BAB III METODE PENELITIAN
3.2 Operasionalisasi Penelitian
3.2.2 Variabel Independen
Variabel independen ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut juga sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab adanya suatu perubahan atau timbunya variabel terikat (Sugiyono, 2018:69).Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit.
3.2.2.1 Aset Pajak Tangguhan
Aset pajak tangguhan disebabkan jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Besarnya suatu aset pajak tangguhan dicatat apabila memungkinkan adanya realisasi manfaat pajak di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan judgement untuk menaksir seberapa mungkin aset pajak tangguhan dapat direalisasikan (Fitriany, 2016). Pada penelitian ini aset pajak tangguhan sebagai variabel yang diukur dengan perubahan nilai aset pajak tangguhan pada akhir
47
periode t dengan t-1 dibagi dengan nilai aset pajak tangguhan pada akhir periode t (Fitriany, 2016).
π¨π·π»π, π =β³ π¨πππ π·ππππ π»πππππππππ, π π¨πππ π·ππππ π»πππππππππ Keterangan :
APTi,t = Aset pajak tangguhan perusahaan i pada tahun t
3.2.2.2 Beban Pajak Tangguhan
Harnanto (2011:115) mendefinisikan bahwa beban pajak tangguhan dapat didefinisikan sebagai beban yang muncul akibat adanya perbedaan sementara antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak).
Dalam penelitian ini perhitungan beban pajak tangguhan dihitung dengan membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva atau total aset.
Hal ini dilakukan untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total aset pada periode t-1 untuk memperoleh nilai yang terhitung dengan proporsional. Rumus beban pajak tangguhan yang dikemukakan oleh Phillips, et al. (2003) adalah sebagai berikut:
π«π»π¬π, π =π©ππππ π·ππππ π»ππππππππ π»ππππ π¨πππ π β π Keterangan:
DTEi,t = Deffered Tax Expense (beban pajak tangguhan) perusahaan i pada tahun t
48 3.2.2.3 Komite Audit
Pada dasarnya komite audit merupakan komite dewan direksi yang bertanggung jawab untuk mengawasi proses penyusunan serta pelaporan keuangan, mengawasi audit eksternal dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) yang kemudian tugasnya didelegasikan kepada komite audit. Komite audit dibentuk untuk dapat memeriksa laporan pertanggungjawaban keuangan direksi perusahaan kepada pemegang saham. Menurut Marsha dan Ghozali (2017) komite audit merupakan komite yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaporan keuangan yang dibuat sudah sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini perhitungan komite audit diproksikan dengan jumlah pertemuan yang akan dilakukan selama setahun. Jika komite audit rutin mengadakan pertemuan maka menandakan bahwa komite audit pada suatu perusahaan tersebut dikatakan aktif.
Komite Audit = β Rapat Komite Audit 3.2.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dapat dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.variabel kontrol sering digunakan bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel kontrol yaitu leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas.
3.2.3.1 Leverage
Rasio leverage yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Assets Ratio (DAR), rasio ini merupakan perbandingan antara total utang dengan total aset pada suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki resiko leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba
49
karena perusahaan terancam default. Menurut Sujarweni (2016) rumus yang digunakan untuk mengukur leverage ratio adalah:
π«πππ πΉππππ =π»ππππ π³πππππππππ π»ππππ π¨πππ Keterangan:
Total Liabilitas = Total Hutang Total Aset = Total Aktiva 3.2.3.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan.
Perusahaan yang besar akan condong tidak melakukan tindakan manajemen laba, dikarenakan upaya untuk menjaga kepercayaan para pemegang saham dan investor. Maka, ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan =Ln (Total Aset) 3.2.3.3 Profitabilitas
Menurut Hery (2016:192) rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas disebut juga rasio rentabilitas. Pada penelitian ini indikator yang digunakan pada rasio profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
πΉπππππ πΆπ π¨ππππ = π¬ππππππ π¨ππππ π»ππ π»ππππ π¨πππ
50 Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Manajemen
1. Menghitung Total Accruals perusahaan i pada periode t
ππ΄πΆπ,π‘ = ππΌπ,π‘ β πΆπΉππ,π‘
4. Menghitung Discretionary Accrual (DA)
π·π΄πΆπ, π‘
= ( ππ΄πΆπ, π‘
ππ΄π, π‘ β 1) ππ·π΄π, π‘
Rasio
51
52 dalam penelitian ini adalah Debt to Assets Ratio (DAR), rasio
π·πππ‘ π ππ‘ππ
=πππ‘ππ πΏπππππππ‘ππ
πππ‘ππ π΄π ππ‘ Rasio
53
ini merupakan perbandingan antara total utang dengan total aset pada suatu perusahaan.
Perusahaan yang memiliki resiko leverage yang tinggi cenderung akan melakukan
manajemen laba karena perusahaan terancam default.
Ukuran Perusahaan (Kontrol)
Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan.
Perusahaan yang besar akan condong tidak melakukan tindakan manajemen laba, dikarenakan upaya untuk menjaga kepercayaan para pemegang saham
Ukuran Perusahaan =Ln (Total
Aset) Rasio
54 Profitabilitas
(Kontrol)
Menurut Hery (2016:192) rasio profitabilitas
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas disebut
juga rasio
rentabilitas.
π ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘
= πΈππππππ π΄ππ‘ππ πππ₯
πππ‘ππ π΄π ππ‘ Rasio
3.3 Tahapan Penelitian
Paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai suatu pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti dan sekaligus menemukan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab dalam penelitian (Sugiyono, 2018:72) . Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Pengamatan
Pengamatan adalah tahap pertama, dimana peneliti merasakan bahwa perubahan tertentu sedang terjadi di dalam lingkungannya. Perubahan berupa fenomena tertentu ini merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan terhadap fenomena yang berhubungan dengan judul peneliti yaitu pengaruh aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit terhadap manajemen laba pada tahun 2015-2020.
2. Tahap Pengumpulan Informasi Awal
55
Pengumpulan informasi awal meliputi pencarian informasi secara mendalam mengenai fenomena yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti. Pengumpulan informasi awal dalam penelitian ini dilakukan melalui studi atas kasus dan pemberitaan pada media massa dan dipadukan dengan studi pustaka melalui karya ilmiah serta buku referensi yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Tahap Perumusan Teori
Langkah selanjutnya adalah perumusan teori, yaitu usaha untuk menggabungkan semua informasi dalam cara yang logis, sehingga faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah ini dapat diuji. Pada tahap ini, peneliti menyusun landasan teori yang terkait dengan variabel yang diteliti dengan menggunakan jurnal-jurnal yang terkait, buku referensi, serta penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, untuk membantu penyusunan hipotesis dan yang nantinya akan diuji kebenarannya.
4. Tahap Penyusunan Hipotesis
Tahap yang keempat adalah penyusunan hipotesis. Penyusunan hipotesis adalah langkah setelah perumusan teori. Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang digunakan dalam bentuk pernyataan yang diuji.
5. Tahap Pengumpulan Data Ilmiah Lebih Lanjut
Setelah menyusun hipotesis, data yang terkait dengan setiap variabel dalam hipotesis perlu dikumpulkan. Dengan kata lain, pengumpulan data ilmiah lebih lanjut adalah diperlukan untuk menguji hipotesis yang dihasilkan dalam studi. Data setiap variabel dalam kerangka teoritis di mana hipotesis dihasilkan juga harus dikumpulkan. Data tersebut kemudian menjadi dasar untuk analisis data lebih lanjut yang akan diteliti.
6. Tahap Analisis Data
Setelah pengumpulan data lebih lanjut, tahap yang selanjutnya dilakukan adalah analisis data. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dengan data yang diperoleh guna menjawab pertanyaan masalah penelitian terkait. Pada penelitian ini, penulis
56 melakukan analisis apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
7. Tahap Deduksi
Penelitian deduksi ini adalah tahap terakhir. Deduksi merupakan proses penarikan kesimpulan dari hasil analisis data. Berdasarkan hasil dari analisis data yang dilakukan sebelumnya, peneliti juga dapat mengajukan rekomendasi mengenai bagaimana suatu masalah dapat dipecahkan.
Berdasarkan hasil pemaparan tersebut, maka dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut:
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:126). Populasi dalam peneltian ini adalah
Analisis Data Pengumpulan Data Penyusunan Hipotesis
Perumusan Teori Perumusan Masalah
Deduksi
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
57
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2020.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2018:127). Teknik sampling pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu Probability Samping dan Nonprobability sampling. Pada penelitian ini sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan salah satu dari kelompok Nonprobability sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan dari kriteria tertentu (Sugiyono, 2018:133).
Sampel penelitian yang digunakan adalah populasi yang sudah memenuhi kriteria, adapun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
2. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan secara lengkap dan berturut-turut di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020.
3. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tidak memiliki data lengkap dalam laporan tahunan terkait penelitian.
Tabel 3.3 Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Jumlah
1.
Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020. 52
2. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan secara (13)
58 lengkap dan berturut-turut di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2020.
3.
Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tidak memiliki data lengkap dalam laporan tahunan
terkait penelitian (14)
Jumlah sampel yang dijadikan objek penelitian 25 Jumlah data dalam penelitian (25 sampel x 6 tahun) 150 Sumber: Data yang telah diolah (2021)
3.5 Pengumpulan dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan tahunan dari sebanyak 25 (dua puluh lima) perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2020. Menurut Sujarweni (2016) data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku dan majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, dan lain sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang sudah ada dan terkait dengan variabel penelitian. Metode dokumentasi yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan laporan keuangan pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdatar di Bursa Efek Indonesia yang diambil dari website masing-masing perusahaan terkait.
2. Studi kepustakaan
Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca, memahami jurnal, artikel, buku, dan referensi lainnya untuk dapat memperoleh pemahaman terkait dengan penelitian.
59
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis adalah sebuah proses data yang tersedia lalu diolah dengan statistik sehingga dapat berguna dalam menjawab rumusan masalah serta hipotesis yang telah diperoleh dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan software SPSS IBM Statistics 25.
3.6.1 Analisis Deksriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2018).
Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala rasio, yaitu aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, komite audit, dan manajemen laba yang diukur dengan statistik deskriptif sebagai berikut:
1. Mean, yaitu nilai rata-rata dari yang diteliti. Mean diperoleh dari jumlah data dibagi dengan banyaknya data.
2. Minimum, yaitu nilai terkecil dari data yang diteliti.
3. Maksimum, yaitu nilai tertinggi dari data yang diteliti.
4. Standar deviasi atau simpangan baku yaitu analisis yang digunakan dalam mengukur penyebaran nilai dari variabel-variabel terkait dengan penelitian.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi syarat analisis regresi berganda terdapat beberapa uji asumsi klasik yang terlebih dahulu harus dipenuhi, model regresi yang baik akan lolos atau memenuhi uji asumsi klasik.
terdapat suatu penyimpangan atau tidak. Terdapat empat jenis uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji autokorelasi. Dari ke-empat jenis uji asumsi klasik, namun hanya uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas yang paling utama diperlukan (Basuki & Prawoto, 2016:250).
60 1. Uji Multikolonieritas
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Konsekuensi jika terjadi korelasi kuat di antara variabel independen:
a. Tidak dapat ditaksirnya koefisien regresi.
b. Jika koefisien menjadi tidak terhingga, maka nilai standar error.
Uji multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independen variabel dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10 dan nilai tolerance value adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance value kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas.
Untuk mempermudah melakukan perhitungan secara statistik, maka uji multikolinearitas yang dilakukan dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistics 25.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedasitas adalah dengan melihat probabilitas suatu variabel dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka akan terjadi heterokedasitas.
b. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka tidak terjadi heterokedasitas.
3.6.3 Analisis Regresi Data Panel
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data regresi data panel. Menurut Ghozali (2013), data panel merupakan gabungan dari cross section dengan time series. Hasilnya, data panel dapat berguna bagi peneliti untuk melihat dampak ekonomis yang tidak dapat dipisahkan dari penggunaan data cross section atau time series
61
secara terpisah.
Digunakannya metode data panel karena pada penelitian ini terdapat unsur cross section dan time series dimana cross section merupakan data dari beberapa objek pada waktu tertentu, dalam penelitian ini digambarkan oleh perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan time series adalah data suatu objek yang terdiri atas beberapa periode, dalam penelitian ini ditunjukkan oleh periode penelitian tahun 2015-2020. Persamaan model regresi data panel dapat dirumuskan sebagai berikut:
ππ,π‘ = πΌ + π½1π1,π,π‘ + π½2π2,π,π‘ + π½3π3,π,π‘ + π Keterangan:
Yi,t : Manajemen laba pada perusahaan i tahun ke-t Ξ± : Konstanta
X1,i,t : Aset pajak tangguhan pada perusahaan i tahun ke-t X2,i,t : Beban pajak tangguhan pada perusahaan i tahun ke-t X3,i,t : Komite audit pada perusahaan i tahun ke-t
Ξ²1,Ξ²2,Ξ²3 : Koefisien regresi masing-masing variabel Ι : Kesalahan residual (error)
3.6.4 Metode Estimasi Model
Secara umum, terdapat tiga model yang sering digunakan untuk mengestimasi regresi dengan data panel, menurut (Rosadi, 2012), yaitu:
1. Common Effect Model (Pooled Least Square Model)
Regresi pooling (regression pooling) adalah perkiraan model yang dilakukan dengan pendekatan OLS biasa (Base Ordinary Least Square) atau teknik kuadrat kecil. Model data panel diasumsikan sebagai pengaruh dari
62 perubahan dalam X diasumsikan bersifat konstan dalam waktu dan kategori cross-section (Rosadi, 2012).
2. Fixed Effect Model
Model fixed effect model (efek tetap) merupakan suatu model yang dapat menunjukkan perbedaan konstanta antar objek, meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Efek tetap di sini maksudnya adalah bahwa suatu objek, memiliki konstanta yang tetap yang besarnya untuk berbagai periode waktu.
3. Random Effect Model
Menurut (Widarjono, 2013), di masukannya variabel dummy di dalam model fixed effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa dampak berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya meminimalkan efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal sebagai metode random effect.
3.6.5 Pemilihan Model Regresi Data Panel
Pengujian model dapat dilakukan dengan tujuan mencari model terbaik untuk regresi data panel. Terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan:
1. Uji Chow
Uji chow adalah pengujian untuk menentukan model common effect atau fixed effect. Untuk melakukan Uji Chow dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model common effect H1 : Model fixed effect
Dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila:
a. Probability (p-value) cross section chi-square < 0,05 = menolak H0, artinya model fixed effect lebih sesuai dengan penelitian ini.
b. Probability (p-value) cross section chi-square > 0,05 = menerima H0, artinya model common effect lebih sesuai dengan penelitian ini.
63
2. Uji Hausman
Uji hausman merupakan pengujian statistik untuk memilih model pengujian yang tepat antara model fixed effect atau model random effect.
Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model Random effect H1 : Model fixed effect
Jika nilai Prob (cross-section random) < 0.05 maka H0 ditolak atau regresi data panel tidak menggunakan model Random Effect, namun jika nilai Prob (cross-section random) > 0.05 maka H0 diterima yang berarti regresi data panel menggunakan model Random Effect.
3. Uji Lagrange Multiplier (LM test)
Uji LM berfungsi untuk menentukan model commot effect atau random effect yang sesuai untuk penelitian. Kriteria yang digunakan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model Common Effect H1 : Model Random Effect
Jika nilai statistik Lagrange Multiplier (Breusch-Pagan) < 0.05 maka H0 ditolak atau regresi data panel tidak menggunakan model Common Effect, namun jika nilai statistik Lagrange Multiplier (BreuschPagan) >
0.05 maka H0 diterima yang berarti regresi data panel menggunakan model Common Effect.
3.6.6 Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengujian data panel, tahap selanjutnya yaitu melakukan pengujian hipotesis yang diajukan dan uji signifikansi parameter individual (uji statistik T), uji signifikansi simultan (uji statistik F), lalu menggunakan prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk uji koefisien determinasi (R2) (Ghozali, 2013).
64 3.6.6.1 Uji Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi (R2) menggambarkan korelasi yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil angka korelasi berkisar antara 0 (tidak ada hubungan sama sekali) sampai 1 (hubungan sempurna). Semakin besar R2 maka akan semakin baik karena menandakan semakin baik variabel independen dalam menjelaskan variabel independen.
Kelemahan dalam menggunakan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam penelitian. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka nilai R2 akan meningkat. Sehingga banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan adjusted R2 pada saat penelitian, karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan ke penelitian (Ghozali, 2013).
3.6.6.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas atau variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau variabel independen. Hipotesis nol yang akan diuji adalah apakah semua variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Sedangkan hipotesis alternatifnya semua variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat (Ghozali, 2013). Taraf signifikansi yang digunakan adalah = 0,05. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H01 : Aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit tidak berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba.
Ha1 : Aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba.
Dasar pengambilan keputusan uji hipotesis secara simultan diperoleh dari hasil pengolahan data dengan ketentuan berdasarkan nilai probabilitas:
65
a. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
3.6.6.4 Uji Parsial (Uji T)
Uji T pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menjelaskan variabel terikat.
Hipotesis nol yang akan diuji adalah apakah suatu variabel bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Sedangkan hipotesis alternatifnya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifkan terhadap variabel terikat (Ghozali, 2013). Hipotesis yang digunakan yaitu:
1. Pengaruh Aset Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba.
H0: Ξ²1 β₯ 0 : Aset Pajak Tangguhan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Ha: Ξ²1 < 0 : Aset Pajak Tangguhan secara parsial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
2. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba.
H0: Ξ²1 β₯ 0 : Beban Pajak Tangguhan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Ha: Ξ²1 < 0 : Beban Pajak Tangguhan secara parsial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba.
H0: Ξ²1 β₯ 0 : Komite Audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Ha: Ξ²1 < 0 : Komite Audit secara parsial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Jika signifikansi uji t < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
66 jika signifikansi uji t > 0,05 maka H0 diterima yang artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas 0,05, maka H0 diterima. Jika nilai probabilitas 0,05, maka H0
ditolak.
67
DAFTAR PUSTAKA
Achyani, F., & Lestari, S. (2019). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017). Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 4(1), 77β88. https://doi.org/10.23917/reaksi.v4i1.8063 Agoes, S., & Trisnawati, E. (2013). Akuntansi perpajakan. In Jakarta: Salemba
Empat.
Agus Harjito, M. (2014). Manajemen Keuangan, edisi1. Yogyakarta: Ekonisia.
Alkillah Silmy, Dudi Pratomo, S.E.T., M.Ak., Ardan Gani Asalam, S.E., M. A. . P.
(2020). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Dan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba ( Studi pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017 ). e-Proceeding of Management, 7(2), 2960β2967.
Astutik, R. E. P., & Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5, 1β17.
Ayres, F. L. (1994). Perceptions of earnings quality: What managers need to know.
Ayres, F. L. (1994). Perceptions of earnings quality: What managers need to know.