• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK

TANGGUHAN, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2015-2020) PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

Winda Arum 1402174124

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

2021

(2)
(3)

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN

LABA

(Studi pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2020)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program Studi S1 Akuntansi

Disusun Oleh:

Winda Arum 1402174124

Pembimbing

(Dudi Pratomo, S.E.T, M.Ak., Ph.D.)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

2021

(4)

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya, Winda Arum NIM 1402174124, menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi periode 2015-2020)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan melalui pengutipam sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya bersedia menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi saya ini.

Bandung, 13 September 2021 Yang membuat pernyataan

Winda Arum

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Sektor Barang Industri Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2020)” dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan pada program Akuntansi, Universitas Telkom Bandung.

Dalam menyusun proposal ini, penulis menyadari bahwa proposal ini tidak akan terselesaikan tepat waktu tanpa adanya dorongan moril maupun materiil, semangat, motivasi, bantuan, dan terutama doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta kelancaran dalam proses pengerjaan tugas akhir penulis.

2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Wawan Hermawan dan Ibu Lili Yuliawati, terimakasih atas segala kasih sayang, cinta, dorongan, semangat dan doa yang tidak pernah putus, serta menjadi sumber kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi ini.

3. Bapak Dudi Pratomo, S.E.T, M.Ak., Ph.D. selaku Kepala Program Studi Akuntansi Universitas Telkom dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan, dan motivasi pada penyusunan proposal skripsi dengan baik dan teliti.

4. Ibu Annisa Nurbaiti, S.E., M.Si. selaku Dosen Wali yang telah memberikan motivasi, kritik, dan saran kepada penulis.

5. Seluruh dosen pengajar Program Studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Sahabat-sahabat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang saling menguatkan dan memberikan motivasi serta bantuan yang tidak terduga, terimakasih banyak atas bantuan selama penyusun proposal skripsi ini.

(6)

iv

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini aamiin. Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan akan penyusunan proposal ini. Oleh karena itu, penulis menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan penulisan. Semoga proposal ini dapat diterima dengan baik dan dapat bermanfaat oleh pembaca. Terima Kasih

(7)

v ABSTRAK

Tindakan manajemen laba merupakan suatu penilaian dalam laporan keuangan dan persiapan sebuah transaksi yang bertujuan agar bisa memanipulasi kinerja keuangan serta pendapatan terkait suatu perusahaan yang mengakibatkan akan bergantung pada angka yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk menambah ataupun mengurangi pendapatan dengan memanipulasi nilai-nilai yang terdapat dalam laporan keuangan serta mempergunakan suatu cara pada akuntansi yang akan digunakan perusahan yang akan bermanfaat bagi mereka dengan adanya campur tangan dalam penyusunan laporan keuangan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2020.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh 66 sampel yang akan di observasi. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel dengan menggunakan software IBM SPSS 25.

Kata Kunci: Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Komite Audit, Manajemen Laba

(8)

vi ABSTRACT

Earnings management action is an assessment in financial statements and the preparation of a transaction that aims to manipulate the financial performance and related income of a company which will result in depending on the figures obtained. This is done to increase or decrease income by manipulating the values contained in the financial statements and using a method of accounting that will be used by the company that will benefit them by intervening in the preparation of financial statements.

This study was conducted to determine how the effect of Deferred Tax Assets, Deferred Tax Expense, and the Audit Committee on Earnings Management in consumer goods industrial sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The population in this study are consumer goods industrial sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2015-2020. The sample selection technique used was purposive sampling and obtained 66 samples to be observed. The analysis technique in this research is panel data regression analysis using IBM SPSS 25 software.

Keywords: Deferred Tax Assets, Deferred Tax Expense, Audit Committee, Earnings Management

(9)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian ... 1

1.2 Latar Belakang Penelitian ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ... 11

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 11

2.1.2 Manajemen Laba ... 12

2.1.3 Perpajakan ... 16

2.1.4 Aset Pajak Tangguhan ... 17

2.1.5 Beban Pajak Tangguhan... 19

2.1.6 Komite Audit ... 20

2.1.7 Leverage ... 21

2.1.9 Profitabilitas ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 25

(10)

viii

2.3 Kerangka Pemikiran ... 39

2.3.1 Pengaruh Aset Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba ... 39

2.3.2 Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba ... 40

2.3.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba ... 40

2.4 Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Karakteristik Penelitian ... 43

3.2 Operasionalisasi Penelitian ... 44

3.2.1 Variabel Dependen ... 45

3.2.2 Variabel Independen ... 46

3.2.3 Variabel Kontrol ... 48

3.3 Tahapan Penelitian ... 54

3.4 Populasi dan Sampel ... 56

3.4.1 Populasi ... 56

3.4.2 Sampel ... 57

3.5 Pengumpulan dan Sumber Data ... 58

3.6 Teknik Analisis Data ... 59

3.6.1 Analisis Deksriptif ... 59

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 59

3.6.3 Analisis Regresi Data Panel ... 60

3.6.4 Metode Estimasi Model ... 61

3.6.5 Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 62

3.6.6 Pengujian Hipotesis... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 41

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ... 56

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Kapitalisai Pasar ... 2

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu... 34

Tabel 3.1 Karakteristik Penelitian ... 44

Tabel 3.3 Kriteria Pemilihan Sampel ... 57

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

Perusahaan dalam memutuskan go public yaitu bertujuan untuk mendapatkan dana jangka panjang dari pihak eksternal dengan cara melakukan sebuah ekspansi melalui pasar modal yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi digabung pada tanggal 1 Desember 2017 yang merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) agar tercapainya efesiensi operasional dan perdagangan. Sebagai fasilitator, Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat memfasilitasi pasar yang lebih luas serta efisien dengan kredibilitas tingkat dunia.

Industri yang tercatat pada BEI bisa diklasifikasikan dengan bersumber pada tipe industri ataupun upaya yang dimiliki. Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki sembilan sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu Pertanian (Agriculture), Pertambangan (Mining), Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry & Chemical), Aneka Industri (Miscellanoeous Industry), Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Industry), Properti, Real Estate, dan Konstruksi Bangunan (Property, Real Estate, And Building Contruction), Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi (Infrastructure, Utility, And Tranportation), Keuangan (Finance), dan Perdagangan, Jasa dan Investasi (Trade, Service, And Investment) (https://www.idx.co.id/data- pasar/data-saham/daftar-saham/ ).

Sektor Consumer Goods Industry ini merupakan bagian dari perusahaan manufaktur yang mempunyai hubungan dekat dengan konsumen. Pada periode 2015 hingga periode 2020 khususnya di sektor industri barang dan konsumsi terdapat 52 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Investasi pada industri barang konsumsi membuat masyarakat indonesia menjadi tertarik serta menjanjikan dan menjadikan investasi yang cukup pada sektor tersebut. Pada sektor industri barang konsumsi ini peningkatan laba akan cenderung stabil dan sangat

(14)

2 menguntungkan karena industri barang konsumsi menyiapkan kebutuhan primer masyarakat.

Tabel 1.1

Nilai Kapitalisasi Pasar

Klasifikasi Industri Milyar (Rp.)

2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian 161,781 118,308 137,159 102,456 91,013 Pertambangan 255,126 161,419 285,744 441,555 385,260 Industri Dasar Dan

Kimia

381,637 286,951 285,744 639,059 606,229

Aneka Industri 372,500 303,425 393,716 371,225 384,372 Industri barang

konsumsi 1,014,801 1,129,447 1,285,281 1,408,367 1,357,003 Properti, Real Estate,

Dan Konstruksi Bangunan

360,004 370,714 426,188 362,468 429,365

Infrastruktur,Utilitas,

Dan Transportasi 743,325 637,168 719,812 709,28 847,669 Keuangan 1,313,676 1,230,932 1,478,250 1,991,752 2,433,507 Perdagangan, Jasa,

Dan Investasi

625,284 580,811 627,975 711,27 708,628

Sumber: IDX Fact Book Tahun 2017-2019

Tabel diatas menunjukkan nilai kapitalisasi pasar di sektor industri barang konsumsi mempunyai nilai yang besar serta pertumbuhan yang terus bertambah setiap tahunnya, tetapi pada periode 2019 mengakibatkan penurunan yang cukup banyak. Hal tersebut disebabkan karena salah satunya ada penyebab dari faktor ekonomi yang tidak bertumbuh dengan maksimal yaitu melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

(15)

3

1.2 Latar Belakang Penelitian

Teori Agensi (Agency Theory) yaitu “ sesuatu perjanjian yang melibatkan satu ataupun lebih agen untuk mendelegasikan ptpritas pemngambilan keputusan kepada agen dan melakukan beberapa layanan” (Jensen & Meckling, 1976). Ada 3 jenis permasalahan keagenan yang tak jarang terjadi, yaitu permasalahan antara shareholder dengan manajemen, permasalahan antara shareholder dengan debitur, dan permasalahan antara shareholder pada umumnya dengan shareholder minoritas (Purwantini, 2011).

Teori keagenan (Agency Theory) ini ikut serta dalam terdapatnya asimetri data antara manajer selaku agen serta owner (dalam perihal ini pemegang saham) selaku prinsipal. Situasi yang disebut sebagai asimetri informasi yakni ketika prinsipal tidak bisa memahami secara tepat dengan cara apa usaha agen memberi partisipasi pada hasil yang benar-benar terjadi di perusahaan. Ketika manajer banyak memahami laporan dari pihak dalam dan harapan industri untuk dikemudian hari dipertimbangkan dengan pemegang saham dan stakeholder yang kemudian pada saat itu asimetri informasi akan muncul. Dari sudut pandang laporan keuangan, administrator bisa menjalankan tindakan manajemen laba untuk menyebabkan kekeliruan pemilik (pemegang saham) yang berkaitan dengan tercapainya ekonomi perusahaan.

Adanya asimetri informasi yang dilakukan manajer akan mempengaruhi pengelolaan suatu laba. Pemangku kepentingan dengan tingkat asimetri informasi yang tinggi tidak lagi mempunyai tenaga kerja yang cukup untuk memperoleh informasi yang bersangkutan untuk memantau perilaku administrator yang mengarah pada praktik manajemen laba. Oleh karena itu, apabila informasi terkait dengan pengukuran kinerja manajer, asimetri informasi tersebut dapat berarti bahwa manajer tidak memberikan informasi tambahan. Perilaku manajemen laba adalah suatu penilaian dalam laporan keuangan dan persiapan sebuah transaksi yang bermaksud agar bisa memanipulasi kinerja keuangan serta pendapatan terkait suatu perusahaan yang mengakibatkan akan bergantung pada angka yang diperoleh.

Suatu upaya yang dipraktikan oleh manajemen dalam melakukan tindakan manajemen laba adalah untuk menambah ataupun mengurangi pendapatan dengan

(16)

4 memalsukan nilai-nilai yang terdapat dalam laporan keuangan serta memperlakukan suatu cara pada akuntansi yang akan digunakan perusahan yang akan bermanfaat bagi mereka dengan adanya campur tangan dalam penyusunan laporan keuangan. Upaya peningkatan nilai perusahaan, hal ini tidak lagi mencerminkan kinerja manajemen yang sebenarnya, tetapi sesuai dengan keinginan manajemen untuk merancang dan memperbaikinya.

Fenomena terjadinya perilaku manajemen laba telah terjadi pada pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) periode 2019 terkait atas hasil temuan laporan keuangan yang yang bermasalah di tahun 2017. Fenomena perilaku manajemen laba terjadi pada salah satu perusahaan di industri barang konsumsi yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) di periode 2019 terkait atas temuan laporan keuangan yang sangat meragukan pada tahun 2017. Sebuah survei atas laporan keuangan 2017 mengungkapkan bahwa manajemen laba melebih-lebihkan Rp 4 triliun di beberapa posisi akuntansi. Dalam laporan temuan berbasis fakta, PT. Ernst

& Young Indonesia (EY) menyatakan kepada manajemen baru AISA pada 12 Maret 2019 bahwa tuduhan menggelembungkan piutang, persediaan dan aset tetap Grup AISA. Diperoleh fakta bahwa direktur lama telah melebih-lebohkan dana senilai Rp 4 triliun, dan juga menemukan bahwa pendapatan senilai Rp 662 miliar diduga digelembungkan, dan kemudian laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) digelembungkan sebesar Rp 329 miliar pada proyek bisnis makanan dari emiten tersebut. Adapun fakta lain dari laporan PT. Ernst & Young (EY) merupakan dana senilai Rp 1,78 triliun rupiah yang mengalir dengan bermacam rencana AISA Group terhadap orang-orang yang disangka terkait mengenai pengelolaan yang lama. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar terlihat pertumbuhan nilai yang positif, sehingga para investor akan lebih tertarik jika melihat laba yang besar. (https://www.cnbcindonesia.com/)

Dari contoh kasus manajemen laba tersebut, selain merugikan pihak eksternal juga akan memberikan dampak yang negatif bagi perusahaan. Adanya manajemen laba, pada akhirnya akan mempengaruhi penyimpangan laporan yang berdasarkan fakta yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, yang pada akhirnya mempengaruhi keputusan investor dan pihak internal lainnya yang mengandalkan

(17)

5

informasi dalam laporan keuangan tersebut. Ada berbagai aspek yang mendorong perilaku manajemen laba manajer, termasuk aset pajak penghasilan tangguhan, beban pajak penghasilan tangguhan dan komite audit.

Faktor pertama adalah aset pajak tangguhan. Salah satu variabel aset pajak tangguhan ini yang sering diteliti karena adanya keterkaitan terhadap manajemen laba dan karena terdapat perbandingan peraturan pajak dengan metode akuntansi komersial yang menimbulkan koreksi fiskal berupa koreksi negatif dan koreksi positif. Kewajiban pajak tangguhan akan menimbulkan terjadinya koreksi negatif sedangkan aset pajak tangguhan akan menimbulkan terjadinya koreksi positif.

Menurut Trisnawati (2013:244) perbedaan waktu dapat menyebabkan aset pajak tangguhan sehingga bisa menimbulkan koreksi positif, sehingga menurut peraturan perpajakan beban pajak lebih rendah dibandingkan beban pajak menurut akuntansi komersial. Indikasi manajemen dalam melakukan tindakan manajemen laba akan semakin tinggi jika jumlah aset pajak tangguhan semakin besar. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2017) yang menunjukan bahwa aset pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Faktor kedua yaitu beban pajak tangguhan. Menurut Suandy (2011), beban pajak tangguhan disebabkan adanya dismilaritas sementara waktu antara laba akuntansi dan laba fiskal karena adanya perbedaan pada waktu dan prosedur pengakuan penghasilan dan beban tertentu berlandaskan standar akuntansi dengan aturan perpajakan. Beban pajak tangguhan akan mempengaruhi manajemen laba perusahaan, karena beban pajak tangguhan akan menurunkan tingkat laba perusahaan. Menurut Astutik & Mildawati (2016), beban pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap manajemen laba karena besarnya pajak tangguhan bersih akan berpengaruh pada pembayaran pajak di waktu yang akan datang yang tercermin pada pajak saat ini di tahun berikutnya. Tetapi penelitian tersebut berbeda dengan Putra (2019) yang berpendapat bahwa beban pajak tangguhan memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Faktor terakhir yang mempengaruhi manajemen laba terdapat juga pada komite audit. Menurut Pratomo (2020), dalam suatu perusahaan dibentuk komite audit untuk membantu dalam melakukan pemeriksaaan ataupun investigasi atas

(18)

6 pelaksanaan fungsi dewan direksi dalam mengelola perusahaan secara profesional dan tidak terikat pada siapapun. Adanya komite audit di dalam perusahaan akan mampu meminimalisir terjadinya perilaku manajemen laba. Dalam komite audit, jika semakin besar jumlah komite audit dalam perusahaan, maka semakin sedikit perilaku yang akan diambil manajemen dalam menerapkan perilaku manajemen laba. Dalam penelitian Khurnanto (2015), komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Zukhri (2015) yang berpendapat bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Adapun variabel kontrol yang mempengaruhi perilaku manajemen laba adalah leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Leverage adalah indeks yang dipakai dalam menilai seberapa banyak aset perusahaan yang melakukan pengeluaran melalui hutang. Dalam hubungannya dengan manajemen laba, diperoleh suatu fakta bahwa jika leverage tinggi maka dapat mengakibatkan terjadinya manajemen laba. Perbandingan antara total hutang dan total asset yang dimiliki oleh perusahaan disebut dengan leverage. Dalam Husnan (2001), mengatakan leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Keadaan ini terjadi bahwa leverage yang tinggi diakibatkan karena adanya faktor dari kekeliruan manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan atau kurang tepatnya skema yang diterapkan oleh manajemen. Selain itu, hal lain yang menjadi faktor adalah kurangnya pengarahan yang tidak hanya akan mengakibatkan leverage menjadi tinggi, tetapi juga akan meningkatkan perilaku manajemen laba untuk mempertahankan kemampuan kinerjanya di mata pemegang saham dan publik.

Sementara itu, ukuran perusahaan juga mengindikasikan terjadinya praktik manajemen laba. Menurut Veronica & Bachtiar (2003) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Keadaan ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena perusahaan besar memiliki insentif yang cukup untuk melakukan manajemen laba, karena perusahaan besar harus dapat memenuhi harapan investor atau pemegang saham. Selain itu, semakin besar perusahaan,

(19)

7

semakin banyak perkiraan serta evaluasi yang perlu diterapkan pada berbagai aktivitas perusahaan.

Laba yang dihasilkan suatu perusahaan dapat dibuktikan dari profitabilitas perusahaan. Profitabilitas adalah indikator kinerja manajemen dari seluruh aset dan aset perusahaan manajemen. Dalam penelitian Widyastuti (2009) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin besar terjadinya perilaku manajemen laba.

Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Pada Sektor Barang Industri Konsumsi yang terdaftar di BEI Periode 2015-2020)”

1.3 Perumusan Masalah

Kualitas pada laporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik kualitatif laporan keuangan dan merupakan faktor penting yang sangat harus diperhatikan perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan. Karakteristik yang dapat digunakan seperti mudah dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan.

Sedangkan saat ini banyak perusahaan yang tidak mempunyai kualitas yang baik pada laporan keuangan yaitu dengan cara melakukan manajemen laba.

Ketika sebuah perusahaan menerapkan praktik manajemen laba yakni untuk mengatur keadaan laba yang memiliki kepentingan dan berhubungan dengan perusahaan. Maka dari itu, laporan keuangan perusahaan juga perlu dipublikasikan kepada semua pihak terkait dengan adanya manajemen laba atau tidak. Hal ini dapat diteliti dengan aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji ulang dan menemukan hasil yang siginifikan.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka adapun pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, komite audit, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan manajemen laba pada

(20)

8 perusahaan di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020?

2. Bagaimana pengaruh secara simultan aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel kontrol leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas?

3. Bagaimana pengaruh secara parsial aset pajak tangguhan terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel kontrol leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas?

4. Bagaimana pengaruh secara parsial beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel kontrol leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas?

5. Bagaimana pengaruh secara parsial komite audit terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel kontrol leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, komite audit, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2020.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, komite audit, leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial aset pajak tangguhan terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel kontrol leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas.

4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel kontrol leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas.

(21)

9

5. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial komite audit terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel kontrol leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian pengaruh aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit terhadap manajemen laba ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1.5.1 Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya serta dapat meningkatkan pemahaman peneliti tentang pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Komite Audit pada perusahaan di sektor industri barang konsumsi yang telah terdaftar di BEI dan sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu yang peneliti pelajari selama masa perkuliahan serta dapat memperluas penelitian selanjutnya.

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang diharapkan dapat tercapai dalam penerapan pengetahuan sebagai hasil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta pertimbangan mengenai pengambilan keputusan dalam mengelola perusahaan terutama dalam suatu nilai perusahaan.

2. Investor, sebagai informasi tambahan yang berguna bagi investor maupun calon investor untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi dan membuat kebijakan.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penulisan pada penelitian terdiri dari lima bab. Sistematika penulisan tugas akhir ini, yaitu:

(22)

10 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan teori dan penelitian terdahulu yang melandasi penelitian.

Bab ini juga berisi kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan variabel-variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

(23)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) adalah hubungan kontrak antara principal dan agent (Jensen & Meckling, 1976) dalam Fitria & Kurnia (2015) dikatakan bahwa hubungan keagenan dapat terjadi ketika satu atau lebih pemegang saham atau investor (principal) memperkerjakan manajemen (agent) untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent tersebut.

Masalah teori keagenan ini dapat muncul dikarenakan adanya sebuah tindakan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri dan asimetri informasi. Asimetri informasi ini timbul ketika manajer mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dimasa depan dibanding dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses terhadap informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Hal ini dapat memberikan sebuah kesempatan bagi manajer untuk melakukan suatu tindakan manajemen laba.

Ketidakseimbangan sebuah informasi ini bisa menyebabkan terjadinya biaya keagenan, menurut (Jensen & Meckling, 1976) dalam (Fitria & Kurnia, 2015) biaya keagenan dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Biaya monitoring (monitoring cost) yaitu biaya yang timbul dan ditanggung oleh pihak principal untuk melihat serta memantau perilaku agent dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengurangi tindakan agent yang akan merugikan kepentingan principal.

2. Biaya peningkatan (bonding cost), yaitu biaya yang ditanggung oleh agent dengan beban principal untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak dalam kepentingan principal.

(24)

12 3. Biaya kerugian residual (residual loss), yaitu biaya yang timbul dari kenyaraan bahwa tindakan agent tidak selalu berbeda dengan tindakan yang memaksimumkan kepentingan principal.

Hal ini menyebabkan dari adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi antara pihak principal dan pihak agent yang dapat mengakibatkan sikap tidak saling percaya karena pihak agent akan bertindak demi kepentingan pribadi dengan mengesampingkan kepentingan principal. Pada konisi ini menyebabkan munculnya sebuah konflik dalam melakukan tindakan kecurangan dengan menyajikan informasi yang tidak sebenarnya pada laporan keuangan kepada principal yang disebut manajemen laba.

2.1.2 Manajemen Laba

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan yang ekonomis (economic advantage), yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan dalam jangka panjang dan tindakan tersebut dapat merugikan perusahaan (Naftalia, 2013). Manajemen laba merupakan kondisi manajemen dalam melakukan intervensi ketika proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan juga menurunkan laba ( Santana dan Wirakusuma, 2016). Para pelaksana bisnis berpendapat bahwa manajemen laba merupakan suatu perilaku oportunis seorang manajemen perusahaan agar stakeholder yang ingin mengetahui konsisi perusahaan tertipu dengan kondisi keuangan pada perusahaan yang dilaporkan baik (Mettawidya, 2015).

Motivasi utama manajemen untuk melakukan manajemen laba, yaitu mendorong investor untuk membeli saham dari perusahaan tersebut serta meningkatkan nilai pasar perusahaan. Menurut Sulistyanto (2014:63) dalam teori akuntansi positif yang dipergunakan untuk menguji perilaku etis seseorang dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan terdapat tiga hipotesis, yaitu :

(25)

13

1. Bonus plan hypothesis

Menyatakan bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkannya menjadi lebih tinggi.

2. Debt (equity) hypothesis

Menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio antara utang dan ekuitas lebih besar cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta cenderung melanggar perjanjian utang apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperoleh.

3. Political cost hypothesis

Menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat memperkecil atau memperbesar laba yang akan dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer perusahaan cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang-undang perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya. Manajer akan mempermainkan laba agar kewajiban pembayaran tidak terlalu tinggi sehingga alokasi laba sesuai dengan kemauan perusahaan.

Menurut Ayres (1994:27-29) dalam (Wahyudi & Dwiyanto, 2014) terdapat unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemeb laba, yaitu :

a. Kebijakan akuntansi

Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suau perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan oleh menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.

b. Pendapatan

Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.

c. Biaya

(26)

14 Menganggap sebagai beban/biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya.

Menurut Sulistyanto (2014:177) pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:

1. Penaikan laba (income increasing)

Upaya perusahaan mengatur agar laba periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya dan atau biaya periode berjalan menjadi lebih rendah dari biaya sesungguhnya.

2. Penurunan laba (income decreasing)

Pola penurunan laba merupakan upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengatur agar laba periode berjalan menjadi lebih rendah daripada laba sesungguhnya dan atau biaya periode berjalan menjadi lebih tinggi dari biaya sesungguhnya.

3. Perataan laba (income smoothing)

Pola perataan laba merupakan upaya perusahaan mengatur agar laba relatif sama selama beberapa periode dan biaya periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya sesungguhnya.

Menurut Sulistyanto (2014:161) manajemen laba dilakukan dengan cara mempermainkan komponen-komponen akrual yang ada pada laporan keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan kemauan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan suatu komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diperoleh atau dikeluarkan oleh perusahaan.

Menurut Sulistyanto (2014:211) secara umum terdapat tiga model yang telah dihasilkan para peneliti untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu:

1. Model Berbasis Aggregat Accrual, yaitu model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa ini dengan menggunakan dicretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Healy, DeAngelo, dan Jones.

(27)

15

2. Model Berbasis Spesific Accruals, yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item 25 atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri tertentu.

3. Model Berbasis Distribution of Earning After Management, manajemen pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan laba. Model ini terfokus pada pergerakan laba disekitar benchmark yang dipakai.

Menurut Perwitasari (2015) tahap-tahap perhitungan manajemen laba adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Total Accruals perusahaan i pada periode t

𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡 = 𝑁𝐼𝑖,𝑡 − 𝐶𝐹𝑂𝑖,𝑡

2. Menghitung nilai Total Accrual (TAC) yang diestimasi dengan menggunakan persamaan regresi liniear berganda

𝑇𝐴𝐶𝑖,𝑡

𝑇𝐴𝑖,𝑡−1= 𝛼₁ ( 1

𝑇𝐴𝑖,𝑡−1) + 𝑎₂ (∆𝑅𝐸𝑉𝑖,𝑡

𝑇𝐴𝑖,𝑡−1) + 𝑎2 (𝑃𝑃𝐸𝑖,𝑡

𝑇𝐴𝑖,𝑡−1) + 𝜀 3. Menghitung Nondiscretionary Acrual (NDA)

𝑁𝐷𝐴𝑖, 𝑡 = 𝛼₁ ( 1

𝑇𝐴𝑖,𝑡−1) + 𝑎₂ (∆𝑅𝐸𝑉𝑖,𝑡−∆𝑅𝐸𝐶𝑖,𝑡

𝑇𝐴𝑖,𝑡−1 ) + 𝑎2 (𝑃𝑃𝐸𝑖,𝑡

𝑇𝐴𝑖,𝑡−1) + 𝜀

4. Menghitung Discretionary Accrual (DA)

𝐷𝐴𝐶𝑖, 𝑡 = ( 𝑇𝐴𝐶𝑖, 𝑡

𝑇𝐴𝑖, 𝑡 − 1) 𝑁𝐷𝐴𝑖, 𝑡

(28)

16 Keterangan:

TACi,t = Total accrual perusahaan i pada periode t NIi,t = Net income perusahaan i pada periode t

CFOi,t = Aliran arus kas operasi perusahaan i pada periode t TAi,t-1 = Total aset perusahaan i pada periode t-1

∆REVi,t = Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t

∆RECi,t = Perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPEi,t = Nilai aktiva tetap perusahaan i pada periode t

NDAi,t = Nondiscretionary Accrual perusahaan i pada periode t DACi,t = Discretionary Accrual perusahaan i pada periode t

ɛ = Error

2.1.3 Perpajakan

2.1.3.1 Pengertian Pajak

Menurut UU No.16 tahun 2009 perubahan keempat atas UU No.6 tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 menerangkan bahwa pajak adalah suatu kontribusi untuk negara atau badan yang sifatnya memaksa menurut undang-undang yang tidak memperoleh balasan secara langsung dan dimanfaatkan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.

Menurut Rochmat Soemitro, pajak yaitu iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan undang-undang sifatnya dipaksakan. Pajak tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Djajadiningrat, pajak yaitu iuran kepada negara yang belum dibayar oleh yang wajib membayarkan menurut ketentuan-ketentuan atau dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat imbalan kembali, yang

(29)

17

langsung dapat ditunjukan dan manfaatnya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum bersangkutan dengan tugas negara yang melaksanakan pemerintahan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran dari rakyat kepada negara yang sifatnya memaksa tanpa mendapatkan imbalan secara langsung yang akan digunakan untuk membiayai keperluan negara.

2.1.3.2 Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang mempunyai dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber pemasukan dana bagi pemerintah, yang tujuannya untuk membiayai infrastruktur nasional atau pengeluaran negara. Sehingga pengeluaran negara dan pendapatan negara seimbang.

2. Fungsi mengatur (regulerend) yaitu sebagai alat pengatur dalam melaksakan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan serta pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.

Berdasarkan pengertian fungsi pajak tersebut dapat diketahui bahwa fungsi pajak sangat berpengaruh terhadap pembangunan negara. Pemerintah tidak akan mungkin membiarkan masyarakatnya hidup dengan keadaan perekonomian yang rendah, sehingga dapat diharapkan pajak dapat menjadi tulang punggung suatu negara dalam memenuhi kebutuhan hidup agar lebih sejahtera (Rahayu, 2017:31).

2.1.4 Aset Pajak Tangguhan

Aset pajak tangguhan adalah aset yang terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban pajak menurut komersial lebih kecil dibanding beban pajak menurut Undang-Undang pajak (Achyani & Lestari, 2019). Aset pajak tangguhan disebabkan jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian.

(30)

18 Besarnya suatu aset pajak tangguhan dicatat apabila memungkinkan adanya realisasi manfaat pajak di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan judgement untuk menaksir seberapa mungkin aset pajak tangguhan dapat direalisasikan (Fitriany, 2016).

Pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan diperbaiki dalam periode yang akan datang sebagai suatu akibat perbedaan sementara antara standar akuntansi komersial dengan peraturan perpajakan dan saldo kerugian yang bisa dikompensasikan pada periode mendatang menurut PSAK No.46 (IAI, 2009:8). Menurut Timuriana et al. (2015) kewajiban pajak tangguhan maupun aset pajak tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Apabila penghasilan sebelum pajak lebih banyak dari penghasilan kena pajak, maka beban pajak akan lebih banyak dari pajak terutang sehingga akan menghasilkan kewajiban pajak tangguhan.

2. Sebaliknya jika penghasilan sebelum pajak lebih sedikit dari penghasilan kena pajak, maka beban pajak juga lebih sedikit dari pajak terutang, sehingga akan menghasilkan aset pajak tangguhan. Aktiva pajak tangguhan sama dengan perbedaan sementara dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut diperbaiki.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 dikemukakan bahwa pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aset pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui tersebut dan apabila besar kemungkinan laba fiskal pada masa depan akan tersedia untuk pemulihannya maka aset pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan. Dengan diberlakukannya Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.46 yang mensyaratkan para manajer untuk mengakui serta menilai kembali aset pajak tangguhan yang dapat disebut pencadangan nilai aset pajak tangguhan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2013), aktiva pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan sepanjang

(31)

19

kemungkinan besar laba kena pajak akan tersedia sehingga perbedaan temporer dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba yang dimaksud Peraturan ini dapat memberikan kebebasan pada para menajer untuk menentukan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian aktiva pajak tangguhan pada laporan keuanganya, sehingga dapat digunakan untuk mengindikasikan ada tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan dalam laporan keuangan yang dilaporkan.

Dalam penelitian ini aset pajak tangguhan sebagai variabel yang diukur dengan perubahan nilai aset pajak tangguhan pada akhir periode t dengan t-1 dibagi dengan nilai aset pajak tangguhan pada akhir periode t (Fitriany, 2016)

𝑨𝑷𝑻𝒊, 𝒕 =△ 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑻𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒂𝒏𝒊, 𝒕 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑻𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒂𝒏𝒕 Keterangan :

APTi,t = Aset pajak tangguhan perusahaan i pada tahun t

2.1.5 Beban Pajak Tangguhan

Harnanto (2011:115) mendefinisikan bahwa beban pajak tangguhan dapat didefinisikan sebagai beban yang muncul akibat adanya perbedaan sementara antara laba akuntansu (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Menurut Waluyo (2013) menyatakan bahwa beban pajak tangguhan adalah jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang muncul akibat adanya pengakuan atas liabilitas atau aset pajak tangguhan.

Penyebab perbedaan antara beban pajak penghasilan dengan pajak penghasilan (PPh) terutang menurut Purba (2009:14) dapat dikategorikan pada dua kelompok:

1. Perbedaan permanen atau tetap

(32)

20 Perbedaan ini dapat terjadi berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan, terdapat beberapa penghasilan yang bukan objek pajak sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai objek pajak. Maka karena adanya akibat dari perbedaan ini adalah laba fiskal berbeda dengan laba komersial secara permanen.

2. Perbedaan Temporer atau Waktu

Perbedaan ini dapat terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yaitu penghasilan atau biaya yang bukan merupakan objek pajak atau penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final (PPh final), dan adanya non-deductible expenses, seperti halnya penghasilan bunga deposito.

Dalam penelitian ini perhitungan beban pajak tangguhan dihitung dengan membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva atau total aset.

Hal ini dilakukan untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total aset pada periode t-1 untuk memperoleh nilai yang terhitung dengan proporsional. Rumus beban pajak tangguhan yang dikemukakan oleh Phillips, et al. (2003) adalah sebagai berikut:

𝑫𝑻𝑬𝒊, 𝒕 =𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑻𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒂𝒏 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒕 − 𝟏 Keterangan:

DTEi,t = Deffered Tax Expense (beban pajak tangguhan) perusahaan i pada tahun t

2.1.6 Komite Audit

Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertujuan untuk membantu menjalankan tugas dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Tugas komite audit dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yaitu:

1. Penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan publik dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

(33)

21

2. Memberikan pendapat secara independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan Akuntan.

3. Memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan Perusahaan Publik (OJK, 2015).

Pada dasarnya komite audit merupakan komite dewan direksi yang bertanggung jawab untuk mengawasi proses penyusunan serta pelaporan keuangan, mengawasi audit eksternal dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) yang kemudian tugasnya didelegasikan kepada komite audit. Komite audit dibentuk untuk dapat memeriksa laporan pertanggungjawaban keuangan direksi perusahaan kepada pemegang saham.

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh komite audit dapat dipercaya jika komite audit tersebut memiliki kompetensi dan independensi. dengan melaksanakan fungsi serta tanggungjawab yang diberikan, diharapkan komite audit dapat berperan secara baik untuk mengurangi perilaku oportunis yang dilakukan oleh para manajer, namun jika kompetensi dan independensi komite audit tersebut tidak dapat terpenuhi maka tindakan manajemen laba tidak dapat dihindarkan.

Komite audit diproksikan dengan jumla rapat komite audit.

Berdasarkan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 55/POJK.04/2015 Komite Audit mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan dihadiri oleh 50% dari anggota komite audit (OJK, 2015). Jika komite audit rutin mengadakan pertemuan maka menandakan bahwa komite audit pada suatu perusahaan tersebut dikatakan aktif.

Komite Audit = ∑ Rapat Komite Audit 2.1.7 Leverage

Rasio leverage menurut Harjito dan Martono (2014) adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan leverage ini dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya. Dengan demikian penggunaan leverage akan

(34)

22 meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Sebaliknya leverage juga dapat meningkatkan risiko keuntungan. Jika perusahaan mendapat keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

Menurut Hery (2016:166) dalam bukunya menjelaskan bahwa:

Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi (memiliki utang yang besar) dapat berakibat timbulnya resiko keuangan yang besar, tetapi juga memiliki peluang yang besar pula untuk menghasilkan laba yang tinggi. Resiko yang besar ini timbul dikarenakan perusahaan terbebani dengan pembayaran bunga dalam jumlah yang besar. Akan tetapi bila dana hasil pinjaman tersebut dapat dipergunakan secara baik dan benar, hal itu akan memberikan peluang yang besar pula bagi suatu perusahaan dalam meningkatkan usahanya. Sebaliknya, jika perusahaan dengan resiko leverge yang rendah mempunyai peluang yang rendah juga dalam menghasilkan laba yang besar.

Rasio leverage yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Assets Ratio (DAR), rasio ini merupakan perbandingan antara total utang dengan total aset pada suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki resiko leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default. Menurut Sujarweni (2016) rumus yang digunakan untuk mengukur leverage ratio adalah:

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 Keterangan:

Total Liabilitas = Total Hutang Total Aset = Total Aktiva 2.1.8 Ukuran Perusahaan

Menurut Mahawyahrti & Budiasih (2016) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara antara lain dengan total aktiva, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar perusahaan. Perusahaan yang

(35)

23

berukuran besar mempunyai dasar pemegang kepentingan dengan jangkauan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan

berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kebijakan perusahaan bagi investor akan berpengaruh terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Namun, bagi

pemerintah akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima oleh masyarakat secara umum.

Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan.

Pada penelitian ini, indikator yang akan digunakan untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan adalah total aset karena dapat dipergunakan untuk mengungkapkan apakah perusahaan tersebut tergoloh besar atau tidak.

Perusahaan yang besar akan condong tidak melakukan tindakan manajemen laba, dikarenakan upaya untuk menjaga kepercayaan para pemegang saham dan investor. Maka, ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan =Ln (Total Aset) 2.1.9 Profitabilitas

Menurut Hery (2016:192) rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas disebut juga rasio rentabilitas. Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat keefektifitasan manajemen dalam melakasakan kegiatan operasional perusahaan, di samping itu rasio profitabilitas mempunyai tujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu.

Rasio profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan suatu laba yang menggambarkan adanya perolehan yang tinggi dari keuntungan pada suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dalam keadaan baik. Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai komponen yang ada di dalam

(36)

24 laporan laba rugi dan neraca dan dapat dilakukan untuk beberapa periode.

Tujuannya untuk mengevaluasi serta memonitor tingkat pertumbuhan profitabilitas dari waktu ke waktu. Rasio profitabilitas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Rasio Tingkat Pengembalian atas Investasi dan Rasio Kinerja Operasi. Rasio tingkat pengembalian atas investasi adalah rasio yang dipakai untuk menilai kompensasi finansial atas penggunaan asset atau ekuitas terhadap laba bersih. Rasio ini terdiri atas:

1. Hasil pengembalian atas aset (Return on Asset)

Pengukuran rasio ini merupakan hasil (return) atas penggunaan asset perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihaislkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset.

2. Hasil pengembalian atas ekuitas (Return on Equity)

Pengukuran rasio ini menunjukkan hasil (return) atas oenggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.

Rasio kinerja operasi merupakan rasio yang digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi (penjualan). Rasio ini terdiri atas:

1. Margin laba kotor (Gross Profit Margin)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase laba kotor atas penjualan bersih.

2. Margin laba operasional (Operating Profit Margin)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase laba operasional atas penjualan bersih.

3. Margin laba bersih (Net Profit Margin)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase laba bersih atas penjualan bersih.

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan pada rasio

profitabilitas adalah Return On Asset (ROA) karena rasio ini digunakan untuk mengukur total laba bersih yang akan dihasilkan dari semua total aset

(37)

25

yang dimiliki Hery (2016:193). Jika perusahaan memiliki Return On Asset (ROA) yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan pertumbuhan. Namun, pertumbuhan perusahaan tidak akan meningkat, jika perusahaan tidak mendapatkan laba dari total aktiva yang telah digunakan. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒏 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 =𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒙 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan komite audit terhadap manajemen laba yang merupakan referensi atau acuan penulis. Berikut penelitian terdahulu dengan variabel dependen yang sama yaitu manajemen laba sebagai berikut:

1. Penelitian 1

Nama Peneliti : Lucy Citra Fitriany

Judul : Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2011-2013)

Publikasi : JOM Fekon Vol. 3 No. 1 (Februari) 2016

Tahun : 2016

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aset pajak tangguhan saat ini. beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak atas manajemen laba.

Metode Penelitian : Data Sekunder

(38)

26 Hasil Penelitian : Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, uji

dinding menunjukkan bahwa variabel bebas aktiva pajak tangguhan saat ini dan perencanaan pajak yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan Variabel beban pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan manajemen laba.

Perbedaan Penelitian : Perencanaan pajak dan objek penelitian 2. Penelitian 2

Nama Peneliti : Lutfi M Baradja, Yuswar Zainul Basri, dan Vertari Sasmi

Judul : Pengaruh Beban Pajak Tangguhan,

Perencanaan Pajak Dan Aktiva Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba

Publikasi : Jurnal Akuntansi Trisakti Volume. 4 Nomor. 2 September 2017 : 191-206, ISSN: 2339-0832

Tahun : 2017

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beban pajak tangguhan, perencanaan pajak, dan aset pajak tangguhan untuk manajemen laba.

Metode Penelitian : Studi dengan pendekatan kausal.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial beban pajak tangguhan, perencanaan pajak, dan aset pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen laba.

(39)

27

Persamaan Penelitian : Beban pajak tangguhan, aset pajak tangguhan, dan manajemen laba

Perbedaan Penelitian : Perencanaan pajak

3. Penelitian 3

Nama Peneliti : Felicia Amanda dan Meiriska Febrianti

Judul : Analisis Pengaruh Beban Pajak Kini, Beban Pajak Tangguhan, Dan Basis Akrual Terhadap Manajemen Laba

Publikasi : Ultima Accounting Vol 7. No.1. Juni 2015

Tahun : 2015

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pajak kini, beban pajak tangguhan, dan basis akrual terhadap manajemen laba.

Metode Penelitian : Metode yang digunakan adalah regresi logistik Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini adalah (1) beban pajak kini berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (2) beban pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (3) basis akrual tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (4) beban pajak kini, beban pajak tangguhan, dan basis akrual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Beban pajak tangguhan dan manajemen laba Perbedaan Penelitian : Beban pajak kini dan basis akrual

(40)

28 4. Penelitian 4

Nama Peneliti : Ghafara Mawarid, Mazini Tundjung, dan Haryanto

Judul : Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

Publikasi : Diponegoro journal of acconting, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, ISSN: 2337-3806

Tahun : 2015

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode Penelitian : Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan regresi.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan akrual diskresioner tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Beban pajak tangguhan dan manajemen laba Perbedaan Penelitian : Objek penelitian

5. Penelitian 5

Nama Peneliti : Siti aminah dan Zulaikha

(41)

29

Judul : Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Konsentrasi Kepemilikan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Publikasi : Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, ISSN: 2337-3806

Tahun : 2019

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk menguji apakah aset pajak tangguhan, konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan mempengaruhi manajemen laba.

Metode Penelitian : Regresi berganda dengan pengambilan sampel purposive sampling

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aset pajak tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Di sisi lain,konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Aset pajak tangguhan dan manajemen laba Perbedaan Penelitian : Konsentrasi kepemilikan dan ukuran

perusahaan 6. Penelitian 6

Nama Peneliti : Yogi Maulana Putra

Judul : Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Food & Beverage yang terdaftar di BEI Tahun 2015-2017)

Publikasi : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Volume 8, Nomor 7, Juli 2019, e-ISSN: 2460-0585

(42)

30

Tahun : 2019

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba.

Metode Penelitian : Metode penelitian deksriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aset pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Sedangkan perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, dan manajemen laba.

Perbedaan Penelitian : Perencanaan pajak 7. Penelitian 7

Nama Peneliti : Dewi Kusuma Wardani, Desifa Kurnia Santi Judul : Pengaruh Tax Planning, Ukuran Perusahaan,

Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Manajemen Laba

Publikasi : Jurnal Akuntansi Vol. 6 No.1 Juni 2018, e- ISSN: 2540-9646

Tahun : 2018

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak, ukuran perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba.

(43)

31

Metode Penelitian : Data sekunder dengan teknik analisis regresi linier berganda

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak, ukuran perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan mempengaruhi manajemen laba sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian variabel. Secara parsial perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran persahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Manajemen Laba

Perbedaan Penelitian : Tax Planning, Ukuran Perusahaan, Corporate Social Responsibility (CSR)

8. Penelitian 8

Nama Peneliti : Ratna Eka Puji Astutik

Judul : Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba

Publikasi : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Volume 5, Nomor 3, Maret 2016, ISSN : 2460-0585

Tahun : 2020

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba

Metode Penelitian : Analisa regresi berganda

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan berpengaruh

(44)

32 terhadap manajemen laba. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan masing-masing mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Beban Pajak Tangguhan dan Manajemen Laba Perbedaan Penelitian : Perencanaan Pajak

9. Penelitian 9

Nama Peneliti : Lusiana Kanji

Judul : Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Publikasi : Bongaya Journal for Reseacrh in Accounting, Volume 2 Nomor 1 April 2019, e-ISSN: 2615- 8868

Tahun : 2019

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba.

Metode Penelitian : Metode pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba

Persamaan Penelitian : Beban Pajak Tangguhan dan Manajemen Laba Perbedaan Penelitian : Perencanaan Pajak dan Objek Penelitian

(45)

33

10. Penelitian 10

Nama Peneliti : Irsan Lubis dan Suryani

Judul : Pengaruh Tax Planning, Beban Pajak Tangguhan Dan Ukuran Oerusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016) Publikasi : Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7 No.1

April 2018, ISSN: 2252-7141

Tahun : 2017

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh tax planning, beban pajak tangguhan, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia

Metode Penelitian : Purposive sampling dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tax planning dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan beban pajak tangguhan tidak berpnegaruh terhadap manajemen laba.

Persamaan Penelitian : Beban Pajak Tangguhan, Manajemen Laba, dan objek penelitian

Perbedaan Penelitian : Tax Planning dan Ukuran Perusahaan

(46)

34 Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti;

Judul; Publikasi;

Tahun

Tujuan Penelitian Metode

Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Penelitian

Perbedaan Penelitian 1. Lucy Citra Fitriany:

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak Terhadap

Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011- 2013);

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh aset pajak tangguhan saat ini.

beban pajak

tangguhan dan perencanaan pajak atas manajemen laba.

Data Sekunder

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, uji dinding menunjukkan bahwa variabel bebas aktiva pajak tangguhan saat ini dan perencanaan pajak yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap

manajemen laba, sedangkan

Variabel beban pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan

terhadap

manajemen laba.

Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Manajemen laba

Perencanaan pajak dan Objek penelitian

2 Lutfi M Baradja, Yuswar Zainul Basri,

Vertari Sasmi:

Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan

Pajak Dan Aktiva Pajak Tangguhan Terhadap

Manajemen Laba:

2017

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

beban pajak

tangguhan,

perencanaan pajak, dan aset pajak tangguhan untuk manajemen laba.

Studi dengan pendekatan kausal.

Hasil ini

menunjukkan bahwa secara parsial beban pajak tangguhan, perencanaan pajak dan aset pajak tangguhan

berpengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen laba.

Beban Pajak Tangguhan, Aset Pajak

Tangguhan, dan Manajemen laba

Perencanaan pajak

3 Felicia Amanda &

Meiriska Febrianti:

Analisis Pengaruh Beban Pajak Kini, Beban Pajak Tangguhan, Dan Basis Akrual

Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pajak kini,

beban pajak

tangguhan, dan basis

Metode yang digunakan adalah regresi logistik

Hasil dari penelitian ini adalah (1) beban pajak kini berpengaruh signifikan terhadap

Beban Pajak Tangguhan, dan Manajemen laba

beban pajak kini, basis akrual

(bersambung)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Karakteristik Penelitian No  Karakteristik Penelitian  Jenis  1  Berdasarkan metodologi penelitian  Kuantitatif  2  Berdasarkan tujuan penelitian  Deskriptif  3  Berdasarkan tipe penyelidikan  Asosiasi  4  Berdasarkan strategi penelitian  Survei
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
Tabel 3.3 Kriteria Pemilihan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba apabila tidak terjadi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Aset pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba untuk menghindari laporan rugi pada perusahaan dengan nilai

Dari fenomena dan hasil penelitian sebelumnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Beban Pajak Kini dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Model pengaruh perencanaan pajak (tax planning), beban pajak tangguhan (deffered tax expense) dan profitabilitas terhadap manajemen laba dengan sampel perusahaan manufaktur

penelitian ini menguji kembali pengaruh kemampuan aset pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak dalam memprediksi manajemen laba dimana dalam

Aset pajak tangguhan merupakan salah satu faktor mengapa perusahaan melakukan manajemen laba begitu juga dengan ukuran perusahaan; faktor ukuran perusahaan sangat

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara parsial beban pajak tangguhan berpengaruh segnifikan terhadap manajemen laba dengan nilai pvalue sebesar 0.0364