• Tidak ada hasil yang ditemukan

Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)

Koefisien Nilai Tambah Intelektual atau Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan. VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) digunakan karena dianggap sebagai indikator yang cocok untuk mengukur intellectual capital di riset empiris (Pulic, 1998).

Beberapa alasan utama yang mendukung penggunaan VAIC diataranya adalah VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keungan perusahaan, sehingga memungkinkan lebih efektif

melakukan analisis komparatif internasinoal menggunakan ukuran sampel yang besar di berbagai setor industri (Pulic dan Bornemann, 1999).

Kedua, semua data yang di gunakan dalam perhitungan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) didasarkan pada informasi yang telah diaudit, sehingga perhitungan dapat dianggap obyektif dan dapat diverifikasi (Pulic, 2000)

VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) adalah sebuah prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah atau Value Added dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama. Dimana nilai tambah merupakan perbedaan antara pendapatan (OUT) dan beban (IN).

Penghitungan Intellectual capital dengan metode VAIC™ diukur dengan value added yang terbentuk dari penjumlahan Value Added Capital Coefficient (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (SCVA). Formulasi penghitungan VAIC™ menggunakan tiga elemen yaitu:

1. Value Added Capital Coefficient (VACA)

VACA adalah perbandingan antara value added (VA) dengan capital employed (CE) (Pulic, 1998). Rasio ini menunjukkan adanya kontribusi yang dibuat oleh setiap unit capital

employed terhadap value added organisasi. VACA menjadi indikator kemampuan intelektual perusahaan untuk memanfaatkan modal fisik yang lebih baik:

Dimana:

VACA : Value AddedCapital Employed VA : Value Added

CE : Capital Employed (Total aktiva – Kewajiban lancar) Sedangkan VA berasal dari perbandingan antara output dengan input.

Dimana:

Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan operasional lain

Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban Karyawan

2. Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada HC (human capital) untuk value added organisasi atau hubungan antara VA (value added) dan HC (human capital) mengindikasikan kemampuan HC (human capital) membuat nilai pada sebuah perusahaan

(Pulic, 1998). Jadi hubungan antara VA (value added) dan HC (human capital) diformulakan sebagai berikut:

Dimana:

VAHU : Value Added Human Capital VA : Value Added

HC : Human Capital (Beban Karyawan)

Ketika VAHU dibandingkan lebih dari sebuah kelompok perusahaan, VAHU menjadi sebuah indikator kualitas sumber daya manusia perusahaan. VAHU juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan value added setiap rupiah dikeluarkan pada human capital.

3. Structural Capital Value Added (SCVA)

STVA adalah rasio structural capital terhadap value added yang mengukur jumlah SC (structural capital) yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari VA (value added). STVA menjadi indikator keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

Dimana :

SCVA : Structure Capital Value Added

SC : Structure Capital (Value Added – Beban Karyawan) VA : Value Added

VAIC™ merupakan indikator kemampuan intelektual organisasi atau rasio tersebut merupakan kalkulasi kemampuan intelektual sebuah perusahaan (Pulic, 1998). Formulasi penghitungan VAIC™ adalah sebagai berikut:

Dimana:

VAIC : Value Added Intellectual Capital VACA : Value Added Capital Employed VAHU : Value Added Human Capital SCVA : Value Added Structure Capital 2.1.5 Kinerja Keuangan

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1997).

Hansen dan Mowen (2005) dalam Novia (2012) menyatakan kinerja dapat dibedakan kedalam kinerja keuangan dan non keuangan. Kinerja keuangan lebih dititik beratkan pada variabel-variabel yang terkait langsung dengan laporan keuangan. Kinera keuangan diuji dalam tiga dimensi. Pertama, dimensi

produktifitas perusahaan atau pengolahan input menjadi output secara efisien. Kedua, dimensi profitabilitas atau tingkat dimana pendapatan perusahaan melebihi biaya yang dikeluarkan. Dimensi ketiga adalah tingkat dimana nilai pasar perusahaan melebihi nilai bukunya (walker 2001 dalam Novia 2012)

Kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu (Sihasale, 2001). Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan pengukuran kinerja. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan dimana hal tersebut memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan (Purnomo, 1998).

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. beberapa indikator yang digunakan antara lain current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), return on Assets (ROA), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE).

a. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan

keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.

Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

b. Current ratio (CR)

Rasio lancar adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek yang membandingan aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang mampu membayar belum tentu mampu memenuhi segala kewajiban keuangan yang harus dipenuhi (Sofyan, 2007). c. Debt to equity ratio (DER)

Rasio hutang atas modal adalah menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Debt to equity ratio menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki (Sawir, 2001).

d. Return on investment (ROI)

Pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.

e. Return on equity (ROE)

ROE merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan (Sartono, 2001).

Dokumen terkait