjauan Perkembangan Islam
Menuju Tradisi Islam baru. Malang: Bayu Media Publishing. 2004 Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta : Prenada Media. 2003.
Tim MAULA (Ed). Jika Rakyat Berkuasa : Upaya Membangun Masyarakat Madani
dalam Kultur Feodal. Bandung : Pustaka Hidayah. 1999
Usman, Husani dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : Bumi Aksara.
2004.
TESIS
Warjio. Perjuangan Ideologi Islam Dua Parti Politik: Kajian Kes Masyumi
JURNAL
Warjio. Hubungan Pemilu,Kerusuhan Etnik dan Partai Islam: Studi Kasus Partai
Islam seMalaysia. Dalam Politea. Jurnal Ilmu Politik.Medan : Jurusan Ilmu Politik FISIP USU. 2005.
INTERNET
Ghazali, Mohd. Rumaizuddin. Malaysia Demokrasi Islam? Pengamalan Demokrasi
di Malaysia. http://www.abim.org.my/madani/content/view/130/2/ Diakses pada tanggal 26 Februari 2008/
Hamdan, Mohd. Rizal. Aplikasi Politik Islam di Malaysia : Halangan dan Cabaran.
http://www. Khairuummah. Com/index.php?option=com_content &
task=view &id=197&itemid=iod. Rabu, 2 May 2007
Hadi, Syamsul. Makna Kebebasan Anwar Ibrahim.
http://www2.kompas.com/kompascetak/0409/04/opini/1248240.htm.
Hamiwanto,Saiful,dan M,Ali Said JSD. Masyarakat Madani, Mimpi Lama, Judul
Baru. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html. diakses pada tanggal 25 Februari 2008
Harian Online. Masyarakat Madani modern: dimana Permulaannya?.
http://161.139.39.251/akhbar/islam/1996/bh96927.htm. diakses pada
tanggal 25 Februari 2008.
Hamiwanto, Saiful,dan M,Ali Said JSD. Op Cit.. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html.
Halimah, Siti. Membentuk Masyarkat Madani yang Demokratis,Harmonis dan
http://jariksumut.wordpress.com/2007/08/31/membentuk-masyarakat-madani-yang -demokratis-harmonis-dan-partisipatif/ tanggal
31 Agustus 2007
Ibrahim, Anwar. Masyarakat Madani vs masyarakat Sivil. http://syaitan. Wordpres.
Com/2007/05/21/anwar-ibrahim-masy-madani-vs-masy-sivil/. 21 May
2007
Ibrahim,Anwar from Wikipedia. http:/en.wikipedia.org/wiki/Anwar Ibrahim. 2
September 1998
Latif, Yudi dan Edwin Arifin. Anwar Ibrahim: Insan Universalis. http://koran
tempo.com/korantempo/2004/12/05/Ide/krn,20041205,56.id.html
Putra, Rusdy Setiawan Masyarakat Madani, Barat, dan Islam.
http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=Opini&rbk=&id
=29623. Senin, 7 Januari 2008. Diakses pada 13 Januari 2008
Wiki pedia. Anwar Ibrahim. http :/ ms.wikipedia. org/wiki/Anwar_Ibrahim
Mahusin,Baharom. Kisah Luka Politik. http://arkib_terpilih .tripod.com/petikan5.htm.
18 Februari 2008
Miharbi, Surdi .Anwar Ibrahim. http://members.tripod.com/SurdiMiharbi/anwr2.html
Rahman, Nazim Abdul. Anwar dan Masa Depan Malaysia.
http://www.malaysia.net/lists/sangkancil/19999-07/msg00940.html
Rosyadi, Imron. KAMMI,Masyarakat Madani dan Agenda-agenda Gerakan
Mahasiswa.http://www.kammi.or.id/last/lihat.php?d=materi&do=view&i d=44. 1 Maret 2003. Diakses pada tanggal 25 Februari 2008.
Rustam. Parti Keadilan Rakyat : Kesinambungan Perjuangan Rakyat.
http://lokakarya-rustam.blogspot.com/2007/04/parti-keadilan
Sahrasad, Herdi. Karena Anwar Ibrahim atau Gesekan Politik Etnis.
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail c&id=326669
Suito, Deny. Membangun Masyarakat Madani.
BAB III ANALISIS DATA
3.1Pemikiran Politik Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani Kemunculan masyarakat madani sebagai satu konsep masyarakat sipil
berlandaskan Islam memberi harapan ke arah mewujudkan satu masyarakat sipil yang
selaras dengan ajaran Islam berdasarkan hubungan manusia dengan pencipta (Hablun
min Allah) dan hubungan dengan masyarakat (hablun min nas). Menjadi tonggak
masyarakat madani adalah ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW melalui hadist-hadist yang menyeru umat Islam untuk berinteraksi secara positif dengan
manusia lain dan menjalankan kerja-kerja sosial untuk meningkatkan keadilan sosial
yang memberi manfaat kepada semua.83
Konsep masyarakat madani yang dicetuskan oleh Anwar Ibrahim adalah suatu
konsep masyarakat ideal yang diharapkan mampu menghadirkan pemahaman dan
pelaksanaan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat, dari hal yang paling kecil sampai ke hal yang paling besar. Anwar
Ibrahim mengharapkan masyarakat Malaysia yang terdiri dari mayoritas etnik Melayu
dan identik dengan Islam untuk menjadi sebuah masyarakat yang bertamaddun.
Di Malaysia, yang diikuti di Indonesia,istilah masyarakat madani adalah
terjemahan dari civil society merujuk pada suatu konsep yang bermula dari orator
Yunani Kuno, Cicero (106-43 SM). Dalam gambaran pemikir Yunani itu, apa yang
disebutnya civilis societas,adalah suatu komunitas politik yang beradab, termasuk
masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri. Tapi yang menjadi titik berat
dari konsep Cicero adalah konsepnya tentang civility atau kewargaan di satu
pihak,dan urbanity yakni budaya kota di lain pihak. Kota, dalam pengertian itu,bukan
83
hanya sekedar sebuah konsentrasi penduduk,melainkan juga pusat peradaban dan
kebudayaan, selain tentunya pusat pemerintahan,yakni pemerintahan pusat dan
daerah. Dengan melihat arkeologi istilah ilmiah tersebut, terjemahan masyarakat
madani untuk civil society adalah kebetulan dan tepat. Dalam persfektif
Islam,masyarakat madani lebih mengacu kepada penciptaan peradaban.84
Untuk mengetahui lebih jelas Anwar Ibrahim mengungkapkan tentang
pengertian masyarakat madani dalam sebuah tulisannya yang diberi judul
Perbandingan Masyarakat Sipil dan Masyarakat Madani. Masyarakat madani dapat didefenisikan sebagai sebuah masyarakat yang mengamalkan budaya hidup murni
berdasarkan keadilan, keihsanan dan kebenaran dalam semua aspek kehidupan seperti
sosio budaya,ekonomi dan politik. Masyarakat madani adalah masyarakat yang
menghormati hak-hak asasi manusia dan demokrasi yang berdasarkan kepada
kehidupan beragama, berakhlak dan keutamaan menunaikan tanggung jawab individu
dan masyarakat dalam memelihara serta mempertahankan kesejahteraan dan
keamanan berlandaskan undang-undang.
Masih dalam tulisannya, Anwar Ibrahim mengungkapkan bahwa masyarakat
madani juga sebuah masyarakat yang memberi keutamaan kepada keperluan asas,
dinamika budaya, kecerdasan dan perkembangan ekonomi,menjunjung tinggi
perkembangan serta penghayatan ilmu, pembentukan pribadi mulia, kaya dengan daya
cipta yang kreatif dan inovatif.
Konsep masyarakat madani meletakkan kedaulatan rakyat dalam demokrasi
sewajarnya di hormati tetapi tidak bertentangan dengan kedaulatan suci dan murni
yang berasal dari Allah SWT.
84
Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani adalah konsep masyarakat sipil
yang terbebas dari acuan dan pengalaman demokrasi Barat. Masyarakat madani
dilandaskan pada prinsip akhlak dan pemerintahan berdasarkan hukum agama
bukannya tindakan yang lahir dari nafsu manusia semata-mata. Masyarakat madani
penuh dengan usaha penyuburan semangat kebebasan, kemerdekaan diri dan
mengembalikan nilai keperimanusiaan. Dengan itu, dapat dikatakan bahwa
masyarakat madani mempunyai perbedaan asas dengan gagasan yang diungkapkan
oleh pemikir Barat. Penduduk Asia khususnya Malaysia mempunyai pandangan
berbeda terutama melihat agama bukan sekedar persoalan pribadi tetapi mempunyai
peranan besar dalam masyarakat dan memberi tunjuk arah moral dalam dunia politik
dan ekonomi.
Masyarakat madani pertama kali di perkenalkan oleh Anwar Ibrahim pada saat
acara festival Istiqlal di Jakarta tanggal 26 September 1995. Ketika itulah kalimat
masyarakat madani diperkenalkan. Dalam festival itu Anwar Ibrahim menyampaikan pidato kebudayaannya yang berjudul ”Islam dan Pembentukan Masyarakat Madani”.
Dalam pidatonya Anwar mengatakan bahwa Islam lah yang memperkenalkan
pada kita cita-cita keadilan sosial dan pembentukan masyarakat madani yaitu civil
society yang bersifat demokratis. Menurut kajian Anwar, kedatangan Islam bukan
sekedar membentuk pandangan hidup baru yang mengutamakan peranan akal dan
pemikiran rasional, namun juga mencakup revolusi ruhaniah dan akliah yang juga
kemudian menggerakkan transformasi sosial, yaitu secara berangsur-angsur
meletakkan asas susunan baru kemasyarakatan dan urusan kenegaraan yang
mementingkan kemuliaan derajat insan.85
85
Anwar mengartikan masyarakat madani sebagai sistem sosial yang subur yang
diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
perseorangan dengan kestabilan masyarakat. Pelaksanaannya antara lain berupa
pelaksanaan pemerintahan yang tunduk pada undang-undang dan terselenggaranya
sistem yang transparan.
Dalam festival itu juga Anwar menawarkan lima perkara penting yang perlu
diwujudkan untuk menegakkan masyarakat madani umat Islam di rantau ini. Kelima
perkara itu adalah order politik yang stabil dan demokratik, keadilan sosial,
kesejahteraan rakyat, menegakkan prinsip perlembagaan, dan merangsang kehidupan
akliah. 86
Kemudian konsep masyarakat madani ini dikukuhkan kembali dalam acara di
Konvesi Masyarakat Madani di Malaysia. Masyarakat madani adalah satu sistem
sosial yang subur yang berasaskan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perseorangan dengan kestabilan masyarakat,keadilan dan keihsanan.
Disamping itu, masyarakat madani adalah masyarakat yang mendorong daya usaha
serta inisiatif individu dari segi pemikiran, seni, ekonomi, teknologi,dan mempunyai
sistem sosial yang cakap dan seksama serta pemerintahan mengikuti undang-undang. Anwar mengenalkan masyarakat madani sebagai ”perantara sosial antara
keluarga dan negara”, dan berada dalam naungan kerangka etika religius. Tradisi moral dan religius memegang peranan penting karena ”orang Asia pada dasarnya
adalah persona religiosus”. Praktek agama dan keimanan tidak terbatas melulu pada
individu, ia merasuki seluruh tubuh kehidupan masyarakat.87
86
Harian Online. Masyarakat Madani modern: dimana Permulaannya?. http://161.139.39.251/akhbar/islam/1996/bh96927.htm. diakses pada tanggal 25 Februari 2008.
87
Anwar yakin masyarakat madani yang mendukung Nahdah Asia bisa lahir di
tempat etika dan moralitas menjadi bagian dari perikehidupan masyarakat itu sendiri,
tempat masyarakat sudah terbiasa dengan kehidupan yang menu ntut pluralisme,
toleransi dan kerukunan: sebuah kawasan berwawasan global tapi menjunjung tradisi,
religius dan berdemokrasi.88 Rumpun Melayu tinggal di komunitas yang beragam dimana Islam, Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, hidup berdampingan.
Kerukunan itu mensyaratkan saling menghormati, toleransi, serta moderat dan
pragmatis dalam tingkah laku kehidupan. Karena itu, bagi Anwar, moderasi dan pragmatisme dalam Islam, dengan berpegangan pada hadist ”jalan tengah adalah yang terbaik”, menjadi perlu. Sebab, justru melalui itulah Islam bisa merealisasikan
idealisme sosialnya seperti keadilan, pemerataan, dan kemerdekaan.89
Muslim Melayu menjadi berbeda dengan rekannya yang lain, karena mereka lebih mementingkan isi daripada format, memilih ”memajukan ekonomi dan
mengentaskan kemiskinan daripada memotong tangan pencuri” atau ”meningkatkan
kesejahteraan perempuan dan anak daripada berhari-hari membahas tentang negara Islam”. Keislaman mereka tidak berkurang semata karena mereka berusaha
meningkatkan kesejahteraan, menguasai revolusi informasi dan menuntut keadilan bagi perempuan. Keimanan juga bukan dibuktikan dengan ”menyisipkan ketakutan ke
warga beragama lain”. Dan perbedaan yang timbul dalam masyarakat serumpun ini
bukan merupakan kendala, tapi toleransi, pengertian,dan saling menghormati. Muslim
Melayu kini adalah bagian dari kebangkitan Asia baru, yang sudah diperkaya dengan
sains dan teknologi dan institusi politik dan sipil modern. Sebuah rumpun yang tidak
lagi meributkan perbedaan remeh antara Barat dan Timur atau Barat dengan Islam,
88
Ibid., 89
tapi satu masyarakat berkepribadian yang menolak binari peradaban sambil tetap
memegang teguh martabat dan identitasnya.
Karena itu, Anwar dengan contoh Melayunya bisa menangkis pesimisme
Huntington (1970) yang melihat bahwa masyarakat madani di dunia Islam lebih
banyak didominasi oleh sentimen anti-Barat dan karena itu menjadi bertentangan
dengan demokrasi. Melayu yang toleran dan terbiasa dengan pluralisme juga
membantah pesimisme Gellner (1981) bahwa ummah adalah komunitas ideologis
tanpa menyisakan ruang bagi pluralisme.90
Masyarakat madani sesungguhnya dapat berjalan bergandengan dengan
demokrasi, karena masyarakat madani adalah masyarakat yang mementingkan
musyawarah. Namun, kedaulatan atas rakyat dalam demokrasi tidak boleh melebihi
kedaulatan tuhan. Karena kedaulatan tuhan berada di atas segala-galanya.
3.1.2 Perkembangan Masyarakat Madani
Konsep masyarakat madani, atau dalam terminologi Barat disebut dengan civil
society, telah muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di Eropa melaui pemikiran
John Locke (abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abad ke-19). Sebagai sebuah konsep,
masyarakat sipil berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya
dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (negara). Dalam tradisi Eropa abad
ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara, yakni suatu
kelompok atau kekuatan yang mendominasi kelompok lain. Barulah pada paruh kedua
abad ke-18, terminologi ini mengalami pergeseran makna. Negara dan masyarakat
madani kemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang berbeda. 91
90
Ibid., 91
Bahkan kemudian Kant menempatkan civil society dengan negara dalam
kedudukan yang berlawanan, yang kemudian dikembangkan oleh Hegel. Melalui
Hegel, civil society terpilahkan secara sempurna dari negara, bahkan sebagai entitas
yang berlawanan saling menegaskan. Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil society ini adalah Adam Ferguson dalam bukunya ”Sebuah Essai tentang Masyarakat Sipil (An Essay on The Civil Society)”, terbit tahun 1773 di Skotlandia.92
Adi Suryadi Culla menginventarisasi ada empat perspektif utama yang
mempengaruhi wacana civil society khususnya dalam hubungan eksistensialnya
dengan negara . Pertama, civil society dan negara adalah dua entitas terpisah yang
berhadapan secara diametral. Pendekatan ini memunculkan pemahaman timbal balik
bahwa negara yang kuat akan melemahkan civil society dan sebaliknya sehingga
akhirnya menghasilkan dua kutub baru: perspektif negara mengungguli masyarakat
(Hegel dan Karl Marx) dan perspektif kemandirian civil society atas negara (John
Stuart Mill dan Alexis de Tocqueville). Pendekatan ini dapat membaca fenomena
dunia ketiga dimana negara yang superior dan tidak demokratis membunuh
tumbuhnya potensi civil society.
Kedua, civil society dan negara adalah dua entitas yang secara rasional dan
institusional tidak terpisah, dan keduanya merupakan istilah yang dapat dipertukarkan.
Perspektif ini mendasarkan pada prasyarat integrasi negara dan civil society dalam
sistem hukum yang demokratis, dengan tidak adanya penindasan negara terhadap civil
society dan tidak adanya penentangan negara oleh civil society.
Ketiga, civil society dan negara sebagai entitas yang tidak berhadapan secara
vis a vis, pada masing-masing memiliki konflik pada subentitasnya. Berdasar
92
perspektif ini, negara dan civil society masih terpisahkan dengan masing-masing
memiliki elemen-elemen prodemokrasi maupun antidemokrasi.
Keempat, civil society adalah entitas yang terpisah dengan tiga entitas lain yaitu
negara, masyarakat politik (political society), dan masyarakat ekonomi (economic
society). Perspektif ini menggambarkan bahwa interaksi terjadi antara banyak aktor
selain civil society dan negara yaitu masyarakat politik dan masyarakat ekonomi.
Meskipun terdapat keragaman sudut pandang, konsep civil society dapat ditarik secara
generalisasi bahwa civil society adalah komunitas atau kelompok sosial politik
terorganisasi yang memiliki karakter kesukarelaan (voluntary), otonomi
(keswadayaan, self-supporting), kemandirian (keswasembadaan, self-generating), dan
mampu bersikap kritis (yaitu, tidak semata-mata berlawanan) terhadap entitas lain
baik pada negara, masyarakat ekonomi, masyarakat politik, termasuk civil society lain
yang tidak demokratis.93
Pada dataran konkritnya civil society adalah jejaring atau kelompok masyarakat
yang dapat mencakup rumah tangga, warga, LSM, gerakan mahasiswa, kelompok
budaya, serta organisasi sosial dan keagamaan.
Sebahagian besar sarjana Islam cenderung mengaitkan perkembangan
masyarakat madani dengan pembentukan masyarakat beradab di Madinah. Ibnu
Taimiyah dalam kajiannya mengutarakan bahwa negara dalam Islam sebagai sebuah sarana untuk menegakkan hukum syariat dengan mengatakan “Semua hukum atau
keputusan hukum telah disampaikan Nabi kepada Ummat, maka tidak perlu lagi
mereka menyandarkan diri kepada Imam karena Imam hanyalah pelaksana segala ketetapan dari Nabi saw”. Hukum Islam bersumber dari tiga hal: Al Qur’an, Sunnah Nabi, dan Ijtihad ‘Ulama (berupa ijma’ dan qiyas) berdasar dua sumber sebelumnya.
93
Dalam konsep kekuasaan, Ibnu Taimiyah menyandarkan sumber kekuasaan
adalah Allah swt, sedangkan manusia berperan sebagai khalifah di muka bumi,
sehingga kekuasaan manusia berada dalam tanggungjawab untuk memenuhi
kehendak-Nya . Sehingga sesuai QS 4:59, ketaatan kepada penguasa (ulil amri)
dilandaskan pada ketaatan penguasa terhadap hukum Allah. Ia menyatakan ulil amri terdiri atas ulama yang berfungsi mengemban tugas menafsirkan hukum syari’at dan
merumuskan ketentuan keadilan, dan umara yang bertugas menegakkan berlakunya
hukum Allah dan mempertahankan negara Islam . Oleh karena itu, kedaulatan negara dan kedaulatan rakyat tunduk pada supremasi syari’at (kedaulatan hukum – Allah).
Pada Islamlah, kekuasaan mayoritas dapat dibatasi, sehingga kedaulatan rakyat
bermakna hak rakyat untuk mengawasi pemerintahan untuk senantiasa berada dalam
batas-batas yang digariskan Syari’at.94 Ini yang diungkapkan oleh Anwar sebagai kedaulatan rakyat patut dihargai sewajarnya namun tidak bertentangan dengan
kedaulatan suci dan murni dari Allah SWT.
Senada dengan Ibnu Taimiyah, Yusuf Qaradhawi menunjukkan secara lebih
tegas bahwa daulah Islamiyah bukanlah negara teokrasi (daulah diniyah). Daulah
Islamiyah adalah daulah madaniyah (negara sipil) yang berkuasa atas nama Islam, berdasar proses bai’at dan syuro memilih pemimpin yang kuat (qawiy), dapat
dipercaya (amin), dapat diandalkan (hafidz) dan berpengetahuan (‘aliim) . Ia
membedakan teokrasi dan nomokrasi, dengan menunjukkan negara Islam sebagai
negara yang nomokrasi berdasar syari’at (daulah syar’iyah dusturiyah) . Prinsip dasar
yang dimiliki adalah ketundukan hukum positif pada hukum-hukum moral syari’at. Pada prakteknya dalam sejarah Islam awal, prinsip dasar tersebut menginspirasikan
dan mengimplementasikan prinsip-prinsip hukum modern seperti prinsip keadilan,
94
kesetaraan di hadapan hukum dan pengadilan, asas praduga tak bersalah (presumption
of innocence), dan prinsip hukum pada tindakan yang nampak. 95
Masyarakat Madinah yang menjadi rujukan konsep negara Islam memiliki
gagasan politik yang disebut sebagai syuro (musyawarah) yaitu ruang terbuka dimana siapapun berhak menyampaikan pendapatnya pada wilayah dimana syari’at tidak membatasi secara ketat (misalnya wilayah mu’amalah). Syuro melebihi demokrasi
dalam hal ketersediaan syari’at yang membatasi kekuasaan mayoritas yang memungkinkan tumbuhnya otoritarianisme yang berkedok demokrasi. Tetapi di sisi
lain, syuro punya irisan dengan demokrasi pada aspek substansi demokrasi, semangat
penentangan tirani, dan prinsip mayoritas. Dengan konsep syuro, negara dalam Islam
harus membuka ruang interaksi bagi masyarakat sebagai bagian dari mekanisme kontrol dan partisipasi politik sebagai bagian dari ibadah dan amar ma’ruf nahi
munkar .
Pada aspek politik ini, sosiolog agama Robert N. Bellah menyatakan bahwa
Islam terasa unik dibandingkan agama lain bukan semata karena ia tidak memisahkan antara politik dan agama, tetapi karena salah satunya adalah sifatnya “sangat modern”
dalam pandangan dan praktek politik kenegaraannya khususnya pada masa khulafaur
rasyidin.96
Negara dalam hubungannya dengan masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar meliputi tanggung jawab melindungi kaum mustadh’afiin, buruh yang tidak
terupahi dengan baik, kaum wanita dari penindasan, anak-anak sampai dia mandiri,
orang-orang tua. Negara juga bertanggung jawab mendistribusikan kemakmuran
melalui instrumen-instrumen seperti zakat, shadaqah, dan baitul maal, juga melalui
sistem ekonomi tanpa riba dan perlindungan hak-hak konsumen. Dengan itu negara
95
Ibid., 96
membentuk solidaritas sosial dan menegakkan keadilan dalam masyarakatnya, di
mana dengan itu masyarakat mendukung kuatnya negara untuk melaksanakan tugas
etisnya: penegakan hukum Allah di muka bumi.
Pola interaksi negara-masyarakat dalam Islam menunjukkan kesatuan yang tak
terpisahkan antara negara dan masyarakat dan menunjukkan kedua entitas itu dapat
dipertukarkan. Apabila merujuk pada kategorisasi Culla, ia mendekati perspektif
kedua yang lebih mudah menjelaskan hubungan integratif negara- civil society
modern. Masyarakat Madinah dengan ciri penjelasan di atas terbukti merupakan masyarakat par exellence yang ‘terlalu maju’ bagi jamannya.
Diakatakan Anwar bahwa masyarakat madani memang tidak bisa dipungkiri
bahwa ada perbedaan dari segi etntitas antara masyarakat sipil dari Barat dengan
masyarakat madani yang berdasarkan Islam. Konsep masyarakat sipil Barat
berteraskan sekulerisme yang mewujudkan pertentangan antara agama dengan negara
berbeda dengan masyarakat madani yang menumpukan pada perpaduan harmoni
antara pemerintah dan agama.
Menurut AS Hikam penggunaan masyarakat madani sebagai penerjemahan civil
society bukan hanya sekedar pengalihbahasaan saja, ia adalah suatu konsep yang
bersifat khusus dan ada perbedaan soal cakupan, masyarakat madani lebih merupakan
penggunaan paradigma yang bersifat partikularistik, khususnya Islam dengan
menggunakan momentum dimana kajian civil society sudah dilupakan.
Masyarakat madani yang diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim ini kemudian
dikembangkan oleh para tokoh pemikir Islam di Indonesia,seperti Nurcholis Madjid,
Dawam Rahardjo, AS Hikam,dan lain-lain. Di Indonesia, masyarakat madani dikenal
dengan nama masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat warga,civil society
Masyarakat madani di dasarkan pada masyarakat madinah dibawah pimpinan
nabi Muhammad SAW. Madinah, yang dahulunya bernama Yastrib. Sebelum
kedatangan Rasulullah SAW masyarakat madinah adalah masyarakat yang tidak
mengenal sopan santun, tidak beradab, saling bermusuhan,tidak ada toleransi antar
kaum, tidak ada permufakatan dan saling tindas menindas.
Masyarakat Madinah,yang oleh Nurcholis Madjid dijadikan tipologi masyarakat
madani,merupakan masyarakat yang demokratis. Dalam arti bahwa hubungan antar
kelompok masyrakat, sebagaimana yang terdapat dalam poin-poin Piagam
Madinah,mencerminkan egalitarianisme (setiap kelompok mempunyai hak dan
kedudukan yang sama),penghormatan terhadap kelompok lain,kebijakan diambil
dengan melibatkan kemompok masyarakat (seperti penetapan strategi perang),dan
pelaku ketidakadilan,dari kelompok manapun,diganjar dengan hukuman yang
berlaku.97
Prinsip masyarakat madani dimulai sejak Rasulullah SAW melakukan hijrah
beserta para pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Hal tersebut terlihat dari tujuan
hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap
optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat yang madaniyyah
(beradab). Selang dua tahun pasca hijrah atau tepatnya 624 M, setelah Rasulullah
mempelajari karakteristik dan struktur masyarakat di Madinah yang cukup plural,
beliau kemudian melakukan beberapa perubahan sosial. Salah satu diantaranya adalah
mengikat perjanjian solidaritas untuk membangun dan mempertahankan sistem sosial
yang baru. Sebuah iktan perjanjian antara berbagai ras,suku,dan etnis seperti Bani
Qainuqa, Bani Auf, Bani al-Najjar dan lainnya yang beragama pada saat itu, juga
termasuk Yahudi dan Nasrani.
97
Perjanjian itu disebut dengan piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah). Dalam
dokumen itulah umat manusia pertama kali diperkenalkan dengan wawasan
kebebasan, terutama di bidang agama dan ekonomi, serta tanggung jawab politik dan
sosial, khususnya pertahanan secara bersama. Disebut Piagam Madinah atau
Konstitusi Madinah karena didalamnya memang terdapat pasal-pasal yang menjadi
hukum dasar sebuah negara,yakni negara kota yang kemudian disebut Madinah.
Perjanjian yang pasal satunya adalah kesepakatan membentuk satu umat di Madinah
itu adalah awal dari suatu proses. Ketika kepala-kepala suku yang sebenarnya
mengandung potensi konflik diantara sesamanya itu bersetuju untuk tunduk kepada
suatu kedaulatan tertentu yakni ummah dan menerima berbagai jenis perlindungan
yang disepakati dari kedaulatan itu.98
Melalui piagam Madinah itu tampak bahwa Rasulullah hendak menegakkan
sebuah konstitusi yang mampu dijadikan pijakan dasar bersama dalam konteks hidup
bersama. Titik balik peradaban yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada
gilirannya mengantarkan masyarakat Yatsrib menjadi masyarakat yang madaniyyah.
Sebuah masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai atau karakter yang adil,
egaliter, partisipatif, humanis, toleran dan demokratis. Masyarakat tersebut juga patuh
dan tunduk kepada kepatuhan (din) dan dinyatakan dalam supremasi hukum dan
peraturan. Atau dalam pandangan senada, Robert N Bellah,seorang sosiolog agama
berpendapat bahwa masyarakat Madinah saat itu sarat dengan nilai,
moral,maju,beradab,dan sangat menghargai nilai-nilai kemausiaan.
Konsep masyarakat madani di Madinah menjadi asas kepada satu kehidupan
bertamaddun dengan kombinasi elemen perundangan, penyertaan politik dari berbagai
kalangan rakyat dan kaum serta kesediaan memenuhi keperluan berbagai budaya.
98
Secara formal Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antara komponen
masyarakat. Pertama, antara sesama muslim,bahwa sesama muslim adalah satu
ummat walaupun mereka berbeda suku. Kedua,hubungan antara komunitas muslim
dengan non muslim didasarkan pada prinsip bertetangga yang baik,saling membantu
dalam mengahdapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya,saling
menasihati dan menghormati kebebasan beragama.
Secara umum, piagam Madinah mengatur kehidupan sosial penduduk Madinah
secara lebih luas. Ada dua nilai dasar yang tertuang dalam piagam Madinah,yang
menjadi dasar bagi pendirian sebuah negara Madinah kala itu. Pertama,prinsip kesederajatan dan keadilan (al musawwah wal ’adalah). Kedua, inklusifisme atau
keterbukaan. Kedua prinsip itu lalu dijabarkan dan ditanamkan dalam bentuk bebrapa nilai universal, seperti konsistensi (i’tidal),keseimbangan (tawazum),moderat
(tawasut) dan toleran (tasamuh).99
Oleh sebab itu,dalam negeri Madinah saat itu, walaupun penduduknya heterogen
(baik dalam arti agama, ras,suku dan golongan-golongan) kedudukannya
sama,masing-masing memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan melaksanakan
aktivitas dalam bidang sosial dan ekonomi. Setiap pihak mempunyai kebebasan yang
sama untuk membela Madinah tempat tinggal mereka.
Rasulullah SAW bisa membangun sebuah masyarakat yang modern ditengah
padang gersang dan di tengah lingkungan yang dicitrakan tak beradab itu karena
Rasulullah dapat melakukan reformasi dan tranformasi ke dalam (inner reformation
and transformation) pada individu yang berdimensi akidah,ibadah dan akhlak. Karena
itu, iman dan moralitas menjadi landasan Piagam Madinah.
99
Saiful Hamiwanto,dan M,Ali Said JSD. Op Cit.. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html.
Semua prinsip dan nilai diatas menjadi dasar semua aspek kehidupan, baik
politik, ekonomi dan hukum masa itu, sehingga masyarakat madani yang diidealkan
itu secara empiris pernah terwujud di muka bumi ini, bukan sekedar sebuah impian.
Perujukan masyarakat madinah sebagai kerangka acuan dalam membangun
tatanan masyarakat muslim modern merupakan keharusan. Dengan alasan,
masyarakat Madinah adalah umat terbaik yang dipandang Allah. Firman-Nya, ”Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh keapda yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,dan beriman kepada Allah.” (QS.Ali Imran
:110). Menurut Quraish Shihab,masyarakat muslim awal disebut umat terbaik karena
sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada
hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemungkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan,kaum Muslim awal menjadi ”khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan
dengan tuntunan Allah dan rasulNya.100
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan
pada peniruan struktur masyarakatnya,tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti,pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk ilahi,maupun persatuan yang kesatuan. Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi
mungkar yang direstui ilahi adalah dengan hikmah,nasehat,dan tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun ”masyarakat madani modern”,meneladani Nabi bukan
hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan
dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain,seperti menjaga persatuan umat
100
Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa
saja,tidak melakukan pemaksaan agama,dan sifat-sifat luhur lainnya. 101
Namun, kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah mungkin masyarakat
ideal itu akan hadir kembali di tengah-tengah kehidupan yang semakin modern ini dan
semakin meninggalkan akhlak dan moralitas yang sebenarnya menjadi sebuah
landasan terwujudnya masyarakat madani itu. Untuk menjalankan masyarakat madani
bukan hanya berusaha menjalankan apa yang dijalankan oleh masyarakat
madinah,tapi juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan
dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka
bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika
sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini,
maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
Anwar mengatakan bahwa masyarakat madani yang coba dicapai oleh rakyat di
negara-negara Islam khususnya mendapati masyarakat madani mempunyai konsep
yang lebih luas dan merangkumi suatu masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat
madani telah mempertimbangkan hubungan rakyat dengan pemerintah, rakyat
didalam kehidupan bermasyarakat dan aspirasi untuk mencapai tamadun yang
berasaskan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan yang murni bermula dari individu,
keluarga,masyarakat hingga kepada negara dan pemerintah. Masyarakat madani lebih
mengutamakan konsep musyawarah dan aspek kerjasama serta perdamaian dalam
mencapai masyarakat yang berfungsi sebagai masyarakat madani.
Dalam masyarakat madani bukan hanya hubungan antara sesama manusia atau
hubungan antara masyarakat dengan kelompok masyarakat lain dan juga bukan hanya
101
sekedar hubungan antara masyarakat dengan negara namun lebih kepada hubungan
manusia dengan tuhan,sehingga dapat menjadikan tujuan pembentukan masyarakat
lebih bermakna bukan hanya sekedar kepentingan individu semata-mata.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakteristik masyarakat madani
adalah pertama, Free Public Sphere (Kebebasan ruang publik) artinya adanya ruang
publik yang bebas sebagai sarana untuk menyampaikan/mengemukakan pendapat.
Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.
Kedua,demokrasi. Demokrasi merupakan satu entitas yang menjadi penegak
wacana masyarakat madani. Warga negara mempunyai kebebasan penuh untuk
menjalankan aktifitas kehidupan mereka termasuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Demokrasi berarti masyarakat dapat berlaku santun dengan
masyarakat di lingkunganny tanpa mempertimbangkan perbedaan suku,ras,agama
maupun golongan.
Ketiga, toleransi. Toleransi merupakan nilai yang dikembangkan masyarakat
madani dalam menghargai dan menghormati aktifitas orang lain dan juga menghargai
perbedaan pendapat.
Keempat, pluralisme. Pluralisme harus dipahami sebagai sebuah tata cara
kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan
sehari-hari. Pluralisme tidak tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan
menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, namun harus disertai dengan sikap
yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme sebagai bentuk positif dan
Kelima, keadilan sosial. Keadilan sosial merupakan keadilan yang menyebutkan
keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban tiap
warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
3.2Masyarakat Madani dan Demokrasi
Seharusnya difahami bahwa demokrasi mutlak adalah idealisme yang tidak
mungkin tercapai sepenuhnya. Bahkan demokrasi terkenal dengan sikap mengkhianati
janji. Berlakunya jurang antara demokrasi yang ideal sebagaimana difahami dengan
kenyataan yang berlaku dalam suasana demokrasi hari ini. Janji yang tidak ditunaikan
hari ini berbuntut dengan terwujudnya survival politik, kewujudan elitis politik,
kepentingan tertentu atas nama perwakilan rakyat, kurangnya penyertaan rakyat dan
kegagalan mendidik masyarakat tentang demokrasi dan hak mereka.
Banyak penganalisis yang menganggap Malaysia sebagai sebuah negara yang
tidak autoktratik tetapi tidak juga demokratik. Malaysia dikenal sebagai sebuah negara
demokrasi, namum ia juga mempunyai peraturan-peraturan drakonian yang
membatasi pembangkangan dan memberi kuasa yang sangat luas kepada eksekutif.
Keputusan pimpinan UMNO sebagai partai pemerintah dalam mempertahankan
pembatasan demokrasi yaitu: sensitivitas isu-isu etnik yang jika tidak dibatasi
perdebatan tentangnya akan merusak kestabilan sosial, keutamaan meningkatkan
taraf hidup rakyat,dan perlu disesuaikan demokrasi dengan pengalaman sejarah dan
suasana objektif tempatan.
Malaysia dibawah kepemimpinan Mahathir Mohammad menjadi sebuah negara
yang tidak membuka kran kebebasan pada rakyat. Mahathir tidak mengenal adanya
pembaharuan dalam politik dan juga demokratik. Malah Mahathir terkesan otoriter
dalam memerintah, tidak ada kebebasan media pers, jika ada pemimpin yang
segan-segan melakukan penangkapan dan penahanan terhadap para pemimpin tersebut,tanpa
ada pembuktian kesalahan. Kekuasaan polisi juga sangat besar dan penguasaan pada
sistem kehakiman.
Namun, menurut Mahathir pengamalan demokrasi di Malaysia mengikuti
acuannya sendiri. Walaupun beliau menjalankan demokrasi, namun dalam beberapa
hal beliau tidak setuju dan mengikuti demokrasi yang sesuai dengan Barat yang
memberi kebebasan mutlak seratus persen kepada rakyat untuk mengeluarkan
pendapat dan melakukan apa saja atas nama demokrasi.
Mahathir Mohamad dalam Konvesyen UMNO ulangtahun yang ke 50 (11 Mei
1996) menjelaskan :
“ ramai yang kononnya menerima demokrasi sebagai sistem politik tetapi kerana tidak
faham apa ianya demokrasi, mereka telah menjadi mangsa demokrasi tanpa sedikit pun
memperolehi manfaat. Harus diingat juga bahawa demokrasi bukan agama Tuhan. Demokrasi
adalah ciptaan manusia dan sudah tentu ia jauh daripada sempurna. Bangsa-bangsa Barat cuba
mendakwa bahawa demokrasi tidak cacat dan menanggapnya sebagai satu sistem yang tidak
siapa boleh mempertikaikan atau mengubahnya.Mereka menciptakan slogan Vox populi, vox
Dei iaitu suara ramai adalah suara Tuhan. Tetapi percayalah demokrasi bukan suara Tuhan dan
jauh daripada sempurna, bahkan ia penuh dengan kecacatan dan yang boleh membinasakan
pengamalnya dan menjadikan mereka mangsa kezaliman sistem demokrasi yang tidak kurang
buruknya daripada kezaliman sistem feudal atau pun sistem diktator.” 102
Bagi Mahathir, kejayaan sebuah negara bukan bergantung kepada sistem
demokrasi saja tetapi ide-ide, wawasan, perencanaan yang rapi dan pengolah yang
terbaik dalam melaksanakan pembangunan negara. Menurutnya, demokrasi harus
102
disesuaikan dan diselaraskan dengan keadaan setiap negara dan budayanya. Beliau istilahkan sebagai ‘Demokrasi Asia’, ‘Nilai Asia Baru’ atau ‘Demokrasi ala Malaysia’
yang mementingkan disiplin dan mendahulukan kepentingan rakyat sebagai kunci
untuk mencapai persatuan negara dan pertumbuhan ekonomi. Mahathir juga percaya
untuk membawa keutuhan sebuah negara memerlukan demokrasi dan
autoritariannisme secara beriringan.
Apapun pembahasan diatas, Malaysia dapat dikatakan sebagai contoh dari ”Demokrasi Islam” dengan syarat kelemahan-kelemahan dalam demokrasi diperbaiki
dengan nilai-nilai yang Islami. Salah satu contohnya adalah satu dari ciri demokrasi
adalah kedaulatan mutlak ada di tangan rakyat. Tentu ini sangat bertentangan dengan
Islam karena kedaulatan mutlak hanya berasal dari Allah SWT.
Masa depan demokrasi di Malaysia banyak bergantung kepada kekuatan
golongan islamis dalam mengawal aotoritarianisme dan demokrasi yang dijalankan
oleh pemerintahan agar ia serasi dengan nilai-nilai Islami. Oleh karena itu, dalam
mewujudkan landasan baru politik muslim dan demokrasi Islam maka timbal balik
antara golongan Islamis dan pemerintah sangat diperlukan dan kerjasama itu akan
menguntungkan rakyat. Pada tahun 1990an, PAS juga mengubah perhatian kepada
isu-isu keadilan sosial dan reformasi demokratik dalam paradigma Islamik untuk
dipersembahkan kepada rakyat sebagai alternatif yang lebih baik daripada UMNO
untuk memimpin Malaysia. PAS tidak lagi menggunakan pendekatan fiqih yang
simplistik tetapi ia sejalan dengan kumpulan protes yang lain untuk menyifatkan suasana politik setelah pemecatan Anwar sebagai ‘demokrasi sedang terancam’
malahan reformasi tahun 1998 berarak di jalan raya menuntut reformasi demokrasi
Sementara UMNO juga terus mengatur strategi untuk memastikan kerelevanan
partai itu menghadapi hambatan baru. Insiatif Islamisasi pemerintah pasti akan
berkelanjutan karena ia adalah partai pemerintah dan menyesuaikan diri dengan arus
tuntutan demokrasi yang lebih islami. Pertempuran kedua pihak tentang perjalanan
demokrasi menjanjikan kemungkinan terwujudnya sikap demokrasi Islami dalam
pratik politik muslim dengan asas norma sistem bersama yang autentik dari sudut
Islam dan demokrasi yang dapat diterima oleh masyarakat majemuk Malaysia.
Anwar Ibrahim yang ketika itu berkedudukan sebagai wakil perdana menteri dan
juga merangkap sebagai menteri keuangan telah mencetuskan suatu konsep
masyarakat madani untuk diterapkan di Malaysia sebagai sebuah negara dengan
mayoritas terdiri dari etnik Melayu dan identik dengan agama Islam.
Dalam bukunya ”Renaissans Asia”, Anwar membahas mengenai kebangkitan
Asia dan didalamnya juga tidak luput pembahasan mengenai masyarakat madani dan
demokrasi. Menurut Anwar wacana tentang masyarakat madani dan demokrasi
dipengaruhi oleh norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan moral yang terdapat dalam
kebudayaan Asia.
” Ringkasnya seperti yang ditulis oleh Alexis de Tocquiville, wacana itu adalah suatu
perdebatan yang dipengaruhi oleh ”adat-istiadat” keseluruhan kondisi intelektual dan moral, termasuk ”kebiasaan-kebiasaan hati” masyarakat yang keragaman agama, kebuadayaan dan etnisnya jauh melampaui keragaman sejenis yang terdapat di belahan dunia lain manapun.”103
Menurut Anwar Ibrahim, konsensus yang dianut di Asia adalah bahwa agar
masyarakat madani bisa berkembang, maka perekonomian harus kuat dan tangguh,
dan ini pada gilirannya juga tergantung kepada ketersediaan tatanan sosial dan politik
103
yang stabil. Meskipun benar jika dikatakan bahwa kebebasan dan demokrasi
mempunyai nilai-nilai intrinsik dan bahwa prinsip-prinsip dasarnya harus dipahami
dan diperjuangkan, namun prioritas-prioritas tetaplah harus secara tepat. Asia Timur
tidak mungkin mencapai kemajuan ekonomi yang mengesankan seperti yang dialami
sekarang tanpa adanya stabilitas. Kepedulian besar yang diberikan oleh orang-orang
Asia kepada pembangunan ekonomi harus sepenuhnya bisa dipahami. Kemiskinan
dan pendistribusian peluang ekonomi yang tidak adil merupakan sumber berbagai
kejahatan sosial. Hal itu melahirkan kekecewaan, frustasi, dan kemarahan,serta dapat
menghancurkan landasan pokok kehidupan masyarakat. Karena itu, kebebasan dan
demokrasi akan benar-benar dilecehkan bila diterapkan tanpa mempertimbangkan
pertumbuhan ekonomi dan upaya pemeliharaan tatanan sosial politik yang stabil.
Kini, ketika Asia merasa sudah mantap dengan stabilitas dan ketangguhan
ekonominya, sudah tiba saatnya memulai upaya-upaya baru untuk menemukan
kembali tatanan sosial dan politiknya. Perjuangan demi membangun demokrasi dan
masyarakat madani dewasa ini merupakan bagian integral dari rangkaian pergerakan
untuk mencapai kemerdekaan nasional dan penetuan nasib bangsa sendiri, yang
dimulai pada pertengahan abad ini. Dalam pencarian yang diperbarui itu, Asia
memamah kembali berbagai cita-cita dan nilai yang telah dikembangkan oleh para
filosofnya dimasa lalu dan diperjuangkan oleh tokoh-tokoh awal renaissansnya, para
penyair, pemikir dan negarawan, seperti Rabindranath Tagore, Muhammad Iqbal, Jose
Rizal, Sun Yat Sen, dan Mahatma Gandhi. Mereka membuktikan bahwa Asia dan
tradisi-tradisi Asia merupakan bagian dan paket dari sebuah dunia yang dibangun
berdasarkan martabat manusia, sebuah cita-cita luhur yang belum lama ini diklaim
sebagai milik eksklusif Barat.104
104
Dalam bukunya ini, Anwar menjelaskan beberapa hal yang harus dibangun
untuk membentuk sebuah masyarakat madani di Asia khususnya di Malaysia.
1. Maratabat Manusia
Penciptaan sebuah masyarakat madani di Asia akan berlangsung secara
bertahap, dan jalan ke arah itu penuh dengan tantangan. Yang terutama harus tetap di
perhatikan adalah penciptaan dan pemeliharaan tatanan sosial, yang tanpanya hanya
akan timbul kekacauan (Chaos). Dalam situasi semacam itu, kebebasan hanya akan
merupakan ilusi. Dalam sebuah rezim yang benar-benar demokratis, tatanan semacam
itu dicapai melalui penggunaan otoritas yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan
dengan menggunakan kekuasaan koersif negara. 105
Proposisi dasar yang mengarahkan demokrasi dan masyarakat madani adalah
gagasan mengenai martabat manusia. Gagasan itu memerlukan waktu lama untuk
berkembang. Demokrasi seharusnya tidak menjadi tujuan pada dirinya sendiri, tetapi
semata-mata alat untuk menjamin tegaknya pemerintahan yang manusiawi (humane
governance) pemulihan martabat manusia dan pemuasan kebutuhan akan keadilan.
Martabat manusia tidak akan dapat dicapai dalam kemiskinan, kesakitan,
ketercerabutan, kebutahurufan, dan kejahilan. Juga tidak akan martabat jika kaum
perempuan terus-menerus ditolak haknya untuk memperoleh status,peluang,dan upah
yang setara dengan mitra laki-laki mereka. Tidak akan ada keadilan jika individu
ditekan, ditindas dan hak-hak asasinya diabaikan dan dilanggar, serta ketika seluruh
penduduk terperangkap ke dalam perang dan saling bunuh tanpa arti. Ketika tatanan
dunia didominasi oleh sekelompok kecil manusia yang mendakwahkan demokrasi di
negeri mereka sendiri tetapi jelas-jelas mengabaikannya di luar negeri, ketika 85
persen kekayaan dunia dinikmati oleh hanya 20 persen penduduk dunia, itu hanya
105
menandakan satu hal: kita masih jauh dari cita-cita penegakan martabat atau keadilan.
Tujuan utama kita seharusnya tidak boleh kurang dari penegasan umum ini,
terciptanya sebuah masyarakat yang adil dna egaliter.106
Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani yang diimpikan oleh bangsa Asia
adalah sebuah masyarakat yang didasarkan atas prinsip-prinsip moral,ketika
pemerintahan dijalankan berdasarkan aturan hukum, bukan oleh angan-angan
manusia, ketika pertumbuhan organisasi-organisasi kewargaan disemai, bukan
ditekan, ketika perbedaan pendapat tidak dibungkam, dan ketika pencarian
keunggulan dan pengupayaan kebaikan menggantikan mediokritas dan filistinisme.
Oleh sebab itu, kita harus menemukan,menghidupkan,dan menyegarkan kembali
semangat kebebasan, individualisme,kemanusiaan,dan toleransi dalam jiwa kita.107 Kenyataan bahwa negara-negara Asia berbeda dalam tingkat perkembangan
ekonomi mereka hanya menunjukkan bahwa masing-masing negara akan menempuh
jalan mereka sendiri untuk sampai kepada demokrasi dan masyarakat madani.
Selanjutnya, hal itu juga akan dipengaruhi oleh keragaman kultural,sistem sosial, dan
pengalaman sejarah. Meskipun kita akui bahwa seluruh cita-cita kemanusiaan bersifat
universal, kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa keragaman kultural sangat
mempengaruhi jalannya proses sosial dan politik.
Akibatnya, visi Asia tentang masyarakat madani berbeda dalam satu hal
mendasar dari visi yang diartikulasikan oleh beberapa pemikir Barat, yang terutama
berasal dari filsafat sosial pencerahan. Yang lebih mendasar, pandangan dunia Asia
dan sumber daya intelektualnya akan mempengaruhi masyarakat madani menurut
arahnya sendiri. Salah satu yang paling penting diantaranya adalah konsep tentang
manusia sebagai makhluk moral yang memiliki dimensi transenden, yang dianugerahi
106
Ibid., Hal.49 107
tidak hanya hak-hak dasar yang tidak bisa diabaikan, melainkan juga
kewajiban-kewajiban yang tidak biasa diabaikan,kepada Tuhan,kepada keluarga,kepada sesama
manusia, dan kepada alam.108
2. Penghargaan akan Kehidupan
Bagi pemerintahan yang manusiawi, salah satu hal yang sangat mendasar adalah
bahwa kekuasaan ditanamkan dalam suatu otoritas yang ditentukan secara demokratis,
bukan ditangan seorang individu. Kekuasaan yang dipersonalkan adalah kekuasaan
yang dirampas dari tangan rakyat. Demokrasi bukanlah barang mewah yang tidak bisa
dijangkau oleh bangsa Asia. Sebaliknya, demokrasi adalah prasyarat utama bagi
pemrintahan yang etis dan bertanggung jawab. Seperti dikatakan oleh Reinhol d
Niebuhr, kemampuan manusia untuk mencapai keadilan memungkinkan
demokrasi,ttapi kecenderungan manusia terhadap ketidakadilan mengharuskan
demokrasi.109
Jika ditumbuhkan secara benar,demokrasi akan menjamin ketertiban dan
stabilitas. Karena demokrasi memungkinkan yang pada tempatnya untuk
dikemukakan, persoaln-persoalan kontroversial dapat diperdebatkan secara terbuka.
Demokrasi mencegah akumulasi kekuatan-kekuatan yang berbahaya dan
menghancurkan.
Upaya mengejar kemakmuran ekonomi bukanlah suatu alasan sebagai pembenar
dari tindakan mencabut hak-hak politik dan kewarganegaraan secara terus-menerus
dan terang-terangan. Pada kenyataannya, meningkatnya kekayaan seharusnya menjadi
kesempatan untuk memperluas kebebasan keseluruh bidang. Dan itulah
harapan-harapan dari sebuah masyarakat madani. Landasan moral yang diimpikan masyarakat
madani adalah mencakup harapan-harapan bahwa kebebasan dan hak-hak asasi
108
Ibid., Hal. 51 109
tertentu tidak boleh dilanggar dan tidak dapat dicabut kecuali melalui proses
hukum.110
Kenyataan bahwa demokrasi sering disalahgunakan yang mengakibatkan
timbulnya kekacauan dan kelumpuhan, sama sekali tidak berart bahwa kediktatoran
adalah solusinya. Sebaliknya, solusi terletak pada upaya pemurnian demokrasi dari
ekses-eksesnya, dan kekuasaan brutal massa di sisi lain. Jadi, demokrasi harus
disegarkan kembali dengan menanamkan ke dalamnya prinsip-prinsip etika dan
kebenaran moral yang berasal dari cita-cita peradaban dan warisan intelektual Asia.111 3. Pers di Asia
Pers di Asia mungkin adalah lembaga yang paling berpengaruh dalam
menetapkan agenda bagi kemajuan kearah demokrasi dan perwujudan masyarakat
madani. Apalagi di era informasi seperti sekarang ini. Masyarakat Asia berada pada
tahap perkembangan dimana mereka membutuhkan pers yang dinamis dan tangguh
untuk memberikan dorongan yang niscaya bagi kemajuan dan menjamin bahwa
mereka yang tengah berkuasa tidka mengkhianati harapan-harapan rakyat yang sah.
Media massa di Asia pada kenyataannya adalah pewaris tradisi jurnalisme yang selalu
berdiri di barisan terdepan dalam upaya-upaya Asia mencapai kebebasan dan
kemajuan. 112
Secara historis, jurnal-jurnal dan surat kabar-surat kabar di Asia telah menjadi
pemantik api antikolonialsime. Di era pasca kemerdekaan, mereka terlibat dalam
upaya pembangunan bangsa. Pada umumnya mereka berhasil. Namun
demikian,dalam menghadapi realitas-realitas baru di Asia, media massa di
masyarakat-masyarakat Asia harus mendefinisikan kembali peran mereka. Pers di
110
Ibid., Hal. 51 111
Ibid., Hal. 54 112
Asia harus menemukan jalan tengah antara kebebasan yang terbatas dan kepatuhan
yang menjilat.113
Dalam sebuah masyarakat madani model yang diimpikan adalah sebuah pers
bebas yang memiliki komitmen kepada cita-cita kemasyarakatan dan bertahannya
nilai-nilai tradisi Asia. Kebebasan tanpa komitmen akan membuat pers kehilangan
arah. Pers di Barat memang bebas, tetapi pers itu terombang-ambing tanpa tujuan
menyangkut keinginan akan komitmen semacam itu, yang juga mencerminkan
kondisi masyarakatnya sendiri. Alih-alih terjerembab ke dalam sensasionalisme,
kebencian, kebiasaan mencari-cari keburukan, dan menyebarkan permusuhan, pers di
Asia hendaknya berupaya mendorong energi masyarakat ke arah perwujudan cita-cita
yang didambakan,keadilan, kebajikan,dan kasih sayang.114
Nurcholis Madjid seorang pemikir muslim Indonesia yang cukup konsen
mengkaji masalah masyarakat madani dan mengembangkan konsep ini di
Indonesia,mengatakan bahwa untuk mewujudkan demokrasi dalam wadah yang
disebut dengan masyarakat madani ada beberapa hal yang menjadi pandangan hidup
yaitu:
1. Pentingnya Kesadaran kamajuan atau pluralisme
2. Berpegang teguh pada prinsip musyawarah
3. Menghindari bentuk-bentuk monolitisme dan absolutisme kekuasaan
4. Cara harus sesuai dengan tujuan sebagai lawan dari tujuan menghalalkan
segala cara
5. Meyakini dengan tulus bahwa kemufakatan merupakan hasil akhir dari
Musayawarah
113
Ibid., Hal. 55 114
6. Memiliki perencanaan yang matang dalam memenuhi basic needs yang
sesuai dengan cara-cara demokratis
7. Kerjasama dan sikap antar warga masyarakat yang saling mempercayai
itikad baik masing-masing
8. Pendidikan demokrasi yang lived ini dalam sistem pandidikan
9. Demokrasi merupakan proses trial and error yang akan menghantarkan pada
kedewasaan dan kematangan.115
Dalam Masyarakat madani,warga bekerjasama membangun ikatan
sosial,jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-govermental
untuk mencapai kebaikan bersama (public good) karena pada independensinya
terhadap negara (vis a vis the state). Dari sinilah kemudian masyarakat madani juga
dipahami sebagai sebuah tatanan kehidupan yang menginginkan kesejahteraan
hubungan antara warga negara dengan negara atas prinsip saling menghormati.
Masyarakat madani berkeinginan membangun hubungan yang konsultatif bukan
konfrontatif antara warga negara dengan negara.
Menurut Dawam Rahardjo,salah seorang pemikir muslim Indonesia juga,
hubungan antara masyarakat madani dan demokrasi bagaikan dua sisi mata uang,
keduanya bersifat ko-eksistensi. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah
demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah
masyarakat madani dapat berkembang dengan wajar.
Menyikapi keterkaitan antara masyarakat madani dengan demokratisasi ini,
Larry Diamond secara sistematis menyebutkan ada 6 (enam) konstitusi masyarakat
madani terhadap proses demokrasi. Pertama, ia menyediakan wacana sumber daya
politik,ekonomi,kebudayaan dan moral untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan
115
pejabat negara. Kedua,Pluralisme dalam masyarakat madani,bila diorganisir akan
menjadi dasar yang penting bagi persaingan demokratis. Ketiga,memperkaya
partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan. Keempat, ikut
menjaga stabilitas negara. Kelima, tempat menggembleng pimpinan politik.
Keenam,menghalangi dominasi rezim.116
Dalam masyarakat madani terdapat nilai-nilai yang universal tentang pluralisme
yang kemudian menghilangkan segala bentuk kecenderungan partikularisme dan
sektarianisme. Hal ini dalam proses demokrasi menjadi elemen yang sangat signifikan
yang mana masing-masing individu, etnis dan golongan mampu menghargai
kebhinekaan dan menghormati setiap kebutuhan yang diambil satu golongan atau
individu.
Selain itu, sebagai bagian dari strategi demokratisasi, masyarakat madani
memiliki persfektif sendiri dalam perjuangan demokrasi dan memiliki spektrum yang
luas dan berjangka penjang. Dalam persfektif masyarakat madani demokratisasi tidak
hanya dimaknai sebagai posisi diametral dan antitesa negara, melainkan bergantung
pada situasi dan kondisinya. Ada saatnya demokratisasi melalui masyarakat madani
harus garang dan keras terhadap pemerintah, namun ada saatnya juga masyarakat
madani juga harus ramah dan lunak.
Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan
alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai
hak asasi manusia. Hal ini diberlakukan ketika negara sebagai penguasa dan
pemerintah tidak bisa menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia dalam
menjalankan roda pemerintahannya. Disinilah kemudian, konsep masyrakat madani
menjadi alternatif pemecahan,dengan pemberdayaan dan pengembangan daya kontak
116
masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang pada dasarnya nanti
terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu merealisasikan dan menegakkan
konsep hidup yang demokratis dan emngahrgai hak-hak asasi manusia.
Sosok masyarakat madani bagaikan barang antik yang memiliki daya tarik amat
mempesona. Kehadirannya yang mampu menyemarakkan wacana politik
kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik, bukan dikarenakan kondisi
barangnya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan tersedianya momentum
kondusif bagi pengembangan masyarakat yang lebih baik.
3.3Relevansi Masyarakat Madani dengan Politik di Malaysia.
Hanya sedikit negeri Muslim di dunia ini yang telah melangkah begitu jauh
seperti Malaysia dalam upayanya memanfaatkan kekuasaan negara untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan Al Qur’an dan Hadis dalam kehidupan kaum muslim. Namun, lebih sedikit lagi negara Muslim yang kalah terkenal dari Malaysia.
Malaysia menyuguhkan suatu pengalaman Islami yang unik. Malaysia adalah
sebuah masyarakat multietnik dan multiagama tempat bangsa Melayu merupakan 45
persen dari seluruh penduduknya, namun mempunyai kekuatan politik dan budaya
yang dominan. Sisanya terdiri dari berbagai kelompok etnik dan keagamaan, dan yang
terbesar adalah komunitas Cina (35 Persen) dan India (10 Persen). Islam dan identitas
nasional serta politik Melayu telah lama saling berkelindan,seperti tercermin dalam
keyakinan umum bahwa orang Melayu mestilah beragama Islam.117
Suatu ciri khas dalam perkembangan politik Malaysia adalah peran Islam dalam
politik Malaysia. Malaysia merupakan federasi negara-negara bagian, sebuah
pemerintahan yang secara resmi bersifat pluralistis dengan Islam sebagai agama resmi
dan Islam serta kaum Muslim menikmati kedudukan istimewa. Meskipun partisipasi
117
partai-partai Islam dalam pemilihan umum dan kiprah mereka sebagai oposisi yang
sah merupakan fenomena yang relatif baru di kebanyakan negeri Muslim, selama
bertahun-tahun partai-partai politik itu telah bersaing dengan partai pemerintah
UMNO, juga bersaing satu sama lain,dalam proses politik.
Berkebalikan dengan beberapa sistem politik di Timur Tengah yang tidak
mengizinkan partai-partai politik Islam dan beberapa gerakan Islam kemudian
melakukan perlawanan dengan tindak kekerasan, dalam sistem Malaysia terdapat
sebuah partai penguasa yang dominan yang mengakui keberadaaan dan partisipasi
politik dari kelompok-kelompok Islam yang berperan sebagai pihak oposisi
nonkekerasan. Pengakuan dan integrasi kelompok-kelompok kebangkitan Islam
dalam proses demokrasi yang tengah berkembang ini terlihat tidak hanya melalui
kemampuan mereka untuk beroperasi di dalam sistem, tetapi juga lewat manuver
seorang aktivis Islam yang kharismatis,Anwar Ibrahim,dari posisinya sebagai pihak
oposisi hingga menjadi pihak pemerintah pada 1980-an dan bahkan pada 1994 dia
telah menjadi menteri keuangan dan deputi perdana menteri.118
Sejak periode paling awal di Malaysia,Islam mempunyai ikatan erat dengan
politik dan masyarakat. Islam merupakan sumber legitimasi bagi para sultan, yang
memegang peran sebagai pemimpin agama,pembela iman, dan pelindung hukum
Islam, dan sekaligus pelindung hukum, pendidikan,dan nilai-nilai adat. Islam dan
identitas Melayu saling berjalin berkelindan, menjadi orang Melayu berarti menjadi
Muslim.
Kolonialisme Inggris membedakan dengan jelas antara agama dan negara,
dengan diperkenalkannya administrasi sipil dan sistem hukum yang berbeda dengan
sistem hukum dan pengadilan Islam. Pada saat yang sama, masyarakat juga menjadi
118
lebih pluralistis akibat imigrasi besar-besaran orang-orang non-Muslim Cina dan India
serta pertumbuhan dan kemakmuran komunitas mereka di kemudian hari.
Pluralisme dan hubungan agama dengan identitas nasional Melayu menjadi isu
politik ketika Malaysia tengah berjuang merebut kemerdekaan pada periode pasca
-Perang Dunia II. Usulan-usulan awal Inggris bagi Serikat Melayu bersatu dengan
kesamaan hak warga negara bagi Serikat Melayu bersatu dengan kesamaan hak warga
negara bagi semua orang,ditolak oleh bangsa Melayu,yang mengkhawatirkan
pertumbuhan populasi, kekuatan ekonomi, serta pengaruh komunitas Cina dan India.
Yang telah menikmati tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih tinggi
dibandingkan kaum Muslim Melayu.119
Konstitusi Melayu tahun 1957 mengabadikan identifikasi agama dan
etnik,kedudukan istimewa bagi Islam,para sultan,dan kaum Muslim Melayu.
Konstitusi itu mendefenisikan orang Melayu sebagai orang yang mengaku memeluk
agama Islam,terbiasa berbicara dengan bahasa Melayu,dan meyesuaikan diri dengan
adat- istiadat Melayu. Orang-orang Melayu menikmati hak istimewa yang mencakup
sistem kuota Melayu dalam pendidikan, pemerintahan,dan bisnis. Islam dinyatakan
sebagai agama resmi baik dalam federasi maupun dalam negara bagian
masing-masing,dan para sultan diakui sebagai pemimpin agama di negara bagian
mereka,yaitu sebagai pembela dan pelindung agama dan kebudayaan Melayu,yang
berhak menjalankan kewajiban-kewajiban moral dan agama. Pada tingkat negara, para
sultan mendirikan departemen urusan agama dan pengadilan Islam,mengenakan dan
mengumpulkan pajak (zakat,atau pajak kekayaan),dan penyebaran agama. Banyak
sekali aturan agama diterapkan di tingkat negara dan mencakup perbagai perkara yang
sangat beragam dari hukuman karena tidak mengikuti sholat jum’at di mesjid, minum
119
minuman keras,atau melanggar kewajiban puasa Ramadhan di depan umum,hingga
hukuman karena mengajarkan doktrin yang salah,kedapatan berkhalwat dengan
seorang wanita bukan muhrim,atau melakukan penghinaan terhadap para pejabat
agama atau terhadap Islam.120
Konstitusi ini merupakan perwujudan realitas politik dan sosial masyarakat,dan
mencerminkan kesalinghubungan antara identitas nasional,agama,dan etnik. Seperti dikemukakan Fred R. Von der Mehden,”fakta pertama dalam kehidupan politik dan sosial di Malaysia adalah hubungan antara agama dan etnik”.121
Politik Malaysia
mencerminkan dikotomi etnik Melayu dan politik akomodasi turunannya. Dikotomi
etnik Melayu,dengan akomodasi komunal dan konfliknya bakal terus memainkan
peranan penting dalam perkembangan politik Malaysia dan berperan sebagai
katalisator utama pribumi bagi kebangkitan Islam.
Ketegangan-ketegangan internal yang diakibatkan oleh dikotomi etnik dalam
masyarakat Malaysia meledak pada tahun1969. Kerusuhan etnik antara orang-orang
Melayu dan Cina di Kuala Lumpur menandai titik balik dalam politik Malaysia.
Sementara kaum Muslim Melayu,yang kebanyakan tinggal di pedesaan dan bertani,
mendominasi pemerintahan dan politik,komunitas Cina dan India yang berbasis kota
meraih kemakmuran dan menonjol di bidang ekonomi dan pendidikan. Ketegangan
ekonomi Malaysia akibat adanya kesenjangan yang begitu besar dan semakin terasa kehadirannya, dan meningkatnya tingkat kehidupan ”orang-orang asing” itu,
menyulut kerusuhan anti Cina yang menyebabkan ratusan orang mati atau terluka,
dibubarkannya parlemen selama hampir dua tahun, diberlakukannya keadaan darurat,
dan dilakukannya usaha-usaha oleh pemerintah untuk menangani isu persamaan
komunal. Persepsi Islam sebagai agama penduduk pribumi yang terancam, yang
120
Ibid., 121