BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Respon Kognitif, Afektif dan Konatif Pegawai Fakultas Syariah
1. Uji Validitas
a. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.11 Jika validitas tinggi, maka data yang ada akan
menunjukkan tidak adanya penyimpangan. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas adalah:
Keterangan:
Rxy =
√
rxy = Koefisien korelasi X dan Y
N = Jumlah responden X = Skor tiap item Y = Skor total
Validitas data diukur dengan rnembandingkan r hitung dengan r tabel (r product moment). Jika r hitung > r table, dan nilai positif maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid.12
b. Uji Reliabilitas
11
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multinariate Dengan Program SPSS, Cetakan IV, Undip, Semarang, 2006, h. 45
12
43
Uji reliabilitas data adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau konstruk. Dengan kata lain alat ukut tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang dalam kuesioner konsistensi atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika memberikan nilai Cronbach Alpha> dari 0,60.13 Standarisasi
relialibilitas ini didasari oleh kaidah relialibilitas Guilfor. Adapun bagan kaidah Guilfor adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kaidah Realibilitas Guilfor14
Koefisien Kriteria < 0.2 Tidak Reliabel 0.2 – 0.39 Kurang Reliabel 0.4 – 0.59 Cukup Reliabel 0,6 – 0.79 Reliabel > 0.8 Sangat Reliabel
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi linier berganda ini, maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh memliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi terdiri dari:
13
Imam Ghozali. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponerogo: Semarang, 2005), h. 45
14
Eva Rosdiana Dewi, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan, Skripsi, (studi di Bank Syariah Mandiri Cabang BSD), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2013, h. 38
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi ini yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram dari residualnya.
Menurut Priyatno menyatakan bahwa kriteria pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:15
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedatisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskdastisitas. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.
15
Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 59
45
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Scatterplot dapat dilihat pada output regresi.16
c. Uji Multikoliniearitas17
Uji Multikoliniearitas merupakan uji yang ditunjukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikoliniearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas18
:
1) Menganalisis korelasi antar variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikoliniearitas.
2) Multikoliniearitas dapat juga diukur dengan VIF, jika VIF < 10 maka tingkat koliniearitas dapat ditoleransi.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Priyatno menyatakan bahwa autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan yang satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu.
16
Duwi Priyatno, Ibid. h. 103
17
Tony Wijaya, Analisis Multivariant, (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya, 2010), h. 51
18
Tony Wijaya, Cepat Menguasai SPSS 19 Untuk Olah dan Interpretasi, (Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011), h. 123
Regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi.19
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya.20 Prasyarat yang harus terpenuhi
adalah tidak adanya outokorelasi dalam yang Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Terjadi autokorelasi Positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2) 2) Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2
atau 2≤DW≤+2.
3) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW >+2.
3. Analisis Model Regresi
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui respon pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diukur dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif terhadap minat berasuransi syariah dengan bantuan SPSS 21.00. adapun model persamaan analisis regresi penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analsis Regresi Berganda
Regresi berganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat. Analisis korelasi dan regresi berganda ini adalah analisis tentang hubungan antara satu dependent variabel
19
Duwi Priyatno, SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate, h. 61. 20
Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014, Cet. I), h. 186.
47
dengan dua atau lebih independen variabel. Jika ada lebih dari satu variabel bebas untuk mengestimasi nilai Y, persamaan tingkat pertama persamaan disebut pertemukaan regresi (regression surface).21 Regresi
linear berganda ini didasarkan pada 3 variabel. Variabel independen yaitu: Kognitif (X1), Afektif (X2) dan Konatif (X3). Sedangkan
variabel dependen ini adalah minat berasuransi syariah (Y).
Adapun model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +e Dimana:
Y = Variabel Dependen, yaitu minat berasuransi syariah. A = Koefisien konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Variabel Independen 1, yaitu Kognitif X2 = Variabel Independen 2, yaitu Afektif
X3 = Variabel Independen 3, yaitu Konatif
e = error, menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga atau
statistik
Data yang berhasil dikumpulkan dari kuesioner selanjutnya akan diukur dengan pengukuran data ordinal dengan bobot hitung 1 sampai 5, dengan kategori sebagai berikut:
21
Tabel 3.4
Format Responden Pegawai untuk Pernyataan Positif
Respon Point
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.22 Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi untuk memprediksi variasi variabel dependen. Perhitungan koefisien determinasi secara manualnya adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Koefisien determinasi = (���
)2 x 100% ...(rumus 3.1)
Tabel 3.5
Pedoman Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00-0.199 Sangat Rendah 0.20-0.399 Rendah 0.40-0.599 Sedang 0.60-0.799 Kuat 0.80-0.1000 Sangat Kuat Sumber: Sugiono 2002 22
Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, (Yogyakarta, BPFE, 2013). Cet. Ke-4, h. 20
49
4. Pengujian Hipotesis
a) Uji t (Pengujian secara terpisah/Parsial)
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara individu variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independen. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Jika statistik thitung < statistik ttabel, maka H0 diterima. Jika thitung >
statistik t ttabel, maka H0 ditolak.
2. Jika sig. < 5 % maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh secara
parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig > 5% maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Menentukan nilai t (thitung)
Menentukan nilai t (thitung) perumusannya sebagai berikut:
Thitung =
0 dengan rumus thitung
Dimana :
= Koefisien variabel ke-i
= Parameter ke-I yang dihipotesiskan Sb = Kesalahan standard
Sb adalah standard eror dari koefisien regresi dengan rumus matematis sebagai berikut:
Sb =
√
Se adalah standard error sampel ang dirumuskan sebagai berikut:
Se = √
Dimana dapat dirumuskan sebagai berikut:
= -
ᵅ
– bb) Uji F (Pengujian Secara Simultan/Bersama-sama)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.23 Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika statistik Fhitung < statistic Ftabel, maka H0 diterima (H0 ditolak).
Jika staistik Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak (H0 diterima).
2. H0 diterima (tolak Ha) jika sig > 5%, artinya tidak ada pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. 3. Menentukan nilai F (Fhitung)
Menenukan Fhitung perumusannya sebaqgai berikut:
F=
23
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2005), edisi ke-3. h. 166
51
Dimana:
= Koefisien determinasi. n = Jumlah pengamaan/sampel. k-1 = Jumlah variabel independen.
5. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya atau jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah.24 Dikatakan sementara karena baru merupakan jawaban yang
berdasarkan teori-teori dalam arti masih perlu dilakukan pengujiannya secara empirik.25 Pada umumnya hipotesis penelitian dirumuskan apabila
metode atau pendekatan penelitian menggunakan pendekaan kuantitatif. Hipotesis penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu hipotesis (H0) dan
hipotesis kerja (Ha). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa respon
kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap minat berasuransi syariah mempunyai hipotesis sebagai berikut:.
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
respon kognitif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah.
24
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004, Cet. 1), h. 30
25
Farouk Muhammad, dkk. Modul V.op.cit. h. 3. Lihat Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 43-45
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah.
2. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
respon afektif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon afektif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah.
3. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
respon konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah.
4. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara simultan
53
terhadap minat berasuransi syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara simultan terhadap minat berasuransi syariah.
H. Sejarah Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada 1 Juni 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan "golden anniversary". Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakat yang menyumbangkan program-program peningkatan kesejahteraan sosial. Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif
Hidayatullah.26
a. Periode Perintisan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 031 tahun 2002. Sejarah pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah
26
Tim Penusun, Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007, UIN Press 2007
perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan Belanda, Dr. Satiman Wirjosandjojo, salah seorang Muslim terpelajar, tercatat pernah berusaha mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. b. Periode ADIA (1957-1960)
Kebutuhan tenaga fungsional bidang guru agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. ADIA didirikan pada 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah agama. Dengan pertimbangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kelanjutan dari ADIA, hari jadi ADIA 1 Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sama seperti perguruan tinggi pada umumnya, masa studi di ADIA adalah 5 tahun yang terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun.
c. Periode Fakultas IAIN al-Jami’ah Yogyakarta (1960-1963)
Dalam satu dekade, PTAIN memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan area of studies yang semakin luas. Mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti
55
Malaysia. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya area of studies menuntut perluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan, fakultas dan jurusan maupun komposisi mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta diintegrasikan menjadi satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri. d. IAIN With Wider Mandate
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN tertua di Indonesia yang bertempat di Ibukota Jakarta, menempati posisi yang unik dan strategis. Ia tidak hanya menjadi "Jendela Islam di Indonesia", tetapi juga sebaga simbol bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan sosial-keagamaan. Sebagai upaya untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, lembaga ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN with Wider Mandate) menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Mulai 20 Mei 2002)
Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.27 Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Hamzah Haz, pada 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif
27
Tim Penyusun, Prospektus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007, UIN Press, 2007
Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank (IDB). Satu langkah lagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menambah fakultas yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (Program Studi Kesehatan Masyarakat) sesuai surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1338/ D/T/2004 Tahun 2004 tanggal 12 April 2004 tentang ijin Penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1) pada Universitas Islam Negeri dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam tentang izin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana (S1) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor Dj.II/37/2004 tanggal 19 Mei 2004.
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Data dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum. Sampel penelitian respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarat sebanyak 31 pegawai. informasi mengenai data responden dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan angket/kuesioner. Dari data yang diperoleh telah diklasifikasikan mengenai data responden sebagai berikut:
a. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 21 68%
2 Perempuan 10 32%
Total 31 100%
Sumber : Data Primer (Kuesioner)
Berdasarkan tabel 4.1, Dari hasil data responden yang diterima, didapat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden dari 31 responden atau sebanyak 68%, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 responden dari 31 responden atau sebanyak 32%. Hal ini berarti responden laki-laki lebih mendominasi dari pada responden perempuan.
b. Identitas Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Usia Responden
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 25-30 11 36% 2 31-35 2 6% 3 36-40 8 26% 4 41-45 2 6% 5 46-50 3 10% 6 50 ke atas 5 16% Total 31 100%
Sumber : Data Primer (Kuesioner)
Berdasarkan tabel 4.2, dilihat dari segi usia, pegawai dominan berada pada rentan umur 25-30 tahun yaitu sebanyak 11 responden dari 31 responden atau sebanyak 36%, kemudian yang terkecil berada pada usia 31-35 tahun yaitu sebanyak 2 responden dari 31 responden atau sebanak 6% dan usia 41-45 tahun yaitu sebanyak 2 responden dari 31 responden atau sebanak 6%, kemudian usia 36-40 tahun yaitu sebanyak 8 responden dari 31 responden atau sebanyak 26%, kemudian usia 50 tahun ke atas sebanyak 5 responden dari 31 responden atau sebanyak 16%, kemudian usia 46-50 tahun sebanyak 3 responden dari 31 responden atau sebanyak 10%.
c. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3
Pendidikan Responden
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 SMA 6 19%
2 D3 1 3%
3 S1 20 65%
4 Pasca Sarjana 4 13%
Total 31 100%
59
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa responden yang mendominasi pada identitas berdasarkan pendidikan terakhir, yaitu responden dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 20 responden atau sebanyak 65%, kemudian dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 6 responden atau sebanyak 19%, kemudian dengan pendidikan terakhir Pasca Sarjana sebanyak 4 responden atau sebanyak 13%, kemudian dengan pendidikan terakhir D3 sebanyak 1 responden atau sebanyak 3%.
d. Identitas Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel 4.4 Status Perkawinan
No Status Perkawinan Frekuensi Presentase
1 Menikah 28 90%
2 Belum Menikah 3 10%
Total 31 100%
Sumber : Data Primer (Kuesioner)
Berdasarkan tabel 4.4, menjelaskan identitas responden berdasarkan statusnya, dan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa responden yang sudah menikah jauh lebih banyak dengan jumlah 28 responden atau sebanyak 90 %, sementara untuk responden yang belum menikah yaitu berjumlah 3 responden atau sebanyak 10 %.
e. Identitas Responden Berdasarkan Penghasilan
Tabel 4.5 Penghasilan
No Penghasilan Frekuensi Presentase (%)
1 < 3.000.000 5 16%
2 3.000.000-4.999.999 12 39%
3 5.000.000-7.000.000 12 39%
4 >7.000.000 2 6%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan responden yang lebih mendominasi adalah responden yang pendapatan atau penghasilan perbulan antara Rp 3.000.000- Rp 4.999.999 sebanyak 12 responden atau sebanyak 39% dari 31 responden, Kemudian responden dengan penghasilan antara Rp 5.000.000-Rp 7.000.000 sebanyak 12 responden atau sebanyak 39% dari 31 responden, kemudian responden dengan pengasilan antara < Rp. 3.000.000 sebanyak 5 responden atau sebanyak 16% dari 31 responden, kemudian responden dengan penghasilan antara > Rp 7.000.000 sebanyak 2 responden atau 6% dari 31 responden.
B. Respon Kognitif, Afektif dan Konatif Pegawai Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Minat Berasuransi
Syariah
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur apa yang akan diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Jadi, validitas menunjuk kepada ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukuranya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes tersebut.1
1
61
Untuk uji validitas dilakukan dengan rumus statistik yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel, dimana df = n-k. Dalam hal ini n adalah jumlah responden, yaitu pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap minat berasuransi syariah dengan jumlah sampel (n) = 31, maka besarnya df = 31 – 3 = 28. Dengan alpha = 0,05, maka didapat nilai r tabel = 0,374 (tercantum dalam lampiran). Butir pertanyaan dikatakan valid jika rhitung> dari rtabel.
a. Variabel X1 (Kognitif/Pengetahuan)
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Validitas Variabel X1 (Kognitif/Pengetahuan) Item-Total Statistics
Variabel Corrected
Item-Total Correlation r tabel α=0.05, n=31, df=31-3=28 Keterangan P1 0,851 > 0,374 Valid P2 0,863 > 0,374 Valid P3 0,876 > 0,374 Valid P4 0,852 > 0,374 Valid P5 0,855 > 0,374 Valid P6 0,578 > 0,374 Valid P7 0,863 > 0,374 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.6 terlihat bahwa semua nilai Corrected pertanyaan 1 sampai pertanyaan 7 lebih besar dari 0.374 sehingga semua pertanyaan dapat dikatakan valid.
b. Variabel X2 (Afektif/Sikap)
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Validitas Variabel X2(Afektif/Sikap)
Item-Total Statistics Variabel Corrected Item-Total Correlation r tabel α=0.05, n=31, df=31-3=28 Keterangan P1 0,876 > 0,374 Valid P2 0,869 > 0,374 Valid P3 0,803 > 0,374 Valid P4 0,850 > 0,374 Valid P5 0,827 > 0,374 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.7 terlihat bahwa item pertanyaan 1 sampai pertanyaan 5 nilai Corrected Item-Total lebih besar dari 0,374 sehingga pertanyaan dapat dikatakan valid.
c. Variabel X3 (Konatif/Tindakan) Tabel 4.8
Hasil Pengujian Validitas Variabel X3(Konatif/Tindakan) Item-Total Statistics Variabel Corrected Item-Total Correlation r tabel α=0.05, n=31, df=31-3=28 Keterangan P1 0,441 > 0,374 Valid P2 0,897 > 0,374 Valid P3 0,793 > 0,374 Valid P4 0,813 > 0,374 Valid P5 0,753 > 0,374 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.8 terlihat bahwa item pertanyaan 1 sampai pertanyaan 5 nilai Corrected Item-Total lebih besar dari 0,374 sehingga pertanyaan dapat dikatakan valid.
63
d. Variabel Y (Minat Berasuransi Syariah)
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Validitas Variabel Y(Minat Berasuransi Syariah) Item-Total Statistics Variabel Corrected Item-Total Correlation r tabel α=0.05, n=31, df=31-3=28 Keterangan P1 0,653 > 0,374 Valid P2 0,871 > 0,374 Valid P3 0,926 > 0,374 Valid P4 0,911 > 0,374 Valid P5 0,776 > 0,374 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.9 terlihat bahwa item pertanyaan 1 sampai pertanyaan 5 nilai Corrected Item-Total lebih besar dari 0,374 sehingga pertanyaan dapat dikatakan valid.