• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel independen atau disebut juga variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel dependen (Sugiyono, 2013 dalam Adnan dkk 2016). Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Dana Pihak Ketiga (X1)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat (Muhammad 2014).

Dana Pihak Ketiga = Total Dana Pihak Ketiga

53 b. Nilai Tukar (X2)

Nilai tukar mata uang adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestic atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestic terhadap mata uang asing (Nofinawati 2018 ). Nilai tukar dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

πΎπ‘’π‘Ÿπ‘  tengah = π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘  π‘—π‘’π‘Žπ‘™ + π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘  𝑏𝑒𝑙𝑖 2

c. Inflasi (X3)

Inflasi adalah proses kenaikan harga harga umum barang barang secara terus menerus. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja meskipun dengan persentase yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi (Nopirin 2019 : 25).

d. Ukuran bank (X4)

Ukuran bank adalah suatu skala yang mengelompokkan besar kecilnya perusahaan berdasarkan berbagai cara yaitu dengan total asset total penjualan, atau total modal (Basyaib 2007 dalam Adnan dkk 2016).

Ukuran Bank = Ln Total Aset 2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas, Sujarweni (2015:75). Dalam penelitian ini yang termasuk dalam variabel dependen adalah sebagai berikut:

54 1. Profitabilitas (Y)

Profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada (Syafri dalam Suazhari 2019 ). Ukuran profitabilitas dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini ialah Return On Assets (ROA). Data profitabilitas (ROA) diperoleh dari data statistik perbankan syariah dari tahun 2016-2020 yang dipublikasikan di situs resmi Otoritas Jasa Keuangan.

Tabel 3. 4 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Variabel Indikator Penguku

ran Pihak Ketiga Laporan Keuangan Triwulanan Bank umum syariah yang terdapat di website resmi mata uang asing dalam mata uang domestic atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestic kurs beli mata uang rupiah terhadap dollar yang ditetapkan oleh Bank indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah kurs dari tahun 2016-2020

Rupiah

55 E. Teknik analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data panel. data panel adalah gabungan antara data time series dengan cross section. yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu. Data time series biasanya meliputi satu variabel, misalnya harga saham, kurs mata uang, atau tingkat inflasi yang meliputi beberapa periode, seperti harian, bulanan, kuartalan, tahunan dan sebagainya.

Data cross section terdiri dari beberapa atau banyak objek, misalnya laba, biaya iklan, tingkat investasi dan lain lain ( Sriyana, 2014 : 77).

Adapun keunggulan penggunaan regresi data panel menurut Wibisono dalam Basuki (2013) adalah sebagai berikut :

3 Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga harga umum barang barang secara terus menerus.

Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja meskipun dengan persentase yang cukup besar bukanlah

yang diterbitkan Badan Pusat Statistik dari cara yaitu dengan total asset total penjualan, atau total modal Asset laporan Keuangan Triwulanan Bank umum syariah yang terdapat di website resmi masing masing BUS

Rupiah

56

1. Teknik estimasi Panel data dapat mengatasi heterogenitas individu secara eksplisit dengan memberikan variabel spesifik individu.

2. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku kompleks.

3. Dengan mempelajari observasi cross-section yang berulang-ulang, sehingga metode data panel cocok digunakan untuk mempelajari dinamika perubahan (study of dynamic adjustmen).

4. Dengan menggabungkan antara observasi time series dan cross section, data panel memiliki implikasi ada data yang lebih informatif, lebih variatif, dan kolinieritas (multiko) antara data semakin berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisiensi.

5. Data panel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross section mumi atau time series murni.

6. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Uji regresi data panel ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (Dana Pihak Ketiga, Inflasi, Nilai tukar dan Ukuran bank ) terhadap variabel dependen (ROA), dalam pengujian ini peneliti menggunakan software Miscrosoft Excel dan Eviews 10. Dalam

57

metode estimasi model regresi data panel menurut Widarjono (2009:231) dapat dilakukan melalui tiga pendekatan:

1. Metode Pendekatan Common Effect Model (CEM)

Metode common effect merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalarn berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.

Persamaan dengan menggunakan Common Effect Model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

Yit = Ξ²0 + Ξ²1X1it + Ξ²2X2it + ℇit

2. Metode Pendekatan Efek Tetap (Fixed effects)

Pendekatan ini menggunakan variabel boneka yang dikenal dengan sebutan efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Efek tetap disini adalah bahwa satu obyek memiliki intersep yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian juga koefisien regresinya tetap besarnya antar individu maupun dari waktu ke waktu.

58

Pada metode fixed effect, estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobolan (nowight) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) dan dengan pembobotan (Cross Section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section.

Persamaan dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

Yit = Ξ²0 + Ξ²1X1it + Ξ²2X2it + Ξ²3X3it + Ξ²3D1i + Ξ²3D2i + ...+𝜺it Dengan D = (D1, D2, …, Dn) merupakan variabel dummy untuk unit ke-i. Penggunaan variabel dummy inilah yang membuat estimasi pada Fixed Effect Model disebut Least Square Dummy Variabel (LSDV) model.

3. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effects)

Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu, Pada model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing masing perusahaan. Keuntungan menggunakan model Random Efect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model (ECM). Dalam metode Ordinary Least Square (OLS) tidak bisa digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien bagi model random effect. Sehingga metode yang te pat untuk mengestimasi model random efect adalah Generalized Least

59

Square (GLS) dengan asumsi homokedastisitas dan tidak ada cross sectional correlation.

Untuk menganalisis dengan metode efek random ini ada satu syarat, yaitu objek data cross section harus lebih besar daripada banyaknya koefisien. Artinya untuk melakukan analisis sebanyak 3 variabel (baik independen maupun dependen) maka minimal harus ada minimal 3 objek data cross section.

Persamaan dengan menggunakan Random Effect Model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

Yit = 𝜢1 + βjXj it + 𝜺it dengan 𝜺it = ui + vt + wit

Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan menurut Gujarati (2012:253) yakni:

a. Uji Chow (chow-Test)

Uji Chow bertujuan untuk memilih atau membandingkan model mana yang terbaik apakah model common effect atau fixed effect yang lebih sesuai. Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model (CEM) Ha : Fixed Effect Model (FEM)

60

Apabila hasil uji spesifikasi ini menunjukkan probabilitas Chi-square lebih dari 0,05 maka model yang dipilih adalah common effect.

Sebaliknya, apabila probabilitas Chi-square kurang dari 0,05 maka model yang sebaiknya dipakai adalah fixed effect. Ketika model yang terpilih adalah fixed effect maka perlu dilakukan uji lagi, yaitu uji Hausmann untuk mengetahui apakah sebaiknya memakai fixed effect model (FEM) atau random effect model (REM). Adapun uji F statistiknya adalah sebagai berikut:

C = π‘…π‘…π‘†π‘†βˆ’π‘ˆπ‘…π‘†π‘†/(π‘βˆ’1) π‘ˆπ‘…π‘†π‘†/(π‘π‘‡βˆ’π‘βˆ’πΎ) Keterangan:

RRSS : Restricted Residual Sum Square (diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square).

URSS : Unrestricted Residual Sum Square (diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect).

N : Jumlah data cross section T : Jumlah data time series K : Jumlah variabel bebas b. Uji Hausman

Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Crosssection Random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut:

61 H0 : Random Effect Model (REM) Ha : Fixed Effect Model (FEM)

Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi 0.05 (5%), maka menolak H0 yang berarti model fixed effect lebih baik dibandingkan model random effect. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0 yang berarti model random effect lebih baik dibandingkan model fixed effect. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai berikut:

H=(Ξ²RE - Ξ²FE) 1 (Ξ£FE – Ξ£RE) -1 (Ξ²RE – Ξ²FE)

Keterangan:

Ξ²RE : Random Effect Estimator Ξ²FE : Fixed Effect Estimator

Ξ£FE : Matriks Kovarians Fixed Effect Ξ£RE : Matriks Kovarians Random Effect

c. Uji Lagrange Multiplier

Uji dilakukan untuk menguji apakah data dianalisis dengan menggunakan random effect atau common effect, pengujian tersebut dilakukan dengan program Eviews 10. Uji ini digunakan ketika dalam pengujian uji chow yang terpilih adalah model common effect.

Melakukan uji lagrange multiplier test data juga diregresikan dengan

62

model random effect dan model common effect dengan membuat hipotesis sebagai berikut :

H 0 : Ξ² 1 = 0 {maka digunakan model common effect}

H 1 : Ξ² 1 β‰  0 {maka digunakan model random effect}

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji hausman adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai statistik LM > nilai Chi-Squre, maka H 0 ditolak, yang artinya model random effect.

b. Jika nilai statistik LM < nilai Chi-Squre, maka H 0 diterima, yang artinya model common effect.

1. Uji Asumsi Klasik

Menurut Widarjono (2009:101), dalam melakukan analisis regresi berganda harus memenuhi beberapa persyaratan dan berhasil melewati serangkaian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Cara untuk mendeteksi apakah residual memiliki distribusi normal atau tidak

63

dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test (Winarno, 2015:5.41). Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:

Hipotesis: Bila probabilitas Jarque-Bera > 0.05 β†’ Terdistribusi normal Bila probabilitas Jarque-Bera < 0.05 β†’ Tidak terdistribusi normal

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas dapat digunakan metode analisis grafik dan metode statistik. Metode grafik relatif lebih mudah dilakukan namun memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi tampilannya. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik.

Heteroskedastisitas dapat terjadi karena adanya data outlier (data ekstrim).

Heteroskedastisitas tidak menyebabkan estimator (koefisien variabel independen) menjadi bias karena residual bukan komponen menghitungnya. Namun, menyebabkan estimator jadi tidak efisien dan BLUE lagi serta standard error dari model regresi menjadi bias

64

sehingga menyebabkan nilai t statistik dan F hitung bias (misleading). Dampak akhirnya adalah pengambilan kesimpulan statistik untuk pengujian hipotesis menjadi tidak valid. Metode statistic memiliki beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas diantarannya yaitu Glesjer, White, Breusch-paganGodfrey, Harvey, Park. Dalam penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan glesjer dapat menjelaskan apabila nilai Probabilitas F-Statistic lebih kecil dari Ξ±=5% maka data bersifat heteroskedastisitas begitu pula sebaliknya.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak (Suliyanto, 2011:81). Jika antar variabel independen X’s terjadi multikolinearitas sempurna, maka koefisien regresi variabel X tidak dapat ditentukan dan nilai standar error menjadi tak terhingga. Jika multikolinearitas antar variabel X’s tidak sempurna tetapi tinggi, maka koefisien regresi X dapat ditentukan, tetapi memiliki nilai standar error tinggi yang berarti nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasi dengan tepat. Jadi dapat disimpulkan meskipun terjadi multikolinearitas tinggi antarvariabel independen, OLS estimator tetap BLUE (Ghozali, 2013:77).

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas. Diantaranya

65

dengan melihat nilai R2 ataupun dengan melihat besaran matrik korelasi (correlation matrix).

1) Pendeteksian multikolinearitas dengan R2

Jika nilai R2 tinggi, tetapi hanya sedikit (bahkan) tidak ada variabel independen yang signifikan. Jika nilai R2 tinggi di atas 0.80, maka uji F pada sebagian besar kasus akan menolak hipotesis yang menyatakan bahwa koefisien slope parsial secara simultan sama dengan nol, tetapi uji t individual menunjukkan sangat sedikit koefisien slope parsial yang secara statistis berbeda dengan nol.

2) Pendeteksian multikolinearitas dengan matrik korelasi Korelasi antar dua variabel independen yang melebihi 0,80 dapat menjadi pertanda bahwa multikolinearitas merupakan masalah yang serius (Ghozali, 2013:79).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah hubungan yang muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan satu sama lain.

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi titik baik/tidak layak dipakai prediksi.

Dalam mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Dubin-Watson (DW test) dan Uji Lagrange Multiplier(LM test) atau uji Breusch-Godfrey(BG

66

test). Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah Uji Lagrange Multiplier (LM test). Jika nilai probabilitas pada Obs* R-squared lebih besar dari taraf nyata (Ξ±= 0.05) model artinya tidak ditemukan gejala autokorelasi pada model begitupun sebaliknya.

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik selanjutnya adalah uji signifikansi. Uji signifiknasi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kesalahahan atau kebenaran dari hasil hipotesis null dari sampel. Adapun uji statistik analisis regresi tersebut menurut Widarjono (2009:63-65) antara lain:

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial atau uji t-test pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tahap-tahap pengujian uji t (Ghozali, 2018:179) yaitu:

a) Menentukan Ho dan Ha

1) Ho : hipotesis yang hendak diuji apakah suatu parameter sama dengan nol. Ho : bi = 0

2) Ha : hipotesis alternative apakah suatu parameter tidak sama dengan nol. Ha : bi β‰  0

b) Menentukan signifikansi Ξ± : 0,05%

c) Kesimpulan :

1) P value < 0,05 , maka Ho ditolak atau variabel independen

67

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

2) P value > 0,05 , maka Ho diterima atau variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.

b. Uji F

Uji f statistik yaitu menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat dilihat dengan menggunakan Eviews. Dengan hipotesis sebagai berikut : (Mahulete, 2016).

H0 : Berarti variabel bebas tidak memiliki pengaruh dengan variabel terikat

Ha : Berarti ada pengaruh secara serentak antara semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kriteria : (Mahulete, 2016).

Apabila F β„Ži𝑑 > F tabe : maka Ho ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa variabel bebas (X1,X2) secara serentak terhadap variabel terikat (Y) adalah signifikan.

Apabila F β„Ži𝑑 > F tabel : maka Ho diterima Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel bebas (X1,X2) secara serentak terhadap variabel terikat (Y) adalah tidak signifikan. (Mahulete, 2016).

c. Uji Koefisien Determinasi (R 2 )

68

Menurut Ghozali (2012 : 97), koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Koefisien determinasi ini digunakan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah antara nol dan satu.

1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

2. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.

semakin baik pila kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variable dependen. Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variable.

Koefisien determinasi dapat dicari dengan menggunakan rumus : (Mahulete, 2016).

π‘ΉπŸ =𝑺𝑺𝑹 𝑺𝑺𝑻 Dimana :

SSR : Jumlah kuadrat dari regresi

69

SST : Total jumlah kuadrat

Besarnya nilai RΒ² berada di antara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0 < RΒ² < 1. Jika RΒ² semakin mendekati 1 (satu), maka model tersebut baik dan pengaruh antara variabel terkait Y semakin kuat (erat hubungannya). (Mahulete, 2016).

70 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian

a. Profil Bank Umum Syariah

Perkembangan Bank Umum Syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bank BNI Syariah

Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.

Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah, dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (www.bnisyariah.co.id).

2. Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

71

Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992.

Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 8495.000 merchant debet.

BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka

72

cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia.

(www.bankmuamalat.co.id).

3. BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam (www.brisyariah.co.id).

Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.

Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah. Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset (www.brisyariah.co.id).

4. Bank Syariah Mandiri

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari

73

situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Sebagai pemilik mayoritas baru BSB. (www.syariahmandiri.co.id).

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

(www.syariahmandiri.co.id).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Pengukuhan dan pengakuan legal PT Bank Syariah Mandiri secara

74

resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. (www.syariahmandiri.co.id).

5. Bank Syariah Bukopin

PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya

PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya

Dokumen terkait