IMAM TURMUDZI
KORELASI INVESTASI
COCCIDIA
DENGAN PERFORMA
DOMBA DI DESA-DESA LINGKAR KAMPUS IPB
DRAMAGA BOGOR
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Korelasi Investasi Coccidia dengan Performa Domba di Desa-Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
ABSTRAK
IMAM TURMUDZI. Korelasi Investasi Coccidia dengan Performa Domba di Desa-Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga Bogor. Dibimbing oleh SRI RAHAYU dan UMI CAHYANINGSIH
Koksidiosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Eimeria sp dan sering menyerang ternak domba. Koksidiosis dapat menyebabkan ternak menjadi lesu, anemia, penurunan bobot badan, diare bedarah dan kematian. Desa-desa lingkar kampus IPB mempunyai populasi domba yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap investasi ookista dan hubungannya terhadap pertambahan bobot badan, lingkar dada, dan lingkar perut di desa-desa lingkar kampus IPB. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu di desa Cibanteng dan Cikarawang dengan menggunakan domba umur I0 (umur kurang dari 1 tahun) 12 ekor dan I1 (umur lebih dari 1 tahun) 12 ekor.
tinggi dibandingkan I1. Hasil perhitungan Koefisien Korelasi Pearson menunjukan
hubungan yang rendah dengan pertambahan bobot badan harian, lingkar dada dan lingkar perut. Perhitungan uji hipotesis dihasilkan hubungan yang tidak signifikan (P > 0.05) antara jumlah ookista dengan bobot badan, lingkar dada, dan lingkar perut.
Kata kunci: desa-desa lingkar kampus IPB, domba,koksidiosis.
ABSTRACT
IMAM TURMUDZI. Correlation Investment of Coccidia with Sheep Performance in Villages Circumference Campus IPB Dramaga Bogor. Supervised by SRI RAHAYU and UMI CAHYANINGSIH
Coccidiosis is a disease caused by Eimeria sp and often affects in sheep. Coccidiosis can caused languid, anemia, decreased body weight, bloody diarrhea and death. The villages around the campus IPB has a rather large sheep. This the campus of Bogor Agriculture University. The method used method Mc Master by counting the number of ookista each gram tinja (OTGT) of sheep. The data collected was analyzed by T test, test the Coefficient Correlation Person (r) and test hypotheses. The results showed that there were significant differences (P < 0.05) between the age of I0 to I1 to investment oocysts were the number OTGT in
Pearson (r) showed had low relationship with daily body weight, chest circumference and abdominal circumference. Calculation test hypotheses showed no result significant (P > 0.05) between the number of oocysts with body weight, chest circumference and abdominal circumference.
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2015 Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
KORELASI INVESTASI
COCCIDIA
DENGAN PERFORMA
DOMBA DI DESA-DESA LINGKAR KAMPUS IPB
DRAMAGA BOGOR
Judul Skripsi : Korelasi Investasi Coccidia dengan Performa Domba di Desa- Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga Bogor
Nama : Imam Turmudzi
NIM : D14110019
Disetujui oleh
Ir Sri Rahayu, MSi Pembimbing I
Prof Dr drh Umi Cahyaningsih, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Irma Isnafia Arief, Spt MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Korelasi Investasi Coccidia dengan Performa Domba di Desa-Desa Lingkar Kampus IPB Dramaga Bogor. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu Prof Dr drh Umi Cahyaningsih, MS selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan masukan dan bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan serta Bapak M Sriduresta Spt MSc yang bersedia menjadi dosen penguji untuk kegiatan sidang akhir skripsi saya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ahmad Yani, STP MSi selaku dosen Pembimbing Akademik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen beserta staf IPTP atas ilmu yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teknisi laboratorium ParasitologiFKH. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibunda Yoyoh Humaeroh, serta saudara-saudara saya yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, dukungan dan kasih sayang untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf kecamatan Cibanteng dan Dramaga yang telah mengizinkan saya untuk melaksanakan penelitian di daerah tersebut. Penulis juga mengucapkan terima kasih terhadap para peternak di desa Cibanteng dan Cikarawang yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian terhadap ternak dombanya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman satu kelompok penelitian RUMCIL yaitu Denny AF, M Alvian N, Faqih Adji P, Dwiki Nur Cahya, Hartanto DP, Putut SN, Ai Anis Nurlatifah, dan Farah Nur Rahmah yang telah membantu pelaksanaan aplikasi penelitian sampai akhir. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rio Octariza S dan Andika Gilang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman IPTP-48 atas kebersamaannya selama di IPTP.
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan bagi yang membacanya.
Bogor, September 2015
DAFTAR ISI
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur 2
Penelitian Pendahuluan 2
Penelitian di Lapangan 2
Peubah 2
DAFTAR TABEL
1 2 3
Rataan jumlah ookista tiap gram tinja (OTGT) domba berdasarkan umur
Rataan performa produksi domba berdasarkan umur
Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) jumlah ookista dengan bobot badan dan ukuran berdasarkan umur
5 6 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3
Perhitungan uji t antara umur I0 dengan I1 terhadap investasi ookista
menggunakan minitab.
Perhitungan koefisien korelasi Pearson pada domba I0 menggunakan
minitab.
Perhitungan koefisien korelasi Pearson pada domba I1 menggunakan
minitab.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara oleh para peternak kecil. Domba dipelihara pada umumnya sebagai tabungan dan dijual pada saat peternak tersebut sedang membutuhkan biaya. Produksi yang belum optimal sering terjadi pada domba yang dipelihara oleh para peternak kecil. Faktor
– faktor yang mempengaruhinya dapat berupa genetik dan lingkungan (pakan, penyakit dan lain-lain). Cara membudidayakan yang sederhana dan kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dapat menyebabkan domba mudah terkena penyakit sehingga para peternak domba akan mengalami kerugian dalam usahanya tersebut. Penyakit yang paling sering ditemukan adalah koksidiosis.
Koksidiosis merupakan penyakit yang sering menyerang saluran pencernaan ternak ruminansia (sapi, domba, dan kambing). Penyakit yang berasal dari genus Eimeria merupakan parasit intraseluler yang dapat merusak lapisan – lapisan sel usus, sehingga dapat menimbulkan peradangan. Koksidiosis sering terjadi pada ternak muda karena sistem imun yang belum berkembang dibandingkan dengan ternak tua yang mempunyai imunitas yang lebih baik dalam proteksi agen penyakit (Susilo et al. 2014).
Menurut Dewi et al. (2012) kasus serangan parasit koksidiosis menempati urutan tertinggi bila dibandingkan kasus infeksi parasit lain yang menyerang kambing di Jawa Tengah. Gejala yang ditimbulkan yaitu muka pucat, kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan, diare ringan sampai diare berat kehitaman berdarah, dan kematian yang bisa mencapai 15% sehingga menyebabkan kerugian ekonomis bagi peternakan domba - kambing.
Manajemen yang buruk menyebabkan ternak domba mudah terinfeksi ookista Eimeria yang keluar bersama tinja ternak lalu mengkontaminasi pakan dan minuman sehingga termakan oleh ternak lainnya. Sanitasi yang baik dan isolasi hewan sakit dapat mencegah penyakit menular diantara kelompok ternak.
Desa-desa lingkar kampus IPB termasuk dalam daerah kecamatan Ciampea dan kecamatan Dramaga. Keadaan masyarakat di sana sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Data populasi ternak domba yang didapatkan dari Dinas Peternakan Bogor pada tahun 2015 kecamatan Ciampea mempunyai populasi domba sebanyak 4 469 ekor dan kecamatan Dramaga mempunyai populasi domba sebanyak 2 785 ekor. Data tersebut menandakan bahwa desa-desa disekitar lingkar kampus IPB mempunyai potensi sebagai daerah beternak domba sehingga perlu diadakan pengkajian untuk meningkatkan produktivitasnya.
Tujuan Penelitian
Untuk mengkaji tingkat produktivitas ternak diukur dari pertambahan bobot badan harian, lingkar dada dan lingkar perut yang dihubungkan dengan investasi Coccidia.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh investasi Coccidia terhadap performa domba di desa-desa lingkar kampus IPB Dramaga Bogor.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai dari bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015. Tempat penelitian dilaksanakan di desa Cibanteng dan Cikarawang, Laboratorium Ruminansia Kecil di Fakultas Peternakan dan Laboratorium Protozoologi di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 ekor domba, tinja domba segar, larutan garam jenuh, sarung tangan plastik, dan tissue gulung.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, gelas ukur, mikroskop, saringan, timbangan gantung, kamar hitung Mc Master, mortar, pita ukur, pipet, termos es, dan alat tulis.
Prosedur
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilaksanakan untuk mendapatkan data populasi peternak domba yang berada di desa – desa sekitar lingkar kampus IPB.
Penelitian di Lapangan
Penelitian di lapangan dilaksanakan setelah mendapatkan hasil dari penelitian pendahuluan, yang selanjutnya ditentukan peternakan yang memilki ternak domba I0 (umur kurang dari 1 tahun) dan I1 (umur lebih dari 1 tahun) yang
akan dijadikan obyek penelitian dengan mengambil data primer yaitu pertambahan bobot badan harian (PBBH), lingkar dada, lingkar perut, dan sampel feses domba segar.
Peubah
2. Bobot badan ditimbang setiap seminggu sekali pada pagi hari sebelum diberi pakan dengan menggunakan timbangan gantung kapasitas 100 kg dalam keadaan tenang (kg)
3. Lingkar dada diukur melingkar rongga dada di belakang sendi tulang bahu (os scapula) menggunakan pita ukur (cm)
4. Lingkar perut diukur melingkar ditengah-tengah perut dengan menggunakan pita ukur (cm)
5. Pertambahan bobot badan harian dihitung dengan cara bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal lalu dibagi selama 7 hari (gram).
Penelitian di Laboratorium
Penelitian di laboratorium untuk menganalisa investasi Coccidia dilaksanakan setelah didapatkan sampel tinja domba segar dengan menghitung jumlah ookista tiap gram tinja. Metode yang digunakan untuk menghitung protozoa per satuan berat yaitu ookista tiap gram tinja adalah metode Mc Master melalui sentrifuge (Tampubolon 1992), dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut :
1. Gelas ukur diisi dengan 28 mL larutan garam jenuh;
2. Sampel tinja segar yang diperoleh ditimbang sebanyak 2 gram dan digerus halus dengan mortar;
3. Tinja yang sudah halus dilarutkan dengan air garam dan diaduk; 4. Larutan yang telah homogen disaring menggunakan saringan;
5. Hasil saringan diambil dengan menggunakan pipet dan diisikan ke dalam 2 ruangan kamar hitung Mc Master lalu ditunggu selama 10 menit dan diamati menggunakan mikroskop;
6. Semua ookistaEimeria sp dalam kedua ruangan dihitung;
7. Jumlah ookista dari kedua ruangan tersebut dibagi 2 dan dikalikan 100 8. untuk mendapatkan jumlah ookista tiap gram tinja.
Analisis Data
Data jumlah ookista yang sudah didapatkan kemudian di analasis dengan menggunakan Uji T untuk mengetahui perbedaan umur (I0 dan I1) terhadap
jumlah investasi ookista Eimeria. Model matematika menurut Walpole (1995) yaitu :
Selanjutnya hasil dari nilai korelasi dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui tingkat keeratan korelasi tersebut, dengan rumus uji t sebagai berikut :
2
termasuk kecamatan Dramaga dengan suhu rata- rata 25- 30 oC. Desa Cibanteng berada pada ketinggian 300 m diatas permukaan laut termasuk kecamatan Ciampea dengan suhu rata-rata 26- 35 oC.Jumlah Ookista Tiap Gram Tinja Domba
Ookista berbetuk bulat, hampir bulat, ovoid dan elips yang mempunyai ukuran bervariasi tergantung spesies. Keberadaan ookista pada domba tergantung pada siklus hidup Eimeria sp. Data hasil pengamatan jumlah ookista tiap gram tinja dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik jumlah ookista selama 6 minggu.
Domba yang digunakan pada umur I1 (lebih dari 1 tahun) berada pada
interval 1.5 tahun sampai 3.5 tahun sedangkan domba umur I0 (kurang dari 1
tahun) berada pada interval 2.5 bulan sampai 11 bulan.
Hasil pengamatan ookista tiap gram tinja (OTGT), diketahui bahwa ternak domba di desa Cibanteng dan Cikarawang umumnya terinfeksi parasit Eimeria sp di semua umur. Grafik tersebut menunjukkan jumlah ookista yang fluktuatif pada setiap minggunya. Nilai yang fluktuatif dapat disebabkan oleh lingkungan siklus hidup Eimeria sp pada saat infeksi selanjutnya. Siklus hidup Eimeria sp terdiri dari 2 tahap yaitu tahap aseksual (sporogoni dan skizogoni) dan tahap seksual (gametogoni). Tahap aseksual dimulai pada saat masuknya ookista sampai terbentuknya merozoit generasi ke-dua. Tahap seksual dimulai dari terbentuknya makrogamon dan mikrogamon yang berkembang menjadi makrogamet (sel betina) dan mikrogamet (sel jantan).
Siklus hidup Eimeria sp juga terdiri dari 2 stadium yaitu stadium endogenus (skizogoni dan gametogoni) dan stadium eksogenus (sporogoni). Interval waktu dari saat infeksi ookista sampai ditemukannya ookista pertama kali dalam feses disebut periode prepaten, sedangkan waktu sporulasi adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari ookista belum bersporulasi sampai bersporulasi (mengandung sporozoit infektif). Waktu sporulasi ookista 1- 4 hari pada saat kondisi optimal, sedangkan periode prepaten ookista berbeda-beda tergantung spesies. Menurut Taylor et al. (2007) terdapat sebelas spesies Eimeria sp yang terdapat pada domba.
Gambar 2 Siklus hidup Eimeria sp (Menzies et al. 2010)
Ookista masuk ke dalam tubuh domba dikarenakan pakan yang disediakan terkontaminasi dengan tinja domba yang berisi ookista lalu dikonsumsi dengan domba lain. Peternak juga tidak memisahkan domba dewasa dengan domba muda. Menurut Dewi et al. (2012) pemisahan ternak muda dengan dewasa dapat
mencegah koksidiosis. Domba dewasa bisa bertindak sebagai ternak ‘cariier’
sehingga menginfeksi ternak lain. Curah hujan yang tinggi selama penelitian juga menyebabkan koksidiosis. Menurut Love dan Huntchinson (2003) koksidiosis sering terjadi pada saat curah hujan tinggi. Curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan kelembaban di sekitar kandang yang tinggi dan menjadi lingkungan yang baik untuk sporulasi ookista. Faktor – faktor lain yang menyebabkan ternak terserang koksidiosis yaitu kandang yang terlalu padat, ternak yang stress akibat perubahan pakan, perubahan cuaca, transportasi, dan penyapihan (Susilo et al. 2014).
Domba muda dan domba dewasa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam bertahan terhadap serangan Eimeria sp. Tabel 1 ini memperlihatkan pengaruh jumlah ookista pada umur yang berbeda yaitu kurang dari 1 tahun (I0)
dan lebih dari 1 tahun (I1).
Tabel 1 Rataan jumlah ookista tiap gram tinja (OTGT) domba berdasarkan umur Kelompok Keterangan : I0 = Domba umur kurang dari 1 tahun; I1 = Domba umur lebih dari 1 tahun; angka
yang disertai huruf a dan b pada umur yang berbeda menunjukkan jumlah ookista yang berbeda (P < 0.05)
Domba umur I0 dengan I1 terhadap investasi ookista Eimeria terdapat
perbedaan yang nyata (P < 0.05). Domba I0 mempunyai jumlah ookista yang lebih
tinggi yaitu sebanyak 20 985±9 749 OTGT dibandingkan dengan domba I1
sebanyak 2 672±973 OTGT. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Rahayu et al (2005) pada domba yang digembalakan di Bogor, domba muda lebih banyak terinfeksi Eimeria sp dibandingkan dengan domba dewasa. Selain itu pada kasus koksidiosis yang terjadi di Iran dan Pakistan bahwa domba yang lebih banyak terserang ookista Eimeria sp, terjadi pada domba muda pada umur kurang dari 1 tahun (Yackhali and Rezaei 2010, Khan et al. 2011). Semakin bertambah umur domba respon imunitas akan lebih mudah mengenali secara spesifik patogen yang masuk ke dalam tubuh domba, sehingga domba dewasa yang telah melewati serangan koksidiosis menjadi lebih kebal. Oleh karena itu ternak muda lebih mudah terinfeksi Eimeria sp, sedangkan ternak dewasa lebih tahan terhadap infeksi Eimeria sp (Ayana et al. 2011, Bhat et al. 2012).
Performa Produksi Domba
Tabel 2 Rataan performa produksi domba berdasarkan umur
Keterangan : I0 = Domba umur kurang dari 1 tahun I1 = Domba umur lebih dari 1 tahun
Pertambahan bobot badan harian (PBBH) berhubungan terhadap pertumbuhan domba. Hasil pengamatan PBBH domba I0 lebih tinggi
dibandingkan dengan domba I1. Hal ini dikarenakan domba I0 masih dalam fase
pertumbuhan. Menurut Sampurna (2013) ternak pada usia penyapihan sampai pubertas masih mempunyai laju pertumbuhan yang pesat dan mulai menurun pada usia pubertas sampai dewasa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi PBBH domba diantaranya bangsa domba, pemberian pakan, manajemen, lingkungan dan kesehatan. Hasil perhitungan PBBH domba di sekitar lingkar kampus IPB didapatkan nilai PBBH domba I0 sebesar 55.95 g-1ekor-1hari-1 dan I1 sebesar
55.95±23.7 g-1ekor-1hari-1. Nilai PBBH yang rendah ini bisa mengindikasikan bahwa infeksi koksidiosis dapat menghambat laju pertumbuhan domba. Menurut Dewi et al. (2012) bahwa ternak sakit yang terkena koksidiosis akan menyebabkan kehilangan bobot badan. Domba yang terserang Eimeria sp akan menunjukkan gejala kurang nafsu makan. Investasi parasit Eimeria dapat merusak epitel usus, infeksi yang melanjut akan menyebabkan radang usus sehingga usus akan mengalami gangguan proses absorbsi nutrient. Jika dilihat domba akan mengalami pertumbuhan yang lambat atau bertambah kurus.
Nilai PBBH yang negatif menunjukkan penurunan bobot badan. Penurunan terjadi pada minggu ke-dua dan ke-lima, dikarenakan beberapa domba saat itu ada yang mengalami mecret ringan. Hal ini disebabkan karena domba yang diberikan pakan daun ubi jalar mempunyai kandungan tripsin inhibitor (Djuanda 2003). Tripsin inhibitor merupakan salah satu antinutrisi yang menyebabkan ternak mengalami mencret (Macedo and Xavier 1992). Namun kandungan tripsin inhibitor dapat dikurangi dengan cara daun ubi jalar dikeringkan terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak.
dada dan lingkar perut merupakan salah satu parameter tubuh yang berkorelasi terhadap pendugaan bobot badan. Menurut Isroll (2001), lingkar dada mempunyai sumbangan yang besar dalam menentukan bobot badan sebesar 82.6% pada domba priangan berdasarkan persamaan regresi linier.
Domba-domba di sekitar lingkar kampus IPB mempunyai ukuran lingkar dada yang cukup tinggi yaitu I0 sebesar 62.15±0.82 cm dan I1 sebesar 77.32±0.62
cm sedangkan ukuran lingkar perut yang didapatkan I0 sebesar 74.86±1.70 cm dan
I1 sebesar 91.73±1.52 cm. Ukuran variabel ini tidak beda jauh dengan yang
diamati oleh Tirtosiwi (2011) bahwa di MT Farm dan Tawakkal Farm ukuran lingkar dada domba I1 pada domba garut jantan sebesar 88.88 cm dan betina
sebesar 72.09 cm sedangkan untuk domba ekor tipis jantan sebesar 73.52 dan betina sebesar 70.23 cm. Hasil pengamatan pengukuran tubuh selama penelitian pada semua kelompok umur mengalami pertumbuhan yang lambat dan tidak terlihat pertumbuhan yang signifikan. Kasus adanya parasit yang menyerang tubuh ternak dalam jangka panjang menyebabkan ternak kurang mampu tumbuh dan berkembang biak dengan baik (Dewi et al. 2012).
Hubungan Antara Jumlah Ookista Eimeria dengan Pertambahan Bobot Badan Harian, Lingkar Dada dan Lingkar Perut
Hubungan antara jumlah ookista dengan pertambahan bobot badan harian, lingkar dada dan lingkar perut dapat diukur dengan menghitung nilai kofisien korelasinya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) jumlah ookista dengan bobot badan dan ukuran tubuh berdasarkan umur
Peubah Kelompok Umur
I0 I1
PBBH (g) 0.103 (1.06%) -0.102 (1.04%)
Lingkar Dada (cm) -0.225 (5.06%) 0.712 (50.69%) Lingkar Perut (cm) 0.286 (8.18%) -0.458 (20.97%) Keterangan : I0 = Domba umur kurang dari 1 tahun
I1 = Domba umur lebih dari 1 tahun
Hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson (r) dan koefisien determinasi (r2) menunjukan hubungan antara invetasi ookista terhadap PBBH di semua jenis umur mempunyai nilai korelasi yang lemah ini dilihat dari persentase koefisien determinasi (r2) pada domba I0 0.103 (1.06%) dan domba I1 -0.102 (1.04%) hasil
yang sama juga didapatkan pada perhitungan koefisien korelasi pearson (r) dan koefisien determinasi (r2) lingkar dada dan lingkar perut pada segala jenis umur yaitu untuk domba I0 lingkar dada -0.225 (5.06%) serta lingkar perut 0.286
(8.18%) dan domba I1 lingkar dada 0.712 (50.69%) serta lingkar perut -0.458
(20.97%). Hasil uji hipotesis menunjukan nilai (P > 0.05) pada setiap peubah yang diamati, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara investasi ookista Eimeria dengan PBBH, lingkar dada, dan lingkar perut.
satunya pemberian pakan dan kandungan nutrisinya. Domba – domba di sekitar lingkar kampus IPB hanya diberikan pakan berupa hijauan ad libitum. Pemberian hijaun saja belum cukup dikarenakan kandungan nutrisinya yang masih rendah dan hanya mampu memenuhi kebutuhan metabolisme basal saja. Hasil pengamatan Wahyuni (2008) rumput lapang mempunyai kandungan nutrisi BK 92.01%, PK 7.90%, Abu 7.80%, LK 6.38%, SK 33.47% dan TDN 57.1% sehingga diperlukan subtitusi konsentrat agar kebutuhan domba tercukupi untuk tumbuh dan berproduksi. Selain dari pakan cekaman lingkungan juga mendukung pada terhambatnya laju pertumbuhan domba yaitu akan terjadinya perubahan pola konsumsi pakan dan pembagian zat makanan untuk kebutuhan pokok dan produksi. Hasil pengamatan Rohman dan Boer (2000) bahwa domba lokal Indonesia berada pada kondisi nyamannya pada saat suhu rendah 20 oC sedangkan hasil data BMKG (2015) lingkungan di desa Cibanteng dan Ciampea pada bulan Januari sampai Maret selama pengamatan didapatkan suhu maksimal rata-rata 30.5 oC dengan kelembaban rata-rata 86.5% yang menandakan bahwa domba-domba disekitar lingkar kampus IPB berada pada kondisi stress panas.
Hasil selama pengamatan tidak terdapat domba yang menunjukan gejala klinis berupa diare bedarah dan kematian. Hal ini dikarenakan jumlah ookista yang masih dibawah angka 100 000 OTGT, ini sesuai dengan yang dilaporkan Kaya (2004) bahwa gejala klinis pada domba akan terlihat apabila ookista Eimeria sp berada pada angka 100 000 – 1 000 000 OTGT. Beberapa domba ada yang menunjukan gejala subklinis berupa muka pucat, tidak nafsu makan dan lesu (Tugiyat et al. 2010). Perlu dilakukan penanganan terhadap domba yang terserang koksidiosis untuk menghindari semakin bertambah parah dan juga memutuskan penyebaran penyakit ke domba lain yang dapat menyebabkan kerugian bagi peternak. Penanganan koksidiosis sub klinis dapat dilakukan dengan cara mengisolasi domba yang terinfeksi dan membersihkan kandang bekas domba terinfeksi. Penanganan domba yang terinfeksi juga dengan cara diberikan obat koksidiostat (Iskandar 2002) atau diberikan obat sulfa pada dosis awal terserang penyakit 200 mg kg-1 berat tubuh setelah itu diikuti dengan setengah dosis (100 mg kg-1) selama empat hari (Dewi et al. 2012).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Korelasi investasi ookista Eimeria dengan pertambahan bobot badan harian, lingkar dada dan lingkar perut mempunyai hubungan yang rendah. Domba muda mempunyai jumlah ookista tiap gram tinja yang lebih tinggi dibandingkan dengan domba dewasa.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ayana D, Tilahun G, Wossene A. 2011. Study on Eimeria and Cryptosporidium infections in sheep and goats at ELFORA export abattoir, Debre-zeit, Ethiopia. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 33(5):367-371.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data klimatologi tahun 2015. Bogor [ID]: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.
Bhat SA, Mir MUR, Qadir S, Allaie IM, Khan HM, Husain I, Sheikh BA. 2012. Prevalence of gastro-intestinal parasitic infections in sheep of Kashmir valley of India. Vet. World. 5(11):667-671.
Dewi AP, Fatiyah E, Rochmadiyanto, Imron K. 2012. Hasil monitoring penyakit parasiter pada kambing di Jawa Tengah tahun 2011, J Bul Lab Vet. 12(1):2-10.
Dinas Peternakan dan Perikanan. 2015. Populasi ternak kecil di Kabupaten Bogor tahun 2015. Bogor [ID]: Unit Pelaksanaan Teknis Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan IV Kabupaten Bogor.
Djuanda V. 2003. Optimasi formulasi cookies ubi jalar berdasarkan kajian preferensi konsumen [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Iskandar T. 2002. Gambaran agen parasit pada ternak sapi potong di salah satu
peternakan di Sukabumi. Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEKdalam Pengendalian Penyakit Strategis pada Ternak Ruminansia Besar. Hal 122-128.
Isroll. 2001. Evaluasi terhadap pendugaan bobot badan domba priangan berdasarkan ukuran tubuh. J Ilm SAINTKES. 8(2):90-94.
Kaya G. 2004. Prevalence of Eimeria species in lambs in Antakya Province. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 28:687-692.
Khan MN, Rehman T, Iqbal Z, Sajid MS, Ahmad S, Riaz M. 2011. Prevalence and associated risk factors of eimeria in sheep of Punjab, Pakistan. World Academy of Science, Engineering and Technology. 5(7):334-338.
Love SCJ, Hutchinson GW. 2003. Pathology and diagnosis of internal parasites in ruminants. In Gross Pathology of Ruminants, Proceedings 350, Post Graduate Foundation in Veterinary Science, University of Sydney, Sydney [AU]. Chapter 16: 309-338.
Macedo MLR, Xavier-Filho J. 1992. Purification and partial characterisation of trypsin inhibitors from seeds of Clitoria ternatea. J Sci Food Agric. 58 (1):55-58.
Menzies P, Peregrine A, Shakya K, Avula J, Fernandez S, Jones A, Kelton D, Mederos A, Guthrie A, Falzon L, et al. 2010. Handbook for the Control of Internal Parasites of Sheep. Guelph (US):University of Guelph Guelph. Rahayu S, Cahyaningsih U, Apriyani D. 2005. Inventarisasi Coccidia serta
hubungannya dengan pertambahan bobot badan dan ukuran tubuh ternak domba yang digembalakan [Laporan Penelitian]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Rohman L, Boer R. 2000. Penggunaan indeks kenyamanan untuk mengevaluasi kesesuaian wilayah untuk proses reproduksi ternak domba. J. Agromet 15 (1-2):01-10.
Susilo J, Siswanto AJ, Heni E, Triwibowo B. 2014. Infeksi Coccidia pada sapi potong di balai Peneliltian Tanah Bogo Probolinggo Lampung Timur, J Bul Lab Vet. 31(1):5-8.
Tampubolon M. 1992. Petunjuk laboratorium protozologi pusat antar universitas ilmu hayati. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2007. Veterinary parasitology Ed ke-3. Australia [AU] : Blackwell Publishing Ltd.
Tirtosiwsi BU. 2011. Ukuran dan bentuk tubuh serta pendugaan bobot badan domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.
Tugiyat, Fatiyah E, Dewi AP, Imran K, Fatimah. 2010. Hasil monitoring penyakit parasiter di pulau Jawa tahun 2010. Yogyakarta [ID]: Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta.
Wahyuni DS. 2008. Fermentabilitas dan degradabilitas in vitro serta produksi biomassa mikroba ransum komplit kombinasi rumput lapang, konsentrat dan suplemen kaya nutrien. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Umum. Yackhali M, Rezaei AA. 2010. The prevalence and intensity of Eimeria spp.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan uji T antara umur I0 dengan I1 terhadap investasi ookista
menggunakan minitab.
Lampiran 2 Perhitungan koefisien korelasi Pearson pada domba I0 menggunakan
minitab.
Lampiran 3 Perhitungan koefisien korelasi Pearson pada domba I1 menggunakan
minitab.
PBBH P-Value LD P-Value LP P-Value
Ookista -0.102 0.807 0.712 0.112 -0.458 0.361
N Mean St Dev SE Mean P-value
I0 6 20 985 9 749 3 980 0.007
I1 6 2 672 973 397
Difference 6 18 313 10 130 4 135
PBBH P-Value Lingkar Dada P-Value Lingkar Perut P-Value
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1993 di Tangerang. Penulis merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara pasangan Bapak Muh. Akhyar dan Ibu Yoyoh Humairoh. Pendidikan penulis dimulai dari sekolah dasar di SDN 04 Pamulang Barat sejak tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di MTSN 2 Tangerang Selatan pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di MAN 4 Jakarta Selatan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 dan pada tahun 2011, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis kemudian diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.