Parameter pertumbuhan generatif terdiri dari berat segar bunga, berat kering bunga, panjang bunga, dan jumlah tangkai bunga jantan.
1. Berat segar bunga (gram)
Hasil sidik ragam parameter berat segar bunga menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 9) Hasil rerata berat segar bunga dapat dilihat pada tabel 5 :
Tabel 5. Berata berat segar bunga (gram) pada umur 16 MST
Perlakuan
Berat Segar Bunga (gram) P1 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar pelet
P2 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar pelet P3 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar pelet P4 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar non pelet P5 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar non pelet P6 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar non pelet
3,2 a 2,9 a 3,9 a 6,9 a 4,7 a 5,2 a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata
pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5%
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa berat segar bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan baik pupuk kompos dalam bentuk pelet maupun dengan berbagai dosis tidak beda nyata.
Unsur hara yang paling berperan dalam masa pembungaan adalah unsur P dan air, oleh karena itu ketersidiaan unsur P akan berpengaruh dalam berat segar bunga. Sarief (1986) mengatakan bahwa unsur phospor ini mempunyai peranan yang lebih besar pada pertumbuhan generatif tanaman, terutama pada pembungaan, pembentukan tongkol dan biji.
Peran air sangat berpengaruh terhadap terbentuknya bunga pada tanaman jagung dan sebagai media untuk mengangkut kebutuhan hara tanaman. Ini sependapat pritchet (1979) dalam Onrizal (2005) yang mengatakan air merupakan
faktor penting untuk memfungsikan secara tepat bagian besar proses-proses tumbuh-tumbuhan dan tanah. Air memperngaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam semua proses pertumbuhan, aktivitas metabolisme sel.
Tinggi tanaman mempengaruhi proses fotosintesis tanaman, cahaya yang dimanfaatkan secara langsung untuk proses fotosintesis akan mendapatkan hasil fotosintesis yang besar pula diamana akan mempengaruhi proses generatif tanaman jagung yang tidak langsung akan berpengaruh terhadap berat segar bunga (Ni Nyoman dan Ari, 2007 dalam Aris dan I ketut ngawit, 2011)
2. Berat kering bunga (gram)
Hasil sidik ragam parameter berat kering bunga menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata berat kering bunga dapat dilihat pada tabel 6.
Pada tabel 6 berat kering bunga menunjukkan hasil bahwa berat kering bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan berbagai dosis dalam bentuk pelet maupun non pelettidak beda nyata. Parameter berat kering bunga ini
digunakan untuk mengukur seberapa efektif unsur hara yang terserap untuk pembentukan bunga karena bunga sudah sudah melalui tahap pengovenan dimana kandungan air sudah tidak ada lagi. Reza (2013), mengatakan dengan hanya memperhatikan bobot kering dapat diukur laju tumbuh pertanaman dan laju pertumbuhan relatif. Dengan demikian semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap parameter berat kering bunga.
Tabel 6. Berata berat kering bunga (gram) pada umur 16 MST. Perlakuan
Berat Kering Bunga (gram) P1 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar pelet
P2 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar pelet P3 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar pelet P4 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar non pelet P5 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar non pelet P6 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar non pelet
1,3 a 1,4 a 1,8 a 3,5 a 2,0 a 2,5 a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata
pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5% 3. Panjang bunga (cm)
Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 7.
Pada tabel 7 menunjukan bahwa panjang bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan berbagai dosis dalam bentuk pelet maupun non pelet tidak beda nyata. Pada fase generatif, faktor yang mempengaruhi yaitu kandungan unsur hara (terutama P), kandungan air dan faktor tumbuhan itu. Menurut fachrozi Subakti (2013) dalam penelitiannya mengatakan jumlah daun mempengaruhi proses fotosintesis dan akan berpengaruh langsung terhadap hasil fotosintat dimana akan berpengaruh juga terhadap fase generatif tanaman jagung.
Tabel 7. Rerata panjang bunga (cm) pada umur 16 MST.
Perlakuan Panjang
Bunga (cm) P1 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar pelet
P2 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar pelet P3 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar pelet P4 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar non pelet P5 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar non pelet P6 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar non pelet
25,3 a 22,4 a 24,9 a 36,5 a 26,3 a 26,9 a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata
pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5%.
Pada tabel 7 rerata panjang bunga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Ini juga didukung oleh hasil analisis parameter jumlah daun dan luas daun tanaman jagung yang menunjukkan hasil yang tidak berebeda nyata. Diduga tanaman jagung mengalami proses fotosintesis dengan baik dimana akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada fase generatif atau dengan kata lain mempengaruhi proses pembentukan dan panjang bunga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan fitter dan hay (1994) bahwa jumlah daun akan mempengaruhi laju transpirasi, karena tanaman yang bertranspirasi bebas, air di evaporasi dari dinding sel menuju epidermis yang lembab dari bagian daun dan lepas ke udara melalui stomata.
Pemupukan juga akan mempengaruhi pada fase generatif tanaman jagung, pada perlakuan pemupukan tanaman jagung terdapat kandungan unsur hara N dan P dimana unsur hara tersebut sangat generatif yaitu fase dimana tanaman mulai membentuk pembungaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kuswandi (2007) bahwa unsur hara N ikut berperan dalam pembungaan, namun peranan N tidak terlalu besar seperti halnya peran unsur hara P dalam pembentukan bunga. Peran unsur hara P dalam pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan
ukuran bunga/tongkol. Hal ini didukung oleh pernyataan Kuswandi (2007) bahwa untuk mendorong pembentukan bunga dan buah sangat diperlukan unsur P.
4. Jumlah tangkai bunga (helai)
Hasil sidik ragam parameter jumkah tangkai bunga menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 % (lampiran 9) Hasil rerata jumkah tangkai bunga dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rerata jumlah tangkai bunga (helai) pada umur 16 MST. Perlakuan
Jumlah Tangkai
(helai) P1 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar pelet
P2 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar pelet P3 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar pelet P4 = Pupuk N, P, K (60,30,15 kg/ha) + kompos 15 ton/hektar non pelet P5 = Pupuk N, P, K (80,40,20 kg/ha) + kompos 20 ton/hektar non pelet P6 = Pupuk N, P, K (100,50,25 kg/ha) + kompos 25 ton/hektar non pelet
11,7 a 14,7 a 13,7 a 11,0 a 12,0 a 11,7 a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F pada taraf 5%.
Pada tabel 8 bahwa jumlah tangkai bunga yang dihasilkan dari semua perlakuan dengan berbagai dosis baik dalam bentuk pelet maupun non pelet tidak beda nyata. Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman tapi terpisah. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel)
berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal, 2000).
Pada tabel 9 rerata jumlah tangkai bunga bahwa semua sampel perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Pada fase pertumbuhan bunga unsur hara dan faktor kelembaban (pencahayaan) sangat berpengaruh untuk mencapai keberhasilan. Cahaya yang dimanfaatkan seefisien mungkin akan diperoleh hasil fotosintesis yang semakin besar. Fotosintat tersebut sangat menentukan hasil pembungaan karena sebagian fotosintat ditimbun dalam bunga betina dan akan tumbuh menjadi tongkol jagung. Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-non peletpati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.
Kandungan unsur hara N juga berpengaruh dalam proses sintesa protein, berlangsungnya proses sintesis protein akan mempengaruhi jumlah maupun ukuran bunga betina dimana jika proses diteruskan maka akan berlangsungnya proses pembentukan tongkol dimana kandungan sintesa protein akan ditimbun di dalam tongkol. Oleh karena itu, faktor pencahayaan dalam proses fotosintesis akan berpengaruh langsung terhadap panjang dan diameter tongkol. Maka jika dilihat pada tabel 9 hasil yang tidak berbeda nyata diduga dikarenakan tercukupinya unsur hara yang diperlukan oleh tanaman jagung dan proses fotosintesis yang berlangsung dengan baik. Hal ini juga didukung oleh sidik ragam jumlah daun dan luas daun yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.
41
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Imbangan pupuk N,P,K dan kompos kotoran sapi bentuk non pelet berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung di tanah regosol.
2. Imbangan yang terbaik adalah pupuk N 60 kg/hektar, P 30 kg/hektar, K 15 kg/hektar + kompos kotoran sapi 15 ton/hektar bentuk non pelet.
42
com/ manfaat-pupuk-kandang/. Diakses 20 February 2015
Agus Ruhnayat. 2015. Pengaruh pupuk organik curah dan pelet terhadap pertumbuhan, produksi, efisiensi pemupukan dan kesehatan tanaman jahe. Jurnal Bul. Litro. 25(2):91-98.
Andhi D. P, Euis E, N dan Setyono Y, T. 2014. Pengaruh kombinasi kompos kotoran sapi dan paitan (Tithonia diversifolia L.) terhadap produksi tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal produksi Tanaman. 2(6): 510- 416.
Arif Nurfitriana. 2013. Karakteristik dan uji potensi bionutrien PBAG yang diaplikasikan pada tanaman padi (Oryza sativa). http://repository.upi. edu/4142/1/S_KIM_0704291_Title.pdf. Di akses april 15 2016.
Aris Budiyanto dan I Ketut Ngawit. 2011. Hasil jagung pada berbagai frekuensi pemberian kalium di vertisol lombok yang diberi pupuk kandang sapi. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Mataram 4(1):30-36
. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Dari Kotoran Sapi. http://www.
agrotekno.net/ 2013/05/pembuatan-pupuk-organik-dari-kotoran.html.
Diakses 26 Februari 2015.
. 2014. Cara Membuat Kompos. http://kbunq.blogspot.com/2014/03/cara- membuat-kompos-dari-kotoran-sapi.html. Diakses 26 februari 2015
Bayu. 2010. Manfaat tanaman jagung. http://manfaattumbuhanbuah.blogspot.com /10/01/ manfaat-tanaman-jagung.html. Diakses 26 Februari 2015
Dikdik. T.R, 2014. Mengenal jenis karakter penyebaran tanah di Indonesia. http://organichcs.com/2014/05/11/mengenal-jenis-karakter-penyebaran- dan-pemanfaatan-tanah-pertanian-di-indonesia/. Diakses 20 Februari 2015 Kasniari D.N. dan Nyoman Supadma, A.A. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa
Dosis Pupuk (N, P, K ) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Kadar N, P, K Inceptisol Selemadeg, Tabanan. Jurnal Agritop. 26(04) : 168- 176.
M Fachrurrozi A.G, Setyono Y. T, Roedy Soelistyono. 2014. Pengaruh kombinasi kompos kotoran sapi dan paitan (Tithonia Diversifolia L)terhadap produksi tanaman cabai keriting (Capsicum annum L.). Jurnal Produksi Tanaman. 2(1):31-39
Fachrozi Surbakti. 2013. Pertumbuhan dan produksi jagung (zea mays l.) varietas pioneer-12 dengan pemangkasan daun dan pemberian pupuk NPKmg. Jurnal online Agroteknologi. 1(3):523-533
Fitter, A.H, Hay, R.K.K. 1994. Fisiologi lingkungan tumbuhan. UGM press. Yogykarta.
Gusmardi Bustami. 2012. Upaya Meningkatkan Produksi Dan Pemasaran Luar Negeri. Remarkable Indonesia. Jakarta.
Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ultisol. UniversitasLampung, Lampung.
Haryanto Bagus. 2014. Sukses bertanam jagung. Pustaka baru press. Yogyakarta. Hanafiah K,A.2007. dasar-dasar ilmu tanah. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta.
358 hlm.
Helmi. 2009. Perubahan beberapa sifat fisika regosol dan hasil kacang tanah akibat pemberian bahan organik dan pupuk fosfat. Jurnal Sains. 1(1): 1-8. Hermanuddin, Nurdin, Fitriah S. J. 2012 Uji Kurang Satu Pupuk N, P, dan K
terhadap Pertumbuhan Jagung di Dutohe Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Fakultas Pertanian Negri Gorontalo. 1(2): 67-73
Hedi Asrawan. 2013. Tanah regosol. http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/06/ tanah-regosol.html. Di akses 12 Februari 2016.
Isroi. 2009. Pupuk organik pelet (POP). https://isroi.com/2009/07/19/pupuk- organik-pelet-pop-2/. Di akses 20 februari 2016.
Johan Aquascape. 2015. Peran nutrisi bagi tanaman.
http://jurnalaquascape.com/peran-nutrisi-bagi-tanaman/. Diakses 27
agustus 2016.
June, A.P. 2011. Perbaikan Sifat Fisik Tanah Regosol Dan Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brasica Juncea. L)Akibat Pemberian Bokashi Ela Sagu Dan Pupuk Urea. Jurnal Budidaya Pertanian.7(1):35-40
Krisna A, W. Rina S, S. Saepulloh. Prima B, A, Mukharomah N, A. Perekat untuk pembuatan pelet pupuk organik dari residu proses digestasi anaerobik lumpur biologi industri kertas. Jurnal Selulosa. 4(2): 69-78. Lakitan Benyamin.1996. fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman .
Lia Y, W. 2015. Pengaruh pupuk pelet npk-azolla terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby corn (Zea mays. L) pada tanah regosol. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Manuhuttu, A.P, rehatta, H. Kailola,J.J.G. 2014. Pengaruh konsentrasi pupuk hayati bioboost terhadap peningkatan produksi tanaman selada (lactuca sativa. l). Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. 3(1):18-26
Moony munawaroh. 2011. http://earthy-moony.blogspot.co.id/2011/01/tanah- regosol. html. Di akses 26 agustus 2016.
Muh Askari dan Fatmawati. 2008. Aplikasi kompos kosgamas terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tunggak. Jurnal Agrosistem. 4 (2): 81 – 88
Muhammad Rizky. 2014. Plastisitas. Skripsi Universitas Negri Yogyakarta. Nina Rodina. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Pada Tanah Humus. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai.
Niwayan A,U. 2014. Kajian karakteristik fisik pupuk organik granul dengan dua jenis perekat. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 3(3):267-274.
Nur Aini. 2013. Teknologi fermentasi pada tepung jagung. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Palupi Saleh. 2001. Uji Sifat Fisik Ransum Ikan Bentuk Pelet Dengan Penyemprotan Air Panas Dan Penambahan Perekat Tepung Tapioka. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Onrizal. 2005. Hutan dan pengaturan tata air. Skripsi Universitas Sumatra Utara. Purwanto. 2013. Unsur hara makro dan mikro. http://purwantosp.blogspot.co.id/
2013/06/unsur-hara-makro-dan-mikro.html. Di akses 25 Juli 2016
Purwono dan Rudi, H. 2011. Bertanam jagung unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Reza Hermansah . 2013. Analisis tumbuhan. http://rezahermansah.blogspot.co.id/
2013/03/ analisis-tumbuhan.html. Di akses 27 juli 2016.
Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana . Bandung.
Selly, R.S. 2011. Keragaan fenotipe tanaman jagung hasil persilangan : studi heritabilitas beberapa sifat tanaman. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Sipendi. 2014. Kiat budidaya jagung organic hasil panen berlimpah. https:// www.sipendik.com/kiat-budidaya-jagung-organik-hasil-panen-berlimpah/. Diakses 20 februari 2015.
Sri Rahmi. 2002. Pengukuran indeks luas daun (ILD) untuk menduga evapotrasnpirasi dengan metode penmen-monteith pada pohon damar (Agathis lorantidolia), tusam (Pinus merkusii) dan puspa (Schima wallichii). Karya Ilmiah Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Susantidaina. 2011. Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Jurnal Agronobis. 3(5): 17-21.
Suwarsono, Muchlisin. A, Hidayat, Sayidan. S, Nanik, S.H, Heri. S, Kuncoro. T.S. 2011. Pengembangan metode penentuan indeks luas daun pada penutup lahan hutan dari data satelit pengideraan jauh spot-2. Jurnal Penginderaan Jauh. 8: 50-59.
Syafruddin, Faesal, dan M. Akil. 2008. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 205-214.
Syukur, S. 2005. Kajian beberapa tipe genetik tanaman jagung. Jurnal Pemuliaan Tanaman. 3(3):105-111.
Syukur. 2013. Manfaat pupuk kandang. http://pupukhantujimmy.blogspot.com
/2013/10/ manfaat-pupuk-kandang.html. Diaskes 20 February 2015.
Widayanti, A. 2008. Efek Pemotongan dan pemupukan terhadap produksi dan kualitas Borreria allata (Aubl.) sebagai hijauan makanan ternak kualitas tinggi. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yoga. 2010. Pupuk organik. http://macam2pupuk.com/2013/05/11/pupuk- organik/. Di akses 20 februari 2015.
46 Lampiran 1 perhitungan kebutuhan pupuk
Dosis pupuk kandang sapi 15 ton/hektar dan dosis N, P, K = 115 kg/hektar, 54 kg/hektar, 45 kg/hektar
- Kandungan unsur hara kotoran sapi N (0,4 %), P (0,2%), K (0,1%). - Kandungan unsur hara urea 46% N, SP36 36% P2O5, KCL 60% K2O.
15 ton = 15.000 kg
N :
, × 15.000 = 60 kgP :
, × 15.000 = 30 kgK :
, × 15.000 = 15 kgDosis Urea, SP36, KCL per kilogram
Urea = ( 115-60 ) = 119,57 kg SP36 = ( 54-30 ) = 66,67 kg KCl = ( 45-15 ) = 50 kg Jarak tanam = 75 x 25 cm = 0,75 x 0,25 = 0,1875 m2 Populasi tanaman = a e a a a a a = . 2 ,
= 53.333 tanaman/hektar
15 ton = 15.000.000 gramPer polybag pupuk kandang sapi = . . a
, a = 281,25 gram/tanaman Per polybag urea, SP36, dan KCL.
urea = , . = 2,24 gram/tanaman SP36 = , . = 1,25 gram/tanaman KCl = . . = 0,94 gram/tanaman
47 Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pupuk.
Dosis pupuk kandang sapi 20 ton/hektar dan dosis N, P, K = 115 kg/hektar, 54 kg/hektar, 45 kg/hektar
- Kandungan unsur hara kotoran sapi N (0,4 %), P (0,2%), K (0,1%). - Kandungan unsur hara urea 46% N, SP36 36% P2O5, KCL 60% K2O. 20 ton = 20.000 kg
N :
, × 20.000 = 80 kgP :
, × 20.000 = 40 kgK :
, × 20.000 = 20 kgDosis Urea, SP36, KCL per kilogram
Urea = ( 115-80 ) = 76,08 kg SP36 = ( 54-40 ) = 38,88 kg KCl = ( 45-20 ) = 41,6 kg Jarak tanam = 75 x 25 cm = 0,75 x 0,25 = 0,1875 m2 Populasi tanaman = a e a a a a a = . 2 ,
= 53.333 tanaman/hektar
20 ton = 20.000.000 gramPer polybag pupuk kandang sapi = . . a
, a = 375 gram/tanaman Per polybag urea, SP36, dan KCL.
urea = . . = 1,43 gram/tanaman SP36 = . . = 0,73 gram/tanaman KCl = . . = 0.78 gram/tanaman
48 Lampiran 3 Perhitungan kebutuhan pupuk.
Dosis pupuk kandang sapi 25 ton/hektar dan dosis N, P, K = 115 kg/hektar, 54 kg/hektar, 45 kg/hektar
- Kandungan unsur hara kotoran sapi N (0,4 %), P (0,2%), K (0,1%). - Kandungan unsur hara urea 46% N, SP36 36% P2O5, KCL 60% K2O. 25 ton = 25.000 kg
N :
, × 25.000 = 100 kgP :
, × 25.000 = 50 kgK :
, × 25.000 = 25 kgDosis Urea, SP36, KCL per kilogram
Urea = ( 115-100 ) = 32,61 kg SP36 = ( 54-50 ) = 11.11 kg KCl = ( 45-25 ) = 33,33 kg Jarak tanam = 75 x 25 cm = 0,75 x 0,25 = 0,1875 m2 Populasi tanaman = a e a a a a a = . 2 ,
= 53.333 tanaman/hektar
25 ton = 25.000.000 gramPer polybag pupuk kandang sapi = . . a
, a = 468,75 gram/tanaman Per polybag urea, SP36, dan KCL.
urea = , . = 0,61 gram/tanaman SP36 = . . = 0,21 gram/tanaman KCl = , . = 0,62 gram/tanaman
49 Lampiran 4 Layout ( tata letak penelitian)
Keterangan :
Setiap unit penelitian terdiri dari 3 tanaman sampel dan 1 tanaman cadangan. P1:Kompos kotoran sapi 15 ton/ hektar + Urea 119,57 kg, SP36 66,67 kg, KCl 50
kg/ hektar dipeletkan.
P2:Kompos kotoran sapi 20 ton/ hektar +Urea 76,08 kg, SP36 38,88 kg, KCl 41,6 kg/ hektar dipeletkan.
P3:Kompos kotoran sapi 25 ton/ hektar +Urea 32,61 kg, SP36 11.11 kg, KCl 33,33 kg/ hektar dipeletkan.
P4:Kompos kotoran sapi 15 ton/ hektar + Urea 119,57 kg, SP36 66,67 kg, KCl 50 kg/ hektar.
P5:Kompos kotoran sapi 20 ton/ hektar + Urea 76,08 kg, SP36 38,88 kg, KCl 41,6 kg/ hektar.
P6:Kompos kotoran sapi 25 ton/ hektar + Urea 32,61 kg, SP36 11.11 kg, KCl 33,33 kg/ hektar. P3.3 = perlakuan 3 ulangan 3
P3.3
P6.2
P5.1
P6.1
P1.1
P5.3
P4.3
P5.2
P3.1
P1.2
P2.3
P2.1
P4.2
P6.3
P3.2
P2.2
P4.1
P1.3
50 Lampiran 5 Proses pembuatan pupuk pelet
Serbuk gergaji
Kotoran sapi Abu dan kapur
Dikomposkan Hasil Kompos Lempung Dicampurkan Pelet Dikeringkan Aplikasi
51 Lampiran 6 Bahan dan Alat.
Gambar 6.1. Kotoran sapi Gambar 6.2. Tanah lempung
Gambar 6.3. Pupuk Pelet
Gambar 6.4. Timbangan analitik
Gambar 6.5. Mesin pelet
Gambar 6.6. Leaf Area Meter (LAF)
52
Lampiran 7 Tanaman umur 16 minggu pada berbagai perlakuan. a. Perlakuan pupuk pelet dosis
15 ton/hektar
b. Perlakuan pupuk pelet dosis 20 ton/hektar
c. Perlakuan pupuk pelet dosis 25 ton/hektar
d. Perlakuan pupuk non pelet dosis 15 ton/hektar
e. Perlakuan pupuk non pelet dosis 20 ton/hektar
f. Perlakuan pupuk non pelet dosis 25 ton/hektar
53
Lampiran 8 Tabel sidik ragam tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan berat segar tanaman.
a. Sidik ragam tinggi tanaman (cm)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 5193,939917 1038,787983 5,58 0,0069 s
Galat 12 2232,259933 186,021661
Total 17 7426,199850
R2 = 0.699408 CV = 4.959838 b. Sidik ragam jumlah daun (helai)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 4,94444444 0,98888889 0,64 0,6769 ns
Galat 12 18,66666667 1,55555556
Total 17 23,61111111
R2 = 0.209412 CV = 8.735387 c. Sidik ragam luas daun (cm2)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 11134613,33 2226922,67 2,97 0,0567 ns
Galat 12 8990362,67 749196,89
Total 17 20124976,00
R2 = 0.553273 CV = 19.49024
d. Sidik ragam berat segar tanaman (gram)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 183881,8999 36776,3800 7,89 0,0017 s
Galat 12 55919,0179 4659,9182
Total 17 239800,9178
R2 = 0.766811 CV = 13.31609
Keterangan : ns = tidak beda nyata pada taraf α 5%
54
Lampiran 9 Tabel berat kering tanaman, berat segar tanaman, berat kering bunga dan panjang bunga.
a. Sidik ragam berat kering tanaman (gram)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 14162,12896 2832,42579 8,11 0,0015 s
Galat 12 4188,64527 349,05377
Total 17 18350,77423
R2 = 0.771746 CV = 13,08643
b. Sidik ragam berat segar bunga (gram)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 31,31751667 6,26350333 1,30 0,3276 ns
Galat 12 57,89253333 4,82437778
Total 17 89,21005000
R2 = 0.351054 CV = 49,19253
c. Sidik ragam berat kering bunga (gram)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 9,88304444 1,97660889 1,24 0,3483 ns
Galat 12 19,06773333 1,58897778
Total 17 19,06773333
R2 = 0.341374 CV = 60,86330 d. Sidik ragam panjang bunga (cm)
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 355,9373778 71,1874756 1,66 0,2191ns
Galat 12 515,3723333 42,9476944
Total 17 871,3097111
R2 = 0.408508 CV = 24,24310
Keterangan : ns = tidak beda nyata pada taraf α 5%
55
Lampiran 10 tabel sidik ragam jumlah tangkai (helai).
Sumber Derajat
Bebas Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung Prob
Perlakuan 5 29,7777778 5,9555556 0,74 0,6085 ns
Galat 12 96,6666667 8,0555556
Total 17 126,4444444
R2 = 0.235501 CV = 22,80721
Keterangan : ns = tidak beda nyata pada taraf α 5%
56 Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah Daun Luas Daun Berat Basah Tanaman Berat Kering Tanaman Berat Segar Bunga Berat Kering Bunga Panjang Bunga Jumlah Bunga P1 c a a d b a a a a P2 bc a a cd b a a a a P3 bc a a bc b a a a a P4 ab a a ab a a a a a P5 ab a a a a a a a a P6 a a a ab a a a a a