• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kecukupan Zat Makanan Pada Peternakan Domba Lingkar Kampus Ipb Dramaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kecukupan Zat Makanan Pada Peternakan Domba Lingkar Kampus Ipb Dramaga"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KECUKUPAN ZAT MAKANAN PADA

PETERNAKAN DOMBA LINGKAR KAMPUS

IPB DRAMAGA

MUHAMMAD ALFIAN NOOR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kecukupan Zat Makanan pada Peternakan Domba Lingkar Kampus IPB Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD ALFIAN NOOR. Evaluasi Kecukupan Zat Makanan pada Peternakan Domba Lingkar Kampus IPB Dramaga. Dibimbing oleh SRI RAHAYU dan LILIS KHOTIJAH.

Masalah yang umum pada peternakan domba di pedesaan adalah rendahnya produktivitas. Salah satu faktor penyebabnya adalah manajemen pakan yang kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kecukupan zat makanan pada peternakan domba di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang dan mengetahui hubungannya dengan PBBH. Sampel domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor. Peubah yang diamati adalah komposisi jenis hijauan, konsumsi pakan, PBBH, kandungan zat makanan, dan konsumsi zat makanan. Data dianalisis dengan uji t dan uji koefisien korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi BK, konsumsi PK, dan konsumsi TDN pada domba muda di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang sudah memenuhi standar kebutuhan. Konsumsi BK dan konsumsi TDN domba dewasa di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang belum memenuhi standar kebutuhan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah domba muda di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang sudah mengonsumsi zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan domba dewasa di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang secara umum belum mengonsumsi zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Konsumsi zat makanan (BK, PK, TDN) memiliki keeratan hubungan yang cukup dengan PBBH pada domba muda di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Konsumsi BK dan TDN memiliki keeratan hubungan yang cukup dengan PBBH namun konsumsi PK memiliki keeratan hubungan yang rendah dengan PBBH pada domba dewasa di Desa Cibanteng. Konsumsi zat makanan (BK, PK, TDN) memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah dengan PBBH pada domba dewasa di Desa Cikarawang.

Kata kunci : domba, kecukupan zat makanan, konsumsi zat makanan, korelasi

ABSTRACT

MUHAMMAD ALFIAN NOOR. Evaluation of Nutrient Adequacy on Sheep Farm Outer Circle of Bogor Agricultural University Campus. Supervised by SRI RAHAYU dan LILIS KHOTIJAH.

(6)

requirements. Consumption of dry matter and TDN of rams in Cibanteng village and and ewe in Cikarawang village had not been reach standard requirements. Conclusion of research are under yearling sheep in Cibanteng village and Cikarawang village had consumed nutrient that suitable with its standard requirements, rams in Cibanteng village and ewe Cikarawang village hadn’t consumed nutrient that suitable with its standard requirements. Nutrient consumption (DM, CP, and TDN) have adequate correlation with body weight gain of under yearling sheep in Cibanteng village and Cikarawang village.

Consumption of DM and TDN have adequate correlation with body weight gain but consumption of CP have low correlation with body weight gain of rams in Cibanteng village. Nutrient consumption (DM, CP, and TDN) have very low correlation with body weight gain of ewe in Cikarawang village.

(7)

EVALUASI KECUKUPAN ZAT MAKANAN PADA

PETERNAKAN DOMBA LINGKAR KAMPUS

IPB DRAMAGA

MUHAMMAD ALFIAN NOOR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul Evaluasi Kecukupan Zat Makanan pada Peternakan Domba Lingkar Kampus IPB Dramaga. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan.

Penulis menyadari bahwa proses penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada yang terhormat Ir Sri Rahayu, MSi dan Dr Ir Lilis Khotijah, MSi selaku komisi pembimbing atas curahan waktu, bimbingan dan dorongan semangatnya. Terima kasih juga kepada yang terhormat Dr Ir Henny Nuraini, MSi selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan dukungan selama perkuliahan. Terima kasih juga kepada yang terhormat Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku dosen penguji ujian akhir.

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, adik seluruh keluarga atas motivasi dan segala doa. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada staf Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciampea yang telah mengizinkan untuk melaksanakan penelitian di daerah tersebut. Penulis juga sampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Idris, bapak Aman, ibu Nengsih, bapak Trisna, bapak Sakri, dan bapak Ni’mat sebagai peternak di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian di peternakannya. Penulis juga sampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman tim penelitian yaitu Denny Ali F, Imam Turmudzi, Faqih Adji P, Dwiki Nur C, Hartanto Dwijo P, Putut Suryo P, Ai Anis N, dan Farah Nur R atas kerja sama dan dukungannya. Penulis juga sampaikan ucapan terima kasih kepada Idah Saidah, Sarah Ikmahwati, Dini Ratu F, Nadia Zerlina, Iip Sukrilah, dan Nolin Ermawati yang telah membantu selama penelitian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat Penelitian ... 2

Bahan ... 2

Alat ... 3

Prosedur ... 3

Persiapan Penelitian ... 3

Penelitian di Lapangan ... 3

Penelitian di Laboratorium ... 4

Peubah ... 4

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Keadaan Umum ... 6

Komposisi Jenis Hijauan ... 6

Komposisi Zat Makanan Pakan ... 7

Konsumsi Pakan ... 8

Konsumsi Zat Makanan dan PBBH ... 9

Hubungan Antara Konsumsi dengan PBBH ... 12

SIMPULAN DAN SARAN ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ... 16

(14)

DAFTAR TABEL

1 Rataan bobot badan (kg) domba yang digunakan di Desa Cibanteng

dan Desa Cikarawang 3

2 Keadaan umum lokasi penelitian 6

3 Komposisi jenis hijauan (%) di Desa Cibanteng dan Desa

Cikarawang 6

4 Komposisi zat makanan pakan di Desa Cibanteng dan Desa

Cikarawang 7

5 Konsumsi pakan pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) di

Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang 8

6 Konsumsi zat makanan (g ekor-1 hari-1) dan PBBH (g ekor-1 hari-1) pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng

dan Desa Cikarawang 10

7 Konsumsi zat makanan (g ekor-1 hari-1) dan standar kebutuhan zat makanan (g ekor-1 hari-1) pada domba muda (I0) di Desa Cibanteng

dan Desa Cikarawang 10

8 Konsumsi zat makanan (g ekor-1 hari-1) dan standar kebutuhan zat makanan pada domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa

Cikarawang 11

9 Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (R2) antara konsumsi terhadap PBBH pada domba muda (I0) domba dewasa

(I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan uji t komposisi hijauan antara Desa Cibanteng dan

Desa Cikarawang 16

2 Perhitungan uji t konsumsi pakan pada domba muda (I0) antara

Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang 16

3 Perhitungan uji t konsumsi pakan pada domba dewasa (I1) antara

Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang 16

4 Perhitungan uji t konsumsi zat makanan pada domba muda (I0)

antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang 17

5 Perhitungan uji t konsumsi zat makanan pada domba dewasa (I1)

antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang 17

6 Perhitungan uji t PBBH pada domba muda (I0) antara Desa

Cibanteng dan Desa Cikarawang 17

7 Perhitungan uji t PBBH pada domba dewasa (I1) antara Desa

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. BPS (2015) menyatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 2010 hingga 2015 adalah 1.40%. Pemerintah menetapkan salah satu program yaitu Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) untuk mengatasi masalah kebutuhan protein yang semakin meningkat. Daging domba berpotensi sebagai substitusi daging sapi dan kerbau dalam program PSDSK, lebih lanjut dijelaskan bahwa daging domba tidak hanya memiliki zat gizi yang baik tetapi juga di Indonesia domba memiliki populasi yang tinggi yaitu sebesar 14 925 700 ekor pada tahun 2013 dan 15 715 800 ekor pada tahun 2014, dan memiliki beberapa keunggulan diantaranya mudah dipelihara, siklus produksinya cepat, dan bersifat prolifik yaitu induk yang memiliki litter size lebih dari satu (Soedjana 2011, BPS 2015). Hal ini berarti konsumsi daging domba dapat membantu mengatasi kebutuhan protein yang semakin meningkat.

Domba merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara oleh peternak di pedesaan. Salah satunya di desa-desa lingkar kampus IPB Dramaga. Desa-desa lingkar kampus IPB Dramaga termasuk dalam Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga. Populasi domba di Kecamatan Ciampea sebanyak 4 469 ekor dan populasi domba di Kecamatan Dramaga sebanyak 2 785 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan 2015). Desa Cibanteng termasuk dalam Kecamatan Ciampea dan Desa Cikarawang termasuk dalam Kecamatan Dramaga, sehingga kedua desa tersebut termasuk dalam desa-desa lingkar kampus IPB Dramaga. Desa Cibanteng memiliki luas wilayah dan luas lahan pertanian yang lebih kecil dibandingkan Desa Cikarawang. LPPM-IPB (2010) menyatakan bahwa luas lahan pertanian di Desa Cibanteng sebesar 50.9 ha atau sebesar 31.38% dari luas wilayahnya (162.2 ha) sedangkan Desa Cikarawang memiliki luas lahan pertanian sebesar 154 ha atau sebesar 67.99% dari luas wilayahnya (226.5 ha). Kondisi peternakan di kedua desa tersebut dapat dikategorikan belum maju karena dilakukan dengan pemeliharaan skala kecil (4-6 ekor) dan pemeliharaan dilakukan secara tradisional. Lokasi peternakan domba pada penelitian ini sangat dekat dengan IPB yang merupakan sumber ilmu pengetahuan, sehingga perlu dikaji untuk mempelajari potensi desa tersebut.

(16)

2

Produktivitas ternak diantaranya dinyatakan dalam pertambahan bobot badan (PBBH). Pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan (Cheeke 1999). Kuantitas pakan ditentukan dengan konsumsi dan kualitas pakan ditentukan dengan uji kimia menggunakan analisis proksimat. Uji kimia dengan analisis proksimat dapat menggambarkan komposisi zat makanan dari bahan pakan seperti kadar air, abu, protein kasar, serat kasar, lemak, Beta-N, dan TDN. Tingkat konsumsi dapat menggambarkan kecukupan zat makanan yang dibutuhkan ternak. Zat makanan yang dibutuhkan ternak untuk hidup pokok maupun produksi adalah bahan kering, protein kasar dan energi. Energi pada ruminansia biasanya diukur dengan total digestible nutrient (TDN) (Parakkasi 1999).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecukupan zat makanan pada peternakan domba lingkar kampus IPB Dramaga, khususnya di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara konsumsi dengan PBBH domba dalam rangka mengkaji produktivitas domba.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengevaluasi kecukupan zat makanan pada peternakan domba lingkar kampus IPB Dramaga dan merupakan usaha untuk mendapatkan informasi mengenai komposisi jenis hijauan, kandungan zat makanan, konsumsi pakan, konsumsi zat makanan, dan PBBH. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara konsumsi dengan PBBH domba. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan ternak domba di Desa lingkar kampus, khususnya di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dari bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 yang terdiri atas persiapan penelitian, penelitian di lapangan, dan penelitian di Laboratorium. Tempat penelitian dilaksanakan di 2 Desa yaitu Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Selain itu, penelitian juga dilaksanakan di

Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

(17)

3

Domba yang digunakan berjumlah 12 ekor domba milik peternak di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang yang terdiri dari 6 ekor domba muda (I0) dan 6 ekor domba dewasa (I1). Rataan bobot badan domba muda (I0) yang digunakan di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang masing-masing sebesar 13.33±7.23 kg dan 23.33±3.21 kg, sedangkan rataan bobot badan domba dewasa (I1) yang digunakan di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang masing-masing sebesar 27.33±1.76 dan 30.33±5.80 kg.

Tabel 1 Rataan bobot badan (kg) domba yang digunakan di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Umur Desa Cibanteng Desa Cikarawang

Domba muda (I0) 13.33±7.23 23.33±3.21

Domba dewasa (I1) 27.33±1.76 30.33±5.80

Keterangan : I0 : Domba umur kurang dari satu tahun, I1 : Domba umur lebih dari satu tahun

Pakan yang digunakan adalah semua pakan yang biasa digunakan peternak untuk makanan domba. Pakan dibedakan atas beberapa jenis hijauan, yaitu jenis rumput, dan jenis hijauan selain rumput. Hijauan selain rumput terdiri atas legum dan campuran antara gulma dan limbah pertanian.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu peralatan yang digunakan di lapangan dan peralatan yang digunakan di laboratorium. Peralatan yang digunakan di lapangan adalah timbangan analog dan alat tulis, sedangkan peralatan yang digunakan dalam laboratorium merupakan berbagai peralatan dalam analisis uji proksimat.

Prosedur

Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan untuk mendata populasi ternak domba yang terdapat di desa-desa lingkar kampus IPB Dramaga Bogor. Setelah itu ditetapkan 2 desa secara sampling berdasarkan jumlah populasi terbanyak. Setiap desa diambil sampel 3 peternakan secara acak. Setiap peternakan ditetapkan 2 sampel domba yang terdiri dari 1 ekor domba muda (I0) dan 1 ekor domba dewasa (I1). Penelitian di Lapangan

Penelitian di lapangan diawali dengan pengambilan sampel untuk dianalisis proksimat yang sebelumnya digunakan untuk pengukuran nilai komposisi jenis hijauan lalu dilanjutkan dengan penimbangan bobot badan domba dan pengukuran nilai konsumsi pakan domba. Pertama-tama dilakukan sampling sampel hijauan pada pakan yang digunakan peternak untuk makanan domba. Pengambilan sampel pakan dilakukan selama seminggu pada masing-masing peternakan domba. Sampel pakan diambil sebesar 1 kg secara representatif yaitu dengan cara pengambilan secara acak dari karung pakan. Sampel dilanjutkan dengan penelitian di laboratorium.

(18)

4

konsumsi pakan dilakukan selama seminggu pada masing-masing peternakan domba. Pakan yang diberikan peternak ditimbang. Penimbangan juga dilakukan pada pakan sisa dan selanjutnya dilakukan perhitungan nilai konsumsi pakan.

Penelitian di Laboratorium

Penelitian di laboratorium diawali dengan pengukuran nilai komposisi jenis hijauan lalu dilanjutkan dengan menganalisa kandungan zat makanan masing-masing hijauan menggunakan analisis proksimat. Sampel yang telah diambil secara representatif sebesar 1 kg ditimbang kembali lalu dipisahkan berdasarkan jenisnya. Sampel yang telah dipisahkan ditimbang berdasarkan jenis hijauan dan dilakukan perhitungan komposisi jenis hijauan.

Sampel-sampel berdasarkan jenis hijauan dikeringkan menggunakan oven 60 ºC selama 48 jam. Hijauan digiling hingga melewati saringan 0.5 mm. Hijauan yang telah digiling dianalisis menggunakan analisis proksimat dengan metode AOAC (2003). Hasil analisis proksimat meliputi kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Bahan kering total dan Beta-N dihitung dengan cara perhitungan dari kandungan zat makanan yang sudah dianalisis. Hasil TDN didapatkan dengan cara dihitung menggunakan persamaan rumus TDN (Hartadi 1980).

Peubah

Peubah yang diamati adalah komposisi jenis hijauan, konsumsi pakan, PBBH, kandungan zat makanan, dan konsumsi zat makanan.

1. Komposisi Jenis Hijauan (%)

Komposisi jenis hijauan merupakan persentase (%) berbagai jenis hijauan yang digunakan oleh peternak dalam pakan. Jenis hijauan yang digunakan terdiri atas rumput dan hijauan selain rumput. Hijauan selain rumput terdiri atas legum dan campuran antara gulma dan limbah pertanian. Komposisi jenis hijauan disajikan dalam bahan kering dan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Komposisi jenis hijauan (%) =

2. Konsumsi Pakan (g ekor-1 hari-1)

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak dalam sehari. Konsumsi pakan disajikan dalam bahan kering dan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Konsumsi pakan =

3. PBBH Domba (g ekor-1 hari-1)

PBBH dapat diketahui dengan menimbang bobot badan domba. Peubah PBBH dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PBBH =

4. Komposisi Zat Makanan (%)

(19)

5 konsumsi PK dan konsumsi TDN menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

Konsumsi PK = Konsumsi TDN =

Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan uji t, yaitu dengan membandingkan antar desa (Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang). Rumus dari uji t menurut Walpole (1993) adalah sebagai berikut :

Keterangan:

(20)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Penelitian dilaksanakan di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Keadaan umum lokasi penelitian (Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang) yang terdiri atas suhu dan populasi domba disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Keadaan umum lokasi penelitian

Keadaan umum Desa Cibanteng Desa Cikarawang

Suhu (ºC) 26-35 25-30 permukaan laut dan termasuk dalam kecamatan Dramaga dengan suhu rata-rata 25 ºC sampai 30 ºC . Populasi domba di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang cukup tinggi yaitu di Desa Cibanteng sebesar 479 ekor sedangkan di Desa Cikarawang sebesar 350 ekor.

Peternak di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang sebagian besar merupakan anggota keluarga dari petani atau peternak. Peternak di Desa Cibanteng secara umum merupakan lulusan sekolah dasar dengan pengalaman memelihara domba selama 11.59 tahun sedangkan Peternak di di Desa Cikarawang secara umum merupakan lulusan sekolah dasar dengan pengalaman memelihara domba selama 10.94 tahun (Nurlatifah 2015).

Komposisi Jenis Hijauan

Peternak pedesaan pada umumnya seorang petani dan hanya menggunakan hijauan sebagai pakan ternak domba. Hijauan pakan yang diberikan peternak pada umumnya terdiri atas berbagai jenis hijauan. Komposisi jenis hijauan pakan domba di daerah Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi jenis hijauan (%) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Jenis hijauan1 Desa Cibanteng Desa Cikarawang Rataan

Rumput 49.78±22.82 37.38±20.58 43.58±22.26

Hijauan selain rumput 50.22±22.822

(21)

7

berarti komposisi rumput yang digunakan peternak di Desa Cibanteng maupun Desa Cikarawang adalah sama. Komposisi rumput di Desa Cibanteng dan Cikarawang sekitar 37.38% sampai 49.78%. Rumput yang digunakan peternak di Desa Cibanteng maupun Desa Cikarawang bervariasi, namun peternak di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang lebih dominan menggunakan rumput lapang dan rumput Brachiaria spp. yaitu Brachiaria decumbens. Kondisi ini disebabkan oleh teknologi yang digunakan peternak masih tradisional (Jarmani 2006), lebih lanjut Fanindi dan Prawiradiputra (2005) mengatakan Brachiahia spp. merupakan rumput yang tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, dapat tumbuh pada musim kering kurang dari 6 bulan, dan biasa diberikan peternak dengan cara cut-carry. Kushartono dan Iriani (2004) menambahkan rumput Brachiaria spp. terutama jenis Brachiaria decumbens dan Brachiaria ruziziensis biasa digunakan peternak pedesaan.

Uji statistik menunjukkan bahwa komposisi hijauan selain rumput di Desa Cibanteng tidak berbeda (P>0.05) dengan komposisi hijauan selain rumput di Desa Cikarawang. Hal ini berarti komposisi hijauan selain rumput yang digunakan peternak di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang adalah sama. Komposisi hijauan selain rumput di Desa Cibanteng dan Cikarawang sekitar 50.22% sampai 62.62%. Hijauan selain rumput yang digunakan peternak di Desa Cibanteng maupun Desa Cikarawang sangat bervariasi, namun peternak di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang lebih dominan menggunakan Centrocema pubencens dan Asystasia gangetica. C. pubescens sering ditemukan menempel pada gulma. Hal ini disebabkan oleh C. pubencens merupakan tanaman legum yang bersifat merambat (Sutedi et al. 2005). Penggunaan gulma A. gangetica diduga karena A. gangetica merupakan gulma yang palatabel untuk ternak ruminansia (Ali 2010).

Komposisi Zat Makanan Pakan

Berdasarkan hasil analisa proksimat, komposisi zat makanan pakan yang diberikan di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi zat makanan pakan di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang Kandungan zat

Sumber : Hasil analisa proksimat Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor 2015

(22)

8

Tabel 4 menunjukkan komposisi zat makanan berbagai jenis hijauan di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Kandungan BK, PK, dan TDN rumput dan 59%, sedangkan C. pubescens memiliki kandungan zat makanan BK 20% sampai 25% , PK 16.4% sampai 24.3%, dan TDN 59% sampai 66%.

Kandungan BK dan PK gulma+limbah pertanian di Desa Cibanteng dan Cikarawang relatif sama, namun kandungan TDN memiliki nilai yang cukup berbeda. Hal ini diduga karena gulma+limbah pertanian yang digunakan di kedua Desa tersebut sangat bervariasi. A. gangetica memiliki kandungan zat makanan BK 89% dan PK 19.3% (Adigun et al. 2014).

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) dibedakan berdasarkan desa yaitu Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Hasil konsumsi pakan pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Konsumsi pakan pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Umur Konsumsi1 Desa Cibanteng Desa Cikarawang Rataan

Domba

Keterangan : angka yang disertai huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda (P<0.05), angka yang disertai huruf besar yang berbeda pada baris yang sama berarti sangat berbeda (P<0.01), hijauan selain rumput (legum dan campuran gulma dan limbah pertanian), 1data dalam bahan kering (dry matter)

Konsumsi Pakan pada Domba Muda (I0)

(23)

9

dilihat dari % konsumsi total per bobot badan, uji statistik menunjukkan bahwa % konsumsi total di Desa Cibanteng sangat berbeda (P<0.01) dengan % konsumsi

total di Desa Cikarawang. Perbedaan tersebut diduga karena bobot badan domba yang berbeda pada kedua desa. Bobot badan domba muda (I0) di Desa Cibanteng sebesar 13.33 kg sedangkan bobot badan domba muda (I0) di Desa Cikarawang sebesar 23.33 kg.

Nilai konsumsi total pada domba muda (I0) di desa Cibanteng sebesar 780.07 g ekor-1 hari-1 atau 5.94% dari bobot badan dan kearl (1982) menyatakan bahwa domba dengan bobot badan 13.33 kg membutuhkan konsumsi sebesar 456.48 g ekor-1 hari-1 atau 3.42% dari bobot badan, sedangkan nilai konsumsi total pada domba muda (I0) di desa Cikarawang sebesar 791.13 g ekor-1 hari-1 atau 3.39% dari bobot badan dan kearl (1982) menyatakan bahwa domba dengan bobot badan 23.33 kg membutuhkan konsumsi sebesar 769.37 g ekor-1 hari-1 atau 3.30% dari bobot badan sehingga konsumsi pakan domba muda di kedua desa sudah melebihi kebutuhan yang disarankan oleh Kearl (1982).

Konsumsi Pakan pada Domba Dewasa (I1)

Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan (P<0.05) konsumsi total dan % konsumsi total pada domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Kondisi ini diduga disebabkan oleh bobot badan yang berbeda pada kedua desa dan juga konsumsi rumput yang berbeda di kedua desa. Bobot badan domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng sebesar 27.33 kg sedangkan bobot badan domba dewasa (I1) di Desa Cikarawang sebesar 30.33 kg. Konsumsi rumput pada domba dewasa (I1) di Desa Cikarawang lebih rendah, hal ini diduga karena kandungan serat kasar yang lebih tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan pakan menjadi bulky sehingga konsumsi pakan akan menurun karena tidak tersedia ruang dalam saluran pencernaan untuk memasukan bahan pakan (Parakkasi 1999).

Nilai konsumsi total pada domba dewasa (I1) di desa Cibanteng sebesar 1 091.10 g ekor-1 hari-1 atau 3.99% dari bobot badan dan kearl (1982) menyatakan bahwa domba jantan dengan bobot badan 30 kg membutuhkan konsumsi sebesar 1 150 g ekor-1 hari-1 atau 3.42% dari bobot badan, sedangkan nilai konsumsi total pada domba dewasa (I1) di desa Cikarawang sebesar 825.55 g ekor-1 hari-1 atau

Konsumsi Zat Makanan dan PBBH

(24)

10

Tabel 6 Konsumsi zat makanan (g ekor-1 hari-1) dan PBBH (g ekor-1 hari-1) pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Umur Peubah Desa Cibanteng Desa Cikarawang Rataan

Domba muda

(I0)

Konsumsi PK 98.23±39.10 102.41±38.73 100.32±38.30

Konsumsi TDN 500.09±177.45 483.03±168.21 491.56±170.11

PBBH 31.75±34.37 79.37±36.37 55.56±41.01

Domba dewasa

(I1)

Konsumsi PK 132.49±31.56 105.60±40.60 119.05±38.26

Konsumsi TDN 693.87±188.63a 503.88±181.62b 598.87±206.00

PBBH 39.68±24.78 83.33±23.81 61.51±32.31

Keterangan : angka yang disertai huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda (P<0.05), BK: bahan kering, PK: protein kasar, TDN: total digestible nutrient, PBBH: pertambahan bobot badan harian

Konsumsi Zat Makanan pada Domba Muda (I0)

Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan (P>0.05) konsumsi zat makanan pada domba muda (I0) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang baik konsumsi PK, maupun konsumsi TDN. Domba muda (I0) berada dalam fase pertumbuhan. Pertumbuhan yang optimal ditunjang dengan manajemen pemberian pakan yang baik sehingga domba akan mengonsumsi zat makanan melebihi kebutuhan zat makanan. Perkiraan kebutuhan zat makanan untuk produksi digunakan standar yang dikeluarkan oleh kearl (1982). Konsumsi zat makanan dan standar kebutuhan zat makanan pada domba muda (I0) disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Konsumsi zat makanan (g ekor-1 hari-1) dan standar kebutuhan zat makanan (g ekor-1 hari-1) pada domba muda (I0) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Peubah Desa Cibanteng Standar

(Kearl 1982)1

Keterangan : 1kebutuhan zat makanan pada bobot 13.33 kg dan PBBH 31.75 g ekor-1 hari-1

2

kebutuhan zat makanan pada bobot 23.33 kg dan PBBH 79.37 g ekor-1 hari-1

Tabel 7 menunjukkan perbandingan konsumsi zat makanan pada domba muda (I0) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang dengan standar kebutuhan zat makanan. Konsumsi PK dan konsumsi TDN domba muda (I0) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang melebihi kebutuhan yang disarankan oleh Kearl (1982). Hal ini berarti kuantitas pakan pada domba muda (I0) di kedua desa tersebut sudah baik.

Konsumsi Zat Makanan pada Domba Dewasa (I1)

(25)

11

Domba akan tumbuh dengan optimal bila mengonsumsi zat makanan sesuai dengan kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi tubuhnya. Perkiraan kebutuhan zat makanan untuk produksi menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Kearl (1982). Konsumsi zat makanan dan standar kebutuhan zat makanan pada domba dewasa (I1) disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Konsumsi zat makanan (g ekor-1 hari-1) dan standar kebutuhan zat makanan (g ekor-1 hari-1) pada domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Peubah Desa Cibanteng Standar

(Kearl 1982)1

Keterangan : 1kebutuhan zat makanan pada bobot 30 kg dan PBBH 120 g ekor-1 hari-1

2

kebutuhan zat makanan pada bobot 30.33 kg dan PBBH 83.33 g ekor-1 hari-1

Tabel 8 menunjukkan perbandingan konsumsi zat makanan pada domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang dengan standar kebutuhan zat makanan. Konsumsi PK domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang melebihi kebutuhan yang disarankan oleh Kearl (1982) namun konsumsi TDN domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang belum memenuhi kebutuhan yang disarankan oleh Kearl (1982). Hal ini berarti secara umum kuantitas pakan pada domba dewasa (I1) di kedua desa tersebut belum baik.

Konsumsi PK domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang sudah lebih dari cukup namun TDN atau energi yang dikonsumsi masih kurang. Kondisi ini disebabkan oleh hijauan yang digunakan memiliki kecernaan yang rendah, keadaan ini diduga karena hijauan merupakan bahan pakan yang memiliki serat kasar yang tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan pakan menjadi bulky (Parakkasi 1999).

PBBH

Uji statistik menunjukkan bahwa PBBH di Desa Cibanteng tidak berbeda (P>0.05) dengan PBBH di Desa Cikarawang baik pada domba muda (I0) maupun pada domba dewasa (I1). Nilai PBBH pada domba muda (I0) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang sekitar 31.75 g ekor-1 hari-1 sampai 79.37 g ekor-1 hari-1 dan nilai PBBH pada domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang sekitar 39.68 g ekor-1 hari-1 sampai 83.33 g ekor-1 hari-1. Domba di Desa Cikarawang memiliki nilai PBBH lebih dari 50 g ekor-1 hari-1 yang berarti memiliki penampilan lebih baik dibandingkan dengan domba di Desa Cibanteng. Herianti dan Prawirodigdo (2010) menyatakan bahwa nilai PBBH domba di bawah 50 g ekor-1 hari-1 berarti bahwa domba memiliki penampilan yang buruk. Penampilan yang buruk pada domba di Desa Cibanteng diduga karena domba di Desa Cibanteng lebih sering terkena penyakit diare yang salah satunya dapat disebabkan oleh infeksi cacing. Ndaru et al. (2014) menyatakan bahwa PBBH dapat dipengaruhi oleh infeksi cacing.

(26)

12

muda yang diberi pakan komplit berbentuk pellet dapat menghasilkan PBBH sebesar 115.33 hingga 128.90 g ekor-1 hari-1 (Purbowati et al. 2009)

Hubungan Antara Konsumsi dengan PBBH

Hubungan antara konsumsi (konsumsi BK, konsumsi PK, konsumsi TDN) terhadap PBBH pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) dapat diukur dengan menghitung nilai koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi. Koefisien korelasi menggambarkan keeratan hubungan sedangkan koefisien determinasi menggambarkan tingkat keeratan dalam persen. Hasil koefisien korelasi dan koefisien determinasi tersebut disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (R2) antara konsumsi terhadap PBBH pada domba muda (I0) dan domba dewasa (I1) di Desa

Konsumsi TDN 0.505 (25.50%) 0.530 (28.09%)

Domba dewasa (I1)

Konsumsi BK 0.493 (24.30%) 0.069 (0.48%)

Konsumsi PK 0.293 (8.58%) 0.093 (0.86%)

Konsumsi TDN 0.472 (22.28%) 0.074 (0.55%)

Keterangan : BK: bahan kering, PK: protein kasar, TDN: total digestible nutrient,

Hubungan antara Konsumsi dengan PBBH pada Domba Muda (I0)

Hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson (r) dan koefisien determinasi (R2) pada domba muda (I0) di Desa Cibanteng menunjukkan bahwa konsumsi zat makanan (BK, PK, dan TDN) memiliki keeratan hubungan yang cukup dengan PBBH. Hal tersebut terlihat dari segi kuantitas pakan, domba muda (I0) di Desa Cibanteng mengonsumsi zat makanan melebihi dari kebutuhan zat makanan yang disarankan oleh Kearl (1982) namun dari segi PBBH, domba muda (I0) di Desa Cibanteng memiliki PBBH kurang dari 50 g ekor-1 hari-1 yang artinya domba muda (I0) di Desa Cibanteng memiliki penampilan yang buruk (Herianti dan Prawirodigdo 2010). Penampilan yang kurang baik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah diare akibat infeksi cacing. Penelitian berlangsung pada musim hujan sehingga menyebabkan hijauan yang digunakan peternak menjadi basah dan lembab, selain itu peternak juga kurang memperhatikan kebersihan kandang domba. Keadaan-keadaan tersebut dapat menyebabkan ternak terinfeksi cacing. Ndaru et al. (2014) menyatakan bahwa PBBH dapat dipengaruhi oleh infeksi cacing.

(27)

13

domba muda (I0) di Desa Cikarawang memiliki penampilan yang baik (Herianti dan Prawirodigdo 2010).

Hubungan antara Konsumsi dengan PBBH pada Domba Dewasa (I1)

Hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson (r) dan koefisien determinasi (R2) pada domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng menunjukkan bahwa konsumsi BK dan TDN memiliki keeratan hubungan yang cukup dengan PBBH namun konsumsi PK memiliki keeratan hubungan yang rendah dengan PBBH. Keadaan ini diduga disebabkan oleh kecernaan yang rendah yang terlihat dari kandungan serat kasar yang tinggi yang menyebabkan pakan menjadi bulky (Parakkasi 1999) dan TDN atau energi yang dikonsumsi masih kurang, sehingga walaupun PK yang dikonsumsi oleh domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng sudah lebih dari cukup namun PK tidak dicerna secara optimal.

Hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson (r) dan koefisien determinasi (R2) pada domba dewasa (I1) di Desa Cikarawang menunjukkan bahwa konsumsi zat makanan (BK, PK, dan TDN) memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah dengan PBBH. Keadaan tersebut diduga karena bobot badan yang sudah mendekati bobot badan dewasa sehingga kecepatan pertumbuhan (PBBH) relatif stabil. Proses pertumbuhan domba mencapai 75% bobot maksimal pada satu tahun pertama sedangkan pada periode dewasa pertumbuhan hanya sebesar 25% (Herman 2003).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tidak terdapat perbedaan komposisi jenis hijauan (rumput dan selain rumput) antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Domba muda (I0) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang sudah mengonsumsi zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang secara umum belum mengonsumsi zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Konsumsi zat makanan (BK, PK, TDN) memiliki keeratan hubungan yang cukup dengan PBBH pada domba muda (I0) di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang. Konsumsi BK dan TDN memiliki keeratan hubungan yang cukup dengan PBBH namun konsumsi PK memiliki keeratan hubungan yang rendah dengan PBBH pada domba dewasa (I1) di Desa Cibanteng. Konsumsi zat makanan (BK, PK, TDN) memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah dengan PBBH pada domba dewasa (I1) di Desa Cikarawang.

Saran

(28)

14

DAFTAR PUSTAKA

Adigun OS, Okeke EN, Makinde OJ, Umunna MO. 2014. Effect of replacing wheat offal with asystasia gangetica leaf meal (ALM) on growth performance and haematological parameters of weaner rabbits. Zaria (NG): Greener J Agricultural Sci. 4(1):09-14.

Ali AIM. 2010. Potensi, ragam gulma sebagai hijauan pakan dan palatabilitasnya di areal tanaman ubi kayu [makalah]. Bengkulu (ID): Universitas Sriwijaya.

[AOAC] Association of Official Analitycal Chemist. 2003. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US): Association of Official Analytical Chemist.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia, Statistical Yearbook of Indonesia 2015. Jakarta (ID): BPS.

Cheeke PR. 1999. Applied Animal Nutrition: Feeds and Feeding. 4th Ed. New York (US): New York Prejk.

Dinas Peternakan dan Perikanan. 2015. Populasi Ternak Kecil di Kabupaten Bogor Tahun 2015. Bogor (ID): Unit Pelaksanaan Teknis Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan IV Kabupaten Bogor.

Fanindi A, Prawiradiputra BR. 2005. Karakteristik dan pemanfaatan rumput Brachiaria sp. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 155-162.

Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S, Tillman AD, Kearl LC, Harris LE. 1980. Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Hasan MI. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Edisi ke-2. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.

Herianti I, Prawirodigdo S. 2010. Introduksi formula untuk perbaikan kualitas pakan dalam usaha penggemukan domba di Desa Pringsurat Kabupaten Temanggung. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Ungaran (ID). hlm: 425-430.

Herman R. 2003. Budidaya Ternak Ruminansia Kecil. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jarmani SN. 2006. Analisis penampilan budidaya domba dalam satu kawasan perkandangan terhadap inovasi terknologi peternakan yang sedang bekembang. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID). hlm: 425-430.

Kearl LC. 1982. Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries. Washington DC (US): Utah State University Pr.

Kushartono B, Iriani N. 2004. Inventarisasi keanekaragaman pakan hijauan guna mendukung sumber pakan ruminansia. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 66-71.

(29)

15

Metkono OF, Kardaya D, Sudrajat D. 2011. Performa domba lokal yang diberi ransum rumput lapang dan ampas tahu yang dipelihara secara tradisional. Bogor (ID): J Pertan. 2(2):88-94.

Ndaru PH, Kusmartono, Chuzaemi S. 2014. Pengaruh suplementasi berbagai level daun ketela pohon (Manihot utillissima. Pohl) terhadap produktifitas domba ekor gemur yang diberi pakan basal jerami jagung (Zea mays). Malang (ID). J Ilmu-Ilmu Petern. 24(1):9-25

Nurlatifah AA. 2015. Profil peternakan domba rakyat di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): UI Pr.

Prawirodigdo S, Herawati T, Utomo B. 2004. Perspektif efisiensi penggunaan bahan pakan lokal dalam perbaikan usaha ternak domba oleh petani miskin di Desa Pagergunung, Kabupaten Temanggung. Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Mataram (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Nasional. hlm 235-241. Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W, Rianto E,

Kholidin. 2009. Penampilan produksi domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Semarang (ID). hlm: 130-138.

Soedjana TD. 2011. Peningkatan konsumsi daging ruminansia kecil dalam rangka diversifikasi pangan danging mendukung PSDSK 2014. Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil. Bogor (ID). hlm: 17-26

Sutedi E, Sajimin, Prawiradiputra BR. 2005. Agronomi dan pemanfaatan Centrocema pubescens. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 131-140.

Wahyuni DS. 2008. Fermentabilitas dan degradabilitas in vitro serta produksi biomassa mikroba ransum komplit kombinasi rumput lapang, konsentrat dan suplemen kaya nutrien [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(30)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan uji t komposisi hijauan antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Komposisi hijauan Rataan Standar

deviasi SE Rataan P-value

Rumput cb 49.8 22.8 5.9

Keterangan : cb: cibanteng, ck: cikarawang, hijauan selain rumput (legum dan campuran gulma dan limbah pertanian)

Lampiran 2 Perhitungan uji t konsumsi pakan pada domba muda (I0) antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Konsumsi pakan Rataan Standar

deviasi SE Rataan P-value

Rumput cb 378 193 50

Keterangan : cb: cibanteng, ck: cikarawang, hijauan selain rumput (legum dan campuran gulma dan limbah pertanian)

Lampiran 3 Perhitungan uji t konsumsi pakan pada domba dewasa (I1) antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Konsumsi pakan Rataan Standar

deviasi SE Rataan P-value

Rumput cb 595 393 102

(31)

17

Lampiran 4 Perhitungan uji t konsumsi zat makanan pada domba muda (I0) antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Konsumsi zat makanan Rataan Standar deviasi SE Rataan P-value

KBK cb 780 283 73

Keterangan : cb: cibanteng, ck: cikarawang, KBK: konsumsi bahan kering, KPK: konsumsi protein kasar, KTDN: konsumsi total digestible nutrient

Lampiran 5 Perhitungan uji t konsumsi zat makanan pada domba dewasa (I1) antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Konsumsi zat makanan Rataan Standar deviasi SE Rataan P-value

KBK cb 1 091 329 85

Keterangan : cb: cibanteng, ck: cikarawang, KBK: konsumsi bahan kering, KPK: konsumsi protein kasar, KTDN: konsumsi total digestible nutrient

Lampiran 6 Perhitungan uji t PBBH pada domba muda (I0) antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Peubah Rataan Standar deviasi SE Rataan P-value

PBBH cb 31.7 34.4 20

0.198

PBBH ck 79.4 36.4 21

Keterangan : PBBH: pertambahan bobot badan harian, cb: cibanteng, ck: cikarawang

Lampiran 7 Perhitungan uji t PBBH pada domba dewasa (I1) antara Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Peubah Rataan Standar deviasi SE Rataan P-value

PBBH cb 39.7 24.8 14

0.115

PBBH ck 83.3 23.8 14

(32)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 7 Agustus 1993. Penulis adalah anak dari pasangan bapak Abas Sobari dan ibu Edah Suadah. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dan memiliki seorang adik yang bernama Muhammad Fahmi Fakhruddin. Penulis mengawali pendidikan sekolah dasar pada tahun 1999 di SDN Taman Pagelaran dan menyelesaikan sekolahnya pada tahun 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat pertama pada tahun 2005 di SMPN 7 Bogor dan selesai pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 9 Bogor dari tahun 2008 hingga 2011.

Gambar

Tabel 2  Keadaan umum lokasi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Substitusi sebangian bungkil kelapa dengan pemberian berbagai level minyak jagung pada ransum domba jantan lokal muda tidak memberikan pengaruh terhadap kecernaan zat

Hubungan antara Konsumsi Makanan Sumber Zat Besi, Enhancer dan Inhibitor, serta Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pola konsumsi jenis makanan yang mengandung zat besi ibu menyusui

TINGKAT KONSUMSI MAKANAN ZAT GIZI MAKRO PADA SISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN NON ASRAMA.. DI MAN