Neutral Presentation
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data
4.2.1 Obyektivitas Pemberitaan
4.2.1.3. Validitas Pemberitaan
Untuk mengetahui bagaimana validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau chek dan re chek) apabila dalam berita seputar fatwa haram golput yang dikeluarkan oleh MUI di Jawa Pos sumber berita yang dipakai dalam pemberitaan terdapat kejelasan dicantumkan identitasnya seperti nama, pekerjaan, atau sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi
Tabel. 4.8
Frekuensi validitas keabsahan sumber Pemberitaan Jumlah NO.
Validitas keabsahan sumber Pemberitaan Berita - berita konferensi Gay – Lesbian
Pada surat kabar harian Surya F %
Kejelasan identitas sumber berita
Jelas 3 100
Tidak Jelas -
01.
Jumlah 3 100
Kompetensi sumber berita
Wartawan - -
Pelaku langsung 2 66,7
Bukan pelaku langsung 1 33,3
02.
Sumber: Data Primer
Dalam pemberitaan Konferensi Gay-lesbian pada harian Surya sebanyak 100% sample telah menunjukkan kesadaran untuk pentingnya menjaga obyektivitas pemberitaan melalui menyajikan data seputar sumber berita dengan lengkap ataupun jelas sehinnga berita Konferensi Gay-Lesbian dapat dikatakan telah Obyektive, seperti pada contoh
Kode berita no 2
Gay-Lesbian Kongres di Surabaya
Herry de Costa, ketua GaYa Nusantara –organisasi gay tertua di Indonesia—mengatakan bahwa organisasinya didapuk sebagai panitia local karena posisi Indonesia sebagai tuan Rumah
Tabel. 4.9
Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kejelasan Sumber Berita Berita konferensi Gay-Lesbian KEJELASAN IDENTITAS
SUMBER BERITA
Kode Judul Berita jelas Tdk jelas
1 Gay-Lesbian kongres Di surabaya
Terdapat pada baris 2,10, dan 11
2 Usir Gay dan Lesbian
Massa serbu hotel Oval
Terdapat pada baris 4,8,9,11,12,13 dan
15 3
Sempat Kesengsem Pria Saat Gelar Demo Menolak
Konferensi Gay
Terdapat bari ke 4
F 3 JML
% 100% Dari 66,7 sample dalam penelitian ini, sumber berita telah menggunakan sumber berita yang tergolong Obyektif dan berkompeten. Kompetensi pihak yang
dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi kejadiannya)
Apakah seseorang menjadi nara sumber berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya. Kategori kompetensi wartawan dan pelaku langsung digolongkan sebagai dimensi yang memiliki tingkat validitas yang tinggi dibandingkan dengan sumber berita yang berasal dari bukan pelaku langsung.
Kompetensi yang valid dari sisi Wartawan, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatan wartawan secara langsung, yaitu mengungkap informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar dan diketahui oleh wartawan itu sendiri serta kompetensi dari sisi pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wartawan dengan sumber berita yang mengalami peristiwa tersebut (pelaku langsung interaksi sosial).
Dalam berita Konferensi gay-lesbian di Surya, massa FPUI dan Anggota Konferen diberitakan sebagai saksi mata atau orang yang memang langsung terlibat dengan peristiwa itu sendiri atau memang ada dilokasi ketika peristiwa itu terjadi.
Bukan pelaku langsung digolongkan sebagai sumber berita yang kurang valid karena dilihat dari peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Dalam berita
seputar Konferensi Gay-Lesbian ini. Salah satu bentuk kompetensi sumber berita yang merupakan bukan pelaku langsung sebagai berikut:
Contoh judul berita no 3
Sempat Kesengsem Pria Saat Gelar Demo Menolak Konferensi Gay
Habib mahdi kepada surya mengatakan, dirinya hanya sebatas mendukung
aksi tersebut “ saya mendukung ide dari Hasyim untuk berunjuk rasa toh ini
untuk kebaikan.”
Tabel. 4.10
Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kompetensi Pihak Sumber Berita
Sumber: Data Primer
Berita Konferensi Gay-Lesbian KOMPETENSI SUMBER BERITA Kode Judul Berita wartawan pelaku
langsung bukan pelaku langsung 1 Gay-Lesbian kongres Di surabaya Poedjati tan, herry da costa. 2 Usir Gay dan Lesbian
Massa serbu hotel Oval
M.Choidrudin, Maria Mustika
3
Sempat Kesengsem Pria Saat Gelar Demo Menolak Konferensi Gay
Habib Mahdi
F 2 1
JML
% 66,7 33,3
Dikarenakan Habib Mahdi Bukan pelaku langsung yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.dan dapat digolongkan sebagai sumber berita yang kurang valid karena dilihat dari peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tentang obyektivitas terhadap berita berita pembubaran Konferensi Internasional Lesbian dan Gay di Surabaya pada surat kabar Surya periode 23, 27-28 Maret 2010
Memang ada realita lahiriah yang disajikan dalam pemberitaan berita pembubaran Konferensi Internasional Lesbian dan Gay di Surabaya pada surat kabar Surya periode 23, 27-28 Maret 2010 masih mendominasi isi pemberitaan seputar pro-kontra lesbian dan gay. Meski dalam dimensi fairness sumber berita prasangka/bias, kemampuan memilih "berita " terbukti tidaklah obyektive
1. Akurasi pemberitaan surat kabar dalam memuat berita pembubaran Konferensi Internasional Lesbian dan Gay di Surabaya pada surat kabar Surya periode 23, 27-28 Maret 2010 telah memenuhi teori obyektivitas pemberitaan karena telah terdapat kesesuaian antara judul berita dengan isi berita, terdapat data pendukung serta tidak adanya pencampuran antara fakta dan opini dalam jumlah yang dominan.
2. Fairness (ketidakberpihakan berita pembubaran Konferensi Internasional Lesbian dan Gay di Surabaya pada surat kabar Surya periode 23, 27-28 Maret 2010 masih belum tergolong obyektif karena meski dalam jumlah berita yang digunakan sudah sesuai namun luas kolom yang digunakan dalam memberitakan suatu
3. Validitas (keabsahan) berita yang ditulis sebagai berita pembubaran Konferensi Internasional Lesbian dan Gay di Surabaya pada surat kabar Surya periode 23, 27-28 Maret 2010 baik dalam kejelasan data sumber berita yang digunakan maupun dari kompetensi pihak yang menjadi sumber berita sudahlah valid dan merefleksikan prinsip obyektivitas dalam sumber berita.
4. Dari ketiga penghitungan objektivitas menurut kategorisasi di atas berita yang diterbitkan oleh surat kabar harian surya ini masih belum bisa dikatakan sebagai berita yang objektiv karena belum sepenuhnya memasukan unur realita yang sebenar-benarnya.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis isi terhadap obyektivitas berita berita pembubaran Konferensi Internasional Lesbian dan Gay di Surabaya pada surat kabar Surya periode 23, 27 dan 28 Maret 2010 maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan konsep obyektifitas pemberitaan pers, bagaimana mengukurnya, dan apa kaitannya dengan konsep-konsep akurasi, validitas dan fairness.
2. Mengingat masih terdapat dimensi fairness yang masih tidak memenuhi syarat obyektivitas, melalui jurnalis maupun editornya, Jawa Pos sebaiknya lebih meningkatkan kualitas pemberitaannya, sekaligus koreksi terhadap berita yang disajikan agar tetap berjalan atas prinsip ketidak berpihakan/fair
2001
Effendy, Uchjana, Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung 2010
Flournoy, Don Michael, Analisis Isi Surat Kabar Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986
Ishwara, Luwi, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2005
Kriyantono, rachmat, Public Relations Writing, Jakarta : penerbit prenada media group, 2008
Kusumaningrat, Hikmat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakara, 2006
McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga, 2001
Sumadiria, Haris, Jurnalistik Indonesia, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005
Suyanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005
Winarni, Komunikasi Massa Sebagai Suatu Pengantar, Unmu, Malang, 2003
Non Buku : www.ilga.com www.surya.com