• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

C. Valuasi Harga Wajar Saham

1. Valuasi Saham Preferen

Dalam menghitung harga wajar saham preferen relatif mudah, yaitu dengan mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang (present value) dengan required rate of return selama periode waktu yang tidak terhingga (infinite) atau selama memiliki saham preferen tersebut. Rumusnya adalah

V

p = D/k

dimana:

V

p = Nilai intrinsik (nilai wajar) saham preferen

D = Dividen tetap

k = required rate of return atau discount rate

2. Valuasi Saham Biasa

Penilaian (valuation) adalah proses penentuan proses penentuan berapa harga

yang wajar untuk suatu saham (Parahita,2008). Harga saham atau nilai saham

merupakan nilai sekarang dari aliran kas di masa mendatang. Harga saham atau nilai saham dapat ditentukan berdasarkan nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku (book value) merupakan nilai yang tertera dalam neraca yang dihitung dengan cara membagi total seluruh ekuitas atau modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar (outstanding shares). Harga pasar atau nilai pasar merupakan harga jual saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau sering disebut dengan nilai teoritis

adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor mempengaruhi saham.

Tujuan utama analisis nilai intrinsik adalah untuk mengetahui harga sesungguhnya dari suatu saham pada periode tertentu dengan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental keuangan suatu perusahaan sehingga diketahui sekuritas tersebut apakah undervalued, overvalued, atau pun wajar.

Sekuritas yang ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus tinggi. Artinya nilai sekuritas lebih tinggi daripada harga jualnya. Segera setelah masyarakat investor menyadari situasi tersebut, misalnya karena manajemen mengumumkan EPS (earning per share) lebih tinggi dari yang diharapkan, para investor akan membeli saham dan akan memaksa harga naik.

Perseorangan atau perusahaan yang menjual saham pada waktu undervalued akan mendapat keuntungan (capital gain) tetapi investor yang menjual pada saat saham overvalued akan menderita kerugian (capital loss). Sementara investor yang sebelumnya telah memiliki saham dalam portofolionya, jika saham overvalued, maka ia akan segera melepasnya (cut loss) dan jika undervalued akan tetap mempertahankannya (hold). Adalah bijaksana untuk tidak membeli saham overvalued sebab cepat atau lambat akan terjadi koreksi pasar.

Dalam melakukan analisis dan memilih saham, terdapat dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan, yakni aspek fundamental dan aspek teknikal. Analisis fundamental berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh

faktor-faktor fundamental yang berasal dari dalam perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro. Analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar sekuritas sudah benar- benar mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan ditentukan strategi investasi, apakah dibeli, dijual atau dipertahankan.

Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga sekuritas akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, misalnya tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), manajemen, kinerja, laba usaha, dan lain-lain.

Analisis teknikal memulai analisisnya dengan (hanya) memperhatikan perubahan harga sekuritas itu sendiri dari waktu ke waktu. Para pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa faktor-faktor fundamental dari suatu sekuritas tercemin dalam harga sekuritas.

Analisis teknikal didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu sekuritas akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh karena itu, teknik-teknik analisis dalam pendekatan ini dirancang untuk mengukur kedua aspek, yakni permintaan dan penawaran. Analisis teknikal didasarkan pada beberapa asumsi dasar, yaitu :

1. Harga sekuritas akan ditentukan oleh onteraksi antara permintaan dan penawaran sekuritas.

2. Penawaran dan permintaan sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupu n irrasional.

3. Perubahan harga sekuritas cenderung bergerak pada satua rah tertentu (trend).

4. Pergeseran penawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah perubahan harga.

5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lampau akan terulang kembali pada masa yang akan datang.

Pada hakekatnya, penilaian saham melalui analisis fundamental dapat dibedakan menjadi dua metode, yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan Price Earning Ratio (P/E Ratio). Pendekatan nilai sekarang menganggap bahwa harga teoritis (intrinsik) saham merupakan total nilai sekarang dari seluruh aliran kas yang akan diterima selama periode pemegangan saham (holding period). Sementara itu, penghitungan harga teoritis saham dengan pendekatan P/E Ratio dilakukan dengan menentukan harga dari setiap Rupiah pendapatan yang akan diterima.

Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization income method), karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depam yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat

ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.

Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan emiten. Sebagai alternatif dari arus kas, laba perusahaan (earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung nilai intrinsik. Earnings yang diperoleh perusahaan dapat ditahab sebagai sumber dana internal (retained earnings) atau dibagikan dalam bentuk dividen. Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor. Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang diterima oleh investor, model diskonto dividen (Dividend Discount Model) dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai intrinsik saham.

Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan pendekatan dividen ini dapat dibedakan menjadi :

1. Model Tanpa Petumbuhan (zero growth model)

Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Jika perusahaan membayar dividen secara konstan yang nilainya sama dari waktu ke waktu, yaitu sebesar D, maka nilai intrinsik harga saham menjadi :

dan dapat disederhanakan menjadi :

dimana :

D = Dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode pembayaran dividen dimasa datang.

k = Tingkat return yang diisyaratkan.

2. Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model)

Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas. Jika dividen periode awal adalah D0, maka dividen periode kesatu adalah D0(1+g) dan periode kedua adalah D0 (1+g) (1+g) atau D0(1+g)2 dan seterusnya. Untuk kasus pembayaran dividen yang bertumbuh secara konstan ini, rumus nilai intrinsik saham menjadi :

dimana :

Po = nilai intrinsik atau nilai teoritis saham

D = dividen yang diharapkan pada tahun n

K = required rate of return yang dihasilkan melalui CAPM

g = pertumbuhan dividen

3. Model Pertumbuhan Berganda atau Supernormal (multiple growth model)

Asumsi perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan dalam kenyataannya kadangkala kurang tepat karena pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan dividen dengan pertumbuhan di atas normal dan setelah melewati masa pertumbuhan fantastis di tahun awal tersebut, pertumbuhan tingkat dividen (g) yang akan dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dibanding masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Proses ini menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak konstan adalah sebagai berikut :

dimana :

D0 = dividen saat ini

gt = pertumbuhan dividen di atas normal

gc = pertumbuhan dividen normal

k = required rate of return

n = periode pertumbuhan dividen di atas normal

dn = dividen pertumbuhan normal

Selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu metode nya adalah Relative Valuation Techniques.Melalui pendekatan ini, dikenal beberapa metode, yaitu Price Earnings Ratio, Price Book Value atio, dan Price Dividend Ratio. Dalam penelitian ini, penulis hanya memakai metode Price Earnins Ratio atau disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier dalam mengadakan valuasi terhadap harga saham.

P/E Ratio menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai P/E Ratio adalah lima, maka ini menunjukkan bahwa harga saham perusahaan merupakan kelipatan dari lima kali earnings perusahaan tersebut. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai P/E Ratio sebesar lima juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama lima tahun. Rumus P/E Ratio dapat djelaskan sebagai berikut :

dimana :

D1/E1 = rasio pembayaran dividen terhadap earnings (disebut dividend payout ratio)

k = tingkat keuntungan yang diharapkan

g = tingkat pertumbuhan dividen normal

Rumus di atas menunjukkan faktor-faktor yang menentukan besarnya P/E Ratio , yaitu:

1. P/E Ratio berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen terhadap earnings (dividend payout ratio).

2. P/E Ratio berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian atau keuntungan yang diharapkan.

3. P/E Ratio berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen.

Dokumen terkait